Anda di halaman 1dari 28

Ryan Adrian Rahardi | 1301206

RANGKUMAN
Keterangan:
Warna biru = pernah keluar / sering keluar dari prosol

BAB AWAL DAN LAIN LAIN (Bab I, II, + soal di prosol)

1. Tiga tantangan yang digaris bawahi dalam KTT (Konfrensi tingkat tinggi) Bumi 1992 di Rio de Janeiro:
a. Pesatnya laju pertumbuhan populasi manusia di bumi
b. Bumi telah terbelah menjadi dua dunia yaitu:
i. Dunia utara sebagai negara industri maju yang jumlah penduduknya kurang dari 20%
penduduk bumi seluruhnya, namun konsumsi sumber daya alam dapat mencapai 40 kali dari
mereka yang hidup di dunia selatan.
ii. Dunia selatan yang terdiri atas negara sedang berkembang. Mereka dicengkram oleh
kemiskinan dan keterbelakangan sehingga kehidupan bagi mereka adalah suatu perjuangan
untuk mempertahankan eksistensi belaka.
c. Perkembangan IPTEK masih berciri eksploratif, berlimbah tinggi, dan tak hemat energi.
Akibatnya memberikan tekanan yang tinggi terhadap ekosistem di bumi.

Tambahan, dari KTT 2002 oleh PBB di Johannesburg:

 Keadaan bumi baik tanah, air, maupun udara tidak berubah dan tetap akan mengalami
tekanan akibat perusakan lingkungan. Upaya perbaikan melalui aturan dan aplikasinya
hanya berupa pernyataan dan tindakan mengambang tanpa bukti berarti.
 Dua pertiga populasi dunia akan menghadapi masalah serius karena kekurangan air bersih
yang menimbulkan konflik antar negara.
 Menebalnya lapisan populasi udara di asia dikenal sebagai Asia brown cloud setebal 3 km.
 Sekitar setengah dari spesies di bumi akan punah pada abad ini bila tidak dijaga dan
dilindungi.
 Pembangunan harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ramah lingkungan, adil dan
merata bagi generasi sekarang dan yang akan datang .

2. Pembangunan berkelanjutan 3P
3P: People, Planet, Profit. Sustainability hanya bisa dicapai pada irisan antara ketiganya. Irisan
People dan Planet adalah bearable (dapat ditanggung), irisan people dan profit adalah equitable
(layak/pantas) , irisan profit dan planet adalah viable (dapat hidup).

Halaman 1
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

3. Lima faktor penyebab industri harus mendukung kaidah-kaidah lingkungan


a. Regulasi Pemerintah
b. Menipisnya sumber daya alam
c. Kemajuan teknologi
d. Kesadaran masyarakat akan lingkungan
e. Isu sosial

4. Dampak positif dan negatif dari kegiatan industrialisasi


a. Positif:
i. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk industri
ii. Memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat
iii. Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
iv. Meningkatkan kemampuan manusia mengeksploitasi alam untuk kesejahteraan manusia
b. Negatif:
i. Dihasilkan limbah industri berbahaya
ii. Eksploitasi SDA diluar batas menyebabkan habisnya SDA dalam waktu singkat
iii. Eksploitasi yang tidak memperhatikan lingkungan akan merusak lingkungan
iv. Kesehatan manusia memburuk akibat pencemaran
v. Punahnya beberapa spesies makhluk hidup
vi. Memberi kontribusi dalam pemanasan global dan penipisan lapisan ozon

5. Dampak dari kegiatan manusia di muka bumi ini dinyatakan dengan rumus: I=PAT

I = human impact, P = population, A = Affluence, T = Technology

Berarti pengaruh dari kegiatan manusia bagi bumi ini dipengaruhi dari jumlah manusia dikali dengan
tingkat kesejahteraan dan dikali dengan kemajuan teknologinya. Semakin besar populasi kebutuhan
SDA meningkat dan polusi meningkat pula. Semakin sejahtera, tingkat konsumsi SDA tinggi. Jika
teknologi tidak dikembangkan ke arah pengurangan dampak lingkungan, maka pengaruh manusia
menjadi sangat besar bagi bumi.

PENCEMARAN UDARA (Bab I, II, VI, + slide pencemaran udara, + soal di prosol)

6. Dampak pencemaran udara


a. Penurunan jarak pandang dan radiasi matahari
b. Kenyamanan yang berkurang
c. Kerusakan tanaman
d. Percepatan kerusakan bahan konstruksi dan sifat tanah
e. Peningkatan laju kematian atau jenis penyakit

Halaman 2
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

7. Emisi gas beserta waktu tinggal rata-rata di atmosfer

Gas Antropogenic / Total emisi Waktu tinggal rata-rata


per tahun (juta ton) di atmosfir
CO 700 / 2000 Bulanan
CO2 5500 / – 5500 100 tahun
CH4 300 – 400 / 550 10 tahun
NOx 20 – 30 / 30 – 50 Harian
N2O 6 / 25 170 tahun
SO2 100 – 130 / 150 – 200 Harian – mingguan
CFC –1/1 60 – 100 tahun

8. Senyawa pencemar ada dua:


a. Primer: senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber, eg: CO, CO2, SO2, NO, HC,
partikulat
b. Sekunder: senyawa pencemar yang terbentuk akibat reaksi dari senyawa-senyawa pencemar
primer, eg: NO2, HNO3, H2SO4, H2O2, O3

9. Fenomena penipisan lapisan ozon


Ozon berupa lapisan tipis di atas stratosfer (sekitar 20-25 km) yang berfungsi melindungi bumi dari
sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari.
Proses pembentukan ozon akibat radiasi UV:
- UV memecah molekul oksigen menjadi radikal bebas (Fotodisosiasi):
- Ada senyawa inert M yang bersifat katalis membuat terjadinya reaksi O dengan oksigen:

- Senyawa ozon bila terkena UV akan terpecah kembali:


- Senyawa ozon juga dapat bereaksi dengan oksigen bebas:

Senyawa perusak ozon yang paling berpengaruh adalah CFC (F-11/CCl3F; F-12/CCl2F2). Senyawa CFC
dapat merusak ozon karena apabila terpapar sinar UV maka akan terdekomposisi menghasilkan klor
bebas.

