Hal 103-128 Resusitasi Neonatus
Hal 103-128 Resusitasi Neonatus
Asfiksia saat lahir menjadi penyebab kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematian
neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak bayi baru lahir tidak mendapat
pertolongan resusitasi neonatus yang memadai segera setelah lahir. Oleh sebab itu, dengan
menerapkan tehnik-tehnik resusitasi, diharapkan keadaan ribuan bayi yang lahir tiap tahun
dapat diperbaiki. (Kattwinkel, 2011)
Sekitar 10 % bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas saat lahir,
dan kurang dari 1 % membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat (intubasi,
kompresi dada dan/atau obat-obatan) (Kattwinkel, 2011). Ventilasi paru bayi adalah tindakan
resusitasi neonatus yang paling penting dan efektif. Kurangnya ventilasi paru bayi baru lahir
berakibat pada kontriksi arteriol pulmonal yang menetap, sehingga menghambat oksigenasi
darah arterial sistemik. Hambatan perfusi dan oksigenasi adekuat ke organ-organ bayi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan di otak, kerusakan di organ lain, atau
bahkan kematian. (Kattwinkel, 2011)
Ketika janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen, akan terjadi pernafasan cepat,
diikuti oleh apneu primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan membaik
dengan raksang taktil. Jika kekurangan oksigen tetap terjadi, maka akan terjadi periode apneu
sekunder, selanjutnya akan diikuti oleh penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah.
Apneu sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangan tetapi harus diberikan
bantuan ventilasi. (Kattwinkel, 2011)
Pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) yang efektif selama apneu sekunder
biasanya akan cepat memperbaiki frekuensi jantung. (Kattwinkel, 2011)
Kebanyakan, meskipun tidak semua, bayi yang membutuhkan resusitasi neonatus
dapat diantisipasi dengan mengenali keberadaan faktor risiko antepartum dan intrapartum
yang berhububungan denga kebutuhan reusitasi neonatus. Semua bayi baru lahir perlu
penilaian awal untuk menentukan apakah dibutuhkan resusitasi atau tidak. (Kattwinkel, 2011)
Setiap persalinan harus dihadiri paling tidak oleh 1 orang yang bertanggung jawab
untuk bayi dan dapat melakukan resusitasi. Orang tersebut atau orang lain yang dapat segera
hadir, harus memiliki kemampuan tambahan ynag dibutuhkan untuk melakukan resusitasi
lengkap. Bila diduga akan diperlukan resusitasi, personil tambahan harus hadir di ruang
persalinan sebelum persalinan terjadi. (Kattwinkel, 2011)
Resusitasi harus dilakukan segera. Kita hanya memiliki waktu kurang lebih 30 detik
untuk melihat respon dari setiap tahap, sebelum memutuskan ke tahap berikutnya. Evaluasi
103 Skills Lab Sem 5 2017 – 2018
dan pengambilan keputusan didasarkan terutama pada pernafasan, frekuensi jantung dan
oksigenasi.
Berikut adalah peralatan dan perlengkapan reusitasi neonatus:
1. Perlengkapan penghisap:
- Balon penghisap (bulb syringe)
- Penghisap mekanik dan tabung
- Kateter penghisap 5F atau 6F, 8F, 10F, 12F atau 14F
- Pipa orogastrik no 8F dan semprit 20 ml
- Aspirator mekonium
2. Peralatan balon dan sungkup
- Peralatan untuk VTP yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%
- Sungkup wajah ukuran bayi cukup bulan dan bayi prematur (dianjurkan memiliki
bantalan pada pinggirnya)
- Sumber oksigen
- Sumber udara tekan
- Alat pencampur (blender) oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan
beserta flowmeter (ukuran sampai 10L/m) dan tabungnya
- Oksimeter dan probe oksimeter
3. Peralatan intubasi
- Laringoskop dengan daun lurus no 0 (prematur) dan no 1 (cukup bulan)
- Lampu dan cadangan baterai untuk laringoskop
- Pipa endotrakeal dengan diameter internal no 5.5-, 3.0-, 4.0- mm
- Stilet
- Gunting
- Plester atau alat fiksasi pipa endotrakeal
- Kapas alkohol
- Alat pendeteksi CO2 atau kaptograf
- Sungkup larings (pilihan)
4. Obat-obatan
- Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml) – 3 ml atau ampul 10 ml
- Cairan kristaloid isotonik (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) untuk penambah
volume – 100 atau 250 ml
- Dextrose 10%, 250 ml
Cara yang aman dan sesuai untuk memberikan rangsangan taktil adalah:
- Menepuk atau menyentil telapak kaki
- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Perangsangan yang terlalu bersemangat tidak berguna dan dapat menimbulkan cedera
yang berat pada bayi. Bila bayi berada dalam apnu primer, hampir semua perangsangan akan
menimbulkan pernapasan. Bila bayi berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak
akan berhasil. Karena itu, satu atau dua tepukan atau sentilan pada telapak kaki atau
gosokkan pada punggung telah cukup. Bila tetap berada dalm keadaan apnu, diperlukan
Kompresi dada yang dilakukan pada bayi baru lahir ialah sedalam 1/3 diameter
antero-posterior dada, yang terletak antara tulang dada sifoid dan garis khayal yang
menghubungkan ke dua papilia mamae. Sifoid merupakan proyeksi tempat pertemuan ke dua
tulang iga di garis tengah. Posisi jari adalah sedikit di atas sifoid. Hindari penekanan
langsung pada sifoid. Lamanya tekanan ke bawah harus lebih pendek dari lamanya pelepasan
untuk memberikan curah jantung yang maksimal. Ujung-ujung jari harus bersentuhan dengan
dada selama penekanan dan pelepasan tekanan.
