Anda di halaman 1dari 27

Social Area

blog mengenaii segala hal yang berisi permasalahan Ekonomi , bisnis, koperasi,
manajemen,..

Monday, 1 June 2009

JOAN VIOLET ROBINSON


JOAN VIOLET ROBINSON

1. Profil Tokoh

<!--[if !supportLists]--> Nama : Joan Violet Robinson<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--> Tempat Tanggal Lahir : Surrey ( Inggris), 31 Oktober 1903<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--> Wafat : 5 Agustus 1983<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--> Nationality: Great Britanian<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--> Kontribusi: Teori Pertumbuhan Cambridge<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--> Kehidupan Pribadi Joan Robinson:<!--[endif]-->

Robinson terlahir dengan nama Joan Maurice di Surrey, inggris 1903. Keluarganya adalah keluarga
golongan menengah. Ayahnya seorang jenderal, penulis, dan akhir hidupnya menjadi pemimpin
sebuah akademi yang selanjutnya menjadi cikal bakal universitas London. Ibunya seorang putri dari
seorang profesor di universitas Cambridge. Robinson sekolah di St. Pauls, sebuah sekolah khusus
purti, dimana ia belajar sejarah. Kemudian Robinson meneruskan pendidikannya ke Girton College.
Kemudian ia meneruskannya lagi ke Cambridge untuk belajar ekonomi. Beberapa tahun ia tinggal di
India bersama suaminya (ahli ekonomi Austin Robinson), Robinson menghabiskan waktunya selama
setengah abad sesudah kelulusannya pada tahun 1925 untuk mengajar dan sebagai dosen di universitas
Cambridge sampai tahun 1984. Pada Tahun 1930 Robinson menjadi aktivis di Cambridge Circus
sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi yang membantu Keynes.
Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya
setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge School’ Robinson
kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada
tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba
menjelaskan dinamika ketenaga kerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut.
Pada tahun 1933 dia menulis bukunya yang berjudul Economics of Imperfect Competition yang
memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang penjual
monopoli.
Kemudian pada tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch untuk menjadi wakil ketua
dari Econometric Society. Pada tahun 1956 Joan Robinson menerbitkan karangan besar berjudul The
Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi Keynesian dalam jangka waktu yang sangat
panjang. Enam (6) tahun kemudian ia menerbitkan buku lain tentang teori pertumbuhan, yang
menjelaskan tentang konsep-konsep dari “usia keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia
mengembangkan teori pertumbuhan Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun 1960. Ia juga
menjadi salah satu peserta dalam kontroversi Cambridge bersama Piero Sraffa.
Di penghujung hidupnya dia belajar dan berkonsentrasi pada permasalahan metodologis dalam
ekonomi dan mencoba menyempurnakan dari Teori Umum Keynes. Pada tahun 1962 sampai 1980
Robinson menulis banyak buku yang mencoba membawa beberapa teori ekonomi kepada masyarakat
umum. Robinson mengusulkan untuk mengembangkan satu alternatif pengembangan rohani dari
ekonomi klasik.
Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika. Kemudian pada
tahun 1983 ia menderita stroke dan meninggal dalam usia 79 enam bulan kemudian di rumah sakit
Cambridge.

2. Karya Ilmiah Joan Robinson

<!--[if !supportLists]-->- Economics of Imperfect Competition, London, Macmillan, 1933<!--


[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- Introduction to the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937a.<!--


[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- Essay in the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937b.<!--


[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- An Essay on Marxian Economics, London, Macmillan, 1942.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- “The Production Function and the Theory of Capital,” Review of
Economics Studies, 21, 2 (1953-1954). Di cetak ulang dalam Robinson (1980), Vol. 2, hlm. 114-
131.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- The Accumulation of Capital, London, Macmillan, 1956.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- Economics Heresies: Some Old-Fashioned Question in Economic Theory,


New York, Basic Books, 1971.<!--[endif]-->
<!--[if !supportLists]-->- An Introduction to Modern economics, New York, McGraw Hill, 1973,
dengan John Eatwell.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->- Collected Economic Pappers, 5vols, Cambridge, Massachuttes, MIT Press,
1980.<!--[endif]-->

