Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.


Pada dasarnya, kehidupan masyarakat senantiasa selalu mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan ini menjadi fenomena yang wajar dalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan manusia memiliki kepentingan yang tak terbatas. Untuk mencapainya,
manusia melakukan berbagai perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini
mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia.
Disadari atau tidak, erah globalisi dan mudahnya mendapakan informasi melalui
berbagai sarana teknologi dapat mempengaruhi masyarakat untuk berprilaku konsumtif.
Arus globalisasi begitu cepat masuk kedalam masyarakat terutama di kalangan anak-anak
dan kaum muda, bahkan setiap saat mereka mengakses informasi yang dibutuhkan
melalui telpon selulernya. Disatu sisi globalisasi membawa dampak posistif bagi
masyarakat, namun disisi lain membawa dampak yang negatif seperti gaya hidup yang
konsumerisme dan hedonisme. Fenomena ini menggambarkan budaya populer atau juga
sering disebut budaya pop. Dalam budaya pop penampilan dan gaya menjadi lebih
penting dari pada moralitas sehingga nilai-nilai tentang baik atau buruk telah lebur dan
dijungkirbalikan. Penggunaan berbagai fasilitas bukan karena nilai gunanya melainkan
karena makna yang terkandung didalamnya atau prestise.
Budaya populer merupakan suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar
masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peran media massa yang mengkontruksi pola pikir
manusia. Sehingga cendrung hidup dalam kesadaran palsu tidak menjadi diri sendiri
melainkan menjadi the “others”. Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis ingin
mengkaji lebih dalam mengenai “Budaya Populer”

1
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Apa itu budaya populer?
2. Apa saja macam-macam bentuk budaya pop?
3. Apa ciri-ciri budaya populer?
4. Apa saja karakteristik budaya populer?
5. Apa dampak dari budaya populer?
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mendeskripsikan tentang budaya populer.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam bentuk budaya pop.
3. Untuk mendeskripsikan tentang ciri-ciri budaya populer.
4. Untuk mendeskripsikan tentang karakteristik budaya populer.
5. Untuk mendeskripsikan tentang dampak dari budaya populer.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Budaya populer.
Untuk membahas pengertian “budaya populer” ada baiknya kita pahami dulu tentang
kata “budaya”, dan selanjutnya tentang “pop”. Selanjutnya untuk mendefinisikan budaya
pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.
Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses
umumperkembangan intelektual, spiritual, dan estetis (Williams, 1983: 90). Kedua,
budaya berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok
tertentu (Williams, 1983: 90). Ketiga, selain itu Williams juga mengatakan bahwa
budaya-pun bisa merujuk pada ”karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas
artistik (Williams, 1983: 90)..
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams
memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3)
karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh
orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237). Kemudian untuk mendefinisikan
budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer”.
Sehingga makna sederhana dari budaya pop adalah budaya yang disukai oleh banyak
orang, dan menyenangkan.
Menurut Ray B Brownie, budaya populer adalah budaya yang ada di dunia ini, di
sekeliling kita yang meliputi sikap kita, perilaku kita, bagaimana kita bertindak, apa yang
kita makan, apa yang kita pakai, banguna-banguna yang ada di sekiling kita, jalan-jalan
disekitar kita, apa maksud dari perjalanan kita, hiburan-hiburan kita, olahraga yang kita
lakuakan, politik kita, aktivitas-aktivitas kita yang lain serta bagaimana bentuk dan cara
mengontrolnya. Dengan kata lain, seperti air dan ikan yang tidak dapat dipisahkan, itulah
dunia yang kita tinggali.
1.2. Macam-macam Bentuk Budaya Pop
Budaya pop merupakan dialektika antara hegemonisasi (penyeragaman) dengan
heterogenisasi (keragaman). Konsep keragaman (heterogenisasi) dalam budaya pop juga
diungkapkan bahwa terdapat dua bagian terpisah dalam budaya popular, yakni: Pertama,
budaya popular menawarkan keragaman ketika ia diinterpretasi ulang oleh masyarakat
yang berbeda dilain tempat. Kedua, budaya pop itu sendiri dipandang sebagai
sekumpulan genre, teks, citra yang bermacam-macam dan bervariasi yang dapat dijumpai

