Anda di halaman 1dari 2

Sebuah Keluarga, Perceraian dan Anak.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa. Perkawinan bukan hanya sementara, tetapi akan berlangsung untuk waktu
yang lama bahkan selamanya. Perkawinan bertujuan membina kehidupan manusia secara
rukun,tentram dan bahagia supaya hidup saling mencintai dan kasih mengasihi antara suami
istri dan anak-anak serta keluarga lain agar terciptanya keluarga yang sejahtera. Sedangkan
keluarga itu sendiri merupakan suatu bentuk ikatan yang sah antara laki-laki dengan perempuan
melalui perkawinan. Dari ikatan tersebut lahirlah keturunan yang secara hukum menjadi
tanggung jawab suami dan istri atau ibu bapak dalam membina dan mengembangkan mereka.
Jadi pada dasarnya perkawinan dilakukan atas dasar kebahagiaan yang berharap dapat hidup
sejahtera selamanya.

Namun seperti halnya sebuah jalan yang tidak selalu lurus yang dimana pasti akan adanya
tanjakan,turunan bahkan belokan didalamnya. Begitupun dengan yang dinamakan keluarga,
semua tidak berjalan semulus dan semudah seperti yang dibayangkan, ada kalanya pertikaian,
pertengkaran ataupun kesalahpahaman dari adanya perbedaan pendapat yang membuat
hubungan keluarga itu perlahan mulai terkikis dan bahkan berakhir dengan perceraian. Dari
perceraian inilah disadari atau tidak disadari akan berpengaruh pada anak sebagai hasil dari
sebuah ikatan yang telah dijalani. Lalu bagaimana dampak yang akan terjadi pada anak?
Padahal anak merupakan makhluk hidup yang diberikan Tuhan sebagai titipan kepada orang
tua. Anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya. Yang dimana
seharusnya keluargalah yang menjadi tempat pendidikan informal dalam membentuk setiap
aspek perkembangan anak terutama perkembangan sosial dan emosional. Dan suasana
keluarga yang bahagia yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan sosial dan emosi anak itu
sendiri.

Kenyataannya saat ini tidak semua keluarga mampu menciptakan hubungan yang bahagia dan
harmonis, termasuk diantaranya keluarga yang mengalami keretakan dalam hubungan rumah
tangganya ataupun keluarga yang mengalami perceraian. Anak yang menjadi korban pun akan
membawa sebuah dampak yang berat, karena masalah keluarga ataupun perceraian
memberikan pengaruh yang lebih mendalam kepada anak. Anak akan mengalami kehidupan
yang sangat berbeda dengan ketika keluarganya masih utuh. Mereka akan hidup dalam tekanan
yang tidak jarang membuat luka tersendiri bagi anak dan mereka cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitarnya. Pada umumnya anak–anak yang kedua orangtuanya bermasalah
ataupun bercerai memiliki perasaan kehilangan, gagal, kurang percaya diri, kecewa, marah,
benci dan cenderung nakal sehingga sangat mengganggu perkembangan sikap sosial anak baik
terhadap teman seusianya maupun terhadap orang yang lebih tua darinya. Perubahan tersebut
membawa dampak yang apabila tidak ditangani dengan baik akan membawa dampak yang
negatif. Orang tua dan guru harus bekerjasama sehingga menanggulangi kemungkinan
munculnya perkembangan sosial dan emosional yang negatif. Dan seharusnya anak-anak tetap
berhak mendapatkan cinta, perhatian dan dorongan dari kedua orang tuanya walaupun mereka
sudah tidak bersama.

Adapun cara lain yang dapat menjadikan solusi untuk menanggulangi kemungkinan
munculnya perkembangan sosial dan emosional anak yang negatif ialah dengan melibatkan
anak secara langsung dalam mengambil sebuah keputusan sebelum kita sebagai ayah dan
ibunya membuat keputusan bercerai. Dengan cara kita secara terbuka menceritakan masalah
yang terjadi antara ayah dan ibunya saat itu, karena dengan mengajak anak sebagai konsultan
maka anak akan terlibat secara emosional, dan jika memang dilibatkan dari awal, ia akan
menjadi pahlawan bagi salah satu atau kedua orang tuanya. Bahkan bukan tidak mungkin, ia
bisa menjadi pendamai atau penghubung antara ayah dan ibunya. Karena seorang suami bisa
saja marah dengan istrinya, tetapi tentu tidak bisa dengan anaknya. Jadi, dengan menyajikan
fakta masalah apa yang dihadapi orang tua, anak akan terdidik untuk bersikap dan mengambil
keputusan, karena didalam kehidupan selanjutnya, mereka akan menghadapi fakta-fakta yang
sama. Lalu siapa lagi yang akan mengajarkan life skill seperti itu kalau bukan orang tua yang
mengajarkannya. Karena yakin, anak-ana akan lebih suka mengetahui masalahnya terlebih
daulu dibandingkan dengan tiba-tiba harus menghadapi kenyataan orang tuanya bercerai. Akan
tetapi hal yang perlu diperhatikan ialah pada saat proses melibatkan anak itu terjadi, jangan
sampai pasangan saling menjelek-jelekkan untuk mendapat dukungan dari anak. Netral saja,
biarkan anak yang akan menilai dan melihat faktanya seperti apa. Sehingga dengan begitu akan
mengurangi perkembangan sikap anak yang cenderung negatif walaupun setelah perceraian
kedua orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai