Anda di halaman 1dari 9

DESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER MENURUT TEMA

Shell and tube heat exchanger (STHE) merupakan jenis alat penukar panas
yang paling umum digunakan untuk peralatan perpindahan kalor di dalam industri
kimia dan industri lainnya yang terhubungan dengan perpindahan kalor. Penukar
jenis shell and tube terdiri dari berkas pipa (tube) yang ditutupi oleh silinder
cangkang (shell). Ujung-ujung pipa dipasang tube sheet, yang memisahkan sisi
shell dan sisi tube. Baffle yang terdapat pada shell digunakan untuk mengarahkan
aliran fluida dan menyokong pipa. Tujuan dalam desain penukar panas adalah
menentukan luas permukaan yang dibutuhkan pada kondisi laju perpindahan panas
tertentu dengan menggunakan perbedaan temperatur yang ada. Koefisien
perpindahan panas keseluruhan adalah kebalikan dari jumlah keseluruhan tahanan
atau pengotor perpindahan panas di sisi pipa dan sisi shell, konduktivitas termal
material, dan nilai dari koefisien perpindahan panas di sisi pipa dan sisi shell.

Gambar 1. Shell and Tube Exchanger


(Sumber: Veriyawan, 2014)

1. Komponen dan Klasifikasi STHE Berdasarkan Konstruksi


Komponen-komponen dasar dari sebuah STHE, yaitu shell, shell cover,
tube, channel, channel cover, tube sheet, baffle, dan nozzle. Komponen-komponen
yang lain meliputi tie-rods, spacer, support, longitudinal baffle, pass partition
plate, impingement plate, sealing strip, dan pondasi. TEMA (Tubular Exchanger
Manufacturers Association) menjelaskan lebih mengenai komponen-komponen di
atas. Sebuah STHE dibagi menjadi 3 bagian yaitu front head, shell, dan rear head.
Tipe STHE berdasarkan konstruksinya terbagi menjadi tiga, yaitu:
1.1. Fixed Tube Sheet
Fixed tube sheet heat exchanger mempunyai tube yang lurus yang kedua
ujungnya tube sheet-nya dilas ke bagian shell. Keuntungan dari tipe fixed tube sheet
adalah kebocoran dari sisi shell bisa diminimalisir karena tidak ada sambungan
flange. Tube bisa dibersihkan secara mekanikal setelah melepas cover channel atau
bonet. Cost rendah karena konstruksi sederhana sepanjang tidak membutuhkan
sambungan tambahan. Kerugian dari tipe fixed tube sheet adalah bundle tidak dapat
dilepas dari shell jadi sisi luar tube tidak dapat dibersihkan secara mekanis. Aplikasi
hanya terbatas pada clean service (fluida yang bersih) pada shell side, apabila akan
digunakan pada fouling service pada shell side maka dibersihkan dengan chemical
cleaning. Diperlukan sambungan tambahan akibat perbedaan panas terlalu besar.

Gambar 2. Fixed tube sheet heat exchanger


(Sumber: Bastanta, 2013)