3
dalam bebagai media, sehingga sukar kiranya sebuah budaya pop dapat dipahami dalam
kriteria homogenitas dan standarisasi baku.
Ada beberapa macam-macam bentuk budaya populer, diantaranya sebagai berikut:
- Televisi
- Fiksi
- Film
- Surat Kabar dan Majalah
- Musik Pop
- Konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

1.3. Ciri-ciri budaya populer.

a) Tren
Budaya Popular ini merupakan budaya yang diikuti dan disukai oleh banyak orang
atau masyarakat, namun budaya popular ini hanyalah bersifat sementara karena
budaya yang sedang trend ini pasti akan tergeser dengan budaya baru yang juga
akan bersifat trend.
b) Keseragaman bentuk
Maksudnya adalah budaya yang menjadi trend ini akan diikuti oleh bayak
penjiplak, atau dalam kata lain budaya popular ini akan ditayangkan oleh beberapa
media dan dengan mudah dan sederhana masyarakat akan terpengaruh oleh
tayangan tersebut.
c) Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak,
hal ini mengarah pada tren;
d) Durabilitas
Ketahanan sebuah Budaya Popular terhadap waktu, maksudnya adalah seiring
berkembangnya waktu pasti budaya tersebut akan terkikis oleh budaya baru. Namun
Produk minuman Coca-Cola sebagi pionir budaya popular mempunyai keunikan
tersendiri agar tidak tergerus oleh waktu.
e) Profitabilitas :
Dari sisi media massa, budaya popular ini akan sangat berpotensi memnghasilkan
keuntungan yang besar karena media dengan sengaja memberikan budaya tersebut
kepada masyarakat dengan kepentingan ekonomi dan agar masyarakat banyak
melihat tayangan dari media massa tersebut, sehingga media akan mendapatkan
keuntungan yang besar.

1.4. Karakteristik budaya populer.


a. Relativisme

4
Budaya populer merelatifkan segala sesuatu sehingga tidak ada yang mutlak benar
maupun mutlak salah, termasuk juga tidak ada batasan apapun yang mutlak,
misalnya: batasan antara budaya tinggi dan budaya rendah (tidak ada standar mutlak
dalam bidang seni dan moralitas.).

b. Pragmatisme

Budaya populer menerima apa saja yang bermanfaat tanpa memperdulikan benar
atau salah hal yang diterima tersebut. Semua hal diukur dari hasilnya atau
manfaatnya, bukan dari benar atau salahnya. Hal ini sesuai dengan dampak budaya
populer yang mendorong orang-orang untuk malas berpikir kritis sebagai akibat
dari dampak budaya hiburan yang ditawarkannya.

c. Sekulerisme

Budaya populer mendorong penyebarluasan sekularisme sehingga agama tidak lagi


begitu dipentingkan karena agama tidak relevan dan tidak menjawab kebutuhan
hidup manusia pada masa ini. Hal yang terutama adalah hidup hanya untuk saat ini (
here and now ), tanpa harus memikirkan masa lalu dan masa depan.

d. Hedonisme

Budaya populer lebih banyak berfokus kepada emosi dan pemuasannya daripada
intelek. Yang harus menjadi tujuan hidup adalah bersenang-senang dan menikmati
hidup, sehingga memuaskan segala keinginan hati dan hawa nafsu.

e. Materialisme

Budaya populer semakin mendorong paham materialisme yang sudah banyak


dipegang oleh orang-orang modern sehingga manusia semakin memuja kekayaan
materi, dan segala sesuatu diukur berdasarkan hal itu. Budaya populer atau budaya
McWorld sebenarnya menawarkan budaya pemujaan uang, hal ini dapat kita lihat
dengan larisnya buku-buku self-help yang membahas mengenai bagaimana menjadi
orang sukses dan kaya.

