A. MASALAH UTAMA
Perubahan Proses Pikir: Waham
4. Faktor Predisposisi
Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persebsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis peran ganda / bertentangan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran fentrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
Faktor genetik
5. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
Faktor biokimia
Dopamin, norepinprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
6. Macam-macam Waham
Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“ Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari, “ atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah TUHAN yang
dapat mengendalikan makhluknya.
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
Saya punya tambang emas!
Waham curiga
Kenyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha meruguikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu kok semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
kareana mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya.”
Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh:
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah di
lakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada
tubuhnya.
Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
7. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik
dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadp oarang lain.
Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi waham.
C. POHON MASALAH
Objektif :
Klien terus berbicara tentang
kemampuan yang dimilikinya
Pembicaraan klien cenderung
berulang-ulang
Isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien mengatakan ia memiliki toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan
partai. Klien selalu mengulang-ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien
terlihat mondar-mandir dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran
4. Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien
Identifikasi kebutuhan klien
Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham
klien)
Latihan klien untuk memenuhi kebutuhannya
Masukkan dalam jadwal harian klien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN
1. Orientasi
Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak S bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak
dengan saya? Nama saya A bisa dipanggil A saja. Bapak ingat? Seperti
kemarin, hari ini saya bertugas di sini dari 07.00-12.00 siang nanti”
Evalusai / validasi
“Bagaiman perasaan bapak hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak?
Sekarang bapak ada keluhan tidak? Bagaimana giginya? Sudah sembuh?”
Kontak
“Baiklah sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol ya pak? Bagaimna
kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang bidang yang bapak sukai? Di
mana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
2. Kerja
“Bidang apakah yang bapak sukai? Kemarin bapak sempat mengatakan
memiliki toserba, apakah bapak suka dengan bisnis? Mengapa bapak
menyukainya? Bagaimna dengan politik? Apakah bapak juga menyukainya?
Karena beberapa hari yang lalu bapak juga mengatakan kepada saya ingin
membuat partai politik baru, benar pak? Mana yang lebih bapak sukai bisnis
atau politik? Mengapa bapak lebih menyukai itu? Karena sekarang bapak
sedang berada di sini apakah menurut bapak, bapak bisa menjalankan bidang
yang bapak minati tersebut? Bagaimana caranya? Apakah bisa kita masukkan
kedalam jadwal kegiatan sehari-hari?”
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaiman perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
Evaluasi objektif
“Jadi bidang apa yang bapak sukai?”
Rencana tindak lanjut
“Setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita
ngobrol tentang potensi atau kemampuan lain yang bapak miliki?”
Kontrak yang akan datang
a. Topik: “Bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau
kemampuan yang bapak miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa
kita lakukan di sini, bapak setuju?”
b. Waktu: “Kira-kira besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam
10 saja? Sampai ketemu besok ya?”
c. Tempat: “Bagaimana kalau di tempat biasa kita ngobrolnya?”