Selama melakukan resusitasi kardio pulmoner, kompresi dada harus selalu disertai
dengan ventilasi tekanan positif. Kedua kegiatan ini harus terkoordinasi dengan satu ventilasi
Selama anda melakukan koordinasi kompresi dada dan ventilasi, anda harus selalu
bertanya pada diri anda:
Apakah gerakan dada adekuat? (Apakah telah mempertimbangkan atau melakukan
intubasi endotrakeal?jika “ya” apakah intubasi endotrakeal sudah benar posisinya?)
Apakah tambahan oksigen telah diberikan?
Apakah kedalaman penekanan 1/3 dari diameter dada?
Apakah kompresi dan ventilasi dilakukan secara terkoordinasi baik?
Peralatan penghisap sebaiknya selalu dalam keadaan siap pakai. Atur kekuatan
penghisap 100mmHg dengan menaikkan atau menurunkan ukuran penghisap sambil
menyumbat ujung pipa penghisap. Sambungkan kateter 10F atau lebih besar ke pipa
penghisap sehingga dapat menghisap sekret dari mulut dan hidung. Sediakan kateter
penghisap ukuran lebih kecil (5F,6F atau 8F, tergantung pada ukuran pipa endotrakeal),
untuk menghisap melalui bagian dalam pipa jika pipa endotrakeal akan dibiarkan.
Ketika balon mengembang kembali setelah dilakukan penekanan gas masuk ke dalam
balon melalui katup searah yang terletak diujung balon tergantung design nya. Katup ini
dinamakan pintu masuk udara.
Setiap Balon Mengembang Sendiri mempunyai pintu masuk oksigen yang umumnya
terletak dekat pintu masuk udara. Pintu masuk oksigen merupakan sebuah tonjolan kecil
tempat pipa oksigen akan disambungkan. Pada Balon Mengembang Sendiri pipa oksigen
tidak perlu disambungkan untuk memfungsikan balon. Pipa oksigen harus disambungkan bila
balon akan digunakan untuk resusitasi neonatus.
Pintu keluar oksigen/gas adalah lubang dimana gas keluar dari balon ke bayi dan
dimana sungkup atau pipa endotrakeal dipasang.
Kebanyakan Balon Mengembang Sendiri mempunyai katup pelepas tekanan yang
mencegah tekanan berlebihan terbentuk dalam balon. Beberapa Balon Mengembang Sendiri
mempunyai alat pengukur tekanan atau tempat untuk menyambung alat pengukur tekanan.
Tempat penyambungan umumnya terdiri dari sebuah lubang kecil atau tonjolan dekat dengan
pintu keluar gas. Bila balon anda mempunyai bagian ini, lubang harus ditutup atau alat
pengukur harus disambungkan. Kalau tidak gas akan keluar melalui lubang didapatkan
menghalangi terbentuknya tekanan yang lebih kuat. Tekanan yang tinggi yang terbentuk
dapat menyebabkan pneumotoraks atau kelainan kebocoran udara lain pada bayi. Hubungkan
pipa oksigen dan ujung pengukur tekanan menurut instruksi pabrik.
Balon Mengembang Sendiri mempunyai kumpulan katup yang terletak antara balon
dan pintu keluar gas. Bila balon diremas saat resusitasi, katup terbuka menyebabkan
oksigen/udara mengalir ke pasien. Bila balon mengembang kembali katup tertutup. Hal ini
mencegah udara ekspirasi pasien memasuki balon dan dihirup kembali.
Bagaimana anda menguji balon mengembang sendiri sebelum dipakai:
Untuk menguji kerja Balon Mengembang Sendiri, tutup sungkup atau pintu keluar gas
dengan telapak tangan dan rema balon;
1. Apakah terasa tekanan pada tangan anda.
2. Dapatkah anda membuat katup pelepas tekanan terbuka.
121 Skills Lab Sem 5 2017 – 2018
3. Apakah alat pengukur tekanan (bila ada) menunjukkan tekanan 30 sampai 40 cm
H2O, bila katup pelepas tekanan terbuka?
Bila tidak,
1. Apakah ada robekan atau bocor pada balon?
2. Apakah alat pengukur tekanan tidak terpasang, yang menyebabkan lubang tempat
sambungan terbuka?
3. Apakah katup pelepas tekanan terlepas/tidak berfungsi atau melekat/tersumbat?
4. Apakah pintu keluar gas ke pasien tersumbat?
5. Apakah balon mengembang kembali dengan cepat ketika anda melepaskan
genggaman anda?
Pengembang volume
Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan darah dan
frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya resusitasi
lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10 mL/kg, dapat
diulangi.
Perawatan pasca resusitasi
Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal, mempunyai risiko
untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat tercapai,
bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan.
Nalokson
122 Skills Lab Sem 5 2017 – 2018
Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di ruang bersalin
untuk bayi dengan depresi napas.
Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang meningkat untuk
terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah kejadian hipoksik iskemik.
Pemberian glukosa intravena harus dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan
menghindari hipoglikemia.
Hipotermia untuk terapi
Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36
minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian
ini menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada
bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia.
Penggunaan cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang
memadai.
Penghentian resusitasi
Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit.
Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
Nama :
NPM :
TTD :
RESUSITASI NEONATUS
Jumlah
Nilai : x 100% =
46
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab
( ) ( )