1.2. Floating Head


Heat exchanger tipe floating head adalah heat exchanger yang paling
serbaguna dari tipe STHE dan juga harganya relatif rendah. Tubesheet fixed dengan
shell dan yang lainnya bebas mengapung dengan shell. Free expansion dari tube
bundle diperbolehkan selama pembersihan sisi dalam dan luar tube. Heat exchanger
tipe floating head bisa digunakan pada media baik di shell maupun di tube yang
kotor, seperti digunakan pada industri penyulingan minyak mentah.
TEMA S (pull-through with backing device) dan TEMA T (pull-through)
merupakan tipe dari konstruksi tipe floating head yang paling umum. Desain
TEMA S adalah tipe yang paling umum di industri proses kimia. Penutup floating
head diamankan dari floating tubesheet dengan mengikatnya ke split backing ring.
Penutup dari floating head terletak dibelakang ujung shell dan terdapat penutup
shell yang berdiameter lebih besar. Penutup shell dilepas terlebih dahulu kemudian
split backing ring ikut dilepaskan untuk dapat membongkar heat exchanger, dan
kemudian penutup tube bundle dapat dilepas dari bagian stationari.
Konstruksi TEMA T seluruh tube bundle termasuk floating-head dapat
dilepas dari bagian stasionernya, karena diameter shell lebih besar dari ukuran
flange floating-head. Cover floating-head diikat dengan baut langsung ke floating
tubesheet sehingga tidak diperlukan split backing ring. Tipe packed floating-head
lainnya yaitu outside packed stuffing-box (TEMA P) dan outside-packed latern ring
(TEMA W). Kedua jenis ini lebih mudah terjadi kebocoran maka penggunaannya
hanya dibatasi untuk fluida shell yang tidak berbahaya, tidak beracun, dan juga
untuk tekanan serta temperatur sedang (40 kg/cm2 dan 300 ºC).
Keuntungan dari floating head heat exchanger adalah Tube bundle dapat
dilepas dari shell tanpa melepas shell ataupun cover floating head, sehingga
mengurangi lama waktu perawatan. Desain floating head heat exchanger biasanya
dipasangkan dengan kettle reboiler yang mempunyai media pemanas kotor, yang
tidak dapat digunakan pada tipe U-tube. Kerugiannya heat exchanger jenis ini
harganya paling mahal dari tipe yang lain karena ukuran shell-nya besar.

Gambar 3. Pull-through floating-head dengan backing device (TEMA S)


(Sumber: Bastanta, 2013)

1.3. U-Tube
U-tube heat exchanger adalah heat exchanger yang tube-nya membentuk
huruf U yang memiliki satu tube sheet. Keuntungan dari U-tube heat exchanger
adalah bundle dapat meregang atau mengkerut jika ada perbedaan tegangan. Bagian
luar dari tube bisa dibersihkan dan tube bundle juga bisa dilepas. Kerugian dari U-tube
heat exchanger adalah bagian dalam dari U-tube tidak dapat dibersihkan secara efektif,
memerlukan drill shaft yang fleksibel untuk membersihkannya. U-tube heat exchanger
sebaiknya tidak digunakan untuk tube dengan fluida yang kotor.

Gambar 4. U-Tube Heat Exchanger


(Sumber: Bastanta, 2013)

2. Data Desain Pada Shell and Tube Heat Exchanger


Berdasarkan kondisi kerja, heat exchanger mempunyai standar dalam
pemakaiannya. Standarisasi yang dikeluarkan oleh TEMA dan telah menetapkan
standar heat exchanger jenis shell and tube dalam tiga klasifikasi. Kelas untuk alat
yang dioperasikan pada kondisi berat, biasanya digunakan pada industri petroleum
dikenal dengan kelas R. Kelas C, yaitu alat yang dirancang untuk beban dan
persyaratan yang sedang serta didasarkan pada segi ekonomis, biasanya digunakan
untuk proses umum industri. Kelas B, yaitu kelas untuk alat yang dioperasika pada
kondisi ringan, biasanya dirancang untuk jasa pelayanan umum.
2.1. Diameter Shell
Diameter pipa merupakan faktor penting dalam perancangan panas jenis
shell and tube. Pemilihan diameter pipa akan mempengaruhi beberapa besaran yang
digunakan dalam perhitungan penukar panas, yaitu seperti kecepatan aliran fluida,
koefisien perpindahan panas sisi pipa, koefisien perpindahan panas sisi cangkang,
pressure drop sisi pipa, dan sisi cangkang. Diameter kecil banyak dipilih untuk
kebanyakan fungsi, karena akan membentuk susunan yang rapi, dan karena lebih
murah, sedangkan dengan menggunakan pipa yang lebih besar alat penukar panas
akan lebih mudah untuk dibersihkan dengan metode mekanis dan biasanya ukuran
pipa yang besar dipilih untuk cairan pengotor yang banyak. Pemilihan ketebalan
pipa biasanya digunakan untuk menahan tekanan dalam pipa dan memberikan
penyisihan korosi yang memadai. Standar yang biasa digunakan dalam menentukan
diameter dan ketebalan pipa adalah standarisasi dari TEMA.

Tabel 1. Diameter Standar Ketebalan Pipa


Outside Diameter (Inchi) Wall Thickness (Inchi)
0.405 0.068
0.540 0.088
0.675 0.091
0.840 0.109
1.050 0.113
1.315 0.133
1.660 0.140
1.900 0.145
2.375 0.154
2.875 0.203
(Sumber: Bastanta, 2013)

2.2. Koefisien Perpindahan Panas


Koefisien perpindahan panas merupakan fungsi dari bilangan Reynold,
bilangan Prandtl, dan diameter tube. Fungsi tersebut dapat dibagi menjadi parameter
penting antara lain, yaitu sifat fisis (viskositas, konduktivitas panas, dan specific heat),
diameter tube, dan laju perpindahan massa. Variasi dalam perubahan viskositas akan
sangat berpengaruh pada koefisien perpindahan panas. Viskositas mempengaruhi
koefisien perpindahan panas dalam hal yang berlawanan, sebagai parameter dalam
bilangan Reynold dan juga sebagai parameter dalam bilangan Prandtl. Koefisien
perpindahan panas sebanding dengan invers viskositas pangkat 0.47, di sisi lain
koefisien perpindahan panas juga proporsional dengan konduktivitas termal (k)
pangkat 0.67. Konduktivitas termal yang tinggi akan menghasilkan koefisien heat
transfer yang tinggi pula. Bilangan Reynold Shell side, (NRE)s:

12 Do. W
(NRE ) =
S µb. Sm
(1)
Keterangan:
W = Weight flow rate (lb-mass/hr)
µb = Viskositas pada temperature bulk (lb-mass/ft.hr)
Sm = Mass flowrate shell (lb/s)

Do = Diameter luar tube (ft)

Koefisien heat transfer shell side untuk ideal tube bank

144w k 2/3 µb 0,14


hk=ik.c ( ) ( )
Sm cµ µw
(2)
Keterangan:
c = Spesifik heat (Btu/lbm.oF)
k = Konduktivitas termal (Btu/hr.ft.oF)
µb = Viskositas (lbm/ft.hr)
hk = Koefisien heat transfer (Btu/hr.ft2.oF)
ik = Faktor ideal tube bank
Sm = Mass flowrate shell (lb/s)
µw = Viskositas fluida pada dinding (lbm/ft.hr)

2.3. Ketahanan Terhadap Kotoran (Fouling) untuk Kedua Aliran


Heat exchanger akan sulit terlepas dari fouling. Banyak kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh fouling tersebut. Kerugian yang disebabkan oleh fouling, yaitu
Luas heat exchanger yang lebih besar mengakibatka peningkatan cost dan capital
cost, heat exchanger dengan fouling yang tinggi akan menyebabkan pengurangan
overall coefficient heat transfer dengan demikian dibutuhkan luas area perpindahan
yang lebih bila dibandingkan dengan fouling yang lebih rendah (Ramadhani, 2012).
Energi tambahan sehubungan dengan peningkatan energi pompa dan
effisiensi termodinamika yang rendah pada kondensasi dan siklus refrigerasi. Biaya
perawatan untuk antifoulant, chemical treatment dan untuk pembersihan
permukaan perpindahan panas yang tertutup oleh fouling. Pengurangan output
karena pengurangan cross sectional area, downtime cost, downtime adalah kerugian
waktu produksi yang diakibatkan oleh peralatan yang tidak dapat dioperasikan
dengan baik karena power failure atau power trip ,maintanance, dan breakdown.
2.4. Susunan berkas pipa
Susunan berkas pipa merupakan salah satu faktor dalam perancangan
penukar panas. Terdapat tiga macam susunan berkas pipa pada penukar panas jenis
shell and tube, yaitu susunan sejajar (aligned), susunan selang-seling (staggered)
dan susunan persegi putar (rotated square). Pola staggered dan pola rotated square
memberikan tingkat perpindahan panas yang lebih tinggi, tetapi dengan penurunan
tekanan yang lebih tinggi daripada square pattern. Pola persegi (square), atau pola
persegi putar (rotated square), digunakan untuk cairan fluida yang berat yang
memerlukan mekanisme pembersihan dibagian luar pipa. Jarak antar pipa(pitch)
yang disarankan bervariasi mulai dari 1,25 kali diameter luar pipa hingga tiga kali
diameter luar pipa. Pemilihan jarak pipa biasanya memperhitungkan penggunaan
penukar panas dan penurunan tekanan maksimum yang diizinkan.

Gambar 5. Susunan Berkas Pipa


(Sumber: Bastanta, 2013)

2.5. Material Konsturksi


Material konstruksi yang paling umum untuk heat exchanger adalah karbon
steel. Stainless steel digunakan sebagai material konstruksi heat exchanger untuk
pabrik kimia, tapi jarang digunakan untuk petroleum refinery. Heat exchanger
dibuat dari material logam yang tidak sama atau alloy. Alloy-alloy yang digunakan
pada pabrik petrokimia dan kimia adalah stainlees steel tipe 300, nikel, monel, alloy
tembaga, aluminium, inconel, dan stainless steel tipe 400. Petroleum refinery
menggunakan alloy tembaga pada tempat pertama dan low-alloy steel di tempat
kedua. Tube side pada STHE yang digunakan untuk servis air terbuat dari berbagai
variasi material seperti karbon steel, alloy tembaga, cast iron, dan lead lined.
2.6. Baffle
Baffle merupakan komponen penukar panas jenis shell and tube yang
berfungsi sebagai penumpu berkas pipa dan pengatur arah aliran fluida sehingga
fluida tidak selalu bergerak sejajar dengan arah pipa. Jarak baffle yang semakin
dekat akan meningkatkan koefisien perpindahan panas dan memperbesar
penurunan tekanan (pressure drop) shell. Jarak antar baffle biasanya memiliki
batasan maksimum dan minimum untuk menghasilkan desain penukar panas yang
baik dari segi termohidrolik dan konstruksi. Dua macam baffle yang sering
digunakan pada penukar panas jenis shell and tube. Segmental baffle jenis ini paling
umum digunakan pada penukar panas jenis shell and tube. Perbandingan baffle cut
ratio pada baffle jenis ini bermacam-macam (15%, 25%, 35%, dan 45%) dan yang
paling banyak digunakan adalah baffle dengan baffle cut ratio 25%.
Disc and doughnut baffle penurunan tekanan fluida kerja yang diakibatkan
oleh jenis baffle ini sangat rendah (60% lebih rendah) jika dibandingkan dengan
baffle yang biasa digunakan. Baffle jenis ini digunakan untuk desain dengan batasan
penurunan tekanan maksimum yang sangat rendah. Jarak baffle yang biasa
digunakan berkisar 0,2-1,0 kali diameter shell. Jarak baffle yang dekat akan
memberikan koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi tetapi dengan kerugian
penurunan tekanan yang lebih tinggi juga. Jarak optimal biasanya antara 0,3-0,5
kali diameter shell. TEMA merekomendasikan bahwa jarak antar baffle minimum
tidak boleh lebih dari 0,2 diameter dalam cangkang dan harus lebih dari 50 mm.

Gambar 6. Jenis Baffle yang Digunakan dalam Shell dan Tube Heat Exchanger, (a)
Segmental, (b) Segmental and Strip, dan (c) Disc and Doughnut
(Sumber: Bastanta, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Bastanta, J. 2013. Alat Proses Heat Exchanger. (Online). https://www.academia.


edu/16319425/Alat_Proses_Heat_Exchanger. (Diakses pada 4 Oktober
2018)
Ramdhani, R. dan Nurfitriany, S.A. 2012. Pra-Perancangan Heat Exchanger untuk
Menaikan Kapasitas Beban Sampai 130% di Plant VCM 2- Seksi 3 PT.
Asahimas Chemical. Skripsi. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Veriyawan, R., Biyanto, R.V., dan Nugroho, G. 2014. Optimasi Desain Heat
Exchanger Shell and Tube Menggunakan Metode Particle Swarm
Optimization. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 3(2): 210-215.

Anda mungkin juga menyukai