Oleh
Ikadawaty Hutabarat
142500123
Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia -Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Diabetes Melitus Di Kelurahan Sari Rejo
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan
4. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-
kepada penulis Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu
7. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji
8. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Dosen
Utara Medan, yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis
10. Kepada orang tua saya, ayah Tulus Hutabarat dan ibu Masni Tumanggor
11. Kepada abang Pawel Tadeo Pamungkas Hutabarat yang selalu mendukung
12. Kepada teman sepembimbingan Jessica Yolanda, Vtriin Butar Butar, dan
Ikadawaty Hutabarat
DAFTAR PUSTAKA................................................................................45
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara indonesia salah satu negara penduduk semakin berubah pola hidup,
orang dengan diabetes, tetapi baru 50% yang sadar mengidapnya. Diantaranya
mereka yang baru sekitar 30% yang datang berobat secara teratur.
diabetes yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 2,1% dimana prevalensi diabetes
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan
kadar gula darah (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
diantaranya adalah faktor keturunan atau genetik, obesitas, perubahan gaya hidup,
pola makan yang salah, obat obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah,
terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren,
jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli
pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah berhenti ,
manusia dan merupakan hak seorang pasien. Melalui rasa nyaman dan tindakan
oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik. Pada
Wartonah, 2010).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
mobilitas fisik.
mobilitas fisik.
mobilitas fisik.
mobilitas fisik.
Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
2. Bagi Klien
3. Bagi penulis
PENGOLAHAN KASUS
yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna
oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah biologis,
namun juga perasaan, suara, cahaya, bau, suhu dan lain lain rangsangan ditangkap
sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif
dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan,
seperti cahaya, buyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainya. Meningkatkan
(Asmadi, 2010).
bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Imobilisasi adalah
mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
a. Jenis Mobilitas:
penuh dan bebas sehingga dapat melakuka interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat di
jumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
b. Jenis Imobilitas
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
Sebagian contoh, keadaan stress berat dapat sebabkan karena bedah amputasi
bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot atau massa otot,
kerusakan koordinasi.
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
kebudayaan. Sebagian contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami
beraktivitas.
pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini karenakan kemampuan atau kematangan
fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia (Nurul Chayatin, 2015).
2.1.6 Etiologi
a. Penyebab imobilitas
penyebab utama kekauan pada usia lanjut. Gangguan fungsi mental seperti pada
dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik
salah satu kebutuhana dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
hari dan aktifitas dan aktivitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri
gerakan tangan non verbal . Imobilisasi adalah suatu keadaan individu mengalami
berada pada suatu rentang. Imobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah
baring akan kehilangan kekuatan otot rata- rata 3% sehari (disuse atrophy).
otot, skletal, sendi, ligamen, tendon, kartilago, dan saraf. Otot skletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
10
kontraindikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik).
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
kerja otot . Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
Skletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang :
panjang, pendek, pipih dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skletal berfungsi
fibrosa yanag berwarna putih, mengkilat, fleksibel, mengikat sendi menjadi satu
sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan ikat
vaskuler, terutama berada di sendi dan thoraks, trakhea, laring, hidung dan telinga.
tubuh tertentu dan aktivitas otot. Proprioseptor memonitor aktivitas otot dan posisi
11
berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat
berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor
2.1.9 Komplikasi
protein dan kalori dapat mengakibatkan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun, ekspansi paru menurun dan terjadinya lemah otot yang dapat
12
sebagai berikut:
langsung.
akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah
kecemasan.
Proses Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
13
muskuloskletal.
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kakin
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
14
berikut:
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mandiri penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan peralatan alat bantu
Tingkat 2 Memerlukan bantuan orang lain untuk pertolongan,
pengawasan, atau pengajaran
Tingkat 3 Membutuhkan bantuan orang lain dan peralatan atau alat
bantu
Tingkat 4 Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding
thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat
15
atau tidak.
h. Perubahan psikologis
Setelah semua data telah diperoleh dan telah diidentifikasi, maka dapat
melalui klasifikasi dan analisa data, interpretasi data, dan validasi data.
ditegakkan.
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah
terhadap pasien.
