Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNGKAPAN DAN

PERIBAHASA DALAM PARAGRAF SISWA KELAS VIII


SMP NEGERI 19 MAKASSAR

BAHTIAR
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Email: thiarbahtiar07@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan


menentukan ungkapan dan peribahasa dalam paragraf siswa kelas VIII SMP Negeri
19 Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi
pada penelitian ini ada keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar yaitu
berjumlah 364 siswa yang terdiri dari 11 kelas. Untuk menentukan besar sampel,
Krejcie dan Morgan memberikan aturan praktis dalam bentuk tabel. Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 186 orang yang diambil menurut tabel besar
sampel Krejcie dan Morgan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah pemberian tes tertulis kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di
antara 186 siswa yang menjadi sampel, nilai rata-rata siswa dalam menentukan
ungkapan yaitu 37,3 dan peribahasa yaitu 32,5. Kesimpulan pada penelitian ini
adalah perbedaan kemampuan menentukan ungkapan dan peribahasa dalam
paragraf siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar ditunjukkan pada nilai rata-rata
yang diperoleh siswa dalam menentukan ungkapan lebih tinggi daripada
menentukan peribahasa dengan selisih antara nilai rata-rata keduanya adalah 4,8,
meskipun nilai rata-rata dalam menentukan ungkapan dan peribahasa berada pada
interval nilai 25-54 atau dikategori kemampuan yang sama yaitu kurang mampu.

Kata Kunci : Kemampuan, Ungkapan, Peribahasa

1. PENDAHULUAN peserta didik untuk terampil dalam


Pembelajaran bahasa berbahasa dengan menuangkan ide-ide
Indonesia pada hakikatnya adalah dan gagasannya secara kreatif dan
pembelajaran peserta didik tentang kritis. Namun pada pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia bahasa Indonesia sekarang ini masih
yang baik dan benar sesuai tujuan dan dalam keterbatasan baik dari segi
fungsinya. Adapun tujuan dari metode, materi, media, maupun
pembelajaran bahasa Indonesia adalah sumber-sumber belajar, untuk
untuk melatih atau mengajarkan mecapai tujuan tersebut, kurikulum

1
yang digunakan pada pembelajaran dapat dilihat dari berbagai segi dalam
bahasa Indonesia untuk saat ini adalah teks tersebut.
Kurikulum 2013. Penggunaan ungkapan dan
Materi pembelajaran bahasa peribahasa dalam berbagai jenis teks
Indonesia dalam Kurikulum 2013 maupun dalam kehidupan sehari-hari
ditampilkan dengan berbasis teks. memang biasa membuat seseorang
Dalam hal ini, teks yang dimaksudkan sulit untuk memahami makna atau arti
dapat berwujud teks tertulis maupun kiasan yang tersirat di dalamnya.
teks lisan. Teks adalah naskah yang Apalagi pada zaman sekarang, banyak
berupa kata-kata asli dari pengarang siswa yang tidak mengenal lagi istilah
(Depdiknas, 2016: 1422), atau teks ungkapan dan peribahasa. Walaupun
merupakan ungkapan pikiran manusia ada yang mengenalnya, tetapi mereka
yang lengkap di dalamnya memiliki belum bisa memahaminya, apalagi
situasi dan konteks. Belajar bahasa untuk menentukan ungkapan dan
Indonesia tidak sekadar memakai peribahasa dalam paragraf.
bahasa Indonesia sebagai alat Ungkapan ialah perkataan atau
komunikasi, tetapi perlu juga kelompok kata yang khusus untuk
mengetahui makna atau bagaimana menyatakan suatu maksud dengan arti
memilih kata yang tepat dalam teks. kiasan. Peribahasa adalah sekolompok
Materi pembelajaran dengan kata atau kalimat yang berisi kiasan
berbasis teks ini bertujuan agar dapat dan secara tersirat digunakan untuk
membawa peserta didik sesuai menyampaikan suatu hal. Kalimat-
perkembangna mentalnya, dan kalimat ini dapat dipahami oleh
menyesuaikan masalah kehidupan pendengarnya atau pembacanya
nyata dengan berpikir kritis. Untuk karena sama-sama hidup dalam ruang
mencapai tujuan tersebut, teks yang lingkup budaya yang sama.
disajikan beraneka ragam baik yang Berdasarkan pengertian di
berupa fiksi maupun yang nonfiksi atas, kemampuan dalam menggunakan
yang disesuaikan tingkatan jenjang bahasa-bahasa kiasan yang dalam hal
pendidikannya yang di antaranya, teks ini adalah ungkapan dengan
cerpen, teks fabel/moral, teks ulasan, peribahasa sangat diperlukan baik
teks biografi, teks prosedur, teks dalam pembelajaran maupun di
diskusi dan sebagainya. Penggunaan lingkungan sosial. Tidak menutup
berbagai jenis teks ini menjelaskan kemungkinan bahwa ungkapan dan
bahwa dalam belajar bahasa Indonesia peribahasa akan sangat menentukan
tidak hanya untuk memakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang
Indonesia saja untuk berkomunikasi, lain maupun dalam pemahaman
melainkan perlu juga adanya tentang makna suatu teks, baik secara
pengetahuan tentang pemilihan kata, lisan maupun dengan tulisan. Tujuan
gaya bahasa, dan makna kiasan yang penggunaan ungkapan dengan

2
peribahasa adalah agar pendengar atau Ungkapan dan Peribahasa dalam
pembaca merasa lebih tertarik Paragraf Siswa Kelas VIII SMP
terhadap suatu makna yang tersirat di Negeri 19 Makassar”.
dalam sesuatu yang didengar atau
dibacanya. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kenyataan dalam kehidupan Kemampuan
sehari-hari siswa menunjukkan bahwa Kemampuan berasal dari kata
masih banyak siswa yang belum “mampu”, di dalam Depdiknas (2016:
memahami betul tentang ungkapan 869) mampu berarti kuasa (bisa,
dengan peribahasa. Hal ini terjadi sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
karena ketidakseriusan siswa itu berada, kaya, mempunyai harta
sendiri dalam mempelajari lebih berlebihan). Kemampuan adalah
mendalam tentang ungkapan dengan suatu kesanggupan, kecakapan,
peribahasa. Siswa masih beranggapan kekuatan dalam melakukan sesuatu.
bahwa bahasa kiasan yang seperti Seseorang dikatakan mampu apabila
ungkapan dengan peribahasa hanya ia bisa melakukan sesuatu yang harus
digunakan oleh orang tua dalam ia lakukan.
memberikan nasihat-nasihat yang Zain (dalam Yusdi, 2011)
tidak bisa dimengerti maksudnya mengartikan bahwa kemampuan
sehingga mereka tidak ingin adalah kesanggupan, kecakapan,
mempelajarinya. kekuatan kita berusaha dengan diri
Ketidakseriusan siswa tersebut sendiri. Kemampuan mendefinisikan
tidak terlepas dari pengajaran bahasa kemampuan sebagai suatu dasar
Indonesia di lembaga pendidikan, seseorang yang dengan sendirinya
mulai pendidikan dasar hingga berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan tinggi yang belum bisa pekerjaan secara efektif atau sangat
memuaskan atau tidak terlalu efisien. berhasil.
Hal tersebut dapat dilihat pada hasil-
hasil penelitian yang pernah dilakukan Pembelajaran Sastra
oleh mahasiswa, yakni kemampuan Wahab (2012) menyatakan
siswa yang diteliti dalam bidang bahwa Sastra (Sanskerta: shastra)
kebahasaan hasilnya masih merupakan kata serapan dari bahasa
menunjukkan hasil yang sangat rendah Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks
atau kurang memuaskan. yang mengandung instruksi” atau
Berdasarkan permasalahan di “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang
atas, peneliti tertarik untuk mengukur berarti “instruksi” atau “ajaran” dan
tingkat kemampuan siswa terhadap ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”.
pemahaman tentang ungkapan dan Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
peribahasa. Judul penelitian ini adalah digunakan untuk merujuk kepada
“Perbedaan Kemampuan Menentukan “kesusastraan” atau sebuah jenis