3. Pokok-pokok Pikiran (teori) Joan Robinson


<!--[if !supportLists]--> Teori Persaingan Tidak Sempurna<!--[endif]-->
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan
Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of
Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of
Monopolistic Competition pada tahun 1933.
Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan
pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga
kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus
dibayar sesuai dengan produktivitas marjinalnya.
Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa
titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim
terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi
produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.
Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan
konsep pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian
perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi.
Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama,
karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral
atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan
mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih
banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan
membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan
mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan
mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat
pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya
perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,d an
mengurangi produksi dan penujualan.
Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan
tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya
yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat
pengangguran yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat
menjelaskannya) pada tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam The Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam
persaingan tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai produksi
mereka. Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan ketika persaingan
tidak sempurna eksis. Dengan persaingan tidak sempurna pekerja tereksploitasi oleh
pengusaha yang kuat. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula, Robinson
memperkenalkan gagasan monopsony, suatu kedaan dimana hanya ada satu majikan pada
suatu dareh geografis tertentu atau satu majikan bagi pekerja dengan keterampilan
tertentu. Dengan hanya satu majikan yang potensial, dan dengan banyaknya pencari kerja,
maka orang-orang berada pada keadaan kerugian kompetitif. Mereka terpaksa menerima
gaji yang ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui bahwa dunia ini tidak
terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan monopsonistik membantu
dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses tawar-menawar dan
pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya tawar-menawar terhadap bebrapa perusahaan
besar.
Suatu dunia ekonomi yang bercirikan persaingan tidak sempurna juga memunculkan
teori baru tentang determinasi harga, salah satunya diisyarakatkan oleh Robinson dan
kemudian dikembangkan oleh ahli ekonomi pasca Keynesian. Dalam pasar persaingan,
semua perusahaan adalah penentu harga; perusahaan harus menentukan harganya sesuai
dengan kemampuan pasar dan apa yang dilakukan perusahaan lain dalam industri tersebut.
Namun, dengan persaingan tidak sempurna, harga yang dibuat oleh produsen, yang
melakukan mark-up pada biaya utama mereka (upah dasar). Semakin kecil persaingan
industri, semakin tinggi kenaikan harga. Dan semakin tinggi kebutuhan perusahaan akan
sumber daya internal untuk ekspansi, akan semakin besar mark-upnya.
Dalam karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan
dengan diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan
teknik geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai
realitas dalam dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar masalah
ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Dalam penelitiannya Joan Robinson
menyisipkan normatif dengan sadar atau tidak. Misalnya, dalam pandangannya terhadap
masalah monopsoni dipasar, hal itu juga disoroti dari segi moral. Dalam hubungan ini, oleh
Joan Robinson ditekankan tidak adanya efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak
sempurna. Lagi pula dalam keadaan serupa itu terjadi pemersan terhadap tenaga kerja.
Sebab, akan timbul perbedaan antara tingkat upah disatu puhak (yang secara riil diterima
oleh tenaga kerja) dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu dipihak lain. Dalam
pandangan Joan Robinson, dikala ada monopoli di pasar barang ataupun monopsoni di pasar
tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan (exploitation).
Dalam pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya
tentang diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa perusahaan
monopoli besar menetapkan harga yang berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi
Robinson orang pertama yang menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya.
Robinson menunjukan bahwa diskriminasi harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan
tidak sempurna. Melalui diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan monopili dapat
menaikan pendapatan dan laba mereka.
Dalam pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi
pasar untuk produknya menjadi dua bagian: konsumen yang ingin dan dapat membayar
dengan harga tinggi dan konsumenyang sensitif terhadap harga. Kemudian perusahaan perlu
mencari cara untuk menetapkan harga yang lebih tinggi pada kelompok pertama. Salah satu
cara adalah dengan menetapkan harga berbeda waktu yang berbeda dalam satu hari.
Karena itu, perusahaan telepon, misalnya, akan memberikan harga yang lebih rendah pada
malam hari dan akhir minggu. Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap
harga, akan membayar pada harga yang tinggi dan individu akan membayar pada tingkat
pengurangan biaya pulsa telepon terendah. Kupon diskon juga membantu dalam pembagian
pasar dan memungkinkan adanya diskriminasi harga. Mereka yang peduli pada harga akan
mengambil kupon dan membeli barang dengan harga yang lebih rendah; jadi mereka tidak
akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan harga dengan tawar-menawar
seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga. Disini para penawar,
karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat membeli mobil dengan harga yang
lebih murah dari pada mereka yang tidak mau menawar.

<!--[if !supportLists]--> Teori Produktivitas Distribusi Marjinal<!--[endif]-->


Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson,
berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan
nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari
kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal.
Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk
marjinalnya. Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan menimbulkan debat
sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang kemungkinan pengukuran
modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.
Pembentukan kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu
menghubungkan tingkat keuntungan dengan kuantitas modal. Masalahnya adalah modal bukanlah
barang yang homogeni (seperti tenga kerja) yang dapat dihitung dan dijumlah. Modal bisa terdiri atas
pabrik-pabrik besar dan kecil, bagian perakitan, palu dan obeng, computer dan perangkat lunak.
Barang-barang ini tidak memiliki persamaan yang membuat kita bisa mencari “jumlah” modal,
Karena itu diperlukan pendekatan yang lain.
Cara tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau
kemungkinan kemampulabaan dimasa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa menjelaskan
persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori yang menjelaskan apa yang
menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap bisa
menjelaskan tingkat keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampulabaan modal
untuk mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi produktivitas
marjinal harus diabaikan.
Kritik Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makroekonomi dari
Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori distribusi, maka penawaran
tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak lagi
punya alasan kuat untuk percaya kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu turunnya upah.
Demikian juga, jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil maka tidak ada
alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan lapangan kerja penuh.
<!--[if !supportLists]--> Teori Perdagangan Internasioal<!--[endif]-->
Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia
internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan nilai tukar atau
aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus
perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat
harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara
yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah dinegara lain dan
banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan harga akan membawa
perdagangan pada keseimbangan.
Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu
mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan pendapatan
ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit perdagangan gagal
menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran
meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain
sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini berdampak pada
Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang yang mereka produksi. Surplus
perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran mereka juga meningkat.
Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional
dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang waktu.
Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi Negara-negara
untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri
sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.
Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry
manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan
memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih
banyak lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat
memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari surplus
perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

4. Kelemahan / kritikan terhadap teori Joan Robinson


Untuk kritik terhadap teori Robinson tidak ada tokoh yang mengkritik toerinya karena
Robinson sendiri lebih banyak melengkapi dan mengkritik teori-teori yang sudah ada sebelumnya.
Seperti tambahannya untuk teori perdagangan internasional kepada makroekonomi post-Keynesian.

Pada dasarnya joan Robinson banyak melengkapi teori-teori yang sudah dikeluarkan oleh
pemikir ekonomi lainnya. Akan tetapi, meski banyak kemajuannya, Robinson justru tidak puas
dengan Economics of Imperfect Competition sesudah ia selesai menulisnya. Ketidakpuasannya datang
dari banyaknya masalah yang ia lihat pada analisis mikroekonomi. Pada tingkat teori, Robinson sadar
akan adanya masalah logika dalam anlisis penawaran dan permintaan. Pada tingkat praktik, depresi
besar dan karya Keynes membuatnya kehilangan minat pada penetapan harga dan keputusan output
perusahaan.

Salah satu masalah dalam analisis penawaran dan permintaan menurut Robinson adalah bahwa
analisis ini mengakibatkan waktu dan ekspektasi; sebaliknya gagasan tanpa waktu yang
disebut “keseimbangan” justru berada ditengah-tengah analisis. Robinson berpendapat bahwa gagasan
stabilitas yang melekat dalam analisis keseimbangan tidak cocok untuk disiplin ilmu seperti ekonomi
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan ekonomi. Berlawanan dengan teori ekonomi
standar, konsumen dan bisnis tidak merespon harga-harga yang sekarang yang dapat menggerakkan
ekonomi menuju keseimbangan harga. Justru sebaliknya, konsumen dan pengusaha merespon harga
saat sekarang berdasarkan pikiran mereka tentang berapa harga dimasa depan. Lagi pula perubahan
harga dapat mengubah ekspektasi. Harga yang rendah dapat menimbulkan harpan bahwa harga
dimasa depan akan lebih rendah, membuat konsumen kurang berminat membeli beberapa barang
sekarang meskipun harganya turun drastis. Dalam keadaan seperti ini tidak ada keseimbangan yang
mungkin terjadi; dan analisis permintaan dan penawaran tidak dapat membayangkan apa yang sedang
terjadi didunia nyata. Untuk memahami ekonomi riil membutukan orientasi teori baru. Salah satunya
adalah memfokuskan diri pada bagaimana harga berubah sepanjang waktu menuju kepada
kesimbangan. Dalam karyanya juga, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan
dengan diferensiasi produk.

DAFTAR PUSTAKA

Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Skousen, Mark. 2006. Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

http://en.wikipedia.org/wiki/Joan_Robinson

http://www.paecon.net/PAEReview/issue22/Garrido22.htm
http://www.paecon.net/Joan Robinson/issue22/Garrido22.htm

Maniez at 20:00

No comments:

Post a Comment

‹ Home

View web version

About Me

Maniez
iam sweet, talkative, i like to writing what i want to write, to tell about every think to
you who open my blog thanks for visit my blog.. i hope you give me comment,,so i will
do better..
View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai