Pengendalian Infeksi 3
Pengendalian Infeksi 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk
mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.
Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap
banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
1.2 Tujuan
• Mengetahui definisi infeksi
• Mengetahui rantai dan proses infeksi
• Mengetahui infeksi nosokomial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi
juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter
& perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan
cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi
(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
2.2 Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :
• Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
• Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
• Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
Cara penularan:
• Portal masuk pejamu
• Pejamu yang rentan
Cara penularan
A. Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri,virus,jamur dan protozoa. Mikroorganisme di
kulit dapat merupakan flora residen atau transien. Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit
superfisial, namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor – faktor
berikut :
• Organisme dalam jumlah yang cukup
• Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
• Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
• Pejamu yang rentan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang beresiko terinfeksi atau
telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi
dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan
parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara keseluruhan.
Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi
atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar bagi dunia kesehatan, dengan
ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah
atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu
proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang bagaimana
penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia
keperawatan.
1.2 Tujuan
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kami menyimpulkan beberapa tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah:
• Bagaimana konsep steril dan desinfeksi digunakan.
• Mempelajari pengertian, tujuan maupun macam-macam tekhnik sterilisasi dan desinfeksi
• Mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi dan desinfeksi.
• Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar mikrobiologi dan parasitologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi
A. Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme
yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan
sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun
bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada
bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk
menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi
ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi juga dikatakan
sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis
sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi
ionnisasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis
pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan
steralisasi ulang.
B. Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan
yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang
desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-
bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol
atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan
basah untuk waktu 10 menit.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
ü Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
ü Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
ü Tidak toksik pada hewan dan manusia
ü Tidak bersifat korosif
ü Tidak berwarna dan meninggalkan noda
ü Tidak berbau/ baunya disenangi
ü Bersifat biodegradable/ mudah diurai
ü Larutan stabil
ü Mudah digunakan dan ekonomis
ü Aktivitas berspektrum luas
• Sinar Gamma Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan Bahan disposable: alat suntikan cawan
petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
2.Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif
terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapakhamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung
pada konsentrasi zatpewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein
ataumengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain
yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengankapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.
4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau
kreolin lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabundengan kresol;
lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektanyang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol.
Seringkali orang mencampurkanbau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5.Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi jugabeberapa senyawa yang dikenal
sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen inimenimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itudigunakan terutama
sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada
kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6.Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzylalcohol juga antiseptic.
Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).
7.Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agenini sangat efektif di daerah
tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8.Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuhbakteri, spora, jamur dan virus
yang sangat efektif. Sifat penting yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yangtidak
tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersialuntuk mensterilkan tong-tong rempah-
rempah tanpa membuka tong tersebut.Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah
sebagianbesar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9.Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannyamengoksidasi. Agen ini sangat
tidak stabil tetapi sering digunakan dalampembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya
kemungkinandimasuki organisme aerob.
10.Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen inimematikan spora dalam
konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yangdiperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya
cepat, ini diperlukan,karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepatuntuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapatbetapropiolakton yang tersisa.
2.6 Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksi Dalam Keseharian Dunia Kesehatan Dan Keperawatan
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikrobayang dilakukan
dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran
dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi
cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain menggunakan teknik steril
pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
• Mengisap jalan napas pasien
• Memasukkan kateter urinarius
• Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi engan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau kemasan terbuka tempat
bahan-bahan steri dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan
serta desterilkan. Hasil prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual dalam keadaan steril dan
sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan
untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran
patogen melalui infeksi silang.
• Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh mikrobe dari permukaan.
Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh
mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan
mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para
petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu pergeseran dan penggsokan,
serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan.
Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan
desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di
keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali
di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian,
maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
• Universal Precaution
pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku universal ,tidak
memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus
menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
• Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang mendarah daging bagi tenaga
kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai
sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan prosedur invasive, ataupun
bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles
• Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak berdekatan dengan limbah atau
sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi arang.
• Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
- Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
- Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan
dapat dengan aman digunakan.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh lainnya dengan
menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan
merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan di RS melalui proses
fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau
radiasi.
• Pemprosesan Alat
a.Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini
dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih
medis sebelum pencucian berlangsung.
b.Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda
mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek
tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air
bersih dan mengeringkannya.
c.Sterilisasi/DTT
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
2. beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi: Mencegah terjadinya infeksi Mencegah makanan menjadi rusak
Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg
dipakai dalam melakukan biakan murni.
3. sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Adapun desinfeksi dapat
dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.
3.2 Saran
1. sterilisasi apabila dilakukan secara baik dan sempurna makan akan menjamin keselamatan kerja dan
berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat juga dilakukan untuk mencegah ataupun
mengendalikan infeksi.
2. semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam proses pembelajaran mata kuliah
mikrobiologi dan parasitologi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan
Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994
Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC