Tutorial Klinik
Tutorial Klinik
POSTHERPETIC NEURALGIA
Disusun oleh:
IRA SAFIRA
20184010056
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 62 tahun
Alamat : Moyudan
IDENTITAS MAHASISWA
NIPP : 20184010056
Bagian : Saraf
a. Status Psikiatri
Kesadaran : Compos Mentis
Kuantitatif : GCS 15 (eye,
verbal, motorik) = 4,5,6
Kualitatif : Tingkah laku
tenang
Orientasi : (tempat) baik,
(waktu) baik, (orang) baik
Jalan Pikiran: Koheren
Kemampuan Bicara: lancar
Sikap Tubuh: tremor (-),
rigiditas (-), flaccid (-),
bradikinesia (-)
Px Neurologis
GCS: E4V5M6
Nervi Cranialis
N. I (Olfactorius): penghidu N/N
N. II (Opticus):
Px visus tdk dilakukan, px fundus
okuli tdk dilakukan, pengenalan
warna (+)
N. III (Occulomotorius), N. IV
(Trochlearis), & N. VI (Abducen):
gerakan mata ke medial- atas-
bawah, ke medial bawah, gerakan
mata kelateral (N)
N. V (Trigeminus): menggigit +/+,
membuka mulut +/+, sensibilitas
muka (atas, tengah, bawah) ka=ki;,
refleks bersin&kornea tidak
dilakukan.
N. VII (Facialis): meringis (+),
mengerutkan dahi (+), mengerutkan
alis (+)
N.VIII(Vestibulocochlearis):
mendengar suara gesekan jari +/+,
Tes Rinne, Weber, & Schwabach
tidak dilakukan
N. IX (Glossopharyngeus): Daya
kecap lidah 1/3 belakang tidak
dilakukan
N. X (Vagus): Nadi 76 bpm,
reguler, isi&tegangan cukup;
bersuara (+), menelan (+)
N.XI(Accessorius):memalingkan
kepala N/N, mengangkat bahu N/N
N. XII (Hipoglossus):
Deviasi mulut&lidah (-), lidah N,
artikulasi baik/baik,
tremor&fasikulasi lidah (-)
Ekstremitas
Kekuatan :
Refleks fisiologis:
Refleks patologis:
Clonus:
Fungsi Vegetatif
Miksi: Normal
Defekasi: Normal
Ereksi: Normal
PEMECAHAN MASALAH
1. Definisi Postherpetic Neuralgia
Postherpetic Neuralgia (PHN) didefinisikan sebagai nyeri neuropatik yang dirasakan satu bulan atau lebih pada
lokasi ruam akibat infeksi herpes zoster yang telah mengalami penyembuhan, baik dengan atau tanpa interval bebas
nyeri. Beberapa jurnal menyebutkan postherpetic neuralgia adalah nyeri persisten yang masih dirasakan ≥ 90 hari (3 bulan)
setelah onset munculnya ruam. Rasa nyeri dapat terasa terus-menerus, paroksismal, atapun spontan dan seperti panas,
menikam, kesetrum, menyentak, gatal disertai alodinia dan hiperalgesia.
Infeksi herpes zoster merupakan hasil reaktivasi virus varicella zoster yang dorman pada ganglion sensori saraf
spinal, yang biasanya bermanifestasi sebagai ruam pada kulit sesuai dermatom saraf spinal, disertai nyeri akut dan
biasanya membaik dalam beberapa minggu. Virus varicella zoster merupakan virus neurotropik yang biasanya menginfeksi
pada anak-anak yang bermanifestasi sebagai cacar (chicken pox).
Faktor risiko terjadinya postherpetic neuralgia adalah usia yang semakin tua. Berdasarkan studi Olmsted County, 73%
kasus infeksi herpez zoster akut yang diikuti PHN diderita oleh pasien dengan usia ≥ 60 tahun. Selain usia, faktor risiko untuk
mengembangkan PHN setelah HZ termasuk adanya prodrome (didefinisikan sebagai rasa sakit dan / atau sensasi abnormal
sebelum onset ruam), ruam yang parah (didefinisikan sebagai > 50 lesi: papula, vesikel, atau vesikel berkrusta), dan rasa sakit
yang parah selama fase akut.
