Anda di halaman 1dari 32

PELAPORAN KORPORAT

“TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN KEUANGAN”

OLEH
EDI FAHRUDIN 1707611001
IQRAM 1707611002
KADEK UPAWITA CANDRA PERTIWI 1707611004

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
Akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban
hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut (Ghufron Mas adi, 2002).
A. Jenis Akad
Dalam akuntansi syariah, akad harus sesuai dengan syariah yang merujuk
pada Al qur'an, As-Sunnah, Ijma dan qiyas. Transaksi/akad dalam syariah dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Akad tabarru merupakan akad yang tidak ditujukan untuk memperoleh ktba
(transaksi nirlaba) tetapi mengharapkan ridho Allah. Sehingga kalau ada
biaya transaksi dari akad jenis ini hanya dibolehkan sebesar biaya riil yang
dikeluarkan. Contohnya: transaksi qardh, rahn, hiwalah, wakalah, wadiah,
kafalah.
2. Akad tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan. Terdiri dari akad investasi yang hasilnya tidak pasti seperti
akad mudharabah dan musyarakah; serta akad jual beli dan sewa menyewa
yang hasil atau keuntungannya pasti seperti akad murabahah, salam,
istishna' dan ijarah. Akad yang hasilnya tidak pasti tidak bisa diubah
menjadi Akad dengan hasil yang pasti karena akan menimbulkan riba.
Demikian juga sebaliknya akad dengan hasil pasti tidak boleh diubah
menjadi akad dengan hasil tidak pasti karena akan terjadi gharar atau
ketidakjelasan.

Akad tabarru tidak dapat diubah menjadi akad tijarah sedangkan akad
tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru (yang semula ditujukan untuk mencari
keuntungan menjadi tolong menolong/kebaikan)

B. Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


1. Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (al-falah). Konsekuensinya parameter baik
dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha adalah syariah dan akhlak.
2. Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
a. Persaudaraan (ukhuwah), prinsip ini didasarkan atas prinsip saling
mengenal (taaruf), saling memahami (tafahum), saling menolong
(taawun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan saling
beraliansi (tahaluf).
b. Keadilan {adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya
pada yang berhak dan sesuai dengan posisinya.
c. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat
yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif. Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur
yaitu: halal (patuh terhadap ketentuan syariah) dan thayib (membawa
kebaikan dan bermanfaat).
d. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material
dan spiritual, antara aspek privat dan publik, antara sektor keuangan
dan sektor riil, antara bisnis dan sosial serta antara aspek pemanfaatan
serta pelestarian.
e. Universalisme (.syumuliyah), di mana esensinya dapat dilakukan oleh,
dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat
kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

3. Karakteristik Transaksi Syariah


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
rida.
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (thayib).
c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,
bukan sebagai komoditas.
d. Tidak mengandung unsur riba.
e. Tidak mengandung unsur kezaliman.
f. Tidak mengandung unsur maysir.
g. Tidak mengandung unsur gharar.
h. Tidak mengandung unsur haram.
i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value ofmoney)
karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan
risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip
al-ghunmu hilghurmi (nogain without accompanying risk).
j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk
satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang
berkaitan (taalluq) dalam satu akad.
k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun
melalui rekayasa penawaran (ihtikar).
l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap (risywah).

4. Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan Entitas Syariah


Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalampengambilan keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lainnya adalah:
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan
penggunaannya.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas
syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
dan wakaf.

Komponen laporan keuangan entitas syariah, terdiri dari:


a. Laporan Posisi Keuangan
Unsur-unsurnya terdiri dari aset, liabilitas, dana syirkah temporer
dan ekuitas. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang tidak didiskontokan.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan. Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai
liabilitas, karena entitas syariah tidak berkewajiban untuk
mengembalikan dana awal dari pemilik dana ketika mengalami kerugian
kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah. Namun
demikian, dana syirkah temporer juga tidak dapat digolongkan sebagai
ekuitas karena mempunyai jangka waktu jatuh tempo dan tidak memiliki
hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham.
b. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain.
Unsur-unsur didalamnya terdiri dari penghasilan, beban, dan hak
pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer. Hak pihak ketiga atas
bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas
keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam
suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak dapat
dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi).
Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan
kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama
dengan entitas syariah.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
e. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
g. Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk perbankan syariah ditambah 1 (satu) laporan lagi yaitu Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil.

C. Asumsi Dasar dan Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Asumsi Dasar:
Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, namun, dalam penghitungan
pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas.
Kelangsungan usaha

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan:


a. Dapat dipahami
b. Relevan
Relevan berarti berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan
(confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama lain serta dipengaruhi
oleh tingkat materialitas. Namun dasar penerapan dalam bagi hasil harus
mencerminkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan konsep
materialitas.
c. Keandalan, informasi harus disajikan jujur, netral, lengkap, pertimbangan
sehat dan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan
prinsip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli
bentuk). Dalam syariah substansi dan bentuk setara. Misalnya untuk sewa
menyewa dalam syariah hanya dikenal operating lease.
d. Dapat dibandingkan.
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal:
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut:
a. Tepat waktu.
b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

D. Akad Mudharabah
1. Penjelasan Akad
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana
2. Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip
bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil,-
maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total
pendapatan usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar
pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang
berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Pengakuan penghasilan
usaha mudharabah didasarkan pada laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Saat Penyerahan Diakui sebagai investasi Diakui sebagai dana
Investasi mudharabah pada saat syirkah temporer sebesar
pembayaran kas atau jumlah kas atau nilai
penyerahan asset non kas kepaa wajar asset non kas yang
pengelola dana diterima
a. Dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah
yang di bayarkan
b. Dalam bentuk asset non
kas diukur sebesar nilai
wajar asset non kas pada
saat penyerahan :
- Jika nilai wajar lebih
tinggi daripada nilai
tercatatnya diakui,
maka selisihnya
diakui sebagai
keuntungan
tangguhan dan
diamortisasi sesuai
jangka waktu akad
mudharabah
- Jika nilai wajar lebih
rendah daripada
nilai tercatatnya
maka selisihnya
diakui sebagai
kerugian
Jika Terjadi a. Sebelum usaha dimulai
Penurunan Nilai disebabkan rusak,
Atas Investasi hilang atau factor lain
Mudharabah yang bukan kelalaian
atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut
diakui sebagau kerugian
dan mengurangi saldo
investasi
b. Setelah dimulainya
usaha, maka kerugian
tersebut diperhitungkan
pada saat bagi hasil atau
tidak langsung
mengurangi jumlah
investasi
Penghasilan a. Jika investasi a. Pengelola dana
Usaha mudharabah melebihi mengakui
satu periode pelaporan, pendapatan atas
penghasilan usaha penyaluran dana
diakui dalam periode syirkah temporer
terjadinya hak bagi hasil secara bruto
sesuai nisbah yang sebelum
disepakati dikurangi dengan
b. Kerugian yang terjadi bagian hak
salam suatu periode pemilik dana
sebelum akad b. Kerugian yang
mudharabah berakhir diakibatkan oleh
diakui sebagai kerugian kesalahan atau
dan dibentuk penyisihan kelalaian
kerugian investasi pengelola dana
c. Kerugian akibat diakui sebagai
kelalaian atau kesalahan beban
pengelola dana pengelolaan dana
dibebankan pada
pengelola dana dan
tidak mengurangi
investasi mudharabah
Pada Akhir Akad Diakui sebagai keuntungan atau Pada akhir periode
kerugian sebesar selisih antara akuntansi, dana syirkah
inevstasi mudharabah setelah temporer diukur sebesar
dikurangi penyisihan kerugian nilai ercatat
investasi dengan pengembalian
investasu mudharabah
4. Penyajian dan Pengungkapan
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Investasi mudjarabah dalam Transaksi mudharabah
laporan keuangan sebesar nilai dalam laporan keuangan :
tercatat a. Dana syirkah
temporer dari
pemilik dana
disajikan sebesar
nilai tercatatnya
untuk setiap jenis
mudharabah
b. Bagi hasil dana
syirkah temporer
yang sudah
diperhitungkan
tetapi belum
diserahkan kepada
pemilik dan
disajikan sebagai
pos bagi hasil
yang belum
dibagikan
kewajiban
Pengungkapan a. Isi kesepakatan utama a. Isi kesepakatan
usaha mudharabah utama usaha
seperti porsi dana, mudharabah
pembagian hasil usaha, seperti porsi dana,
aktivitas usaha pembagian hasil
mudharabah dan usaha, aktivitas
lain-lain usaha
b. Rincian jumlah mudharabah dan
investasi mudharabah lain-lain
berdasarkan jenisnya b. Rincian dana
c. Penyisihan kerugian syirkah temporer
investasi mudharabah yang diterima
selama periode berjalan berdasarkan
d. Pengungkapan yang jenisnya
diperlukan sesuai c. Penyaluran dana
PSAK No. 101 tentang yag berasal dari
Penyajian Laporan mudharabah
Keuangan Syariah muqayadah
d. Pengungkapan
yang diperlukan
sesuai dengan
PSAK No. 101
tentang Penyajian
Laporan
Keuangan Syariah
Contoh penyajian :
Keterangan Pemilik Dana Pengelolaan Dana
Penyajian Investasi Mudharabah XXX Dana Syariah Temporer XXX
Penyisihan Kerugian (XXX) Penyisihan Kerugian (XXX)
Nilai Investasi XXX Dana Syirkah Temporer XXX

E. Akad Musyarakah
1. Penjelasan Akad
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, di mana masing- masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh pengelola usaha musyarakah. Keuntungan yang akan
dibagihasilkan berdasarkan atas realisasi pendapatan usaha. Pihak yang
bertanggung jawab mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau
menunjuk pihak lain disebut mitra aktif.
2. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Mitra Aktif Mitra Pasif
Saat Investasi musyarakah diakui Inevastasi musyarakah
Penyerahan pada saat penyerahan kas atau diakui pada saat
asset nonkas untuk usaha pembayaran kas atau
musyarakah penyerahan asset nonkas
a. Dalam bentuk kas kepada mitra aktif
dinilai sebesar julah musyarakah
yanh diserahkan a. Dalam bentuk kas
b. Dalam bentuk asset dinilai sebesar
nonkas dinilai sebesar jumlah yang
nilai wajar dibayarkan
Jika terdapat selisih antara b. Dalam bentuk asset
nilai wajar dan nilai nuku nonkas dinilai
asset nonkas, maka selisih sebesar nilai wajar
tersebut diakui sebagai selisih Jika terdapat selisih
penilaian asset musyarakah antara nilai wajar dan
dalam ekuitas. Selisih nilai tercatat asset
penilaian asset musyarakah nonkas maka selisih
tersebut diamortisasi selama tersebut diakui sebagai :
masa akad musyarakah -Keuntungan
Jika proses penilaian pada tangguhan dan
nilai wajar menghasilkan diamortisasi selama
penurunan nilai asset maka masa akad
penurunan nilai ini langsung keuangan
diakui sebagai kerugian tangguhan disajikan
sebagai akun kontra
dari investasi
musyarakah
-Kerugian pada saat
terjadinya
Selama Akad Asset nonkas musyarakah
yang telah dinilai sebesar
nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajarnya
Kerugian investasu
musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana
masing-masing mitra dan
mengurangi nilai asset
musyarakah
Nilai investasi a. Jumlah kas yang a. Jumlah kas yang
diserahkan untuk diserahkan untuk
usaha musyarakah usaha musyarakah
pada awal akad pada awal akad
b. Nilai wajar asset b. Nilai wajar asset
musyarakah nonkas musyarakah nonkas
pada saat penyerahan pada saat
untuk usaha penyerahan untuk
musyarakah usaha musyarakah
c. Ditambah dengan c. Dikurangi dengan
jumlah dana syirkah jumlah
temporer yang telah pengembalian dari
dikembalikan kepada mira aktif (jika ada)
mitra pasif d. Dikurang
d. Dikurang penyusutan penyusutan dan
dan kerugian (jika kerugian (jika ada)
ada)

3. Penyajian dan Pengungkapan


Keterangan Mitra Aktif Mitra Pasif
Penyajian a. Investasi a. Investasi
Musyarakah, sebesar Musyarakah sebesar
:kas atau asset nonkas asset atau asset
yang disisihkan untuk nonkas yang
investasi musyarakah diserahkan ke mitra
dan yang diterima dari aktif
mitra pasif b. Kontra akun atas
b. Dana Syirkah investasi
Temporer sebesar musyarakah yang
asset yang diterima timbul sebagai
dari mitra pasif keuntungan
c. Bagian dari ekuitas tangguhan sebesar
atas selisih atas selisih penilaian
penilaian kembali kembali asset non
asset musyarakah kas yang diserahkan
ke mitra aktif

F. Akad Murabahah
1. Penjelasan Akad
Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi
persyaratan syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah
merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. PSAK
102 mendefinisikan akad murabahah sebagai akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada
pembeli.
Pembayaran atas akad murabahah tersebut dapat dilakukan secara tunai
(bai' naqdan) atau dilakukan secara tangguh (b a i muajjal/bai bi'tsaman ajil).
Akad juga dapat dilakukan dengan melalui pesanan atau tanpa pesanan.
2. Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan transaksi murabahah harus memenuhi rukun yang
mencakup (1) pelaku yang sudah baligh dan berakal, (2) barang: merupakan
barang halal dan memiliki nilai, dimiliki oleh penjual, spesifikasi baik
kualitas dan kuantitas jelas, penyerahan tidak terkait dengan keadaan lain,
harga barang diketahui, barang ada di tangan penjual, (3) ijab kabul.
Berdasarkan prinsip jual beli, maka:
1. Harga jual berarti harga yang disepakati antara pembeli dan penjual yang
terdiri dari harga perolehan ditambah margin keuntungan. Marjin
keuntungan harus disepakati, sehingga pembeli berhak melakukan
negosiasi jumlah margin sebelum disepakati.
2. Harga beli berarti harga perolehan atas aset murabahah termasuk di
dalamnya:
1. Jika ada penurunan nilai,
2. Diskon (bila diperoleh sebelum akad sebagai pengurang harga
perolehan, dan dan bila diperoleh setelah akad harus sesuai
perjanjian, dan bila tidak diperjanjikan menjadi hak penjual),
3. Komisi apapun.
4. Uang muka diperbolehkan tetapi harus dianggap sebagai pengurang
harga jual.
5. Denda hanya dikenakan kepada pembeli yang lalai, bukan yang
mengalami kesulitan keuangan. Jumlah denda harus diperjanjikan pada
akad dan diakui sebagai penerimaan dana kebajikan.
6. Potongan atas harga jual boleh dilakukan sepanjang tidak diperjanjikan
di depan.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli
Pada saat Diakui sebagai
perolehan persediaan sejumlah
biaya perolehan. Jika
terjadi penurunan nilai,
maka akan diakui sebagai
kerugian (tanpa pesanan)
atau beban penurunan
nilai (dengan pesanan)
Jika ada diskon :
a. Sebelum akad maka
akan mengurangi
biaya perolehan
b.Setelah akad
bergantung pada
perjanjian, hak pembeli
: maka sebagau
pengurangan
kewajiban, hak penjual
sebagai keuntungan
tambahan dan jika
tidak diperjanjikan
akan diakui sebegai
pendapatan
operasional lain
Penyerahan Diakui sebesar harga jual. Diakui sebesar harga beli.
Barang Selisih antara harga Jika transaksi dilakukan tidak
perolehan dan harga jual tunai, maka asset dinilai
akan diakui sebagai sebesar harga jual tunai
keuntungan murabahah. sedanhkan utang diakui
Pengakuan murabahah ini sebesar harga beli.selisihnya
dapat diakui : diakui sebagai beban
a. Lagsung jika murabahah tangguh
transaksi tunia Diskon yang diterima sebagai
atau kurang dari 1 hak pembeli diakui sebagai
tahun pengurangan beban
b. Diamortisasi murabahah tangguh
secara
proporsional jika
ada risiko
penagihan besar
c. Dilakukan saat
pelunasan jika
risiko penagihan
sangat besar
Potongan Jika disebabkan : Diakui sebagai pengurangan
pelunasan a. Pembayaran tepat beban murabahah tangguh
waktu: sebagai
pengurang
keuntungan
murabahah
b. Penurunan
kemamouan
pembeli : sebagai
beban murabahah
Denda Akibat kelalaian pembeli Akibat kelalaian diakui
akan diakui sebagai dana sebagai kerugian
kebajikan
Uang Muka Diakui sebagai uang Diakui sebagai uang muka
Pembeluan muka pembeluan sebesar pembeluan sebesar jumlah
untuk jumlah yang diterima yang diterima
Murabahah Jika barang jadi dibeli Jika barang jadi dibeli akan
dengan Pesanan akan dianggap sebagai dianggap sebagai bagian
bagian pelunasan piutang pelunasan utang. Jika batal
pembelian barang, jika diakui sebagai kerugian
batal harus dukembalikan
setelah dikurangi
biaya-biaya yang telah
dikurangi oleh penjual

4. Penyajian dan Pengungkapan


Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli
Penyajian Nilai bersih yang dapat Beban Murabahah
direalisasikan (saldo Tangguh sebagai
piutang murabahah pengurang (contra
dikurangi penyisihan account) utang
kerugian piutang) murabahah
Keuntungan Murabahah
Tangguh sebagai
pengurang (contra
account) piutang
murabahah
Pengungkapan a. Harga perolahan a. Nilai tunai asset
asset murabahah yang diperolah
b. Janji pemesanan transaksi
berdasarkan murabahah
murabhah pesanan b. Janhka waktu
sebagai kewajiban murabahah
atau bukan tangguh
c. Hal-hal lain yang c. Hal-hal ;ain yang
diatur PSAL 101 diatur PSAK 101

Contoh Penyajian Murabahah


Ketera Bagi Penjual Bagi Pembeli
ngan
Penyaji Piutang Murabahah XXX Utang Murabahah XXX
an Penyisihan Piutang (XXX) Beban Murabahah Tangguh (XXX)
Nilai Bersih Direalisasi XXX
Margin Murabahah Tangguh ( XXX)

G. Akad Salam
1. Penjelasan Akad
Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda dan
pembayaran dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam
adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian
hari oleh penjual (muslam ilaihi) dan pelunasan dilakukan oleh pembeli (al
muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Akad salam dapat dilakukan secara langsung yaitu antar penjual dan pembeli,
atau secara paralel yaitu: antar penjual dan pembeli, serta penjual 2 (yang
merupakan pembeli pada transaksi pertama) dan pembeli 2. Akad salam paralel
diperbolehkan sepanjang tidak ada keterkaitan antara transaksi penjualan 1 dan
penjualan 2.

2. Prinsip Akad Salam


Akad salam termasuk dalam akad jual beli namun dengan kriteria berbeda
dengan akad jual beli yang mengharuskan barang dimiliki penjual sebelum
melaksanakan akad. Akad ini diperbolehkan dan telah dipraktikkan dari zaman
Nabi Muhammad SAW, dan biasanya digunakan untuk industri pertanian.
Akad salam memang terlihat mirip dengan akad ijon, namun yang
membedakan pada akad salam tidak ada gharar (ketidakjelasan) karena saat
disepakati: harus ada harga yang tidak akan berubah, kuantitas, kualitas, tanggal
penyerahan serta tempat penyerahan. Akad salam juga berbeda dengan transaksif
orward dan future. Pada akad salam harus ada pembayaran pada saat akad dan
hanya penyerahan barang yang tunda, sedangkan forward pembayaran dan
penyerahan sama-sama tunda, apalagi/ufure yang bahkan tidak perlu dilakukan
penyerahan barang. Transaksi jual beli tidak boleh dilakukan antara utang (dayn)
dengan hutang (dayn).
Dalam melakukan transaksi salam harus memenuhi rukun yang mencakup (1)
pelaku yang sudah baligh dan berakal, (2) Objek akad: terkait modal salam: harus
diketahui bentuk dan jenis, pembayaran tunai (ulama berbeda pendapat untuk
pembayaran selain tunai- PSAK membolehkan sesuai Fatwa No.5 tentang salam),
tidak boleh berupa pembebasan utang atau penyerahan piutang lainnya; terkait
barang: harus dijelaskan tentang spesifikasi, ukuran, harga, waktu penyerahan,
barang harus ada saat waktu penyerahan, akad rusak jika barang tidak ada saat
waktu ditentukan, barang cacat/kualitas lebih rendah pembeli punya hak khiyar,
barang spesifikasi lebih tinggi tidak boleh mengubah harga, pengiriman
sebelum yang dijanjikan tidak boleh ada perubahan harga, tidak boleh menjual
kembali sebelum barang diterima, penggantian spesifikasi tidak diperbolehkan (3)
ijab kabul.

3. Pengakuan dan Pengukuran


Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli
Pada saat Mengakui utang salam sesuai Piutang salam diakui pada saat
akad dengan penerimaan modal usaha salam dibayarkan
disepakati pembayaran (modal salam) atau dialihkan kepada penjual
diukur sebesar nilai tunai, Diukur sebesar nilai tunai, barang :
barang : nilai wajar asset nilai wajar asset. Perbedaan nilai
wajar dan nilai tercatat diakui
seagai untung rugi
Pada saat Utang salam dieliminasi saat a. jika barang pesanan sesuai
penyerahan barang pesanan diserahkan dengan akad dinilai sesuai
barang pada sisi lainnya diakui nilai yang disepakati
adanya penjualan b. jika barang pesanan
berbeda kualitasnya
c. jika pembeli tidak
menerima sebagian atau
seluruh barang pesanan
pada tanggal jatuh tempo
pengiriman
Salam Selisih antara jumlah yang
Paralel dibayar oleh pembeli akhir
dan biaya perolehan barang
pesanan diakui sebagai
keutungan atau kerugian saat
penyerahan barang

4. Penyajian dan Pengungkapan


Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli
Penyajian Kewajiban salam disajikan Piutang salam disajikan
sebesar modal salam diterima sebesar modal salam yang
diberikan
Persediaan salam (terkait
salam parallel) disajikan
sebesar nilai terendah antara
perolehan dan nilai yang dapat
direalisasikan
Selisih lebih rendah akan
diakui sebagai kerugian
Pengungkapan Piutang salam pada produsen( Modal salam yang diberikan.
untuk salam parallel) yang Jenis dan kuantitas barang
memiliki hubungan istimewa pesanan.
Jenis dan kuantitas barang Pengungkapan yang
pesanan. disyaratkan oleh PSAK 101
Pengungkapan yang
disyaratkan oleh PSAK 101

Contoh Penyajian :

Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli


Penyajian Piutang Salam XXX Utang Salam XXX
Persediaan Salam XXX

H. Akad Istishna'
1. Penjelasan Akad
Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana
akad salam, yang membedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada
jenis barangnya. Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan
akad isthisna pada barang barang manufaktur seperti: konstruksi, gedung,
mesin dll. Pembayaran untuk akad salam harus dilakukan saat kesepakatan,
sedangkan istishna' bisa dilakukan seiring dengan proses pembuatan.
PSAK 104 tentang Istishna' mendefinisikan akad ini merupakan akad
jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli ¡mustashni)
dan penjual (pembuat/shani').
Penjual dapat menyiapkan barang yang dipesan (sesuai spesifikasi
pemesanan) oleh dirinya sendiri atau melalui pihak lain. Jika dilakukan oleh
pihak lain maka disebut sebagai istishna' paralel, hal ini diperbolehkan
sepanjang kedua akad tidak saling tergantung.
2. Prinsip Akad
Akad istishna' merupakan hasil dari ijma' Ulama melalui qiyash terhadap
akad salam. Akad salam jelas diperbolehkan sesuai dengan Al Quran dan As
Sunnah, sedangkan istishna diperbolehkan sesuai dengan ijma Ulama. Oleh
sebab itu PSAK 104 mengharuskan barang pesanan harus memenuhi kriteria
PSAK 104 paragraf 08, yaitu:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk masai; dan
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya.

Dalam melakukan transaksi istishna harus memenuhi rukun yang mencakup:


a. Pelaku yang sudah baligh dan berakal;
b. Objek akad: terkait alat pembayaran: harus diketahui bentuk dan jenis
pembayaran, harga yang disepakati tidak boleh berubah kecuali ada
perubahan spesifikasi dan itu menjadi tanggungan pembeli, tidak boleh
berupa pembebasan utang atau penyerahan piutang lainnya; terkait barang:
harus dijelaskan tentang spesifikasi, ukuran, harga, waktu penyerahan,
barang harus ada saat waktu penyerahan, tidak boleh menjual kembali
sebelum barang diterima, dalam hal barang sudah dikerjakan maka
menjadi mengikat dan tidak boleh dibatalkan;
c. Ijab kabul.
I. Akad Ijarah
1. Penjelasan Akad
Akad ijarah merupakan bagian dari akad jual beli, hanya saja yang
diperjualbelikan bukan benda melainkan manfaat dari benda. PSAK 107
mendefinisikan Ijarah sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Akad Ijarah secara syariah lebih luas dari definisi sewa dalam pengertian
umum, mengingat secara syariah sewa disini bukan hanya untuk barang
tangible melainkan juga hasil kerja/karya seseorang. Akad ijarah juga tidak
dapat dipadankan dengan leasing (sewa guna usaha), mengingat akad ijarah
tidak ada perubahan kepemilikan dan tidak ada pengalihan risiko maka pada
akad ijarah diperlakukan menjadi sewa operasi biasa.
Akad ijarah dapat dilakukan dengan akad ijarah biasa, ijarah muntahiya
bitamlik (IMBT) serta akad jual dan sewa kembali (sales and leaseback).
Pembayaran sewa dapat dilakukan di muka, ditangguhkan atau di belakang
dari akad sewa sepanjang disepakati oleh penyewa dan pemberi sewa.
2. Prinsip Akad
Pada akad ijarah tidak ada pengalihan hak kepemilikan dan tidak ada
pengalihan risiko, sehingga seluruh risiko atas kondisi aset menjadi tanggung
jawab pemilik sewa. Oleh sebab itu akad ijarah hanya menggunakan transaksi
sewa operasi biasa. Kondisi ini juga berlaku untuk akad ijarah muntahiya
bittamlik, dimana pada akad ini tetap tidak ada akad pengalihan kepemilikan
pada akhir, tetapi hanya waad (janji) untuk mengalihkan akad. Waad ini
tentunya masih dapat dievaluasi keputusannya untuk menjadi akad sesuai
dengan kondisi barang saat akhir.
Untuk akad jual dan sewa kembali, harus dilakukan akad jual dan akad
sewa yang tidak saling tergantung. Dalam melakukan transaksi ijarah harus
memenuhi rukun yang mencakup (1) pelaku yang sudah baligh dan berakal, (2)
Objek akad: terkait alat pembayaran: harus diketahui bentuk dan jenis
pembayaran, harga yang disepakati tidak boleh berubah kecuali ada perubahan
spesifikasi dan itu menjadi tanggungan pembeli, tidak boleh berupa
pembebasan utang atau penyerahan piutang lainnya; terkait barang: harus
dijelaskan 1 tentang spesifikasi, ukuran, harga, waktu penyerahan, barang harus
ada saat waktu penyerahan, tidak boleh menjual kembali sebelum barang
diterima, dalam hal barang sudah dikerjakan maka menjadi mengikat dan tidak
boleh dibatalkan (3) ijab kabul.

3. Pengakuan dan Pengukuran


Keterangan Bagi Pemberi Sewa Bagi Penyewa
Perolahan Aset Diakui saat perolehan sebesar
Iajrah harga perolehan
Pegakuan Diakui pada saat manfaat asset Diakui pada saat manfaar
pendapatan / telah dialihkan dengan mengakui asset telah diterima dengan
Beban Ijarah sebagai pendapatan sebesar nilai mengakui sebagau beban
yang disepakati. Jika pembayaran sebesar nilai yang disepakati.
belum diterima maka diakui Jika pembayaran belum
sebagai piutang diberikan maka diakui
sebagai utang
Biaya Biaya perawatan rutin menjadi Biaya perawatan rutin
Perawatan atau tanggung jawab pembeli sewa menjadi tanggung jawab
Perbaikan diakui sebagai biaya perawatan pembeli sewa. Jika penyewa
sebesar terjadinta melakukan perbaikan maka
akan ditagihkan kepada
pemberi sewa. Jika
disepakati menjadi tanggung
jawab penyewa maka diakui
sebesar biaya perawatan
sebesar terjadinya.
Biaya Dibebankan sesuai kebijakan
Depresiasi atau (selama masa manfaat) dan
Amortisasi diakui oleh pemberi sewa sebagai
pemilik asset
Pemindahan - Hibah : selisih harga perolehan
kepemilikan dan akumulasi penyusutan akan
jika IMBT diakui sebagai beban
- Penjualan : selisih harga
perolehan dan akumulasi
penyusutan akan diakui sebagai
keuntungan dan kerugian
- Jika tidak terjadi pengalihan :
maka akan direklasifikasi
sebagai asset labcar atau tidak
lancer
Jual dan Sewa Dilakukan pengangkuan
Kembali keuntungan/ kerugian terpisah
untuk transaksi penjualan.
Untuk transaksi sewa diakui
sebagaimana du atas. Tidak
boleh dilakukan pembebanan
kerugian atas transaksi jual pada
transaksi sewa

4. Penyajian dan Pengungkapan


Keterangan Bagi Pemberi Sewa Bagi Penyewa
Penyajian Pendapatan Ijarah disajikan Beban Ijarah diakui sebagai
setelah di kurangi beban terkait beban ijarah
Pengungkapan - Penjelasan atas isi akad yang - Penjelasan atas isi akad
signifikan termasuk wa’ad yang signifikan termasuk
- Nilai perolehan dan akumulasi wa’ad
pemyusutan / amortisasi - Keberadaan transaksi
- Keberadaan transaksi jual dan jual dan beli (kalau ada)
beli (kalau ada)

J. Akad Lain
1. Akad sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu: transaksi
pembelian dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian
maksimal 2 hari (sesuai urf). Akad sharf tidak boleh dilakukan dengan forward
dan option.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: mata uang;
nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar syarat,
tunai, (3) ijab kabul.
2. Akad wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di
perbankan syariah. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek
akad: barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah
pihak, (3) ijab kabul.
3. Akad wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang,
realisasi letter ofcredit. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2)
objek akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak
bertentangan dengan syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa
dapat dinilai, kontrak dapat dilaksanakan, (3) ijab kabul.
4. Akad kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, stand hy letter
of credit, akseptasi, kartu kredit pada perbankan syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: tanggungan
pihak yang berutang baik barang, jasa atau pekerjaan; tanggungan, bisa
dilaksanakan oleh penjamin, utang mengikat, harus jelas nilai, jumlah dan
spesifikasi dan tidak bertentangan dengan syariah, (3) ijab kabul. 5.. Akad
hawalah: akad yang dapat digunakan untuk anj ak piutang, atau pengalihan
utang dari konvensional ke syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: balig dan cakap hukum, (2) objek akad: adanya utang
atau piutang; dapat dilaksanakan, utang piutang yang mengikat, harus jelas
nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan syariah, (3) ijab kabul.
6. Akad qardh merupakan akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan
kepada orang yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi
yang terkait langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan
boleh.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: uang yang
dipinjamkan; jelas jumlah dan waktu pelunasan, boleh dikenakan denda jika
lalai, (3) ijab kabul.
7. Akad rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai
emas.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: barang digadai
atau pengalihan hak atas barang; dapat dijual/nilai seimbang, harus bernilai dan
dimanfaatkan, jelas spesifikasi barang, tidak terkait kepemilikan dengan pihak
lain, (3) ijab kabul.

K. Akuntansi Sukuk
1. Pengertian Sukuk
Menurut PSAK 110, Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu; atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Sukuk memang seringkali disebut sebagai obligasi syariah, namun sukuk
berbeda dengan obligasi, karena sukuk bukanlah pengakuan utang, melainkan
bukti kepemilikan, sehingga kalau terjadi default atas pembayaran sukuk maka
pemegang sukuk memiliki aset sebagai ganti kepemilikan.
2. Prinsip Akad
Sukuk yang diterbitkan akan bergantung pada akad apa yang
digunakan, sehingga mekanisme transaksi sukuk akan mengikuti akad yang
digunakan. Jika menggunakan akad mudharabah maka imbal hasil sukuk akan
berfluktuasi mengikuti bagi hasil yang diperoleh, sedangkan jika
menggunakan akad ijarah, maka imbal hasil sukuk akan tetap sesuai sewa yang
disepakati.
3. Pengakuan dan Pengukuran
1. Akuntansi Untuk Penerbit
Sukuk Mudharabah Sukuk Ijarah
Saat Pengakuan Saat entitas menjadi pihak Saat entitas menjadi pihak yang
yang terkait dengan jetentuan terkait dengan ketentuan
penerbitan sukuk mudharabah, penerbitan sukuk, diakui
diakui sebesar nilai nominal sebesar nilai nominal
disesuaikan dengan premium
atau diskonto dan biaya
transaksi terkait dengan
penerbitannya. Perbedaan nilai
nominal diamortiasasi secara
garis lurus selama jangka
waktu sukuk ijarah dan diakui
sebagai beban penerbitan sukuk
ijarah
Biaya transaksi Diakui secara terpisah dari Diakui sebagai pengurang atas
sukuk mudharabah sebagai nilai nominal sukuk
beban penerbitan dan
diamortiasi secara garis lurus
selama jangka waktu sukuk
mudgarabah
Return bagi Bagi hasil, bagi hasil yang Ujrah/fee, diakui sebagai beban
investor menjadi hak investor sukuk ijaraj saat terutang
mudharabah diakui sebagai
pengurang pendapatan bukan
sebagai beban

2. Akuntansi Untuk Investor


Sususk Mudharabah Susuk Ijarah
Sebelum Entitas menentukan klasifikasi dalam 2 pilihan :
Pengakuan a. Diukur pada harga perolehan: jika model usahanya
bertujuan memperoleh kas kontraktual (tujuan
ditetapkan oleh entitas) dan persyaratannya pada tahap
pembayaran. Untuk sukuk Mudharabah adalah arus kas
kontraktual berupa bagi hasil dan pokok, sedangkan
untuk sukuk ijarah adalah arus kas imbalan berupa ujrah
b. Diukur pada nilai wajar
Entitas tidak boleh mengubah klasifikasi kecuali ada perubahan
tujuan model usaha
Saat Pengakuan Pada tanggal perdagangan atau Pada tanggal perdagangan atau
penyelesaikan transaksi dalam penyelesaian transaksi dalam
pasar yang lazim pasar yang lazim
Pengukuran
a. Jika Sebesar biaya perolahan Sebesar biaya perolahan
menggunakan termasuk biaya transaksi termasuk biaya transaksi, jika
harga ada selisih atas nilai nominal
perolehan dan biaya perolehan maka
diamortisasi secara garis lurus
Selama jangka waktu sukuk
b.Jika Sebesar nilai wajar tidak termasuk biaya transaksi
menggunaka
nilai wajar
Setelah Pengakuan Awal
a. Jika Jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka entitas
menggunakan membandingkan antara nilai tercatat dan jumlah terpulihkan.
harga Jika jumlah terpulihkan lebih kecil maka diakui rugi penurunan
perolehan nilai
Jumlah terpulihkan adalah jumlah dari nilai pokok yang akan
diterima tanpa memperhitungkan nilai kini
b. Jika Diukur pada nilai wajar, selisih antara nilai wajar dan jumlah
menggunakan tercatat diakui dalam laba rugi
nilai wajar Penentuan pada nilai wajar, selisih antara nilai wajar dan jumlah
tercatat diakui dalam laba rugi
 Kuotasi harga di pasar aktif atau
 Harga yang terjadi dari transaksi terkini jika tidak ada
kuotasi harga du oasar aktif atau
 Nilai wajar instrument sejenis jika tidak ada kuotasi
harga pasar aktif dan tidak ada harga yang terjadi dari
transaksi terkini

4. Penyajian dan Pengungkapan


1. Akuntansi Untuk Penerbit
Sukuk Mudharabah Sukuk Ijarah
Penyajian Bagi entitas syariah : Dana Liabilitas secata neto setelah
syirkah Temporer premium atau diskonto dan biaya
Bagi entitas non syariah : transaksi yang belum diamortisasi
liabilitas yang terpisah dari
liabilitas lain dan dalam
urutan paling akhir dalam
liabilitas
Biaya transaksi disajikan
sebagai asset sebagai
beban tangguhan
Pengungkapan a. Persyaratan utama a. Persyaratan utama dalam
dalam penerbitan, penerbitan, contoh :
contoh : aktivitas, aktivitas, ringkasan akad,
ringkasan akad, jangka waktu, nilai, prinsip
jangka waktu, bagi hasil dan lainnya
nilai, prinsip bagi b. Penjelasan aktivitas yang
hasil dan lainnya mendasari penerbitan
b. Penjelasan seperti : jenis usaha, tren
aktivitas yang usaha dan pihak pengelola
mendasari c. Lain-lain
penerbitan seperti :
jenis usaha, tren
usaha dan pihak
pengelola
c. Lain-lain
2. Akuntans Untuk Investor
Sukuk Mudharabah Sukuk Ijarah
Penyajian Bergantung pada pilihan pengukuran
Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara
neto dalam laba rugi
Pengungkapan  Klasifikasi berdasarkan jumlah investasi
 Tujuan model usaha yang digunakan
 Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada dan
penyebabnya
 Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya
perolehan
Daftar Pustaka
IAI. 2016. Modul Chartered Accountant Pelaporan Korporat. Jakarta Pusat: IAI.

Anda mungkin juga menyukai