Klor bebas merupakan radikal bebas dan reaktif yang akan bereaksi dengan ozon menghasilkan
oksigen.

Reaksi total :

Halaman 3
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Sisa CCl2F dan CClF2 juga merupakan senyawa aktif dan dapat bereaksi dengan senyawa lain. Adanya
NO dan NO2 dapat mengurangi jumlah Cl (bereaksi menjadi klorin nitrat) tetapi juga dapat
menambah parah pengaruh CFC karena berperan sebagai Chlorine reservoir yang menyimpan chlor
dalam wujud klorin nitrat. Klorin nitrat ini apabila bertemu dengan HCl akan menghasilkan gas klorin.
Gas klorin mudah terdekomposisi oleh sinar UV, akibatnya efek penipisan ozon menyebar.

10. Fenomena kabut fotokimia


Dalam atmosfer terdapat kandungan hidrokarbon yang berasal dari sumber alami seperti isoprene
dari pohon pinus dan metana dari pembusukan makhluk hidup oleh bakteri. Selain itu, hidrokarbon
juga berasal dari kegiatan manusia seperti penggunaan pelarut organik dalam industri, kilang dan
distribusi minyak, dan bensin/solar yang tidak terbakar. Kegiatan manusia memberikan kontribusi
yang paling besar dalam pencemaran hidrokarbon di atmosfer.

Hidrokarbon ini akan dapat teroksidasi dengan radikal hidroksida dari ozon menjadi banyak senyawa
lain. Ada beberapa tahap reaksi:

Tahap 1: reaksi hidrokarbon (RH) dengan OH dan oksigen

Tahap 2: reaksi melibatkan NO menghasilkan aldehid, keton, radikal NO2, radikal hidroperoksida

Tahap 3: fotodiosasi radikal NO2 diikuti pembentukan ozon

Radikal hidroksil dalam oksidasi aldehid dapat bereaksi dengan NO2 yang menyebabkan produk
tersebar jauh. Asetaldehid bereaksi dengan radikal hidroksil membentuk peroksoaldehid yang akan
bereaksi dengan NO2 membentuk peroksiasetil nitrat (PAN). PAN ini berpengaruh besar terhadap
terjadinya kabut asap fotokimia.
-O-
-O- -O-O-NO2

Photochemical smog / kabut asap fotokimia adalah kumpulan senyawa kimia berwujud gas yang
berupa asap hitam dan memiliki massa cukup berat seperti kabut. Kabut asap fotokimia biasa
muncul di wilayah perkotaan akibat dari reaksi senyawa organik volatile (VOC) dengan senyawa
nitrat dan dengan bantuan sinar matahari (UV) dapat bereaksi dengan uap air, oksigen, dan
hidrokarbon membentuk aerosol. Kabut ini menghalangi pandangan, menyebabkan iritasi mata, dan
dapat merusak konstruksi beton dan logam.

Halaman 4
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Sumber pencemar terbesar adalah gas buang kendaraan dan industri yang menghasilkan NO, CO,
dan Hidrokarbon tak terbakar. Senyawa-senyawa tersebut adalah pencemar primer, sedangkan
pencemar sekunder adalah NO2 da O3 yang akan membentuk kabut. Polutan penyusun kabut asap
kimia: NO, NO2, RH, PAN, ozon, dan aldehid.
Nitrogen sendiri membentuk siklus:
Reaksi pembakaran pada T tinggi menghasilkan NO:

NO akan bereaksi menjadi NO2 di atmosfer:

NO2 terdisosiasi oleh UV:

11. Fenomena green house


Setiap harinya matahari memanasi permukaan bumi. Matahari memberikan radiasi kepada bumi
pada siang hari dan bumi pada malam hari melepaskan radiasi ke angkasa. Pada siang hari, bumi
juga melepaskan radiasi ke angkasa tetapi jauh lebih kecil daripada radiasi yang diterima dari
matahari. Radiasi dari matahari hanya 42% yang digunakan untuk memanaskan bumi, 23%
menguapkan air, 0,023% fotosintesis tanaman, 10% terserap oleh gas di atmosfer, dan 34%
dipantulkan. Pada malam hari, energi radiasi matahari dilepaskan dalam bentuk inframerah. Akan
tetapi ada beberapa gas yang menahan dan menyerap radiasi inframerah tersebut. Akibatnya bumi
mengalami efek rumah kaca karena panas berupa radiasi inframerah terkungkung dalam bumi.

Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan temperatur bumi (pemanasan global/ Global warming).
Kenaikan temperatur ini menyebabkan meleburnya es dan salju di kutub dan puncak-puncak
pegunungan sehingga menyebabkan kenaikan air laut. Selain itu pemanasan global menyebabkan
timbulnya kembali penyakit seperti malaria, TBC, DBD, dll yang diakibatkan oleh nyamuk.