3
tulisan yang memiliki arti atau  Kambing hitam dalam kalimat:
keindahan tertentu. “Mereka menuduh teman sebagai
Selanjuntnya Wahab membagi kambing hitam atas kekalahanya
sastra menjadi sastra tertulis atau dalam lomba cerdas cermat.”
sastra lisan (sastra oral). Sastra tidak  Banting tulang dalam kalimat:
banyak berhubungan dengan tulisan, “Seorang ayah setiap hari harus
tetapi dengan bahasa yang dijadikan banting tulang untuk biaya sekolah
wahana untuk mengekspresikan anaknya.”
pengalaman atau pemikiran tertentu. Poerwadarminta (dalam
Sastra dibagi menjadi dua yaitu prosa Tarigan, 2015: 159) yang mengatakan
dan puisi, prosa adalah karya sastra bahwa ungkapan ialah perkataan atau
yang tidak terikat, sedangkan puisi kelompok kata yang khusus untuk
adalah karya sastra yang terikat menyatakan suatu maksud dengan arti
dengan kaidah dan aturan tertentu. kiasan, seperti:
 Celaka tiga belas, maksud atau arti
Ungkapan kiasan dari ungkapan ini berarti
Kridalaksana (2008: 90, 250) celaka sekali.
menyatakan bahwa ungkapan terdiri Berdasarkan pengertian
dari beberapa kata yang mempunyai ungkapan yang dipaparkan oleh
makna yang sama dengan sebuah kata beberapa ahli di atas dapat pula
tertentu. Ungkapan (Idiomate disimpulkan ciri-ciri ungkapan antara
Expression) idiom, artinya lain:
ungkapan dilihat sama dengan idiom. 1) Konvensi
Masih dalam sumber yang sama, 2) Dalam bentuk kata, frasa atau
idiom adalah konstruksi yang kalimat
maknanya tidak sama dengan 3) Makna tidak bisa dijelaskan secara
gabungan makna anggota-anggotanya. kaidah.
Depdikbud (dalam Pateda, 2010: 230- Chaer (2009: 75)
231) mengungkapkan secara mengungkapkan bahwa ungkapan itu
leksikologis idiom adalah: (i) terbagi atas dua jenis yag dilihat dari
konstruksi dalam unsur-unsur yang makna unsur bentuknya yaitu
saling memilih, masing-masing ungkapan penuh dan ungkapan
anggota mempunyai makna yang ada sebagian, perhatiakan penjelasan
hanya karena bersama yang lain; (ii) berikut:
konstruksi yang makna tidak sama 1) Ungkapan Penuh
dengan gabungan makna anggota- Ungkapan penuh
anggotanya; (iii) bahasa dan dialek merupakan ungkapan yang
yang khas menandai suatu bangsa, mempunyai makna berbeda dari
kelompok atau suku. Dapat dilihat dari gabungan katanya.
contoh berikut:

4
 menjual gigi = tertawa keras- (i) merupakan kalimat atau
keras penggalan kalimat telah membeku
 naik pitam = marah bentuk, makna, dan fungsinya
 jago merah = api dalam masyarakat;
(Dewanto, 2006) (ii) bersifat turun-temurun;
(iii) dipergunakan untuk penghias
2) Ungkapan sebagian karangan atau percakapan,
Ungkapan sebagian penguat maksud karangan,
merupakan ungkapan yang pemberi nasihat, pengajaran atau
memiliki makna yang dapat pedoman hidup;
ditelusuri dari unsur gabungan (iv) mengcakup bidal, pepatah,
katanya, atau ungkapan yang masih perumpamaan, ibarat, pameo.
ada unsur yang memiliki makna Selanjutnya, Chaer (2009: 76-
leksikalnya sendiri. 77) menyatakan bahwa makna
 kabar burung = kabar peribahasa masih dapat diramalkan
belum pasti karena adanya asosiasi atau tautan
 lapangan hijau = antara makna leksikal dan gramatikal
lapangan sepak bola unsu-unsur pembentuk peribahasa itu
 gelap gulita = gelap dengan makna lain yang menjadi
sekali (Dewanto, 2006) tautanya. peribahasa ini bersifat
memperbandingkan atau
Peribahasa mengumpamakan maka lazim juga
Nillas & Nufus (2016: 93) disebut dengan nama perumpamaan.
mengatakan bahwa peribahasa adalah Kata-kata seperti, bagai, bak, laksana,
sekolompok kata atau kalimat yang dan umpama lazim digunakan dalam
berisi kiasan dan secara tersirat peribahasa. Banyak juga peribahasa
digunakan untuk menyampaikan suatu yang tanpa menggunakan kata-kata
hal. Kalimat-kalimat ini dapat tersebut, namun kesan peribahasanya
dipahami oleh pendengarnya atau itu tetap saja tampak. Misalnya, tong
pembacanya karena sama-sama hidup kosong nyaring bunyinya. Peribahasa
dalam ruang lingkup budaya yang tersebut bermakna ‘orang yang tidak
sama. Selanjutnya Nillas dan Nufus berilmu biasanya banyak bicaranya’.
membagi peribahasa menjadi dua Contoh peribahasa ini orang yang
bagian, (a) peribahasa yang memiliki tidak berilmu itu diperbandingkan
arti lugas, yaitu bidal dan pepatah; (b) dengan tong kosong. Hanya tong
peribahasa yang memiliki arti simbolis kosong yang kalau dipukul akan
yaitu perumpamaan. berbunyi nyaring, tong yang berisi
Kridalaksana (2008: 189) penuh tentu tidak akan berbunyi
menyatakan pengertian peribahasa nyaring. Sebaliknya orang pandai,
sebagai berikut: orang yang banyak ilmunya biasanya