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
16
masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit
mobilitas fisik mempunyai data objektif adalah penurunan waktu reaksi, kesulitan
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
17
tingkat kesadaran
muncul pada pasien yang mengalami masalah pada Domain ke-4 kelas dua, yaitu:
18
Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
menanjak
menurun
rata
tidak rata
19
menurun
mennjak
tidak rata
permukaan rata
e. Hambatan duduk
bokong dan paha, dengan batang tubuh tegak. Penyebab terjadinya hambatan
duduk:
lutut
panggul
tubuh
seimbang
20
f. Hambatan berdiri
tungkai bawah
seimbang
berdekatan.
level permukaan tidak rata, ketidakmampuan berpindah antara mobil dan kursi,
berpindah antara tempat tidur dan kursi, ketidakmampuan masuk atau keluar
21
ketidakmampuan naik atau turun dari toilet, dan ketidakmampuan naik atau
g. Hambatan berjalan
kaki.
2.3.4. Perencanaan
mengacu pada perilaku yang terukur atau persepsi yang ditunjukkan oleh
22
Intervensi:
2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya,
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah (misalnya, dari tempat tidur
ke kursi);
6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk
berjalan;
7. Pengaturan posis;
11. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari lembaga kesehatan
12. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
13. Intruksikan dan dukung pasien untuk menggunakan trapeze atau pemberat
23
17. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mobilitas;
19. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan;
perpindahan
22. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sumber dalam perencanaan aktivitas
perawatan pasien;
realistis;
24
1. Biodata
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 47 Tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah :O
25
A. Propocative / Palliative
1. Apa penyebabnya
B. Quantity/ Quality
1. 1.Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sulit berjalan dan tidak nyaman dengan adanya luka
tersebut.
2. Bagaimana dilihat
harus dibantu oleh keluarga dan dibantu dengan menggunakan kursi roda.
C. Region
D. Severity
melakukan aktivitasnya.
E. Time
26
Melitus
D. Lama dirawat
E. Alergi
F. Imunisasi
lengkap
A. Orang tua
B. Saudara kandung
Melitus
27
jiwa.
F. Genogram
DM
DM
Keterangan:
wanita
Alm.( Meninggal )
28
anggota tubuhnya.
penyakitnya.
keluarga
C. Keadaan emosi
D. Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti bagi dirinya adalah
29
Klien beragama kristen dan mempercayai ajaran yang ada pada agama
Tersebut.
2. Kegiatan ibadah
A. Keadaan Umum
B. Tanda-tanda vital
3. Nadi : 74 x/i
4. Pernafasan : 20 x/i
5. TB : 182 Cm
6. BB : 62 kg
a. Kepala
30
c. Wajah
d. Mata
4. Pupil : Normal
e. Hidung
ada secret
f. Telinga
kiri
31
h. Leher
kelenjar thyroid
i. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Bersih
2. Kehangatan : Hangat
sebelah
32
kanan
j. Pemeriksaan thoraks/dada
k. Pemeriksaan jantung
3. Perkusi : Normal
4. Auskultasi : Lupdup
l. Pemeriksaan Abdomen
benjolan.
daerah suprapubik.
pemeriksaan.
suara tambahan.
33
Ada luka
dengan keluarganya.
34
1. BAB
lembek
perdarahan
35
kesulitan BAK
diuretik
V. Mekanisme koping
1. Adaptif
2. Maladaptif
36
2. ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
1. Ds: Penyakit Diabetes Gangguan rasa
Klien mengatakan sakit Melitus nyaman hambatan
menggerakkan kakinya. mobilitas fisik
Klien mengatakan tidak Perubahan/kelainan pada
bisa melakukan aktivitas permukaan kulit
secara mandiri.
Klien mengatakan kesulitan Adanya kerusakan
bergerak kulit
Do:
Pergerakan kaki terbatas. Terbatasnya
37
3. Rumusan Masalah
a. Rumusan Masalah Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Kerusakan integritas kulit
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan pergerakan ditandai
dengan klien mengatakan sakit menggerakkan kakinya dan terdapat luka ditelapak
kaki kanan .
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan kelembapan kulit ditandai dengan klien
mengatakan luka pada telapak kaki kanan dan ketidaknyamanan pada lukanya
dan tampak meringis kesakitan.
38
39
40
41
42
43
A. Kesimpulan
berjalan dan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri dan merasa tidak
nyaman karena ada luka di telapak kaki kanan. Sehingga dalam melakukan
kegiatan harus dibantu oleh keluarga dan dibantu dengan menggunakan kursi
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
44
45
Asmadi. (2010). Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Nurul, C. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik
Keperawatan.. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Pratik
Volume 2, edisi ke-4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Tarwoto & Watonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Mubarak, W. I. (2009). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
45