Gas rumah kaca yang paling banyak pengaruhnya adalah CO2. Karbon dioksida sendiri merupakan
salah satu siklus karbon dan banyak dihasilkan secara natural. Proses yang melibatkan
pembentukkan atau pengurangan CO2 adalah:
(a) CO2 dihasilkan dari pembakaran hidrokarbon secara sempurna
(b) Dihasilkan dari pemanasan senyawa karbonat seperti kalsium karbonat
(c) Produk samping dari fermentasi glukosa menjadi alkohol dengan bantuan ragi
(d) Hasil dari metabolisme hewan dan manusia dari oksidasi karbohidrat dalam tubuh
(e) Dihasilkan dari aktivitas vulkanik
(f) Dihasilkan dari degradasi makhluk hidup oleh bakteri
(g) CO2 digunakan tumbuhan dan mikroorganisme tertentu untuk fotosintesis

Halaman 5
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

12. Fenomena Acid deposition


Hujan asam memiliki pH lebih rendah daripada hujan pada normalnya. Hujan asam disebabkan dari
polusi udara oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Asap
hasil pembakaran dapat bereaksi dengan uap air di udara dan dengan bantuan radiasi matahari
komposisi tersebut menjadi larutan asam yang turun ke permukaan bumi. Hujan asam biasanya
terbentuk di awan oleh senyawa SO2 dan NO menjadi asam sulfat dan asam nitrat. Selain itu
senyawa tersebut dapat bereaksi dengan gas ammonia dan partikel debu lalu menjadi garam kering
sulfat dan nitrat yang jatuh ke bumi sebagai partikel halus bersama debu.

Hujan asam mematikan bagi tanaman tidak secara langsung, efek utamanya adalah melemahkan
kemampuan tanaman untuk bertahan hidup. Hujan asam melarutkan dan memecah senyawa-
senyawa kimia dalam tanah yang merupakan nutrisi bagi tanaman. Selain itu hujan asam melepas
mineral beracun yang meracuni tanaman. Hujan asam juga merusak daun tanaman sehingga
kehilangan klorofilnya. Akibatnya reaksi fotosintesis tidak dapat berjalan.

Hujan asam bagi perairan menjadi berbahaya karena beberapa hewan dan tumbuhan memiliki
rentang toleransi terhadap keasaman tertentu. Bila melewati batas tersebut maka dapat
menyebabkan kematian dan kerusakan habitat. Selain itu bagi manusia hujan asam merusak
konstruksi dan kendaraan. Hal ini mempengaruhi biaya, waktu perawatan, dan aspek keselamatan.
Bagi manusia sendiri, justru gas NO dan SO2 yang berbahaya bagi pernapasan. Sedangkan asamnya
paling berbahaya bagi segi penglihatan.

Halaman 6
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

13. Beberapa contoh refrigerant dengan nilai ODP (Ozone depletion potensial) dan GWP (global
warming potential):

Substance ASHRAE name ODP GWP Atm lifetime (Year)


CCl2F2 R12 1 4500 130
CH2F-CF3 R134a 0 420 16
CHClF2 R22 0.06 510 15
CHClF2/ CClF2CF3 R12/R115 (R502) 0.23 4300 >200
CH3CH(CH3)2 R600a (Ecool-ISO) 0 ~0 <1
CH3CH2CH3/ CH3CH(CH3)2 R290/R600a (Ecool-PIB) 0 ~0 <1
CH3CH2CH3 R290 (Ecool-PRO) 0 ~0 <1
Terlihat bahwa CFC merupakan penyebab Ozone depletion yang paling parah, selain itu juga
menyebabkan global warming.

14. Pengukuran pencemaran udara


a. Satuan pengukuran
i. Kandungan partikulat / debu : satuan massa per satuan luas per satuan waktu
ii. Kandungan partikulat tersuspensi : satuan massa per satuan folume
b. Metoda pengukuran
i. Kondisi ambient : diukur di udara ambient dengan cara pemantauan pada waktu tertentu
ii. Pengukuran di sumber pencemar : emisi diukur lajunya pada titik sumber pencemaran
c. Baku mutu udara
i. Udara ambient: Baku mutu udara sekitar yang harus dipenuhi (SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10
<ukuran partikel yang lebih kecil sama dengan 10 mikrometer>, TSP, Pb, Dust fall, Total fluoride, fluoride
indeks, Klorin, Klorindioksida, dan Sulfat indeks)
ii. Emisi : baku mutu limbah gas yang dibuang langsung ke lingkungan.
 Emisi bergerak tak bergerak (Kabut, H2SO4/SO3, NOX, CO, H2S, CH3SH, NH3, Cl, HCl, HF, Pb,
gas asam, Zn, Hg, Cd, As, radionuklida, dan asap)
 Emisi sumber bergerak (CO2, CO, HC)

15. Perhitungan tinggi stack gas

Plume diffusion equation

 y 
2
  Z H  
2
  Z  H  
2

 
Q
c  exp  0,5    exp  0 ,5     exp  0 ,5   
2 u y z      
  y    z     z   

Dimana:
c = konsentrasi polutan (kg/m3) pada receptor terletak di (x,y,z)
Q = laju emisi (kg/s)

Halaman 7
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Effective plume height : H  Hs  H H  Plum Rise Hs  stack height


For stable and neutral condition:
g Ts  Ta W  D  g  Ta
1/ 3 2
 F  
H  2.6   F   S   001
. oC / m 
 uS  Ts 2 Ta  z 
ΔH = plume rise (m) Ts = temperatur gas cerobong (K)
S = stability parameter (1/s2) Ta = temperatur ambient (K)
u = kecepatan angin (m/s) g = gravity acceleration =9,81 m/s2
F = initial buoyancy flux (m3/s3) æ DTa ö
ç ÷ = gradien _temperatur
W = kecepatan keluar cerobong (m/s) è Dz ø
D = diameter cerobong (m)

16. Perhitungan persebaran pencemaran

Dengan:
c = konsentrasi pencemaran rata-rata
b = konsentrasi partikulat mula-mula
q = laju emisi partikulat per unit area
H = ketinggian
u = kecepatan angin
L = arah angin

Halaman 8
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Apabila angin berbelok ke arah W setelah rentang waktu x% :