5
pendiam, merunduk, dan tidak yang masih berkaitan dengan isi eluru
pongah. Keadaan ini disebutkan wacana; dapat terjadi dari satu kalimat
dengan peribahasa yang berbunyi atau sekolompok kalimat yang
bagai padi, semakin berisi, semakin berkaitan”.
merunduk. Wardihan dan Baharman
Badudu (2008: xi-xii) (2013: 31) menyatakan bahwa
menyatakan bahwa peribahasa adalah paragraf terbentuk dari sejumlah
semua bahasa, baik kata atau frasa kalimat, tetapi merupakan satuan yang
yang mengandung arti kiasan. Bahasa lebih besar daripada gugus kalimat.
Indonesia memiliki banyak sekali Paragraf sudah mengandung satu
peribahasa, dan banyak di antaranya keutuhan isi sebagai bagian isi
memang jarang muncul sehingga wacana. Sedangkan Pike dan Pike
orang tidak lagi tahu apa artinya. (dalam A. Wardihan dan Baharman
Peribahasa termasuk suatu bagian 2013: 31) mengatakan bahwa paragraf
yang tidak mudah dalam bahasa itu merupakan “the minimum unit in
Indonesia. Banyak orang yang tidak which a theme is develoved”. Jumlah
mengerti apa arti suatu peribahasa kalimat tidak dapat dipakai sebagai
secara tepat. Ada yang mengerti pegangan untuk memberikan identitas
maksudnya, namun lebih banyak yang paragraf.
tidak mengerti benar apa maksudnya.
Sobariah (2015: 212) membagi 3. METODE PENELITIAN
ciri-ciri peribahasa menjadi 4, yaitu Jenis penelitian yang
sebagai berikut: digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Segi bentuk : berupa metode kuantitatif. Penelitian
kalimat atau penggalan kalimat kuantitatif dapat diartikan sebagai
2) Segi sifat : turun temurun, metode penelitian yang berlandaskan
tetap pada filsafat positivisme, digunakan
3) Segi guna : penghias, untuk meneliti pada populasi atau
penguat, pemberi nasihat, sampel tertentu. Teknik pengambilan
pengajaran, pedoman hidup sampel pada umumnya dilakukan
4) Segi cakupannya : bidal, pepatah, secara random, pengumpulan data
perumpamaan, ibarat, dan pameo. menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/
Paragraf statistik dengan tujuan untuk menguji
Kridalaksana (2008: 173) hipotesis yang telah ditetapkan.
berpendapat bahwa paragraf adalah Adapun desain penelitian yang
“satuan bahasa yang mengandung satu digunakan adalah penelitian deskriptif
tema dan perkembangannya; bagian kuantitatif. Desain deskriptif
wacana yang mengungkapkan pikiran kuantitatif adalah rancangan penelitian
atau hal tertentu yang lengkap tetapi yang menggambarkan variabel

