Sosiologi Budaya
Sosiologi Budaya
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Apa itu budaya populer?
2. Apa saja macam-macam bentuk budaya pop?
3. Apa ciri-ciri budaya populer?
4. Apa saja karakteristik budaya populer?
5. Apa dampak dari budaya populer?
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mendeskripsikan tentang budaya populer.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam bentuk budaya pop.
3. Untuk mendeskripsikan tentang ciri-ciri budaya populer.
4. Untuk mendeskripsikan tentang karakteristik budaya populer.
5. Untuk mendeskripsikan tentang dampak dari budaya populer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Budaya populer.
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya kita pahami dulu tentang
kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya
pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.
Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses
umumperkembangan intelektual, spiritual, dan estetis (Williams, 1983: 90). Kedua,
budaya berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok
tertentu (Williams, 1983: 90). Ketiga, selain itu Williams juga mengatakan bahwa
budaya-pun bisa merujuk pada ”karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas
artistik (Williams, 1983: 90)..
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams
memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3)
karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh
orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237). Kemudian untuk mendefinisikan
budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.
Sehingga makna sederhana dari budaya pop adalah budaya yang disukai oleh banyak
orang, dan menyenangkan.
Menurut Ray B Brownie, budaya populer adalah budaya yang ada di dunia ini, di
sekeliling kita yang meliputi sikap kita, perilaku kita, bagaimana kita bertindak, apa yang
kita makan, apa yang kita pakai, banguna-banguna yang ada di sekiling kita, jalan-jalan
disekitar kita, apa maksud dari perjalanan kita, hiburan-hiburan kita, olahraga yang kita
lakuakan, politik kita, aktivitas-aktivitas kita yang lain serta bagaimana bentuk dan cara
mengontrolnya. Dengan kata lain, seperti air dan ikan yang tidak dapat dipisahkan, itulah
dunia yang kita tinggali.
1.2. Macam-macam Bentuk Budaya Pop
Budaya pop merupakan dialektika antara hegemonisasi (penyeragaman) dengan
heterogenisasi (keragaman). Konsep keragaman (heterogenisasi) dalam budaya pop juga
diungkapkan bahwa terdapat dua bagian terpisah dalam budaya popular, yakni: Pertama,
budaya popular menawarkan keragaman ketika ia diinterpretasi ulang oleh masyarakat
yang berbeda dilain tempat. Kedua, budaya pop itu sendiri dipandang sebagai
sekumpulan genre, teks, citra yang bermacam-macam dan bervariasi yang dapat dijumpai
3
dalam bebagai media, sehingga sukar kiranya sebuah budaya pop dapat dipahami dalam
kriteria homogenitas dan standarisasi baku.
Ada beberapa macam-macam bentuk budaya populer, diantaranya sebagai berikut:
- Televisi
- Fiksi
- Film
- Surat Kabar dan Majalah
- Musik Pop
- Konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
a) Tren
Budaya Popular ini merupakan budaya yang diikuti dan disukai oleh banyak orang
atau masyarakat, namun budaya popular ini hanyalah bersifat sementara karena
budaya yang sedang trend ini pasti akan tergeser dengan budaya baru yang juga
akan bersifat trend.
b) Keseragaman bentuk
Maksudnya adalah budaya yang menjadi trend ini akan diikuti oleh bayak
penjiplak, atau dalam kata lain budaya popular ini akan ditayangkan oleh beberapa
media dan dengan mudah dan sederhana masyarakat akan terpengaruh oleh
tayangan tersebut.
c) Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak,
hal ini mengarah pada tren;
d) Durabilitas
Ketahanan sebuah Budaya Popular terhadap waktu, maksudnya adalah seiring
berkembangnya waktu pasti budaya tersebut akan terkikis oleh budaya baru. Namun
Produk minuman Coca-Cola sebagi pionir budaya popular mempunyai keunikan
tersendiri agar tidak tergerus oleh waktu.
e) Profitabilitas :
Dari sisi media massa, budaya popular ini akan sangat berpotensi memnghasilkan
keuntungan yang besar karena media dengan sengaja memberikan budaya tersebut
kepada masyarakat dengan kepentingan ekonomi dan agar masyarakat banyak
melihat tayangan dari media massa tersebut, sehingga media akan mendapatkan
keuntungan yang besar.