17. Metode pengendalian polusi debu


a. Pemisah brown
Berdasarkan gerakan partikel menurut brown. Pemisahan dilakukan dengan susunan filament
gelas dengan jarak yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel. Memisahkan 0,01 –
0,05 mikron

b. Penapisan
Menggunakan kantung penapis (Filter bag). Baik digunakan untuk gas buang yang mengandung
minyak / debu higroskopis, tetapi temperatur gas buang terbatas pada bahan penapis.

c. Pengendapan elektrostatik
Aliran gas berkecepatan rendah dikenakan pada tegangan tinggi. Pembersihan dilakukan dengan
cara getaran. Debu yang diperoleh kering sekitar 0,2 – 0,5 mikron.

d. Pengumpul sentrifugal
Pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Partikel terlempar ke dinding dan terkumpul di dasar
alat. Biasa digunakan untuk memisahkan ukuran 10 mikron atau lebih.

e. Pemisah inersia
Bekerja atas gaya inersia dalam aliran gas. Menggunakan susunan penyekat sehingga terjadi
tumbukan partikel pada penyekat. Baik digunakan untuk ukuran lebih besar dari 20 mikron
(walau teknologi yang terbaru bisa memisahkan hingga 5 mikron).

f. Pengendapan akibat gaya gravitasi


Didasarkan pada beda gaya gravitasi dan kecepatan partikel. Baik digunakan untuk ukuran
diameter lebih besar dari 40 mikron.

18. Metode pemisahan gas dan debu simultan


a. Menara percik
Aliran gas berkecepatan rendah dikontakkan pada aliran air bertekanan tinggi dalam bentuk
butir. Sederhana dengan kemampuan penghilang moderate dan rentang 10 – 20 mikron + gas
terlarut.

b. Siklon basah
Berupa aliran gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air dengan gas terlarut terpisah atas
dasar sentrifugal. Slurry dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon lebih efektif dari menara
percik dan dapat memisahkan debu 3-5 mikron

Halaman 9
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

c. Pemisah venture
Didasarkan pada kecepatan gas yang melewati bagian yang disempitkan (30-150 m/s). Gas
mengalir masuk ke bagian sempit dan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan ke daerah
itu. Dapat memisahkan debu 0,1 mikron dan gas terlarut.

d. Tumbukan pada piringan berlubang


Berupa piringan berlubang, gas akan membentur lapisan air dan membentuk percikan. Percikan
akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Ukuran
debu yang paling kecil adalah 1 mikron.

e. Menara packing
Prinsipnya menyerupai kolom absorber/stripping, gas disentuhkan ke cairan di daerah packing.
Debu yang dapat diserap lebih besar dari 10 mikron.

f. Pencuci dengan pengintian


Prinsipnya adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi. Partikel yang ditangani berukuran
hingga 0,01 mikron dan dikumpulkan pada permukaan filamen

g. Pembentur turbulen
Penyerapan partikel dilakukan dengan mengalirkan gas melewati cairan yang berisi bola-bola
berdiameter 1-5 cm. Partikel terpisah karena debu bertumbukan dengan bola-bola tersebut.

19. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan peralatan pengendali pencemaran udara


a. Watak gas buang / efluen
b. Tingkat pengurangan yang dibutuhkan
c. Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran udara
d. Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomis
e. Biaya
f. Kondisi operasi yang diperlukan

LIMBAH B3 & INSENERATOR (Bab VII, VIII, + slide insenerasi & pengolahan limbah B3, + soal di prosol)

20. Analisis lumpur:


a. Total solids residu (TSR)  %berat padatan/total residu dengan menguapkan air hingga padatan
konstan (103oC)
b. Fixed residu (FR)  Kandungan padatan setelah pembakaran, terukur sebagai berat organik
c. Volatile solids  berat yang hilang saat penguapan pada pengukuran kandungan air atau residu
padatan. Merupakan karakterisasi kandungan organik dalam lumpur.
d. Kadar air (sludge moisture content)  (100 – TSR)%
e. Volume padatan

Halaman 10
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

21. Hirarki dari proses pengelolaan limbah

22. On-site vs off-site penanganan limbah B3


a. On-site treatment  dilakukan oleh industri, pertimbangannya:
i. Jenis dan karakteristik limbah diketahui pasti, agar dapat ditentukan teknologi pengolahan
yang tepat dan antisipasi terhadap jenis limbah mendatang.
ii. Jumlah limbah memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya yang dikeluarkan dan perlu
mempertimbangkan jumlah limbah dalam waktu mendatang.
iii. Membutuhkan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani proses pengolahan.
iv. Perlu memperhatikan baku mutu dari peraturan pemerintah yang akan dikeluarkan masa
mendatang.
b. Off-site treatment  dilakukan oleh pihak ketiga di pusat pengolahan limbah industri

23. Teknologi pengolahan limbah (on-site)


a. Perlakuan lumpur & chemical conditioning limbah lumpur B3
b. Inceneration
c. Solidification (stabilisasi)
d. Disposal (land fill dan injection well)

24. Mekanisme stabilisasi dan solidifikasi

Stabilisasi adalah pencampuran limbah dengan aditif untuk mengurangi laju pencemaran dan
mengurangi toksisitas. Solidifikasi adalah pemadatan B3 dengan penambahan aditif. Keluaran dari
dua proses ini adalah limbah yang lebih stabil atau dapat berupa padat, sehingga dapat dibuang ke
land fill sesuai aturan.

Halaman 11
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Teknik pelaksanaannya ada 6:


- Macroencapsulation: limbah B3 dibungkus dalam matriks struktur yang lebih besar.
- Microencapsulation: Limbah B3 terbungkus secara fisik seperti macroencapsulation hanya saja
dalam struktur Kristal mikroskopik.
- Precipitation: untuk memisahkan logam berat yang terlarut, sifat kelarutannya diubah menjadi
lebih kecil sehingga terbentuk endapan.
- Adsorpsi: bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat.
- Absorpsi: solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapnya ke bahan padat
- Detoxification: mengubah psenyawa beracun menjadi senyawa lain dengan tingkat racun lebih
rendah / hilang sama sekali.

