b. Bersikap Defensif
Bank harus dapat memaklumi apabila debitur bersikap defensif pada saat di beritahu
bahwa karna perkembangan kondisi kegiatan usaha dan keuangan mereka yang kurang
menguntungkan, kualitas pembiayaan yang bank terima menurun. Oleh debitur ,
pemberitahauan tersebut diterjemahkan sebagai peringatan bahwa mereka harus segera
meyiapkan dana untuk melunasi pembiayaan. Untuk melunakan sikap defensif tersebut,
bank harus lebih berhati-hati dalam mengajukan pertayaan. Pertayaan yang bernada
menghakimi , menuduh atau mencurigai harus di hindari . walaupun demikian, bank juga
harus menilai tingkat kedefensifan debitur. Sikap defensif juga bisa muncul karena debitur
menjadi panik setelah mendapat pemberitahuan dari bank tentang kondisi perusahannya.
Sikap defensif yang berlebihaan dan berkempanjangan dapat menjadi indikasi debitur
menutupi keadaan yang sebenarnya. Dalam keadaan seperti itu, bank dapat mengajukan
pertayaan yang kritis dan langsung kepada persoalan
c. Sensitif
Ada kemungkinan debitur telah mengetahui penurunan perusahaan mereka jauh sebelum
bank memberitahukan hal itu sehigga mereka menjaadi sensitif .dalam hal
Seperti itu, account officeryang telah lama berhubungan dengan debitur harus dapat
meyimpulkan apakah debitur yang bersangkutan memang menpuyai sifat pemarah dan
menjadi sensitif karena kondisi perusahaan tidak menguntungkan.
d. Konfrontatif
Sikap konfrontatif hampir mirip dengan defensif,yaitu tidak mau bekerja sama dengan bank
untuk meyelesaikam masalah yang sedang di hadapi debitur dengan baik. Perbedaan sikap
konfrotatif dengan defensif adalah dalam sikap konfrotatif debitur mencoba mencari-cari
kesalahan bank sehiggaa mereka dapat menberikan kesan bahwa bank ikut bertanggung
jawab atas timbulnya kesulitan yang sedang mereka hadapi.
e. Menyerahkan Penyelesaian Masalah Kepada Bank
Sikap meyerah seringkali muncul karena debitur merasa putus asa.karena kondisi perusahaan
sudah terlalu parah,biasanya jumlah nilai harta yang dimiliki debitur [termasuk harta
jaminan] tidak dapat menutupi jumlah pembiayaan dan baggi hasil tertunggakdalam
keadaan seperti itu, pilihhan terbbaik bagi bank adalah bersedia menanggung kerugian
dengan jalan hanya menerima pembayaran kemballi sebagian dari jumlah pembiayaan dan
bagi hasil tertunggak.
f. Kooperatif
Sikap kooperatifseringkali muncul setelah berbagai sikap yang diuraikan di atas tidak
membawa hasil yang menguntungkan bagi debitur. Sikap kooperatif dapaat juga muncul
karena bank dapat mengatasi berbagai macam sikap debitur yang muncul sebelumnya. Sikap
kooperatif debitur memang di harapkan bank kaarena sikap tadi merupakan salah satu kunci
keberhasilan bank meyelesaikan kasus pembiayaan bermasalah.
b. Merasa Kecewa
Bentuk reaksi account officer yang lain adalah timbulnya rasa kecewa. Telah berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun merekaa bekerja sama dengan debitur dan karyawan perusahaannya.
Mau tidak mau mereka harus berhadapan sebagai dua instansi yang sedang dalam konflik
kepentingan. Walaupun menurunnya kondisi keuangan debitur bukanlah kesalahan account
officer, namun sedikit banyak merosotnya kualitas pembiayaan yang mereka monitor
merupakan catatan kelabu dalam karier pekerjaan mereka di bank.
c. Defensif
Tidak sedikit account officer (terutama yang telah menduduki peringkat senior) salah
mengartikan merosotnya kualitas pembiayaan yang mereka monitor sebagai kemerosotan
prestasi kerja mereka. Oleh karena itu, rasa malu terhadap rekan kerja, rasa takut disalahkan
atau dicurigai oleh pimpinan, perasaan sedih, jengkel, dan berbagai macam perasaan yang
lain yang kurang menyenangkan akan muncul dan bercampiur aduk jadi satu sehingga
mendorong kearah sikap defensif, termasuk kepada atasannya. Hal tersebut menjadi
hambatan bagi bank untuk menyelesaikan kasus yang terjadi secara baik.