4
Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada yang mutlak benar
maupun mutlak salah, termasuk juga tidak ada batasan apapun yang mutlak,
misalnya: batasan antara budaya tinggi dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak
dalam bidang seni dan moralitas.).
b. Pragmatisme
Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa memperdulikan benar
atau salah hal yang diterima tersebut. Semua hal diukur dari hasilnya atau
manfaatnya, bukan dari benar atau salahnya. Hal ini sesuai dengan dampak budaya
populer yang mendorong orang-orang untuk malas berpikir kritis sebagai akibat
dari dampak budaya hiburan yang ditawarkannya.
c. Sekulerisme
d. Hedonisme
Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan pemuasannya daripada
intelek. Yang harus menjadi tujuan hidup adalah bersenang-senang dan menikmati
hidup, sehingga memuaskan segala keinginan hati dan hawa nafsu.
e. Materialisme
f. Popularitas
Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi
latar belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Budaya populer mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-
5
orang muda dan remaja, hampir di semua bagian dunia, khususnya di negara-negara
yang berkembang dan negara-negara maju.
g. Kontemporer
h. Kedangkalan
Kedangkalan (disebut juga banalisme) ini dapat dilihat misalnya dengan muncul
dan berkembangnya teknologi memberikan kemudahan hidup, tetapi manusia
menjadi kehilangan makna hidup (karena kemudahan tersebut), pertemanan dalam
Friendster maupun Facebook adalah pertemanan yang semu dan hanya sebatas
ngobrol ( chatting ), tanpa dapat menangis dan berjuang bersama sebagaimana
layaknya seorang sahabat yang sesungguhnya. Kedangkalan atau banalisme ini juga
terlihat dari semakin banyak orang yang tidak mau berpikir, merenung, berefleksi,
dan bersikap kritis. Sifat-sifat seperti keseriusan, autentisitas, realisme, kedalaman
intelektual, dan narasi yang kuat cenderung diabaikan. Hal ini menimbulkan
kecenderungan bahan atau budaya yang buruk akan menyingkirkan bahan atau
budaya yang baik, karena lebih mudah dipahami dan dinikmati. Akan muncul
generasi yang ‘tidak mau pakai otak secara maksimal’.
i. Hibrid
Sesuai dengan tujuan teknologi, yaitu mempermudah hidup, muncullah sifat hibrid,
yang memadukan semua kemudahan yang ada dalam sebuah produk, misalnya:
telepon seluler yang sekaligus berfungsi sebagai media internet, alarm, jam,
kalkulator, video, dan kamera; demikian juga ada restoran yang sekaligus menjadi
tempat baca dan perpustakaan bahkan outlet pakaian.
j. Penyeragaman Rasa
6
fiskal, non-fiskal sampai dengan ilmu pengetahuan. Keseragaman ini dapat dilihat
dari contoh seperti: makanan cepat saji ( fast food), minuman ringan ( soft drink),
dan celana jeans yang dapat ditemukan di negera manapun. Keseragaman ini juga
dapat dilihat dari hilangnya oleh-oleh khas dari suatu daerah, misalnya: empek-
empek Palembang dapat ditemukan di daerah lain selain Palembang seperti Jakarta,
Medan dan Lampung.
k. Budaya Hiburan
Budaya hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala
sesuatu harus bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak
membosankan, maka muncullah edutainment . Olah raga harus menghibur, maka
muncullah sportainment . Informasi dan berita juga harus menghibur, maka
muncullah infotainment. Bahkan muncul juga religiotainment, agama sebagai
sebuah hiburan, akibat perkawinan agama dan budaya populer. Hal ini dapat dilihat
sangat jelas khususnya ketika mendekati hari-hari raya keagamaan tertentu. Bahkan
kotbah dan ibadah harus menghibur jemaat supaya jemaat merasa betah. Bisnis
hiburan merupakan bisnis yang menjanjikan pada masa seperti saat ini.
l. Budaya Konsumerisme
Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah
masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus menerus,
sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan
kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua yang kita miliki hanya
membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita
miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki.
m. Budaya Instan
Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan,
makanan cepat saji, sampai pendeta instan dan gelar sarjana theologis instan.