25. Penanganan pembuangan (disposal) limbah B3


a. Landfill / Lahan urug

Bagian dasar terdiri dari lapisan tanah setempat, lapisan dasar, sistem pendeteksi kebocoran,
lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi, dan lapisan pelindung.
Bagian penutup terdiri dari tanah penutup perantara, tanah tudung penghalang, tudung
geomembran, pelapis tudung drainase, pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup.
Bagian dasar harus mampu menahan resapan air dari dalam dan luar agar tidak menyebarnya
lindi yang timbul. Lindi (cairan limbah) kemudian diolah di lokasi pengolahan limbah cair.

Halaman 12
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Land fill ada dua jenis:


 Sanitary land fill:
o Fungsi: menangani limbah yang mengandung banyak senyawa organik yang mudah
terdegradasi alami
o Lokasi terbuka
o Menangani limbah dalam jumlah besar
o Ukuran besar di area luas
o Terdapat penanganan gas metana (flaring atau dimanfaatkan sebagai sumber listrik)
o Menghasilkan gas metan dalam jumlah banyak
o Menghasilkan leachate (lindi) cukup besar

 Secure land fill:


o Fungsi: Menangani limbah yang mengandung senyawa B3
o Area tertutup
o Menangani limbah dalam jumlah tertentu
o Desain modular
o Tidak banyak menghasilkan gas metana, karena umumnya mengandung senyawa non
organik
o Leachate tidak sebesar sanitary

b. Injection well disposal / sumur injeksi


Pembuangan limbah ke dalam sumur injeksi dengan cara memompakan limbah cair ke dalam
sumur. Pemikiran ini didasarkan ata kemampuan formasi geologi jauh di bawah permukaan
bumi yang mampu mengikat limbah. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan formasi tersebut
menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Jika minyak/gas telah habis, sumur bekas tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sumur injeksi.

Mekanismenya melibatkan pembuatan lubang hingga melampaui kedalaman aquifer air tanah.
Kemudian lubang dilapisi casing baja yang disemen ke bagian luar lubang. Melalui lubang ini,
pengeboran diteruskan hingga mencapai zona penginjeksian. Ke dalam lubang tersbut
dimasukkan pipa injeksi yang dipasang well head pada bagian atas dan packer pada bagian
bawah. Ruang kosong antara pipa injeksi dan casing diisi cairan inert non korosif. Tekanan cairan
dipantau untuk mengetahui jika terjadi kebocoran pipa injeksi.

Faktor yang dipertimbangkan terkait pemilihan lokasi:


 Kondisi geologi dan hidrologi termasuk kestabilannya
 Keberadaan sumur pasca operasi yang mengakibatkan bocor ke luar formasi
 Cadangan mineral, minyak, dan gas
 Air tanah
 Karakter fisik dan kimia formasi serta cairan alami di dalamnya untuk memperkirakan
interaksi yang akan terjadi

Halaman 13
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

Gangguan yang dapat terjadi:


- Penyumbatan sumur
- Kerusakan pada casing sumur dan/atau pada formasi lapisan penahan
- Ledakan sumur

Untuk mengatasi, syarat limbah yang tidak boleh dimasukkan:


 Mengalami presipitasi/ represipitasi
 Memiliki partikel padatan/koloid
 Dapat membentuk emulsi
 Basa/asam kuat
 Reaktif
 Densitas dan viskositas lebih rendah daripada cairan alami formasi
 Kadar HCl>6% dan bersuhu tinggi lebih dari 88oF

Halaman 14
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

26. Uji TCLP


Uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Product) = uji karakter racun dalam limbah padat dengan
cara mengeluarkan cairan lindi dari limbah tersebut dengan larutan yang reaktif. Cara pengujian
TCLP dengan perendaman limbah padat dalam asam kuat konsentrasi tertentu selama waktu yang
ditentukan. Selanjutnya lindi yang dihasilkan diuji kandungan dan karakter racunnya lalu
dibandingkan dengan daftar jenis limbah B3. Uji ini berfungsi untuk mengetes apakah produk hasil
stabilisasi dan solidifikasi sudah tidak toksik lagi dan dapat dikeluarkan dari daftar B3.

27. Insenerator limbah B3 & co-processing


a. Apa itu insenerator
Insenerasi adalah proses oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen, jika proses
berlangsung sempurna H dikonversi menjadi air, C menjadi CO2, S dan N menjadi SOX dan NOX,
dan inert tetap berada pada fasa padat / teruapkan dan terbawa gas.

b. Keistimewaan insenerasi
- Laju pengurangan volume dan berat limbah lebih cepat daripada secara biologic (landfill)
- Mudah dioperasikan dan dihentikan
- Tidak memerlukan area luas dan dapat dilakukan setempat (on-site)
- Panas dapat diambil sebagai sumber energi
- Pembuangan gas hasil bakar dapat dikontrol lebih efektif

c. Kesulitan sistem insenerasi


 Ada beberapa bahan yang tidak dapat diinsenerasi, yaitu material dengan kandungan air
tinggi atau material yang tidak dapat terbakar
 Adanya logam-logam berat hasil pembakaran
 Pembakaran membutuhkan biaya investasi tinggi
 Diperlukan operator handal
 Tambahan bahan bakar kadang diperlukan untuk bahan-bahan tertentu untuk menjaga
temperatur

d. Faktor yang mempengaruhi pembakaran


i. Kandungan air
ii. Nilai kandungan panas (Heating value)
iii. Garam-garaman anorganik
iv. Kandungan sulfur dan halogen

e. Kriteria desain insenerator


 Mewadahi limbah yang sedang terbakar, dapat memasok udara dalam jumlah cukup
 Mencampur udara pembakar dan gas hasil proses pirolisa dengan baik agar terjadi
pembakaran sempurna

Halaman 15
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

 Mengatur suhu gas hasil insenerasi sehingga tidak merusak refraktori dan peralatan
pembersih gas
 Menghilangkan partikulat dan gas pencemar dari gas buang
 Memasukkan umpan dan mengeluarkan residu tanpa pelepasan gas hasil pembakaran
 Mencapai persyaratan secara ekonomis dan bebas masalah serta memenuhi standa estetika

f. Contoh limbah B3 yang dimanfaatkan melalui Co-processing sebagai Alternative fuel and raw
material (AFR) di industri semen
- Fly ash yang mengandung Si, Slag baja/logam, kapur/gypsum, katalis bekas digunakan
sebagai bahan baku klinker.
- Sludge oil, pelumas bekas, lumpur waste treatment dari industri kertas digunakan sebagai
bahan bakar di klin semen.

g. Cara pengumpanan limbah B3 (point f.) pada proses produksi semen

28. Tipe tipe insenerator


a. Rotary Kiln
 Jenis limbah: padat, sludge (semi solid slurry) , cair, gas
 Terdiri atas: sistem pengumpan, injeksi udara, kiln (silinder horizontal dengan kemiringan
tertentu yang berputar dengan kecepatan ¾ - 4 rpm), afterburner, pengumpul dan
pengambil abu, dan pengendali pencemaran udara.
 Limbah masuk dari ujung satu dan dibakar di ujung lain.

Halaman 16
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

 Ada variasi jenis berupa aliran co-current dan counter current, lalu ada slagging atau non-
slagging, dengan atau tanpa refractory

 Keunggulan
o Mampu membakar variasi aliran limbah
o Limbah mengalami perlakuan awal minimum
o Mampu membakar berbagai macam limbah dalam waktu bersamaan
o Tersedia dalam berbagai macam mekanisme pengumpanan
o Waktu tinggal mudah dikendalikan
o Turbulensi tinggi dan kontak dengan udara efektif

 Kelemahan:
o Partikulat yang terbawa aliran gas relative tinggi
o Diperlukan afterburner untuk menghancurkan senyawa volatile
o Kondisi di sepanjang kiln (tanur) sulit dikontrol
o Kebutuhan excess air tinggi mencapai 100%
o Seal tanur yang efektif sulit diperoleh
o Jumlah panas hilang (pada abu buangan) cukup berarti

b. Multiple Hearth
 Berupa tungku lingkaran seri (5-8 buah satu di atas yang lain) yang berputar dalam rak baja
yang dilengkapi shaft rabble arms dan rabble teeth (untuk lebih jelas lihat video
https://www.youtube.com/watch?v=9F1FSBPpnUk) dengan putaran ¾ - 2 rpm.

Halaman 17
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

 Limbah yang diproses memiliki padatan 15-50%-w, jika limbah <15%-w maka akan bersifat
cair dan mengalir dalam tungku sehingga manfaat rabble tidak efektif, jika >50% -w lumpur
akan vicous dan menutup rabble teeth.

 Ada 3 zona:
o Zona pengeringan: di bagian atas, untuk memanaskan & menguapkan air pada umpan
dan mendinginkan gas keluar furnace
o Zona pembakaran: bagian tengah, limbah lumpur masuk ke zona ini dipanaskan sampai
terbakar.
o Zona pendinginan: bagian bawah furnace, untuk mendinginkan abu sisa dengan
memindahkan panas kepada udara pembakar yang diumpankan dari bawah furnace.

c. Fluidized Bed
 Limbah: cairan organik, gas, dan butiran padatan yang dibuat terfluidakan
 Limbah dimasukkan di bagian samping insenerator.
 Unggun panas terfluidisasi dan berkontakkan dengan udara meningkatkan efisiensi
pembakaran

Halaman 18
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

 Kelebihannya adalah memungkinkan penggunaan limestone dalam unggun untuk


menangkan zat-zat halogen dan senyawa lain untuk mengurangi kandungan asam dalam gas
buang.
 Syaratnya harus bersih dari bahan kaca/logam dengan titik didih rendah karena dapat
menimbulkan slag pada unggun.

d. Open pit
 Untuk insenerasi bahan-bahan eksplosif / pelepasan panas yang tinggi (baik cair/padat)
 Udara pembakar disemprotkan ke dalam ruang bakar dari atas insenerator dengan
kecepatan tinggi
 Temperatur pembakaran dapat mencapai 2000oF dan menghasilkan gas dengan asap dan
emisi partikulat rendah

e. Single Chamber
 Limbah padat diletakkan diatas grid lalu dibakar

Halaman 19
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

f. Multiple Chamber
 Ruang bakar dibuat menjadi banyak untuk mencapai pembakaran sempurna limbah padat
 Ruang bakar utama untuk membakar padatan
 Ruang kedua memperpanjang waktu tinggal dan tempat masuk bahan bakar tambahan
untuk membakar padatan atau produk gas yang belum terbakar

g. Aqueous Waste Injector


 Limbah cair dan lumpur diatomisasi dengan ukuran 40-10 mikrometer dan disemburkan ke
dalam ruang bakar.
 Terdiri atas beberapa nozel untuk mengatomisasi limbah

h. Starved air unit


 Limbah padat dibakar dalam primary furnace kemudian gas hasil pembakaran dialirkan ke
ruang bakar kedua, untuk membakar sisa gas bakar.
 Turbulensi umpan minimal, bahan yang membutuhkan pembakaran turbulensi seperti
karbon bubuk / limbah pulp tidak cocok diolah dengan SAU
 Udara di ruang bakar utama lebih rendah (jumlah dan kecepatannya)
 Gas panas yang keluar dari ruang bakar kedua relative bersih sehingga bila digunakan untuk
sistem penukar panas akan meminimalkan resiko erosi dan clogging.