6
penelitian dalam bentuk angka-angka. deskriptif. Adapun langkah-langkah
Angka-angka tersebut menjadi dalam menganalisis data, yaitu
gambaran dari kemampuan siswa. membuat daftar skor mentah,
Desain penelitian deskriptif kuantitatif membuat distribusi nilai dan
bertujuan untuk mendeskripsikan persentase, menghitung nilai
perbedaan kemampuan siswa Kelas kemampuan siswa, dan membuat tabel
VIII SMP Negeri 19 Makassar klasifikasi kemampuan siswa.
menentukan ungkapan dan peribahasa populasi dalam penelitian ini
dalam paragraf. Untuk mencapai adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP
tujuan tersebut, diperlukan data sahih Negeri 19 Makassar tahun ajaran
yang diperoleh dengan memberikan 2017/2018 yang berjumlah 364 siswa
tes kepada siswa dan kemudian hasil yang terdiri atas 11 kelas. Sampel yang
tes tersebut disajikan secara objektif. diambil dalam penelitian ini adalah
Prosedur penelitian ini sebanyak 186 siswa. Jumlah sampel
diarahkan pada urutan generalisasi, tersebut diambil sesuai tabel untuk
yakni mengumpulkan data, kemudian menentukan besar sampel Krejcie dan
data yang ditemukan selanjutnya Morgan (dalam Sumanto, 2014: 170).
diinterpretasi hingga pada akhirnya
ditarik kesimpulan. Data penelitian ini 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa skor siswa yang diambil dari Hasil Penelitian
hasil tes siswa menentukan ungkapan Langkah-langkah analisis data
dan peribahasa dalam paragraf. Tes yang telah diperoleh pada penelitian
tertulis yang dierikan berupa soal esai. yang telah dilakukan di SMP Negeri
Tes esai ini siswa ditugaskan 19 Makassar Kelas VIII yang
menuliskan ungkapan dan peribahasa berjumlah 186 siswa dapat diuraikan
yang terdapat dalam sebuah paragraf. sebagai berikut.
Tes yang digunakan penulis dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk 1. Analisis Distribusi Frekuensi
mengetahui perbedaan tingkat dan Persentase Nilai Ungkapan
kemampuan siswa menentukan Siswa
ungkapan dan peribahasa dalam Hasil skor yang sudah
paragraf. Materi tes disajikan dalam dikonversi menjadi nilai, kemudian
bentuk paragraf yang di dalamnya dilakukan analisis untuk mendapatkan
berisi beberapa ungkapan dan frekuensi dan persentase dari skor dan
peribahasa. Skor yang telah didapat nilai yang telah diperoleh oleh sisiwa
oleh siswa, selanjutnya dilakukan dalam menentukan ungkapan.
penghitungan untuk mendapatkan
nilai perolehan siswa. Setelah nilai
sudah didapat, nilai dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik

7
Tabel 4.1 sebanyak 3 orang, nilai 85 sebanyak 6
Frekuensi dan Persentase Nilai orang, nilai 80 sebanyak 4 orang, nilai
Kemampuan Siswa Menentukan 75 sebanyak 4 orang, nilai 70
Ungkapan sebanyak 3 orang, nilai 65 sebanyak 2
orang, nilai 60 sebanyak 9 orang, nilai
Persentase
Nilai Frekuensi 55 sebanyak 5 orang, nilai 50
(%) sebanyak 7 orang, nilai 45 sebanyak
100 2 1,1 10 orang, nilai 40 sebanyak 11 orang,
95 8 4,3 nilai 35 sebanyak 15 orang, nilai 30
90 3 1,6 sebanyak 16 orang, nilai 25 sebanyak
14 orang, nilai 20 sebanyak 12 orang,
85 6 3,2
nilai 15 sebanyak 23 orang, nilai 10
80 4 2,2 sebanyak 18 orang, nilai 5 sebanyak
75 4 2,2 13 orang, dan nilai 0 sebanyak 1 orang.
70 3 1,6
Tabel 4.2
65 2 1,1
Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi,
60 9 4,8 Nilai Tengah dan Nilai Terendah
55 5 2,7
50 7 3,8 Nilai
45 10 5,4 Nilai Rata-rata 37,3
40 11 5,9
Nilai Tertinggi 100
35 15 8,1
30 16 8,6 Nilai Tengah 30
25 14 7,5 Nilai Terendah 0
20 12 6,5
15 23 12,4 Berdasarkan tabel 4.2, nilai
10 18 9,7 rata-rata menentukan ungkapan adalah
37,3. Nilai tertinggi yang mampu
5 13 7,0
didapatkan oleh siswa adalah 100,
0 1 0,5 untuk nilai tengah atau median yang
mampu diperoleh siswa adalah 30,
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, sedangkan untuk nilai terendah yang
dapat ditunjukkan bahwa dalam didapat siswa adalah 0.
penelitian dalam menentukan
ungkapan, yang mendapat nilai
tertinggi yaitu 100 adalah 2 orang,
nilai 95 sebanyak 8 orang, nilai 90