n. Budaya Massa
7
paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh memberikan keuntungan
dan memasarkan produk mereka semaksimal mungkin
o. Budaya Visual
Budaya populer juga erat berkaitan dengan budaya visual yang juga sering disebut
sebagai budaya gambar atau budaya figural. Oleh sebab itu, pada zaman sekarang
kita melihat orang tidak begitu suka membaca seperti pada zaman modern (budaya
diskursif/kata). Pada zaman sekarang orang lebih suka melihat gambar, itulah
sebabnya industri film, animasi dan kartun serta komik berkembang pesat pada
zaman ini.
p. Budaya Ikon
Budaya ikon erat kaitannya dengan budaya visual. Muncul banyak ikon budaya
yang berupa manusia sebagai Madonna, Elvis Presley, Marlyn Monroe, Michael
Jackson, dan sebagainya; maupun yang berupa artefak seperti Patung Liberty,
Menara Eiffel, dan sebagainya, termasuk juga ikon merek seperti Christian Dior ,
Gucci , Rolex , Blackberry , Apple , Ferrari , Mercedes , dan sebagainya.
q. Budaya Gaya
Budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya
lebih dipentingkan daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah
“Aku bergaya maka aku ada.” Maka pada budaya ini, penampilan ( packaging )
seseorang atau sebuah barang ( branding ) sangat dipentingkan.
r. Hiperealitas
s. Hilangnya Batasan-batasan
8
Budaya popular menolak segala perbedaan dan batasan yang mutlak antara budaya
klasik dan budaya salon, antara seni dan hiburan, yang ada antara budaya tinggi dan
budaya rendah, iklan dan hiburan, hal yang bermoral dan yang tidak bermoral, yang
bermutu dan tidak bermutu, yang baik dan jahat, batasan antara yang nyata dan
semu, batasan waktu, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak lagi
memiliki arti yang nyata. Perbedaan-perbedaan dan batasan-batasan tersebut
ternyata hanya dimanipulasi untuk alasan-alasan pemasaran. Akibatnya, tidak
berbeda dengan es krim, burger, dan hal yang lain
Dampak positif
9
nilai dan norma budaya Indonesia. Contohnya adalah pergaulan bebas,
materialistik, dan individualistis.
3) Hilangnya Jati diri Bangsa
Perilaku-perilaku yang disebabkan oleh budaya popular ini tentu saja akan
menjadi kebudayaan baru jika intensitas mereka mengandopsi budaya popular ini
berlebihan. Budaya baru tersebut tentu saja akan menggilas atau menggeser
budaya lokal yang mengutamakan nilai dan norma kesopanan dan budi pekerti
luhur sebagai adat budaya lokal
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Budaya pop atau budaya popular dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah
berkembang kemudian menjadi kebiasaan dan disukai oleh banyak orang atau budaya yang
menyenangkan. Ada pun beberapa macam-macam bentuk budaya populer, diantaranya
televisi, fiksi, film, surat kabar dan majalah, musik pop, konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan ciri-ciri tren, keseragaman bentuk, adaptabilitas, durabilitas dan profitabilitas
juga memiliki karakteristik yaitu: relativisme, pragmatisme, sekulerisme, hedonisme,
materialisme, popularitas, kontemporer, kedangkalan, hibrid, penyeragaman rasa, budaya
hiburan, budaya konsumerisme, budaya instan, budaya massa, budaya visual, budaya ikon,
budaya gaya, hiperealitas dan hilangnya batasan-batasan. Serta memiliki dampak, yaitu
dampak positif dan dampak negatif. Semua itu kembali lagi kepada kita bagaimana cara kita
bisa menyikapinya.
3.2. Saran
Sebagai generasi muda mari kita menyikapi segala bentuk perubahan dengan kritis. Jangan
tolak mentah-mentah dan jangan telan cepat-cepat. Pelajarilah dan pahamilah sesuatu yang
baru dengan cermat sebelum mengadopsinya. Jadilah generasi milenial yang kritis, kreatif
dan penuh inovatif.
10
BIBLIOGRAFI
http://budaya-pop.blogspot.com/2010/09/definisi-budaya-populer.html?m=1
https://derrymayendra.blogspot.com/2011/10/budaya- populer.html?m=1
https://lenggahanblog.wordpress.com
https://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/04/25/budaya populer/
http://naufalkurniawan19.blogspot.com/2016/04/budaya-populer-cultural-studies.html?m=1
https://sosiologibudaya.wordpress.com/2013/04/25/budaya-populer-2/
11
12