Kesimpulan:

- Limbah padat: single chamber incinerator, multiple chamber, starved air unit, open pit
- Limbah cair: aqueous waste injector, open pit, multiple heart
- Limbah gas: Rotary kiln, fluidizied bed
- Limbah padat-cair-gas: Rotary kiln, fluidizied bed

Halaman 20
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

AMDAL (Bab III, + slide pengantar AMDAL, + soal di prosol)

29. Skema / diagram hirarki perundang-undangan di Indonesia

30. Instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup menurut UU 32/2009
a. KLHS (kajian lingkungan hidup strategis)
b. Tata ruang
c. Baku mutu lingkungan hidup (LH)
d. Kriteria baku kerusakan LH
e. AMDAL (Analisis dampak lingkungan)
f. UKL-UPL (Usaha Pengelolaan Lingkungan – Usaha Pemantauan Lingkungan)
g. Perizinan
h. Instrumen ekonomi LH
i. PUU (peraturan perundang-undangan) berbasis LH
j. Anggaran berbasis LH
k. Analisis resiko LH
l. Audit LH
m. Instrumen lain sesuai kebutuhan

31. Rencana Pengelolaan lingkungan dan Rencana Pemantauan lingkungan (RKL-RPL)


a. Rencana pengelolaan lingkungan = prose menetapkan usaha pengendalian dan penanggulangan
dampak kegiatan.
b. Rencana pemantauan lingkungan = proses menetapkan usaha pemantauan pelaksanaan
pengelolaan dampak lingkungan dan kualitas lingkungan.

32. Faktor yang menentukkan dampak besar dan pentingnya suatu usaha/kegiatan terhadap lingkungan
a. Luas wilayah persebaran dampak
b. Jumlah manusia yang terkena dampak  jika manusia yang terkena dampak lebih besar atau
sama dengan yang menikmati hasil.

Halaman 21
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung  perubahan lingkungan yang timbul bersifat
hebat / drastic, berlangsung di area yang relative luas, dalam kurun waktu singkat.
d. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak  Menimbulkan dampak sekunder atau
lanjutan lain yang jumlah komponen lebih besar dari atau sama dengan komponen yang terkena
dampak primer.
e. Sifat kumulatif dampak  bertambah, bertumpuk, bertimbun
i. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, pada kurun waktu
tertentu tidak dapat diasimilasi lingkungan.
ii. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat
diasimilasi lingkungan.
iii. Dampak lingkungan dari berbagai sumber menimbulkan efek saling memperkuat
(sinergetik).
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak  berbalik berarti dapat
dipulihkan, sedangkan tidak berbalik berarti tidak dapat dipulihkan walau dengan interverensi
manusia pun.

33. Ruang lingkup UU 32/2009:

Pengendalian dan pengelolaan lingkungan dimulai dari perencanaan (plan), kemudian lingkungan
dapat dimanfaatkan disertai dengan pengendalian dan pemeliharaan (do), dan terakhir diperlukan
pengawasan dan penegakan hukum (check).

34. AMDAL:
a. Apa itu AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
AMDAL = Kajian mengenai dampak penting (perubahan lingkungan hidup) suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan untuk proses pengambilan
keputusan kelayakan lingkungan.

Halaman 22
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

b. Fungsi AMDAL
 Upaya preventif pengendalian dampak lingkungan oleh kegiatan pembangunan
 Untuk pengambilan keputusan kelayakan lingkungan

c. Tujuan AMDAL
- Mengurangi atau meniadakan perubahan lingkungan (yang tidak direncanakan)
- Mengidentifikasi pemecahan masalah yang optimal
- Mencegah / mengatasi konflik kepentingan
- Melibatkan publik dan menjamin keterbukaan proses pengambilan keputusan

d. Karakteristik AMDAL:
 Merupakan keputusan dan arahan eksternal yang mempengaruhi keputusan internal.
 Di Indonesia, AMDAL dikaitkan dengan perijinan untuk memaksa agar keputusan eksternal
dipatuhi.
 Di negara lain, keputusan eksternal dikaitkan dengan kontrol sosial.
 Merupakan instrumen pengendalian pembangunan yang komprehensif dan situasional.

e. Keterbatasan AMDAL:
o Bersifat reaktif terhadap suatu rencana kegiatan
o Hanya mengenai proyek/kegiatan pembangunan
o Tidak ditujukan untuk pengendalian masalah LH secara parsial
o Tidak dipergunakan untuk pengendalian kegiatan yang berkembang secara terus menerus
o Hanya untuk kegiatan yang berada dalam suatu kesatuan ruang

f. Prosedur AMDAL

Halaman 23
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

35. Lima peringkat ketaatan yang diberikan pada perusahaan peserta proper-prokasih industri
a. Peringkat hitam, diberikan pada perusahan yang tidak melakukan upaya pengendalian dampak
lingkungan.
b. Peringkat merah, diberikan pada perusahaan yang melakukan upaya pengendalian dampak
lingkungan tetapi belum memenuhi baku mutu.
c. Peringkat biru, diberikan pada perusahaan yang melakukan upaya pengendalian dampak
lingkungan dan telah memenuhi persyaratan minimum baku mutu.
d. Peringkat hijau, diberikan pada perusahaan yang mampu memenuhi baku mutu air limbah,
emisi, dan pengelolaan B3, serta telah melakukan upaya lain dalam rangka pengelolaan
llingkungannya seperti penanganan limbah lumpur, pengaturan kerumah tanggan, dan
pengelolaan unit pengolah limbah dengan baik
e. Peringkat emas, diberikan pada perusahaan yang memenuhi persyaratan peringkat hijau dengan
kelebihan menonjol telah melakukan upaya serius bagi pengendalian pencemaran udara, proses
daur ulang limbah yang mengarah ke zero discharge, dan telah menerapkan teknologi dan
produksi bersih dalam kegiatan industrinya (emisi nol).

