PENDAHULUAN
1
organisasi atau perusahaan tersebut ke gerbang kehancuran. Bagaimana tidak, dengan
merekrut orang-orang yang hanya satu ras saja atau satu keluarga dalam perusahaan
tersebut tanpa merujuk pada prestasi, kredibilitas, kemampuan serta kesetiaan pada
perusahaan sudah pasti akan menurunkan kualitas suatu perusahaan yang lama
kelamaan akan tersingkir oleh perusahaan lain yang lebih merekrut karyawan dengan
kualitas yang baik tanpa melihat ras, agama atau warna kulit.
Namun, dalam hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi
tidak hanya bertitik tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor
lain yang harus diperhatikan. Diperlukan pemikiran yang matang untuk dapat
menciptakan dan menumbuh-kembangkan budaya yang akan dapat berdampak baik
perusahaan.
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Manajemen Industri
2. Untuk mempelajari secara mendasar mengenai budaya organisasi
3. Sebagai referensi penulis dan pembaca dalam berbudaya di lingkungan kerja
4. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai budaya yang ada di suatu
organisasi (perusahaan)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya
awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan
atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih
jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi.
Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan
mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua,
pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya
kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang
mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian,
menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi
mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam
budaya organisasi.
4
2.2.2 Unsur-Unsur Organizational Culture
Asumsi dasar
Seperangkat nilai dan Keyakinan yang dianut
Pemimpin
Pedoman mengatasi masalah
Berbagai nilai
Pewarisan
Acuan prilaku
Citra dan Brand yang khas
Adaptasi
5
memperhatikan budaya. Pada waktu yang sama, ketika performa menjadi prioritas
dimana perilaku yang kurang etis dapat menjadi norma, individu dapat memandang
teman sebagai saingan, dan hasil jangka pendek dihargai, dan hasilnya lingkungan kerja
yang tidak sehat menimbulkan ketidakpercayaan.
6
2.3.4 Aggressiveness
Perusahaan yang menganut budaya agresif menjunjung nilai kompetisi dan ingin
selalu unggul dibanding pesaingnya. Perusahaan sejenis ini tidak memiliki standar CSR
(Corporate Social Responsibility) program yang baik yang mereka miliki. Sebagai
contoh, Microsoft seringkali diidentifikasi sebagai perusahaan dengan budaya
agresivitas. Microsoft telah beberapa kali menerima gugatan dan bersengketa dengan
pesaingnya selama bertahun-tahun. Pada perusahaan-perusahaan agresif, mereka
mengenal istilah seperti “kita akan bunuh pesaing kita”. Beberapa tahun yang lalu,
eksekutif Microsoft mengeluarkan pernyataan “kami akan menghentikan persediaan
udara NetScape…semua yang mereka jual, kami berikan cuma-cuma”, dan kata-kata ini
dikutip sebagai alasan untuk menambah perkara baru sebelum perkara lama
terselesaikan.
7
2.3.6 Innovation and Risk Taking
Perusahaan yang berkarakteristik inovasi dan pengambilan risiko (innovation
and risk taking) haruslah perusahaan yang fleksibel, cepat beradaptasi, berani
bereksperimen dengan ide-ide baru, dan berani mengambil resiko dalam pekerjaan.
Sebagai contoh perusahaan W. L. Gore & Associates adalah perusahaan yang selalu
berusaha melakukan inovasi, contoh produk inovasinya adalah GORE-TEX, sebuah
produk kain yang tahan angin dan tahan air, benang gigi, benang gitar elixir, hal tersebut
membuat perusahaan ini sebagai perusahaan yang paling inovatif di Amerika Serikat
oleh majalah Fast Company pada tahun 2004. W.L Gore berhasil secara konsisten
berinovasi dan merebut sebagian besar pangsa pasar di berbagai industri, sebagian besar
karena budayanya yang unik. Dalam perusahaan ini, karyawan tidak memiliki bos
dalam arti tradisional, dan pengambilan risiko didorong dengan merayakan kegagalan
maupun keberhasilan. Perusahaan seperti WL Gore, Genentech, dan Google juga
mendorong karyawan mereka untuk mengambil risiko dengan membiarkan para
insinyur untuk mengabdikan 20% dari waktu mereka untuk proyek-proyek pilihan
mereka sendiri.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa budaya organisasi
merupakan elemen penting dalam suatu perusahaan karena merupakan cirri khas suatu
perusahaan. Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak aka nada
dua organisasi yang mempunyai budaya yang sama persis. Sehinggan, organisasi yang
ingin maju harus memiliki Budaya Organisasi, yang sudah tertera dengan baik, serta
diikuti oleh seluruh personal organisasi. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
salah satu elemen budaya, harus segera diperbaiki, agar anggota organisasi tidak
terlanjur membiasakan diri dalam kelemahan yang ada.
Dimensi budaya organisasi yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan yaitu orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, agresivitas, stabilitas, inovasi dan
mengambil resiko, serta variabel ketelitian. Dimana, 1) Inovasi dan keberanian mengambil
risiko (innovation and risk taking), yaitu sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap
inovatif dan berani mengambil risiko dalam pelaksanaan pekerjaan. 2) Perhatian pada hal-hal
rinci (attention to detail), yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis,
dan perhatian pada hal-hal detail. 3) Orientasi hasil (outcome orientation), yaitu sejauh mana
manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut. 4) Orientasi orang (people orientation). Sejauh mana keputusan-
keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi. 5) Orientasi tim (team orientation), yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di
organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu. 6) Keagresifan (aggresiveness), yaitu
sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai. 7) Stabilitas (stability),
yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam
perbandingannya dengan pertumbuhan.
3.2 Saran
Setelah mengetahui pentingnya budaya organisasi, penulis mencoba
menyarankan agar setiap organisasi dapat menciptakan budaya yang baik yang nantinya
dapat meningkatkan peningkatan kinerja karyawan.
9
Daftar Pustaka
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,Bandung:,
penerbit Alfabeta, 2008
Septyan, Tegar. Karateristik Budaya Perusahaan.
https://tegarseptyan.wordpress.com/2013/02/06/karakteristik-budaya-
perusahaan/
Kotter dan Haskett, 1997, Dampak Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja, PT.
Prehalindo, Jakarta (terjemahan Benyamin Molan)
10