Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biology Education Vol. 4 No.

1 April 2015

PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL


PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU
LIMBAH KULIT BUAH

Eka Marya Mistar, Agrina Revita


Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah
E-mail : eka_mry@yahoo.com

Abstrak
Sampah organik yang setiap harinya dihasilkan oleh masyarakat dapat diolah menjadi
produk yang lebih bernilai. Salah satunya pupuk organik buatan yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pupuk tanaman yang sifatnya alami (tidak mengandung bahan kimia),
kualitasnya baik, bentuk dan kemasan praktis, mudah didistribusikan, mudah dalam
pengaplikasian, mudah diperoleh, serta mengandung unsur hara lengkap. Metode yang
digunakan adalah fermentasi dengan menambahkan agen effective microorganism (EM).
Effektive Mikroorganism merupakan kumpulan bakteri yang dilibatkan dalam proses
pembuatan pupuk yang bertujuan untuk mempersingkat waktu fermentasi dan
meningkatkan kualitas produk pupuk. Bahan baku yang dapat digunakan antara lain :
limbah kulit buah, sisa – sisa makanan dan jerami. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh penambahan effective microorganism (EM) pada peningkatan unsur
hara dalam pupuk cair.

Kata Kunci : Sampah Organik, Pupuk Cair, Limbah Kulit Buah

A. Pendahuluan a. Berdasarkan komposisi kimianya


Sampah yang dihasilkan rumah maka sampah dibedakan menjadi 2
tangga beragam setiap harinya, seperti jenis yaitu sampah organik dan non
sisa – sisa makanan (nasi, roti, kulit organik
buah dan sebagainya), plastik, kertas, b. Berdasarkan sifat mudah
botol, dan lain - lain. Sampah tersebut mengurainya maka sampah dibagi
bila dibiarkan menumpuk dan tidak menjadi sampah mudah terurai
ditangani dengan cermat akan (degradable) dan sukar terurai (non
menyebabkan pencemaran, baik di degradable)
tanah, air maupun udara, sehingga pada c. Berdasarkan sifat mudah terbakar
akhirnya dapat berimbas terhadap maka sampah dibagi menjadi
kesehatan manusia (Damayanti, 2009). sampah mudah terbakar
Maimun (2009) (combustible) dan yang sukar
mengklasifikasikan sampah menjadi terbakar (non combustible).
beberapa golongan, yaitu :
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Masyarakat pada umumnya permukaan tanah dapat langsung


mengurangi sampah padat seperti sisa – terserap oleh tumbuhan (Hadisuwito,
sisa makanan, plastik, kertas, botol dan 2007).
lain - lain dengan cara membakarnya Supardi (2011) menambahkan
atau membuangnya langsung ke selokan bahwa bila dilihat dari kemampuan
dan tempat pembuangan sampah mikroba yang sesuai dengan kondisi
sementara. Pembakaran sampah dinilai proses dan produk yang dihasilkan
kurang baik, sebab asap hasil maka fermentasi terbagi atas :
pembakaran menyebabkan pencemaran fermentasi alkoholis yaitu bila produk
udara dan dapat merusak sistem akhirnya mengandung alkohol,
pernafasan. misalnya pembuatan minuman anggur,
Oleh sebab itu perlu tuak dan lain – lain. Sedangkan
dilakukannya metode penanganan fermentasi non alkoholik menghasilkan
sampah yang lebih ramah lingkungan, produk seperti asam amino, asam
efektif dan aman bagi masyarakat organik, vitamin dan sebagainya.
sekitarnya. Dewasa ini berbagai Menurut Sundari, dkk (2012)
teknologi maupun metode telah proses fermentasi pupuk biasanya
dilakukan untuk mengurangi quantitas memakan waktu kurang lebih 6 bulan
sampah organik baik dengan cara tergantung dari bahan baku yang
membuat kompos, pakan ternak, dan digunakan. Oleh sebab itu diperlukan
pupuk cair. bioaktivator untuk dapat membantu
Pupuk cair memiliki kelebihan, mempersingkat proses fermentasi.
yaitu : Dewasa ini telah banyak pengembangan
1. Dapat cepat mengatasi defesiensi produk bioaktivator decomposer yang
hara, mampu menyediakan hara diproduksi untuk mempercepat proses
secara cepat dan tidak bermasalah dekomposisi dan meningkatkan kualitas
dalam pencucian hara. produk akhir.
2. Pupuk ini bila digunakan dengan Teknologi yang digunakan juga
sering tidak akan menyebabkan sangat mempengaruhi proses
kerusakan tanah fermentasi. Seleksi mikroorganisme
3. Memiliki bahan pengikat sehingga didasarkan pada jenis karbohidrat yang
cairan pupuk yang disiramkan ke digunakan sebagai medium
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

mikroorganisme tersebut. Pemilihan fermentor. Setelah itu ditambahkan air


mikroorganisme berfungsi untuk gula dan air kelapa dan diaduk hingga
memperoleh mikroorganisme yang tercampur rata. Fermentor tersebut lalu
diperlukan sesuai dengan ditutup dengan plastik wrap dan ditutup
peruntukkannya (Khoirul, 2013). dengan tutup fermentor. Kemudian
Menurut Peraturan Menteri Pertanian dibiarkan selama 7 hari sehingga terjadi
No : 70/Permentan/SR.140/10/2011 fermentasi. EM yang dihasilkan
Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis dikumpulkan dan disimpan dalam botol.
Minimal Pupuk Organik Cair parameter
unsur makro ditampilkan pada Tabel 1. b. Fermentasi Limbah Kulit
Tabel 1. Kandungan unsur hara makro Buah
sesuai PerMenTan Tahun 2011. Limbah kulit buah dicuci hingga
Parameter Satuan Standar bersih dan dirajang hingga ukurannya
Mutu menjadi lebih kecil. Selanjutnya
C Organik % Min 6 ditimbang masing – masing sebanyak 1
Nitrogen % 3-6 kg dan dimasukkan ke dalam fermentor.
Phospor % 3-6 Kemudian larutan gula dimasukkan ke
Kalium % 3-6 tiap – tiap fermentor yang berisi bahan
baku pupuk tadi. Kemudian
Penelitian ini menggunakan bahan ditambahkan larutan EM buatan 100 ml
baku limbah kulit buah pepaya, timun, ke masing – masing fermentor Setelah
nenas, bengkuang, dan semangka yang itu ditutup dan dibiarkan selama 30 hari
difermentasikan dengan menggunakan agar terjadi proses fermentasi.
EM buatan. C. Hasil dan Pembahasan
a. EM
Selama proses fermentasi EM
ditandai munculnya lapisan putih

B. Metode menyerupai benang. Setelah 7 hari


a. Tahap Fermentasi EM Buatan maka larutan EM dapat diambil dan
Bahan baku pembuatan EM dipisahkan dari ampasnya. Fermentasi
dibersihkan dan dicincang kasar, EM dapat dilihat pada Gambar
kemudian dimasukkan ke dalam
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Gambar. Fermentasi EM buatan


Gambar. Fermentasi EM buatan
Selanjutnya cairan EM disimpan
c. Karaketristik Pupuk Cair
dalam botol dan ampasnya dapat
Kandungan C/N
dijadikan pupuk kompos.
Kadar C/N merupakan
perbandingan kadar karbon (C) dan
b. Fermentasi Limbah Kulit
kadar nitrogen (N) dalam suatu bahan.
Buah
Kadar C digunakan untuk energi dan
Fermentasi pupuk cair
kadar N digunakan untuk membangun
berlangsung selama 30 hari. Aktivitas
struktur sel dan bakteri. Oleh sebab itu
miroorganisme dalam EM dapat
tanaman sangat membutuhkan kadar
mencerna substrat yang terkandung
C/N yang besar. Pengukuran kadar C/N
dalam bahan baku agar dapat tumbuh.
menggunakan metode proximate. Hasil
Pupuk organik cair yang telah jadi dapat
analisa menunjukkan bahwa fermentasi
ditandai dengan : munculnya lapisan
limbah kulit buah mengandung kadar
putih pada permukaan, memiliki bau
C/N tertinggi sebesar 53,21, sedangkan
yang khas, dan produk pupuk cair
fermentasi sisa sayuran sebesar 19,15.
berwarna kuning kecoklatan. Lapisan
putih merupakan jamur actinomycetes
yang tumbuh saat fermentasi pupuk
terjadi (Sundari, 2012). Fermentasi
limbah kulit buah ditampilkan pada
Gambar 3.2.
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

nilai C Organik tertinggi sebesar 5,05 %


60
50 10
Kandungan C/N

40
8

% C Organik
30
6
20
10 4
0 2
sisa limbah
sayuran kulit buah 0
sisa limbah
Jenis Bahan Baku
sayuran kulit buah
Jenis Bahan Baku
Gambar. Kandungan C/N
Gambar. Kandungan C Organik
Kandungan C/N ini sudah Nitrogen
melebihi Standar Kualitas Kompos SNI Nitrogen merupakan salah satu
19-7030 2004 yaitu 10 – 20. Sundari unsur makro yang dibutuhkan tanaman.
(2012) menambahkan bahwa Nitrogen berfungsi dalam proses
Rasio C/N merupakan perbandingan pertumbuhan vegetatif dan
dari pasokan energi mikroba yang pembentukan protein.
digunakan terhadap nitrogen untuk Dari hasil pengukuran diperoleh
sintesis protein. kandungan nitrogen pada pupuk cair
sebesar 0.082 %
C Organik
Karbon merupakan unsur yang
0,6
sangat diperlukan oleh tanaman yang 0,5
% Nitrogen

berfungsi sebagai sumber energi. 0,4


0,3
Karbon yang dihasilkan dalam 0,2
0,1
fermentasi pupuk cair harus memenuhi 0
syarat agar dapat digunakan sebagai sisa
limbah
sayuran
pupuk tanaman. Kadar C organik kulit buah
Jenis Bahan Baku
diperoleh dengan menggunakan metode
titimetri. Hasil analisa menunjukkan Gambar. Kandungan Nitrogen
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

Kadar nitrogen ini tidak (2012), maka kandungan phospor tidak


memenuhi standar baku mutu pupuk ada yang memenuhu baku mutu yaitu 3
cair menurut PerMenTan No : – 6 %. Kandungan phospor yang sedikit
70/Permentan/SR.140/10/2011) yaitu menyebabkan pupuk cair ini tidak dapat
sebesar 3 – 6 %. Apabila tanaman membantu proses pertumbuhan tanaman
kekurangan unsur nitrogen maka akan secara maksimal.
tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar
terbatas serta daun cepat menjadi Kalium
kuning. Kalium berfungsi untuk
mengatur mekanisme fotosintesis
Phospor termasuk sintesa protein dan
Phosfor berfungsi dalam sebagainya. Kadar kalium diperoleh
pembentukan bunga, buah dan biji pada dengan menggunakan metode Atomic
tanaman serta mempercepat proses Absorption Spectrophotometer (AAS).
pematangan buah. Phosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk senyawa
H2PO4- dan HPO42-. 0,3
0,25
% nKalium

0,2
0,15
0,5
0,1
0,4 0,05
% Phospor

0,3 0
0,2 sisa limbah
sayuran kulit buah
0,1
Jenis Bahan Baku
0
sisa limbah
sayuran kulit buah Gambar Kandungan Kalium
Jenis Bahan Baku

Hasil analisa menunjukkan


Gambar Kandungan Phospor
kandungan kalium yang tidak berbeda
jauh dan tidak sesuai baku mutu. Bila
Dari analisa diperoleh kadar
tanaman kekurangan kalium maka akan
phosfor sebsesar 0,034 %. Bila
menyebabkan tepi daun berwarna
dibandingkan dengan penelitian Sundari
Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

kecoklatan, ruas yang memendek dan Khoirul, H., M., 2013. Pembuatan
Pupuk Organik Cair dari Urin
tanaman tidak dapat tumbuh tinggi.
Sapi dengan Aditif Tetes Tebu
(Molasses) Metode Fermentasi.
Jurusan Kimia, Fakultas
D. KESIMPULAN
Matematika dan Ilmu
Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang.
bahwa keseluruhan parameter pupuk
cair yang diuji tidak mencukupi standar
Maimun, T., 2009. Teknologi dan
baku mutu Permen pertanian No : Management Limbah Padat.
Pasca Sarjana Teknik Kimia.
70/Permentan/SR.140/10/2011), limbah
Universitas Syiah Kuala, Banda
kulit buah Kandungan nutrisi pada Aceh.
pupuk cair ini sangat rendah bila
Peraturan Menteri Pertanian No No :
dibandingkan dengan kandungan pada 70/Permentan/SR.140/10/2011
Tahun 2011 tentang Persyaratan
pupuk cair hasil penelitian Sundari, dkk
Teknis Minimal Pupuk Organik
(2012) yang memfermentasikan sampah Cair.
organik dengan menggunakan
Sundari, E., Sari, E., Rinaldo, R., 2012.
bioaktivator EM4. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Menggunakan Bioaktivator
Biosca dan EM4. Prosiding
Daftar Pustaka SNTK TOPI 2012, ISSN. 1907
– 0500, Pekan Baru.
Damayanti Sinaga., 2009. Pembuatan
Pupuk Cair Dari Sampah Supardi, A., 2011. Aplikasi Pupuk Cair
Organik Dengan Menggunakan Hasil Fermentasi Kotoran Padat
Boisca Sebagai Starter. Kambing Terhadap Pertumbuhan
Departemen Teknologi Tanaman Sawi (Brassica juncea)
Pertanian. Fakultas Pertanian. Sebagai Pengembangan Materi
Universitas Sumatera Utara. Mata KuliahFisiologi Tumbuhan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Hadisuwito, S., 2007. Membuat Pupuk Pendidikan. Universitas
Kompos Cair. PT. Agromedia Muhammadiyah, Surakarta.
Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai