Pelaporan Korporat
Pelaporan Korporat
OLEH
EDI FAHRUDIN 1707611001
IQRAM 1707611002
KADEK UPAWITA CANDRA PERTIWI 1707611004
Akad tabarru tidak dapat diubah menjadi akad tijarah sedangkan akad
tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru (yang semula ditujukan untuk mencari
keuntungan menjadi tolong menolong/kebaikan)
D. Akad Mudharabah
1. Penjelasan Akad
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana
2. Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip
bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil,-
maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total
pendapatan usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar
pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang
berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Pengakuan penghasilan
usaha mudharabah didasarkan pada laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Saat Penyerahan Diakui sebagai investasi Diakui sebagai dana
Investasi mudharabah pada saat syirkah temporer sebesar
pembayaran kas atau jumlah kas atau nilai
penyerahan asset non kas kepaa wajar asset non kas yang
pengelola dana diterima
a. Dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah
yang di bayarkan
b. Dalam bentuk asset non
kas diukur sebesar nilai
wajar asset non kas pada
saat penyerahan :
- Jika nilai wajar lebih
tinggi daripada nilai
tercatatnya diakui,
maka selisihnya
diakui sebagai
keuntungan
tangguhan dan
diamortisasi sesuai
jangka waktu akad
mudharabah
- Jika nilai wajar lebih
rendah daripada
nilai tercatatnya
maka selisihnya
diakui sebagai
kerugian
Jika Terjadi a. Sebelum usaha dimulai
Penurunan Nilai disebabkan rusak,
Atas Investasi hilang atau factor lain
Mudharabah yang bukan kelalaian
atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut
diakui sebagau kerugian
dan mengurangi saldo
investasi
b. Setelah dimulainya
usaha, maka kerugian
tersebut diperhitungkan
pada saat bagi hasil atau
tidak langsung
mengurangi jumlah
investasi
Penghasilan a. Jika investasi a. Pengelola dana
Usaha mudharabah melebihi mengakui
satu periode pelaporan, pendapatan atas
penghasilan usaha penyaluran dana
diakui dalam periode syirkah temporer
terjadinya hak bagi hasil secara bruto
sesuai nisbah yang sebelum
disepakati dikurangi dengan
b. Kerugian yang terjadi bagian hak
salam suatu periode pemilik dana
sebelum akad b. Kerugian yang
mudharabah berakhir diakibatkan oleh
diakui sebagai kerugian kesalahan atau
dan dibentuk penyisihan kelalaian
kerugian investasi pengelola dana
c. Kerugian akibat diakui sebagai
kelalaian atau kesalahan beban
pengelola dana pengelolaan dana
dibebankan pada
pengelola dana dan
tidak mengurangi
investasi mudharabah
Pada Akhir Akad Diakui sebagai keuntungan atau Pada akhir periode
kerugian sebesar selisih antara akuntansi, dana syirkah
inevstasi mudharabah setelah temporer diukur sebesar
dikurangi penyisihan kerugian nilai ercatat
investasi dengan pengembalian
investasu mudharabah
4. Penyajian dan Pengungkapan
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Investasi mudjarabah dalam Transaksi mudharabah
laporan keuangan sebesar nilai dalam laporan keuangan :
tercatat a. Dana syirkah
temporer dari
pemilik dana
disajikan sebesar
nilai tercatatnya
untuk setiap jenis
mudharabah
b. Bagi hasil dana
syirkah temporer
yang sudah
diperhitungkan
tetapi belum
diserahkan kepada
pemilik dan
disajikan sebagai
pos bagi hasil
yang belum
dibagikan
kewajiban
Pengungkapan a. Isi kesepakatan utama a. Isi kesepakatan
usaha mudharabah utama usaha
seperti porsi dana, mudharabah
pembagian hasil usaha, seperti porsi dana,
aktivitas usaha pembagian hasil
mudharabah dan usaha, aktivitas
lain-lain usaha
b. Rincian jumlah mudharabah dan
investasi mudharabah lain-lain
berdasarkan jenisnya b. Rincian dana
c. Penyisihan kerugian syirkah temporer
investasi mudharabah yang diterima
selama periode berjalan berdasarkan
d. Pengungkapan yang jenisnya
diperlukan sesuai c. Penyaluran dana
PSAK No. 101 tentang yag berasal dari
Penyajian Laporan mudharabah
Keuangan Syariah muqayadah
d. Pengungkapan
yang diperlukan
sesuai dengan
PSAK No. 101
tentang Penyajian
Laporan
Keuangan Syariah
Contoh penyajian :
Keterangan Pemilik Dana Pengelolaan Dana
Penyajian Investasi Mudharabah XXX Dana Syariah Temporer XXX
Penyisihan Kerugian (XXX) Penyisihan Kerugian (XXX)
Nilai Investasi XXX Dana Syirkah Temporer XXX
E. Akad Musyarakah
1. Penjelasan Akad
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, di mana masing- masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh pengelola usaha musyarakah. Keuntungan yang akan
dibagihasilkan berdasarkan atas realisasi pendapatan usaha. Pihak yang
bertanggung jawab mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau
menunjuk pihak lain disebut mitra aktif.
2. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Mitra Aktif Mitra Pasif
Saat Investasi musyarakah diakui Inevastasi musyarakah
Penyerahan pada saat penyerahan kas atau diakui pada saat
asset nonkas untuk usaha pembayaran kas atau
musyarakah penyerahan asset nonkas
a. Dalam bentuk kas kepada mitra aktif
dinilai sebesar julah musyarakah
yanh diserahkan a. Dalam bentuk kas
b. Dalam bentuk asset dinilai sebesar
nonkas dinilai sebesar jumlah yang
nilai wajar dibayarkan
Jika terdapat selisih antara b. Dalam bentuk asset
nilai wajar dan nilai nuku nonkas dinilai
asset nonkas, maka selisih sebesar nilai wajar
tersebut diakui sebagai selisih Jika terdapat selisih
penilaian asset musyarakah antara nilai wajar dan
dalam ekuitas. Selisih nilai tercatat asset
penilaian asset musyarakah nonkas maka selisih
tersebut diamortisasi selama tersebut diakui sebagai :
masa akad musyarakah -Keuntungan
Jika proses penilaian pada tangguhan dan
nilai wajar menghasilkan diamortisasi selama
penurunan nilai asset maka masa akad
penurunan nilai ini langsung keuangan
diakui sebagai kerugian tangguhan disajikan
sebagai akun kontra
dari investasi
musyarakah
-Kerugian pada saat
terjadinya
Selama Akad Asset nonkas musyarakah
yang telah dinilai sebesar
nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajarnya
Kerugian investasu
musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana
masing-masing mitra dan
mengurangi nilai asset
musyarakah
Nilai investasi a. Jumlah kas yang a. Jumlah kas yang
diserahkan untuk diserahkan untuk
usaha musyarakah usaha musyarakah
pada awal akad pada awal akad
b. Nilai wajar asset b. Nilai wajar asset
musyarakah nonkas musyarakah nonkas
pada saat penyerahan pada saat
untuk usaha penyerahan untuk
musyarakah usaha musyarakah
c. Ditambah dengan c. Dikurangi dengan
jumlah dana syirkah jumlah
temporer yang telah pengembalian dari
dikembalikan kepada mira aktif (jika ada)
mitra pasif d. Dikurang
d. Dikurang penyusutan penyusutan dan
dan kerugian (jika kerugian (jika ada)
ada)
F. Akad Murabahah
1. Penjelasan Akad
Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi
persyaratan syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah
merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. PSAK
102 mendefinisikan akad murabahah sebagai akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada
pembeli.
Pembayaran atas akad murabahah tersebut dapat dilakukan secara tunai
(bai' naqdan) atau dilakukan secara tangguh (b a i muajjal/bai bi'tsaman ajil).
Akad juga dapat dilakukan dengan melalui pesanan atau tanpa pesanan.
2. Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan transaksi murabahah harus memenuhi rukun yang
mencakup (1) pelaku yang sudah baligh dan berakal, (2) barang: merupakan
barang halal dan memiliki nilai, dimiliki oleh penjual, spesifikasi baik
kualitas dan kuantitas jelas, penyerahan tidak terkait dengan keadaan lain,
harga barang diketahui, barang ada di tangan penjual, (3) ijab kabul.
Berdasarkan prinsip jual beli, maka:
1. Harga jual berarti harga yang disepakati antara pembeli dan penjual yang
terdiri dari harga perolehan ditambah margin keuntungan. Marjin
keuntungan harus disepakati, sehingga pembeli berhak melakukan
negosiasi jumlah margin sebelum disepakati.
