Anda di halaman 1dari 2

Kunci Ruang Pengajaran di Era Disruptif

Masyarakat hari ini sedang digegerkan oleh fenomena perubahan zaman yang sangat radikal dan tak
seorang pun dapat mengelak serta harus berjuang menyesuaikan diri agar mampu mengikuti zaman.
Atau biasa kita sebut Era Disruptif.

Disruptif (disruption seringkali dimaknai dengan sesuatu yang menggangu. Dan agar kita terbebas dari
gangguan itu , kita harus menghadapinya secara bijaksana sesuai zamannya. Dimana motivasi dan
menjaga kualitas saja tidak cukup.

Dan pada umumnya era disrupsi banyak memunculkan inovasi yang takterduga, tak terbayangkan oleh
organisasi , kelompok,instansi, atau lembaga yang telah maju, sehingga dapat menggangu jalanya
regulasi lama yang telah ada sejak zaman dulu dan berpotensi menghancurkan system regulasi tersebut

Perubahan system regulasi yang masih sederhana digantikan oleh system regulasi baru yang serba
digital, menjadikan adanya pergeseran struktur kehidupan diberbagai bidang.

Di bidang bisnis misalnya, ada perubahan moda transportasi yakni ‘GOJEK & GRAB’. Pemilik jasa ini tidak
memiliki asset armada satu pun. Namun dengan pemanfaatan digital yang cerdas dan professional akan
dapat mendatangkan keuntungan yang besar. Jadi untuk saat ini perlu dipertimbangkan lagi bahwa
kekuatan bisnis tidak lagi ditopang oleh kepemilikan asset yang kuat dan banyak.

Dibidang pendidikan juga begitu. Zaman dulu butuh waktu lama hingga berabad-abad agar sebuah
perguruan tinggi menjadi hebat. Namun di Era ini Cuma butuh waktu berpuluh-puluh tahun saja untuk
menyamai peringkat perguruan tinggi yg hebat itu.

Pelajar yang lahir di era serba digital ini memiliki budaya yang sangat berbeda dengan pelajar tempo
dulu. Mereka sekarang berada pada dunia dimana akses terhadap informasi menjadi lebih mudah,
jaringan yang menglobal, fleksibel, sangat murah dan mengakomodasi kebutuhan individu seperti
youtube, edmodo dan yang lagi trend saat ini ‘Ruang Guru’.

Di sisi lain hal itu akan mengancam lembaga penyelenggara pendidikan segera gulung tikar Jika
pemerintah tidak segera melakukan regulasi yang mengarah kepada pemberian bekal literasi baru (data,
teknologi & humanities) dan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengasah jiwa kepemimpinan &
kemampuan kerja tim. Namun pada praktiknya regulasi tersebut justru menghambat kemajuan di dunia
pendidikan.

Memang saat ini sangat banyak regulasi pendidikan yang harus disempurnakan/ direvisi kembali naskah
akademik yang menjadi dasar penyusunan regulasi pendidikan.

Selain regulasi pendidikan yang harus berubah, kompetensi & ketrampilan juga harus diperhatikan lebih
dalam karena 2 hal ini harus benar-benar dimiliki oleh setiap pelajar agar mudah beradaptasi di era
disruptif ini.
Kompetensi & ketrampilan mengandung 5 hal penting yakni

1. Asosiasi diharapkan setiap pelajar mampu berasosiasi, dapat menghubungkan bidang ilmu
dengan masalah/ide-ide dan memandang suatu hal dari berbagai prespektif.
2. Bertanya merupakan kemampuan yang sangat penting, namun banyak yang meremehkan hal ini.
Padahal untuk mengembangkan pengetahuan harus dengan banyak bertanya.
3. Pengamatan agar menjadi seorang innovator kita harus banyak melakukan pengamatan dengan
benar & konsisten.
4. Percobaan seorang innovator selalu mencoba hal-hal baru dan menjalankan ide-ide tanpa takut
gagal. Karena semua kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda.
5. Jejaring yakni Para innovator banyak menghabiskan waktunya untuk mencari ide-ide baru
diberbagai jaringan individu & social yang berbeda basic & prespective.

Ke 5 hal tersebut merupakan hal penting dan harus benar-benar dimiliki para pelajar agar tetap eksis di
masa mendatang .dan berharap dunia pendidikan lebih memperhatikan ke 5 hal ini karena selama ini
kurang diperhatikan akan hal- hal tersebut.

Dan hal lain yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan pendidikan pembelajaran era
disruptif ialah strategi yang digunakan. Dengan melihat keadaan masyarakat saat ini strategi
Konstruktivistiklah yg lebih sesuai . Konstruktivistik memandang bahwa pengetahuan adalah
nonobjektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.

‘Belajar’ adalah suatu proses pembentukan dan pemahaman pengetahuan dari pengalaman yang nyata,
aktifivitas yang saling berkesinambungan, pengajaran memandang sesuatu secara teoritis dan refleksi.
Mengajar adalah menata lingkungan agar si pelajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai
ketidak pastian. Setiap pelajar memiliki pemahaman yang berbeda-beda tergantung pada pengalaman,
cara pandang sesuatu secara teoritis. Dan keberhasilan dalam belajar mengajar banyak ditentukan oleh
kesiapan pelajar yang belajar. jika pelajar siap maka akan dengan mudah teori yang disampaikan terserap
secara maksimal. Sehingga akan menghasilkan pelajar yang kreatif dan produktif.

Pada sebuah film di singapura tahun 2006 yang berjudul ‘I not stupid too’ seorang guru yang bernama
xxxxx berpendapat bahwa “kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan focus kepada
bakat para peserta didik bukan pada kekurangan mereka” maka dari itu tujuan pembelajaran ditekankan
‘belajar bagaimana belajar’, menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif
dalam bentuk nyata. Sehingga mampu mendorong pelajar untuk berfikir dan memikir ulang dan
mempraktikkannya. pelajar memiliki kebebasan dalam pembelajaran. Kegagalan atau keberhasilan,
kemampuan atau ketidakmampuan dalam pembelajran dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang
perlu dihargai agar pelajar terus termotivasi untuk memperbaiki diri yang lebih baik.

Namun dari seluruh pembahasan di atas ada yang tak kalah penting yakni tentang pendidikan karakter
(akhlak dan moral) yang sesuai nilai-nilai kehidupan. pendidikan ini harus benar-benar tertanam dalam
tiap diri peserta didik. Karena hidup di Zaman yang serba cepat dan takmenentu membutuhkan alat
untuk membentengi fikiran dan hati dari tiap tekanan dan tantangan yakni dengan bersikap bijak, santun
dan bertanggung jawab dalam tiap hal sesuai nilai-nilai kehidupan agar dunia tetap aman. tidak berbuat
sewenangnya karena kita makhluk yang berakal dan punya hati. Karena akhlak yang bagus lebih tinggi
nilainya dari kecerdasan.

Anda mungkin juga menyukai