8
2. Analisis Distribusi Frekuensi orang, nilai 70 sebanyak 2 orang, nilai
dan Persentase Nilai 65 sebanyak 3 orang, nilai 60
Peribahasa Siswa sebanyak 6 orang, nilai 55 sebanyak
Hasil skor yang sudah 10 orang, nilai 50 sebanyak 16 orang,
dikonversi menjadi nilai, kemudian nilai 45 sebanyak 15 orang, nilai 40
dilakukan analisis untuk mendapatkan sebanyak 18 orang, nilai 35 sebanyak
frekuensi dan persentase dari skor dan 16 orang, nilai 30 sebanyak 20 orang,
nilai yang telah diperoleh oleh sisiwa nilai 25 sebanyak 18 orang, nilai 20
dalam menentukan peribahasa. sebanyak 17 orang, nilai 15 sebanyak
22 orang, nilai 10 sebanyak 13 orang,
Tabel 4.3 nilai 5 sebanyak 6 orang, dan nilai 0
Frekuensi dan Persentase Nilai sebanyak 2 orang.
Kemampuan Siswa Menentukan
Peribahasa Tabel 4.4
Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi,
Persentase Nilai Tengah dan Nilai Terendah
Nilai Frekuensi
(%)
90 1 0,5 Nilai
75 1 0,5
Nilai Rata-rata 32,5
70 2 1,1
65 3 1,6 Nilai Tertinggi 90
60 6 3,2 Nilai Tengah 30
55 10 5,4
50 16 8,6 Nilai Terendah 0
45 15 8,1
40 18 9,7 Berdasarkan tabel 4.4, nilai
35 16 8,6 rata-rata menentukan peribahasa
30 20 10,8 adalah 32,5. Nilai tertinggi yang
25 18 9,7 mampu didapatkan oleh siswa adalah
20 17 9,1 90, untuk nilai tengah atau median
15 22 11,8 yang mampu diperoleh siswa adalah
10 13 7,0 30, sedangkan untuk nilai terendah
5 6 3,2 yang didapat siswa adalah 0.
0 2 1,1
3. Perbedaan Kemampuan Siswa
Menentukan Ungkapan dan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas,
Peribahasa
dapat ditunjukkan bahwa dalam
Bagian ini menganalisis
menentukan peribahasa, yang
tentang perbedaan antara nilai
mendapat nilai tertinggi yaitu 90
menentukan ungkapan dan peribahasa
diperoleh 1 orang, nilai 75 sebanyak 1

9
yang telah diperoleh siswa. Untuk dalam menentukan ungkapan dan nilai
lebih jelasnya perhatikan tabel berikut dalam menentukan peribahasa yang
ini. digambarkan pada tabel katergorisasi
Tabel 4.5 kemampuan. Perbedaan nilai siswa
Kategorisasi Nilai Menentukan yang mendapat rentang nilai 85-100
Ungkapan dengan kategori sangat mampu dalam
menentukan ungkapan adalah 19
Interval Ungkapan orang, sedangkan untuk menentukan
Kemampuan
Nilai Frekuensi pribahasa cuma dapat diperoleh 1
Sangat orang. Perbedaan nilai siswa yang
85-100 19 mendapat rentang nilai 75-84 dengan
Mampu
kategori mampu dalam menentukan
75-84 Mampu 8
ungkapan adalah 8 orang, sedangkan
Cukup
55-74 19 untuk menentukan pribahasa cuma
Mampu
dapat diperoleh 1 orang. Perbedaan
Kurang
25-54 73 nilai siswa yang mendapat rentang
Mampu
nilai 55-74 dengan kategori cukup
Tidak
0-24 67 mampu dalam menentukan ungkapan
Mampu
adalah 19 orang, sedangkan untuk
menentukan pribahasa diperoleh 21
Tabel 4.6
orang. Perbedaan nilai siswa yang
Kategorisasi Nilai Menentukan
mendapat rentang nilai 25-54 dengan
Peribahasa
kategori kurang mampu dalam
menentukan ungkapan adalah 73
Interval Peribahasa
orang, sedangkan untuk menentukan
Kemampuan
Nilai Frekuensi pribahasa diperoleh 103 orang. Dan
perbedaan nilai siswa yang mendapat
Sangat
85-100 1 rentang nilai 0-24 dengan kategori
Mampu
tidak mampu dalam menentukan
75-84 Mampu 1 ungkapan adalah 67 orang, sedangkan
Cukup untuk menentukan pribahasa diperoleh
55-74 21
Mampu 60 orang.
Kurang Berdasarkan analisis di atas,
25-54 103
Mampu nilai rata-rata siswa dalam
Tidak menentukan ungkapan adalah 37,3
0-24 60
Mampu dalam tabel kategorisasi kemampuan
nilai siswa berada pada interval nilai
Bedasarkan tabel 4.5 dan tabel 25-54 atau dikatagorikan kurang
4.6, dapat ditunjukkan perbedaan mampu. Nilai rata-rata siswa dalam
perolehan nilai siswa antara nilai menentukan peribahasa adalah 32,5

10
dalam tabel kategorisasi kemampuan tidak mengerti apa arti suatu
nilai siswa berada pada interval nilai peribahasa secara tepat. Ada yang
25-54 atau dikatagorikan kurang mengerti maksudnya, namun lebih
mampu. banyak yang tidak mengerti benar apa
maksudnya.
Pembahasan Kesimpulan yang dapat
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari uraian di atas adalah
telah dilakukan, menunjukkan kemampuan siswa Kelas VIII SMP
kemampuan menentukan ungkapan Negeri 19 Makassar dalam
dalam paragraf pada siswa Kelas VIII menentukan ungkapan dan peribahasa
SMP Negeri 19 Makassar berada pada dalam paragraf yaitu sama-sama
kategori kurang mampu. Sedangkan dalam kategori kurang mampu,
untuk kemampuan menentukan dengan perbedaan nilai kemampuan
peribahasa dalam paragraf pada siswa dalam menentukan ungkapan yang
Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar lebih tinggi daripada nilai menentukan
juga berada pada kategori kurang peribahasa. Rendahnya pencapaian
mampu. atau nilai yang diperoleh oleh siswa
Nilai rata-rata yang diperoleh disebabkan oleh kurangnya
siswa dalam menentukan ungkapan pemahaman siswa kelas VIII terhadap
lebih tinggi daripada dalam materi tentang ungkapan dan
menentukan peribahasa selisih antara peribahasa. Hal ini sejalan dengan
nilai rata-rata keduanya adalah 4,8. pendapat Zakaria & Syofyan (dalam
Adanya perbedaan antara nilai rata- Tarigan, 2015: 148) menyatakan
rata tersebut, karena siswa lebih bahwa dewasa ini banyak orang yang
mengenal ungkapan daripada tidak mengetahui lagi arti sebuah
peribahasa. Hal ini disebabkan karena peribahasa; padahal peribahasa yang
masih banyak ungkapan yang sering merupakan kekayaan bahasa kita perlu
digunakan dalam kehidupan sehari- kita pelihara baik-baik. Memang ada
hari, tapi siswa tidak bisa peribahasa yang sudah menghilang,
membedakan yang termasuk yang tidak dijumpai lagi dalam
ungkapan dan peribahasa. Hal ini percakapan sehari-hari, tetapi masih
sejalan dengan pendapat Badudu banyak pula yang tetap bertahan.
(2008: xi) yang menyatakan bahwa Materi tentang ungkapan dan
bahasa Indonesia memiliki banyak peribahasa tidak lagi dimunculkan
sekali peribahasa, dan banyak di secara langsung dalam kurikulum
antaranya memang jarang muncul yang digunakan. Ungkapan dan
sehingga orang tidak lagi tahu apa peribahasa hanya disisipkan di dalam
artinya. Peribahasa termasuk suatu teks-teks yang dipelajari pada SMP
bagian yang tidak mudah dalam kelas VII dalam Kurikulum 2013.
bahasa Indonesia. Banyak orang yang Salah satu contoh yaitu pada

11
Kompetensi Dasar 3.15 tentang teks mampu diperoleh siswa adalah 30,
fabel/moral. Akan tetapi, lebih bagus sedangkan untuk nilai terendah
apabila materi mengenai ungkapan yang didapat siswa adalah 0.
dan peribahasa dibelajarkan supaya 2. Nilai rata-rata kemampuan
siswa mengerti isi atau makna teks menentukan peribahasa siswa
yang di dalamnya terdapat ungkapan adalah 32,5 yang dikategorikan
dan peribahasa. Kridalaksana (2008: kurang mampu. Nilai tertinggi yang
189) menyatakan bahwa peribahasa mampu didapatkan oleh siswa
dipergunakan untuk penghias adalah 90, untuk nilai tengah yang
karangan atau percakapan, penguat mampu diperoleh siswa adalah 30,
maksud karangan, pemberi nasihat, sedangkan untuk nilai terendah
pengajaran atau pedoman hidup. Hal yang didapat siswa adalah 0.
ini juga sejalan dengan pendapat 3. Perbedaan kemampuan
Rambitan dan Mandolang (2014: 72) menentukan ungkapan dan
menyatakan bahwa ungkapan dan peribahasa dalam paragraf siswa
peribahasa penting bagi siswa karena kelas VIII SMP Negeri 19
di dalam suatu ungkapan dan Makassar ditunjukkan pada nilai
peribahasa terkandung nilai-nilai rata-rata yang diperoleh siswa
budaya yang sangat berharga bagi dalam menentukan ungkapan lebih
kehidupan masyarakat penuturnya. tinggi daripada dalam menentukan
Nilai budaya adalah sesuatu yang peribahasa dengan selisih antara
bernilai, pikiran dan akal budi yang nilai rata-rata keduanya adalah 4,8,
bernilai yang semua itu mengarah meskipun nilai rata-rata dalam
pada kebaikan. menentukan ungkapan dan
peribahasa berada dikategori
5. Kesimpulan kemampuan yang sama yaitu
Berdasarkan hasil analisis data kurang mampu.
pada pembahasan pada bab IV, dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan penelitian perbedaan
kemampuan menentukan ungkapan Badudu, J.S. 2008. Kamus
dan peribahasa dalam paragraf siswa Peribahasa: Memahami Arti
Kelas VIII SMP Negeri 19 Makassar, dan Kiasan Peribahasa,
sebagai berikut : Pepatah, dan Ungkapan.
1. Nilai rata-rata kemampuan Jakarta: Kompas
menentukan ungkapan siswa
adalah 37,3 yang dikategorikan Chaer, Abdul. 2009. Pengantar
kurang mampu.. Nilai tertinggi Semantik Bahasa Indonesia.
yang mampu didapatkan oleh siswa Jakarta: PT Rineka Cipta.
adalah 100, untuk nilai tengah yang

12
Depdiknas. 2016. Kamus Besar CV Angkasa.
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia. Wahab, Sabri. 2012. Hakikat
Pembelajaran Sastra (online).
Dewanto, Nugroho. 2006. Rampaian (http://guruoemarsabri.blogspot.
6565 Ungkapan & Peribahasa co.id/2012/05/hakikat-
Indonesia. Bandung: Yrama pembelajaran-sastra.html,
Widya. diakses 25 Agustus 2017).

Wardihan, A.P. & Baharman. 2013.


Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Pengantar Linguistik. Makassar:
Linguistik. Jakarta: PT UNM
Gramedia.
Yusdi, Milman. 2011. Pengertian
Nillas, Risha & Nufus, Hayatun. 2016. Kemampuan (online).
Pedoman Umum : Ejaan Bahasa (http://milmanyusdi.blogspot.co
Indonesia. Jakarta: PT Wahyu .id/2011/07/pengertian-
Media. kemampuan.html, diakses 21
Oktober 2017).
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik
Leksikal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Rambitan, Siska & Mandolang, Nova.


2014. Ungkapan dan
Peribahasa Bahasa
Mongondow. Jurnal LPPM
Bidang EkoSosBudKum. Vol. 1,
No. 2.

Sobariah, Engkay. 2015. EYD dan


Tata Bahasa Indonesia. Jakarta:
Hypen Publishing.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi


Metode Penelitian. Yogyakarta:
CAPS

Tarigan, Henry Guntur. 2015.


Pengajaran Semantik. Bandung:

13

Anda mungkin juga menyukai