2. Harga beli berarti harga perolehan atas aset murabahah termasuk di
dalamnya:
1. Jika ada penurunan nilai,
2. Diskon (bila diperoleh sebelum akad sebagai pengurang harga
perolehan, dan dan bila diperoleh setelah akad harus sesuai
perjanjian, dan bila tidak diperjanjikan menjadi hak penjual),
3. Komisi apapun.
4. Uang muka diperbolehkan tetapi harus dianggap sebagai pengurang
harga jual.
5. Denda hanya dikenakan kepada pembeli yang lalai, bukan yang
mengalami kesulitan keuangan. Jumlah denda harus diperjanjikan pada
akad dan diakui sebagai penerimaan dana kebajikan.
6. Potongan atas harga jual boleh dilakukan sepanjang tidak diperjanjikan
di depan.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan Bagi Penjual Bagi Pembeli
Pada saat Diakui sebagai
perolehan persediaan sejumlah
biaya perolehan. Jika
terjadi penurunan nilai,
maka akan diakui sebagai
kerugian (tanpa pesanan)
atau beban penurunan
nilai (dengan pesanan)
Jika ada diskon :
a. Sebelum akad maka
akan mengurangi
biaya perolehan
b.Setelah akad
bergantung pada
perjanjian, hak pembeli
: maka sebagau
pengurangan
kewajiban, hak penjual
sebagai keuntungan
tambahan dan jika
tidak diperjanjikan
akan diakui sebegai
pendapatan
operasional lain
Penyerahan Diakui sebesar harga jual. Diakui sebesar harga beli.
Barang Selisih antara harga Jika transaksi dilakukan tidak
perolehan dan harga jual tunai, maka asset dinilai
akan diakui sebagai sebesar harga jual tunai
keuntungan murabahah. sedanhkan utang diakui
Pengakuan murabahah ini sebesar harga beli.selisihnya
dapat diakui : diakui sebagai beban
a. Lagsung jika murabahah tangguh
transaksi tunia Diskon yang diterima sebagai
atau kurang dari 1 hak pembeli diakui sebagai
tahun pengurangan beban
b. Diamortisasi murabahah tangguh
secara
proporsional jika
ada risiko
penagihan besar
c. Dilakukan saat
pelunasan jika
risiko penagihan
sangat besar
Potongan Jika disebabkan : Diakui sebagai pengurangan
pelunasan a. Pembayaran tepat beban murabahah tangguh
waktu: sebagai
pengurang
keuntungan
murabahah
b. Penurunan
kemamouan
pembeli : sebagai
beban murabahah
Denda Akibat kelalaian pembeli Akibat kelalaian diakui
akan diakui sebagai dana sebagai kerugian
kebajikan
Uang Muka Diakui sebagai uang Diakui sebagai uang muka
Pembeluan muka pembeluan sebesar pembeluan sebesar jumlah
untuk jumlah yang diterima yang diterima
Murabahah Jika barang jadi dibeli Jika barang jadi dibeli akan
dengan Pesanan akan dianggap sebagai dianggap sebagai bagian
bagian pelunasan piutang pelunasan utang. Jika batal
pembelian barang, jika diakui sebagai kerugian
batal harus dukembalikan
setelah dikurangi
biaya-biaya yang telah
dikurangi oleh penjual
G. Akad Salam
1. Penjelasan Akad
Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda dan
pembayaran dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam
adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian
hari oleh penjual (muslam ilaihi) dan pelunasan dilakukan oleh pembeli (al
muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Akad salam dapat dilakukan secara langsung yaitu antar penjual dan pembeli,
atau secara paralel yaitu: antar penjual dan pembeli, serta penjual 2 (yang
merupakan pembeli pada transaksi pertama) dan pembeli 2. Akad salam paralel
diperbolehkan sepanjang tidak ada keterkaitan antara transaksi penjualan 1 dan
penjualan 2.
Contoh Penyajian :
H. Akad Istishna'
1. Penjelasan Akad
Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana
akad salam, yang membedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada
jenis barangnya. Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan
akad isthisna pada barang barang manufaktur seperti: konstruksi, gedung,
mesin dll. Pembayaran untuk akad salam harus dilakukan saat kesepakatan,
sedangkan istishna' bisa dilakukan seiring dengan proses pembuatan.
PSAK 104 tentang Istishna' mendefinisikan akad ini merupakan akad
jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli ¡mustashni)
dan penjual (pembuat/shani').
Penjual dapat menyiapkan barang yang dipesan (sesuai spesifikasi
pemesanan) oleh dirinya sendiri atau melalui pihak lain. Jika dilakukan oleh
pihak lain maka disebut sebagai istishna' paralel, hal ini diperbolehkan
sepanjang kedua akad tidak saling tergantung.
2. Prinsip Akad
Akad istishna' merupakan hasil dari ijma' Ulama melalui qiyash terhadap
akad salam. Akad salam jelas diperbolehkan sesuai dengan Al Quran dan As
Sunnah, sedangkan istishna diperbolehkan sesuai dengan ijma Ulama. Oleh
sebab itu PSAK 104 mengharuskan barang pesanan harus memenuhi kriteria
PSAK 104 paragraf 08, yaitu:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk masai; dan
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya.
J. Akad Lain
1. Akad sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu: transaksi
pembelian dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian
maksimal 2 hari (sesuai urf). Akad sharf tidak boleh dilakukan dengan forward
dan option.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: mata uang;
nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar syarat,
tunai, (3) ijab kabul.
2. Akad wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di
perbankan syariah. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek
akad: barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah
pihak, (3) ijab kabul.
3. Akad wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang,
realisasi letter ofcredit. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2)
objek akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak
bertentangan dengan syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa
dapat dinilai, kontrak dapat dilaksanakan, (3) ijab kabul.
4. Akad kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, stand hy letter
of credit, akseptasi, kartu kredit pada perbankan syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: tanggungan
pihak yang berutang baik barang, jasa atau pekerjaan; tanggungan, bisa
dilaksanakan oleh penjamin, utang mengikat, harus jelas nilai, jumlah dan
spesifikasi dan tidak bertentangan dengan syariah, (3) ijab kabul. 5.. Akad
hawalah: akad yang dapat digunakan untuk anj ak piutang, atau pengalihan
utang dari konvensional ke syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: balig dan cakap hukum, (2) objek akad: adanya utang
atau piutang; dapat dilaksanakan, utang piutang yang mengikat, harus jelas
nilai, jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan syariah, (3) ijab kabul.
6. Akad qardh merupakan akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan
kepada orang yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi
yang terkait langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan
boleh.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: uang yang
dipinjamkan; jelas jumlah dan waktu pelunasan, boleh dikenakan denda jika
lalai, (3) ijab kabul.
7. Akad rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai
emas.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: barang digadai
atau pengalihan hak atas barang; dapat dijual/nilai seimbang, harus bernilai dan
dimanfaatkan, jelas spesifikasi barang, tidak terkait kepemilikan dengan pihak
lain, (3) ijab kabul.
K. Akuntansi Sukuk
1. Pengertian Sukuk
Menurut PSAK 110, Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu; atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Sukuk memang seringkali disebut sebagai obligasi syariah, namun sukuk
berbeda dengan obligasi, karena sukuk bukanlah pengakuan utang, melainkan
bukti kepemilikan, sehingga kalau terjadi default atas pembayaran sukuk maka
pemegang sukuk memiliki aset sebagai ganti kepemilikan.
2. Prinsip Akad
Sukuk yang diterbitkan akan bergantung pada akad apa yang
digunakan, sehingga mekanisme transaksi sukuk akan mengikuti akad yang
digunakan. Jika menggunakan akad mudharabah maka imbal hasil sukuk akan
berfluktuasi mengikuti bagi hasil yang diperoleh, sedangkan jika
menggunakan akad ijarah, maka imbal hasil sukuk akan tetap sesuai sewa yang
disepakati.
3. Pengakuan dan Pengukuran
1. Akuntansi Untuk Penerbit
Sukuk Mudharabah Sukuk Ijarah
Saat Pengakuan Saat entitas menjadi pihak Saat entitas menjadi pihak yang
yang terkait dengan jetentuan terkait dengan ketentuan
penerbitan sukuk mudharabah, penerbitan sukuk, diakui
diakui sebesar nilai nominal sebesar nilai nominal
disesuaikan dengan premium
atau diskonto dan biaya
transaksi terkait dengan
penerbitannya. Perbedaan nilai
nominal diamortiasasi secara
garis lurus selama jangka
waktu sukuk ijarah dan diakui
sebagai beban penerbitan sukuk
ijarah
Biaya transaksi Diakui secara terpisah dari Diakui sebagai pengurang atas
sukuk mudharabah sebagai nilai nominal sukuk
beban penerbitan dan
diamortiasi secara garis lurus
selama jangka waktu sukuk
mudgarabah
Return bagi Bagi hasil, bagi hasil yang Ujrah/fee, diakui sebagai beban
investor menjadi hak investor sukuk ijaraj saat terutang
mudharabah diakui sebagai
pengurang pendapatan bukan
sebagai beban