BAB 4

36. Hierarki pengelolaan pencemaran secara segitiga terbalik


Input Limbah
EFEKTIFITAS

Pengurangan Limbah Pada Sumber Sangat Efektif Jumlah

PENCEMARAN
PENCEGAHAN
(Source Reduction) Limbah Sangat
Berkurang

Daur Ulang, Guna Ulang, Cukup Efektif


Pengambilan Kembali Biaya Meningkat
Jumlah Limbah
(Recycle, Reuse, Recovery) Banyak Berkurang

Pra-Pengolahan Kurang Efektif


PENGENDALIAN
PENCEMARAN
(Treatment) Jumlah Limbah
Sedikit Berkurang
Penimbunan
(Disposal) Tidak Efektif
Jumlah Limbah
Tidak Berkurang

Output Limbah
Keyword: Pencegahan pencemaran (4R), pengendalian pencemaran, source reduction, recycle, Reuse,
Recovery, treatment, disposal.

Halaman 24
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

37. Tujuh komponen pengelolaan limbah berdasarkan hierarki di atas


a. Source reduction / waste minimization e. Waste treatment
b. In process recycling f. Disposal
c. On-site recycling g. Direct release
d. Off-site recycling

Halaman 25
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

38. Keuntungan penerapan pencegahan pencemaran


a. Mengurangi biaya penanganan limbah
b. Meningkatkan operasi
c. Mengurangi tuntutan hukum pemerintah (liability)
d. Meningkatkan persaingan dalam keuntungan
e. Pandangan positif masyarakat
f. Lingkungan sehat
g. Peningkatan kualitas produk

39. Waste minimization


a. Source reduction
i. Source control
 Feed change  Perubahan input bahan (kemurnian, substitusi, dll)
 Technology change  perubahan teknologi (optimisasi, alat baru, dll)
 Operation change  perbaikan prosedur operasi (kontrol, pemisahan, manajemen, dll)
ii. Product conservation  komposisi produk diubah
b. Recycle
i. Reclamation  produk samping
ii. Use and reuse  aliran recycle

Halaman 26
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

40. Istilah dalam minimisasi limbah


a. Source reduction  mengurangi / menghilangkan limbah pada tingkat limbah itu dihasilkan,
tidak mencakup pemrosesan limbah baik itu pengurangan volume / perubahan karakteristik /
konsentrasi dari limbah.
b. Emission reduction  kegiatan mengurangi / menghilangkan polutan dalam ruang lingkup
industri.
c. Waste reduction  kegiatan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan tiap tahap produksi,
Proses recycling merupakan salah satu bentuk waste reduction.
d. Toxics use reduction  perubahan proses produksi/bahan baku yang
mengurangi/menghindari/menghilangkan penggunaaan atau terbentuknya zat toksik
e. Recycling  memanfaatkan kembali secara langsung bahan berguna dari aliran
f. Reclamation  mengunakan kembali bahan-bahan berguna dalam limbah

41. Cleaner production


Produksi bersih merupakan strategi berkelanjutan yang memperbaiki produk, proses, dan layanan
untuk mengurangi dampak lingkungan dan bekerja menuju pembangunan berkelanjutan secara
ekologi dan ekonomik. Cleaner production merupakan piranti mencapai pembangunan
berkelanjutan (sustainability).

42. Keuntungan menerapkan Eco labeling:


a. Memberitahu / menginformasikan pilihan konsumen  memberi informasi bagi konsumen
tentang dampak lingkungan yang dihasilkan dari produk yang mereka pilih. Membuat konsumen
sadar akan manfaat produk tertentu seperti kertas daur ulang, pembersih bebas racun, dll.
b. Meningkatkan efisiensi ekonomi  eco-label lebih murah daripada kontrol regulasi, dengan
memberdayakan konsumen dan produsen untuk membuat keputusan lingkungan yang
mendukung,kebutuhan akan regulasi menjadi minimum.
c. Merangsang perkembangan pasar  pasar dapat berkembang terhadap kesadaran lingkungan
yang lebih besar.
d. Mendorong perbaikan/pengembangan berkelanjutan
e. Mempromosikan sertifikasi
f. Membantu dalam pemantauan

43. Baku mutu emisi dan baku mutu ambient


a. Baku mutu emisi: ukuran batas/kadar pencemar limbah gas yang harus dipenuhi sebelum
dibuang ke lingkungan.
b. Baku mutu ambient: ukuran batas/kadar pencemar limbah gas dalam udara sekitar yang harus
dipenuhi agar tidak membahayakan kesehatan.

44. Baku mutu air effluent standard dan stream standard


a. Baku mutu effluent standard (air limbah): ukuran batas/ kadar pencemar yang boleh dibuang ke
air permukaan dari satu jenis kegiatan tertentu.

Halaman 27
Ryan Adrian Rahardi | 1301206

b. Baku mutu stream standard (air sungai): ukuran batas / kadar suatu makhluk hidup / zat / energi
/ komponen pencemar, yang boleh ada dalam air pada sumber air sungai tertentu.

45. Konsep fully integrated in adopting environmental quality


Menempatkan pengelolaan lingkungan sebagai bagian dari sistem proses produksi di industri yang
bersangkutan, dengan demikian peningkatan economic benefit industri tidak memberikan dampak
merugikan bagi lingkungan.

TAMBAHAN

46. BOD, COD, TOC, TOD (dari buku ya~)

TUGAS

47. (TUGAS) Penyinaran matahari pada bumi


48. (TUGAS) Berikan contoh perundangan sesuai penugasan
49. (TUGAS) Pilih 1 industri lalu jelaskan prosesnya, potensi limbahnya, dan penanggulangannya
50. (TUGAS) Perhitungan tinggi stack gas dan penyebaran pencemaran

Halaman 28

Anda mungkin juga menyukai