PEMBENTUKAN GEL
KELOMPOK IV
ASISTEN:
ANDI NURHAWAIDA
A. Latar Belakang
sereal, legume, umbi-umbian, serta beberapa dari tanaman palm seperti sagu.
Pati juga merupakan salah satu hodrokoloid yang di gunakan oleh industri
penyusun pati.
jenis pati.
jenis pati.
praktikan saat bekerja di dalam sebuah industri yang mengolah bahan pangan
A. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti.
Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang
kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein
yang terbuat dari bahan terigu. Tepung terigu juga berasal dari gandum,
bedanya terigu berasal dari biji gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung
gandum utuh (whole wheat flour) berasal dari gandum beserta kulit arinya
Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah pati yang
makanan populer yang biasa digunakan sebagai bahan pengental sup atau
saus, dan digunakan untuk membuat sirup jagung dan pemanis lainnya.
cairan (seperti sup). Tepung jagung dapat membentuk adonan ketika dicampur
(Setyowati, 2006).
C. Tepung Tapioka
Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang
kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu
komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan
diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat diperlukan oleh berbagai
digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam
krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain. (Tri, 1990).
tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan
dan butiran ubi kayu yang masih kasar. Sedangkan tapioka halus merupakan
hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi (Tri, 1990).
Menurut Tri (1990) kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Warna tepung.
2. Kandungan air.
airnya rendah.
4. Tingkat kekentalan.
Usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. Untuk ini hindari penggunaan
D. Sagu
teras batang rumbia atau pohon sagu (Metroxylon sago.). Tepung sagu
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Metra berarti
isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem (Djumadi, 1989).
Adapun klasifikasi dari pohon sagu menurut Tjitrosoepomo (2000) adalah
sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Arecales
Familia : Aracaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sago
Pati sagu merupakan hasil ekstraksi empulur pohon sagu (Metroxylon sp)
yang sudah tua (berumur 8-16) tahun. Komponen terbesar yang terkandung
dalam sagu adalah pati. Pati sagu tersusun atas dua fraksi penting
yaitu amilosa yang merupakan fraksi linier dan amilopektin yang merupakan
amilosa 27%± 3, suhu gelatinisasi pati 700C, entalpy gelatinisasi 15-17 J/g,
dan termasuk tipe C pada pola X-ray difraction. Sifat pati sagu berbeda
jenis pati tersebut ditunjukkan pada Tabel 07. Sifatamilografi pati sagu dapat
dilihat pada Tabel 08, sedangkan komposisi kimia pati sagu ditunjukkan
Protein 0,62
Abu 0,32
Serat 0,15
Pati 75,88
Amilosa 23,94
Amilopektin 76,06
perubahan sifat dibandingkan pati alaminya. Modifikasi pati sagu secara ikatan
pada suhu 950C, peningkatan rasio stabilitas pasta, rasio retrogradasi dan
E. Gelatinisasi
pati karena perlakuan dengan air panas. Gel dapat memiliki selaput yang
tidak dapat berubah pada permukaan produk. Hal ini dapat mengurangi
kehilangan nutrien yang larut dalam air bila produk di masak atau di rendam
dengan hidasi pati, yaitu proses penyerapan molekul-molekul air oleh molekul
pati. Jika suspensi granula pati dalam air dipanaskan hingga mencapai
suhu 60-70°C sedikit demi sedikit granula pati yang besar menggelembung
pembentukan gel oleh amilopektin secara lebih lambat dan gel yang
terbentuk lebih lunak. Adapun satuan dasar dari pati adalah anhidroglukosa
Gelling point adalah suhu pada saat granula pati pecah, dimana dapat
dilakukan dengan penambahan air panas. Menurut titik gel adalah suhu
titik leleh (melting point) merupakan kebalikan dari titik gel yaitu suhu larutan
sebagai berikut: Tahap pertama granula pati masih dalam keadaan normal
amilosa mulai berdifusi keluar granula akibat meningkatnya aplikasi panas dan
terus berlanjut sampai seluruh mol amilosa keluar. Hingga tinggi amilopektin
yang berada di dalam granula akan segera pecah sehingga akhirnya terbentuk
saling terlepas dan campuran pati air menjadi lebih kental, membentuk sol
air, hidrogen yang sarat dengan cabang tidak dibentuk gel pada pati lebih di
Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air, yang mempunyai
berat molekul antara 50.000- 200.000, dan bila ditambah dengan iodium
bercabang bagian dari pati, terdiri atas molekul-molekul glukosa yang terikat
Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut dalam air dan
mempunyai berat molekul antara 70.000 sampai satu juta. Amilopektin dengan
larutan, suhu tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan
yang terbentuk makin kurang kental dan setelah beberapa waktu viskositas
akan turun. Suhu gelatinisasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati dan merupakan
pada jagung 62-70oC, beras 68-78 oC, gandum 54,5-64 oC, kentang 58-66 oC,
dan tapioka 52-64 oC. Selain konsentrasi, pembentukan gel dipengaruhi oleh
pembentukan gel makin cepat tercapai tapi cepat turun lagi, sedangkan bila
viskositas akan turun lagi. Pada pH 4-7 kecepatan pembentukan gel lebih
lambat dari pada pH 10, tapi bila pemanasan diteruskan, viskositas tidak
adalah :
pH
pembentukan gel akan makin cepat tercapai tapi cepat turun lagi.
