Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat anti
hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat
poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga.
Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan
resistensi insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat
keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerulus
nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta
(Sustrani, 2006).
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunan dan mimisan (keluar
darah dari hidung). Namun, menurut Crea (2008), gejala hipertensi adalah sakit
kepala bagian belakang dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan
kepala pusing, dada berdebar- debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan
pusing.
esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks adrenal
(2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah (hipertensi
sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas pada pasien
pada tekanan darah normal dan yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Crea,
2008).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
1. Stroke
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang
mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke
yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic
stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini
biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara
tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor
sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa
melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati.
Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat
2. Penyakit Jantung
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel
akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban
kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium.
Disamping itu juga secara sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah
arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada
4. Aneurisme
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah
karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans.
sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal.
aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh
darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu
timbulnya aneurisme.
1. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal
ekskresi natrium pada ginjal akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh
2) Penghambat Adrenergik
juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga
tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
3) Vasodilator
pembuluh sarah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Setiawati,
2005).
menyebabkan terjadinya eksresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya
5) Antagonis Kalsium
1) Berhenti Merokok
2) Diet
sayuran dan produk susu rendah lemak dengan begitu akan meningkatkan
kesehatan kita secara menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita
3) Olahraga teratur
kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh,
4) Penanganan Stres
pada beratnya stres, koping yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap
mengubah jaringan ikat dan jaringan yang bersifat elastis menjadi kurang elastis.
Akibatnya, jaringan menjadi lebih kaku, dan pengisian darah kejantung, terutama
darah besar juga mengalami perubahan, akibatnya kekakuan pebuluh darah yang
natrium (unsur utama yang sehari-hari ditemukan pada garam dapur) terganggu.
Tekanan darah meninggi. Namun, ini bervariasi antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini erat hubungannya dengan kepekaan pembuluh darah. Karena itulah,
walaupun seks sama, usia dan berat badan sama, tapi belum tentu tekanan
darahnya sama.
Gangguan pada fungsi jantung juga mengganggu aliran darah, baik itu
sehingga kapasitas fisik berkurang dan orang pun mudah lelah. Perubahan penting
terjadi pada fungsi hati dan ginjal. Ini sangat penting diperhitungkan, sebab
penyakit tertentu.
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut
usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya,
kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose
Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto
elastisitas arteri atau bagian dari penuaan. Jenis yang demikian lebih sulit untuk
diobati dibanding hipertensi esensial atau pada pasien yang lebih muda. Obat-obat
receptor blocker memiliki potensi perbaikan kardiovaskular pada orang tua akibat
hipertensi sistolik dan pengobatan hipertensi sampai saat ini masih banyak yang
terfokus pada tekanan diastolik <90 mmHg tanpa memikirkan angka sistoliknya,
terbaru yaitu :
1. Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah
secara farmakologis dengan diberikan obat golongan diuretik atau bisa juga
diastoliknya tidak.
diinginkan.
6. Golongan ACE Inhibitor sendiri atau kombinasi dengan golongan diuretic
masih merupakan terapi pilihan yang terbaik untuk pasien dengan hipertensi
Selain itu, juga diperlukan modifikasi pola hidup bisa dilakukan dengan
cara memperbaiki beberapa pola hidup, seperti menurunkan berat badan jika ada
merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada
orang yang lebih muda, intervensi nonfarmakologis ini harus dimulai sebelum
dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
RW, 2009).
pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan
positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat
badan, tidak merokok dan alkohol, olahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami. (Lisnawati, 2001 dalam Puspita RW, 2009).
Gaya hidup yang dapat menyebabkan / pemicu hipertensi adalah sebagai
berikut :
darah yang lebih tinggi dari orang yang kurus. Hal ini karena tubuh orang yang
memiliki berat badan berlebih harus bekerja lebih keras untuk membakar
kelebihan kalori yang dikonsumsi. Selain itu juga orang yang memiliki berat
badan dan tekanan darah juga berkaitan dengan efek-efek penting dari hormon-
hormon tertentu, selain kapasitas tubuh untuk mengolah garam. Namun dari sudut
pandang yang praktis, menurunkan berat badan adalah cara efektif untuk
2. Jarang berolahraga
Orang yang tidak aktif berolahraga lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi. Penelitian telah membuktikan hubungan yang jelas antara olahraga dan
tekanan darah yaitu efek jangka panjang dari olahraga secara teratur adalah
faktor resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Tidak hanya mengurangi lemak
jahat (LDL – low density lipoprotein) dan kolesterol VLDL (very low density
lipoprotein), namun juga meningkatkan lemaik baik kolesterol dalam darah (HDL
faktor resiko yang tinggi untuk menderita stroke. Hal ini disebabkan efek
4. Merokok
risiko penyakit lain yang berkaitan dengan hipertensi. Orang dengan tekanan
darah tinggi yang berumur diatas 50 tahun tiga kali lebih rentan terhadap serangan
jantung yang disebabkan oleh merokok. Merokok memiliki risiko yang sangat
besar tidak hanya bagi munculnya penyakit jantung koroner dan serangan stroke,
kandung kemih, dan pancreas, asma, serta penyakit gangguan fungsi paru-paru
dan gangguan arteri kaki. Hampir semua orang dibawah 45 tahun yang terkena
5. Kebiasaan Tidur
yang berperan ialah meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis saat tidur akibat
penurunan kadar oksigen dan episode bangun singkat. Hal ini mengakibatkan
rusaknya pembuluh darah serta meningkatnya tekanan pada aliran darah sehingga
pencegahan hipertensi harus diberi perhatian khusus terhadap kualitas tidur yaitu
membutuhkan tidur selama 8 jam dalam satu hari. Dalam tidur seseorang secara
alami tekanan darah akan menurun. Namun akibat kurang jam tidur orang lansia
6. Keadaan Stres
memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah
Menurut Hawari (2001), stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada
pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2006).
Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa
(rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah). Ketika otak
meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah
bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah.
ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan
Seperti yang telah diketahui, garam memiliki peranan yang penting dalam
peningkatan tekanan darah, dalam hal ini adalah kandungan natrium dalam garam
(Jain R, 2011). Natrium bersifat mengikat air. Pada saat garam dikonsumsi, maka
garam akan mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam pembuluh
meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan darah juga
meningkat. Selain itu natrium merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam
darah. Dengan mengkonsumsi garam, konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga
LANSIA HIPERTENSI
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut
usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya,
pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan
positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat
badan, tidak merokok dan alkohol, olahraga secara teratur dan terampil dalam