2. Patofisiologi
Virus Varicella Zoster (VZV) adalah virus DNA yang sangat menular yang tetap laten dalam ganglia sensori setelah
cacar air sembuh, yang biasanya terjadi selama masa kanak-kanak. Selama Herpes Zoster, VZV diaktifkan kembali, berjalan
kembali sepanjang neuron yang terkena jauh dari ganglia sensoris, dan menyebar di epidermis. Ciri khas dari Herpes Zoster
adalah unilateral (yaitu, tidak melintasi garis tengah), dan dalam banyak kasus hanya satu dermatom terpengaruh dengan ruam
maculopapular eritematosa dan disertai nyeri serta disestesia. Kemudian, selama 48-72 jam, pustula terbentuk, bisul, dan
akhirnya keropeng. Keropeng hilang dalam 2-3 minggu dan jaringan parut terbentuk.
PHN terjadi pada dermatom yang sama dengan ruam Herpes Zoster, dan berasal dari kerusakan pada neuron perifer dan
sentral yang mungkin merupakan produk sampingan dari respon imun/inflamasi yang disertai reaktivasi dan migrasi VZV.
Ketika serabut saraf yang rusak, saraf perifer dan pusat akan menyebabkan ambang batas (treshold) yang lebih rendah untuk
potensial aksi dan menghasilakan respon yang tidak proporsional terhadap rangsangan, mengakibatkan sensitisasi perifer dan
nyeri tanpa rangsangan yang seharusnya menyakitkan (allodynia). Selain itu, ambang batas potensial aksi yang lebih rendah
juga dapat menyebabkan nyeri yang disebabkan oleh suatu stimulus menjadi lebih nyeri/disproporsional (hiperalgesia).
3. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Riwayat ruam herpes zoster pada tempat yang dirasakan nyeri penting untuk mengarahkan PHN. Nyeri biasanya unilateral
dan dapat bersifat terus menerus (continous), hilang timbul (paroxysmal) ataupun spontan. Rasa nyeri dapat dideskripsikan
sebagai panas, menikam, tersetrum, menyentak, gatal atau disertai alodinia dan hiperalgesia. Alodinia dapat muncul antara
lain dengan adanya gesekan baju, rabaan atau tiupan angin.
Pemeriksaan Fisik
- Terdapat bekas ruam atau jaringan parut pada kulit sesuai dermatom di daerah nyeri
- Di daerah dermatom atau area persarafan bekas ruam dapat ditemukan hipestesi atau anestesi (anestesia
dolorosa), alodinia atau hiperalgesia. Nyeri biasanya dipicu oleh pergerakan (alodinia mekanik) atau perubahan suhu
(alodinia panas dan dingin).
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis PHN tidak tergantung dari hasil evaluasi laboratorium.
4. Penatalaksanaan Postherpetic Neuralgia
a. Pencegahan
- Vaksin virus varicella zoster, terutama pada usia ≥ 50 tahun
- Terapi profilaksis antiviral diberikan dalam 72 jam onset ruam Herpes Zoster
Asiklovir 5 x 800 mg, selama 7-10 hari
Valasiklovir 3 x 1000 mg, selama 7 hari
Famsiklovir, 3 x 500 mg, selama 7 hari
c. PPK 3 (Tipe A)
- Rujukan kasus neuralgia paska herpes intraktabel
Daftar Pustaka
1. Hasan, B., Asif, T., & Hasan, M. (2017). Lidocaine-Induced Systemic Toxicity: A Case Report and Review of
Literature. Cureus, 9(5), e1275. http://doi.org/10.7759/cureus.1275
2. Nalamachu, S, Forster, PM. (2012). Diagnosing and Managing Postherpetic Neuralgia, Journal: Drugs Aging 2012; 29:863–
869.
3. Panickar, A, Serpell, M. Guidelines for General Practitioners on Treatment of Pain in Post-Herpetic Neuralgia. Shingles
Support Society.
4. Searle, TM, Snodgrass, B, Brant, JM. (2016). Postherpetic neuralgia: epidemiology, pathophysiology, and pain management
pharmacology. Journal of Multidisciplinary Healthcare: 447-454.
5. PANDUAN PRAKTIK KLINIS NEUROLOGI. PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA 2016