Suhu
pada kekentalan. Hal ini mengikat air, sehingga membengkak butir-butir pati
dapat berpengaruh pada kekentalan gel yang terbentuk. Hal ini disebabkan
gula akan mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir granula pati lebih
Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan dipaksakan oleh sistem ulir
1. Suhu
viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan
2. Konsentrasi larutan
zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
tinggi pula.
Sulawesi Selatan.
- gelas kimia
- hot plate
- timbangan analitik
- batang pengaduk
- thermometer
- tepung maizena
- tepung terigu
- tepung tapioka
- sagu
- aquades
- alumunium foil
C. Prosedur Praktikum
4. Diamati viskositas larutan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% setelah
D. Perlakuan Praktikum
A = Tepung Terigu
A1 = Tepung Terigu 5%
A3 = Tepung Terigu 15 %
A4 = Tepung Terigu 20 %
B = Tepung Maizena
B1 = Tepung Maizena 5%
C = Tepung Tapioka
C1 = Tepung Tapioka 5%
C2 = Tepung Tapioka 10 %
C3 = Tepung Tapioka 15%
D = Sagu
D1 = Sagu 5%
D2 = Sagu 10%
D3 = Sagu 15%
D4 = Sagu 20%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
Tepung maizena atau tepung jagung ini terbuat dari biji jagung yang
mengandung pati. Pati pada jagung terdiri dari 25% amilosa dan 75%
amilopektin. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013) yang menyatakan bahwa
tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah pati yang didapatkan
dari endosperma biji jagung. Pati jagung tersusun atas 25% amilosa dan &
Perubahan warna pada setiap konsentrasi ini terjadi karena pemanasan pada
suhu, dimana viskositas akan berbanding terbalik dengan suhu. Apabila suhu
dinaikan maka viskositas akan menurun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini
Hal ini sesuai dengan Bambang (1990) yang menyatakan bahwa viskositas
berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya gerakan
menurunkan kekentalannya.
Berdasarkan tabel diatas, hasil waktu yang didapatkan dari waktu yang
adalah 710 detik, pada perlakuan B3 adalah 672 detik dan pada perlakuan B4
adalah 609 detik. Hasil yang didapat dari setiap perlakuan menunjukkan
dengan konsentrasi tinggi lebih cepat mengalami gelatinisasi. Hal ini sesuai
juga pada konsentrasi pati. Makin kental larutan, suhu tersebut makin
kadang-kadang turun.
ini terjadi karena semakin banyak partikel zat yang terlarut, gesekan antara
partikel semakin tinggi dan viskositas juga akan semakin tinggi. Hal ini sesuai
tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
konsentrasi pati dan suhunya. Hal ini sesuai dengan Winarno (2004) yang
A. Kesimpulan
15% adalah 672 detik dan pada konsentrasi 20% adalah 609 detik.
B. Saran
Saran kami untuk praktikum ini adalah menyiapkan lebih alat praktikum
Ahmad, F.B., Williams, P.A., Doubler, J., Durand, S. dan Buleon, A. 1999.
Physicochemical Caracterization of Sago Starch. J. Carboxylon Polym.
38 : 361-370.
Bambang-Kartika. 1990. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi. Yogyakarta.
Djumadi, A., 1989. Sistem Pertanian Sagu di Daerah Luwu Sulsel. Thesis Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
Harsono, Suparlan dan S. Triwahyuni. 2006. Desain dan uji kinerja mesin
pemisah lembaga biji jagung (degerminator) system basah. Jurnal vol.4
no.1 april 2006 Kusnandar. 2010. Teknik analisis sifat dan fungsional
komponen pangan. Institute Pertanian Bogor: Bogor.
Haryanto, B. Dan Pangloli, P., 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius.
Yogyakarta.
Knight, J.W. 1969. The Starch Industry. Pergamon Press. Oxford.
Hal: 8. Buku Panduan Teknologi Pangan,Pusat Informasi Wanita
dalam Pembangunan PDII-LIPI. 2000. http://www.ristek.go.id.
diakses 26 Oktober 2014.
Suryani, Haryadi, dan Santosa. 1999. Karakteristik Bihun Dengan Subtitusi Pati
Sagu Berikatan Silang. Seminar Nasional Makanan Tradisional: prosiding,
Yogyakarta.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta