22M. Juriah Mulyanti 105 110 PDF
22M. Juriah Mulyanti 105 110 PDF
ABSTRAK
Pengurangan berat komponen kendaraan bermotor merupakan salah satu tujuan utama dalam pengurangan penggunaan
bahan bakar sehingga kemudian dapat juga mengurangi polusi dari gas buang hasil pembakaran yang sudah sangat tinggi di
beberapa negara/daerah. Aluminium memiliki berat jenis yang ringan, memiliki ketahanan korosi yang tinggi dan
membutuhkan energi yang lebih kecil dalam proses fabrikasi dibandingkan dengan besi dan baja. Selain itu sifat-sifat
mekanis aluminium dapat ditingkatkan dengan penambahan unsur-unsur paduan (alloying) dan proses perlakuan panas (heat
treatment). Pembuatan material komposit Aluminium adalah usaha meningkatkan keunggulan serta meminimalisir
kekurangan sifat material logam paduan Aluminium.
Penelitian ini akan melihat perubahan struktur mikro dan sifat mekanis dari material logam Al-Si dengan penambahan
partikel SiC sebanyak 30% volume berat matrik paduan Al-Si hypoeutectic. yang mendapat perlakuan panas dengan
temperatur yang berbeda. Pembuatan komposit dilakukan dengan menggunakan proses stircasting pada temperatur 650oC
dengan kecepatan pengadukan 520 rpm, selama 5 menit. Proses perlakuan panas (heat treatment) dilakukan pada temperatur
100ºC, 200ºC dan 300ºC, selama 2 jam.
Hasil pengujian yang dilakukan pada material, sebelum dan sesudah proses heat treatment, menunjukkan bahwa proses
heat treatment pada material komposit logam Al-SiC/p memberi peningkatan sifat mekanis yang baik. Pengamatan pada
struktur mikro material memperlihatkan bahwa distribusi partikel penguat SiC terdispersi secara lebih merata pada
temperatur pemanasan 200ºC dan menghasilkan data sifat mekanis yang paling baik dibanding proses heat treatment pada
temperatur 100ºC dan 300ºC.
Kata Kunci : komposit material logam Al-SiC/p, struktur mikro, sifat mekanis, temperatur heat treatment.
dengan partikel keramik SiC. Sedangkan alasan Krakatau Prima Dharma Sentana, serta master
pemilihan penggunaan paduan aluminium Al-Si alloy Al-24%Si dan logam Mg
dalam penelitian ini adalah karena paduan ini 2. Ukuran partikel SiC yang dipakai sebagai bahan
sangat banyak dipakai. Produksi paduan Al-Si penguat adalah 200 mesh.
mencapai 85% sampai dengan 90% dari total 3. Volume fraksi SiC sebanyak 30% berat logam
produksi paduan aluminium untuk cor cetak (John matrik.
E.Gruzlesky, Bernard M.Closset, 1999). Hal ini 4. Proses stircasting dilakukan pada dapur krusibel
disebabkan oleh kelebihannya yang menyolok, (crussible furnace), kondisi pengadukan dite-
seperti sifat kecairannya yang sangat baik, tapkan pada temperatur 650 oC, dengan kece-
mempunyai permukaan hasil coran yang bagus patan pengadukan 520 rpm dalam waktu 5
sekali dan tanpa kegetasan panas. Sebagai menit.
tambahan, paduan Al-Si juga mempunyai 5. Proses heat treatment dilakukan selama 2 jam
ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, pada muffle furnace, dengan variasi temperatur
koefisien pemuaian yang kecil dan sebagai peng- pemanasan 100ºC, 200ºC dan 300oC.
hantar yang baik untuk panas dan listrik (Tata 6. Untuk mengetahui perubahan sifat fisis yang
Surdia, Shinroku Saito, 2005). Karena sifat kecair- terjadi dilakukan pengujian-pengujian yang
annya itulah paduan Al-Si sangat cocok diproduksi meliputi pengujian komposisi untuk memas-
dengan proses pengecoran (casting), dimana tikan komposisi paduan Al-Si hypoeutectic yang
produksinya di Indonesia pada umumnya dilakukan diinginkan, dan pengujian metalografi untuk
dengan proses tersebut. melihat perubahan struktur mikro yang terjadi.
Metode pembuatan komposit logam Al- Sedangkan untuk mengetahui perubahan sifat
SiC/p pada penelitian ini dilakukan dengan proses mekanis material dilakukan pengujian keke-
stircasting, yaitu pencampuran pada fase cair rasan, pengujian aus dan pengujian tarik pada
(liquid state). Material paduan aluminium diperoleh masing-masing benda uji sebelum dan sesudah
dari proses peleburan yang dilanjutkan dengan proses heat treatment.
penambahan penguat berupa partikel keramik 7. Proses stircasting untuk pembuatan material
(SiC/p) dengan menggunakan proses pengadukan komposit Al-SiC/p, serta pengujian komposisi,
agar terjadi dispersi partikel keramik yang merata. pengujian tarik dan kekerasan, dilakukan di
Keuntungan metode stircasting adalah prosesnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Metalurgi –
yang sederhana, fleksibel dan dapat digunakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
untuk produk dalam jumlah besar, serta dapat Kompleks Puspitek, Serpong, Tangerang.
mereduksi final cost dari suatu proses. Metode ini 8. Sedangkan uji aus dan metalografi dilaksanakan
paling ekonomis dalam pembuatan komposit dan di Laboratorium Ilmu Logam Jurusan Teknik
memungkinkan digunakan untuk proses fabrikasi Mesin, Fakultas Teknik Universitas Janabadra,
dengan skala besar. Yogyakarta.
Proses heat treatment (proses penuaan atau
aging) telah biasa dilakukan pada paduan alu- DATA DAN PEMBAHASAN
minium untuk meningkatkan kekuatannya. Proses A. Hasil Pengamatan Struktur Mikro
heat treatment yang dilakukan pada komposit Gambar 1. memperlihatkan struktur mikro
logam Al-SiC/p ini untuk mengetahui pengaruh dari logam paduan Al-Si hypoeutectic hasil pele-
kenaikan temperatur heat treatment terhadap buran. Sedangkan struktur mikro komposit logam
perubahan struktur mikro dan sifat mekanis kom- paduan Al-SiC/p sebelum diproses perlakuan panas
posit logam tersebut. terlihat pada Gambar 2. Stuktur mikro hasil proses
solution heat treatment pada temperatur 100°C,
200°C dan 300°C untuk material komposit logam
METODE PENELITIAN
Al-SiC/p ditunjukkan pada Gambar 3 sampai
Kegiatan penelitian yang dilakukan difokus-
dengan Gambar 5.
kan pada pembuatan material komposit matriks
Dari pengamatan mikroskop optik pada
logam yang menggunakan logam matrik paduan
sampel hasil proses solution heat treatment (aging)
Al-Si hypoeutectic (Si < 11,7%) dengan bahan
pada komposit logam Al-SiC/p, sebelum dilakukan
penguat silikon karbida (SiC) dalam bentuk
aging terlihat bahwa fasa yang terbentuk di dalam
partikel, serta proses pembuatan material komposit
paduan matrik adalah Mg2Si (bintik-bintik hitam di
matrik logam yang menggunakan metode stir-
dalam butir larutan padat α-Al) dan AlFeSi pada
casting.
batas butir. Fasa Mg2Si adalah merupakan pre-
Parameter proses, meliputi :
sipitasi dari paduan Al - 7,14%Si - 0,589%Mg yang
1. Bahan baku paduan Al-Si hypoeutectic terdiri
merupakan fasa penguatan (strengthening phase) di
dari ingot aluminium AA1100 (Al-99,0%,
dalam paduan matrik. Pembentukan presipitasi
Si+Fe-1,0% max, Cu-0,12% max), produk PT.
Mg2S pada masing-masing sampel uji tidak sama
satu sama lain. Hal ini sebagai akibat dari kondisi Sedangkan pembentukan presipitasi Mg2Si hampir
proses pengadukan. tidak terlihat. Hal ini mungkin terjadi karena
perubahan komposisi kimia dari matrik. Oleh
karena itu, peningkatan sifat mekanik (kekuatan
α-Al tarik, kekerasan dan ketahanan aus) semata-mata
bukan dihasilkan dari pembentukan presipitasi
Mg2Si melainkan oleh adanya partikel SiC yang
Eutektik AlSi
mengendap di dalam paduan matriks. Selain itu,
spinel MgAl2O4 terbentuk dari hasil reaksi oksida
Al dengan magnesium (Mg).
Pada umumnya pengaruh temperatur heat
Gambar 1. Struktur mikro logam paduan Al-Si treatment dari 100oC hingga 300oC pada material
komposit dapat meningkatkan sifat mekanik.
Sedangkan pengaruh pada temperatur aging 300 oC
Eutektik AlSi dapat menurunkan kekuatan tariknya dan nilai
kekerasannya. Hal ini menunjukkan bahwa proses
solution heat treatment pada material Al-SiC/p
Mg2Si
SiC/p lebih optimal pada temperatur aging 200oC, seperti
α-Al ditunjukkan pada gambar 4, dimana partikel SiC
yang terendapkan dan menjadi senyawa MgAl2O4
cukup banyak.
Gambar 2. Struktur mirkro komposit Al-SiC/p Reaksi pembentukan spinel yang diperki-
rakan terjadi (Mark A. Occhionero, Robert A. Hay,
Richard W. Adams, Kevin P. Fennessy, Glenn
Sundberg, 2000) adalah :
MgAl2O4
Mg 2 Al 2O2 MgAl2O4
Eutektik AlSi MgO Al2O3 MgAl2O4
Mg 4 / 3 Al2O3 MgAl2O4
α-Al 2SiO2 2 Al Mg MgAl2O4
B. Pengujian Komposisi
Gambar 3. Struktur mikro komposit Al-SiC/p, Pengujian komposisi kimia yang dilakukan
perlakuan panas 100ºC
dari hasil peleburan Al-AA1100 dan pemadu FeSi,
memperlihatkan material paduan Al-Si hypoeu-
MgAl2O4 tectic seperti yang diinginkan. Tabel 2. memper-
lihatkan hasil pengujian komposisi kimia meng-
gunakan spektrometer.
Pengujian komposisi kimia paduan Al-Si
Eutektik AlSi memperlihatkan kandungan unsur Cu dan Zn yang
α-Al relatif besar (rata-rata 2,673% Cu dan 1,997% Zn),
serta unsur Mg (0,589%), mempengaruhi penye-
Gambar 4. Struktur mirkro komposit Al-SiC/p, baran partikel pada matriks logam yang merata
perlakuan panas 200°C. sehingga menaikkan sifat mekanis material. Hal ini
disebabkan karena Cu dan Zn dapat menekan titik
pembekuan logam cair dan berakibat rendahnya
α-Al konsentrasi gas hydrogen yang berada di dalamnya,
sehingga mengurangi pengelompokan pengendapan
partikel serta menaikkan kekerasan dan kekutan
Eutektik AlSi tariknya. Sedangkan keberadaan Mg memepe-
ngaruhi pengikatan Si dan kelarutannya dalam
MgAl2O4
larutan α-Al.
walaupun lebih rendah dari pada pemanasan Hasil pengujian keausan abrasif pada paduan
dengan 200°C, tetapi tetap lebih tinggi dari paduan material komposit logam Al-SiC/p sebelum dan
matrik tanpa perlakuan panas. Demikian pula setelah dilaku panas, ditunjukkan pada Tabel 4.
halnya dengan nilai perpanjangan/perubahan pan- kemudian diplot ke dalam bentuk grafik seperti
jang akibat uji tarik, terlihat kecenderungan yang ditunjukkan pada gambar 9. terlihat bahwa
sama dengan kekuatan tariknya. pengaruh temperatur heat treatment 100oC, 200oC
dan 300°C pada waktu aging 2 jam menunjukkan
perubahan nilai kehilangan berat yang cenderung
Pengujian Tarik [N/mm2] menurun atau dengan kata lain ketahanan ausnya
meningkat.
Kekuatan Tarik [N/mm2]
150
100 Hasil Uji Keausan [gram/m]
50
Keterangan : W = Berat
ΔW = Selisih berat
Ø = diameter sampel uji
Catatan : Nilai keausan abrasif yang kecil menunjukkan kehilangan berat yang kecil dan itu berarti bahwa
material tersebut mempunyai ketahanan aus yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A.Zulfia and R.J. Hand, 2002, The Production of
Al-Mg Alloys into SiC Preform in Production