f. Popularitas

Budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi
latar belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Budaya populer mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-

5
orang muda dan remaja, hampir di semua bagian dunia, khususnya di negara-negara
yang berkembang dan negara-negara maju.

g. Kontemporer

Budaya populer merupakan sebuah kebudayaan yang menawarkan nilai-nilai yang


bersifat sementara, kontemporer, tidak stabil, yang terus berubah dan berganti
(sesuai tuntutan pasar dan arus zaman). Hal ini dapat dilihat dari lagu-lagu pop yang
beredar, termasuk lagu-lagu pop rohani yang terus berubah dan berganti.

h. Kedangkalan

Kedangkalan (disebut juga banalisme) ini dapat dilihat misalnya dengan muncul
dan berkembangnya teknologi memberikan kemudahan hidup, tetapi manusia
menjadi kehilangan makna hidup (karena kemudahan tersebut), pertemanan dalam
Friendster maupun Facebook adalah pertemanan yang semu dan hanya sebatas
ngobrol ( chatting ), tanpa dapat menangis dan berjuang bersama sebagaimana
layaknya seorang sahabat yang sesungguhnya. Kedangkalan atau banalisme ini juga
terlihat dari semakin banyak orang yang tidak mau berpikir, merenung, berefleksi,
dan bersikap kritis. Sifat-sifat seperti keseriusan, autentisitas, realisme, kedalaman
intelektual, dan narasi yang kuat cenderung diabaikan. Hal ini menimbulkan
kecenderungan bahan atau budaya yang buruk akan menyingkirkan bahan atau
budaya yang baik, karena lebih mudah dipahami dan dinikmati. Akan muncul
generasi yang ‘tidak mau pakai otak secara maksimal’.

i. Hibrid

Sesuai dengan tujuan teknologi, yaitu mempermudah hidup, muncullah sifat hibrid,
yang memadukan semua kemudahan yang ada dalam sebuah produk, misalnya:
telepon seluler yang sekaligus berfungsi sebagai media internet, alarm, jam,
kalkulator, video, dan kamera; demikian juga ada restoran yang sekaligus menjadi
tempat baca dan perpustakaan bahkan outlet pakaian.

j. Penyeragaman Rasa

Hampir di setiap tempat di seluruh penjuru dunia, monokultur Amerika terlihat


semakin mendominasi. Budaya tunggal semakin berkembang, keragaman bergeser
ke keseragaman. Penyeragaman rasa ini baik mencakup konsumsi barang-barang

6
fiskal, non-fiskal sampai dengan ilmu pengetahuan. Keseragaman ini dapat dilihat
dari contoh seperti: makanan cepat saji ( fast food), minuman ringan ( soft drink),
dan celana jeans yang dapat ditemukan di negera manapun. Keseragaman ini juga
dapat dilihat dari hilangnya oleh-oleh khas dari suatu daerah, misalnya: empek-
empek Palembang dapat ditemukan di daerah lain selain Palembang seperti Jakarta,
Medan dan Lampung.

k. Budaya Hiburan

Budaya hiburan merupakan ciri yang utama dari budaya populer di mana segala
sesuatu harus bersifat menghibur. Pendidikan harus menghibur supaya tidak
membosankan, maka muncullah edutainment . Olah raga harus menghibur, maka
muncullah sportainment . Informasi dan berita juga harus menghibur, maka
muncullah infotainment. Bahkan muncul juga religiotainment, agama sebagai
sebuah hiburan, akibat perkawinan agama dan budaya populer. Hal ini dapat dilihat
sangat jelas khususnya ketika mendekati hari-hari raya keagamaan tertentu. Bahkan
kotbah dan ibadah harus menghibur jemaat supaya jemaat merasa betah. Bisnis
hiburan merupakan bisnis yang menjanjikan pada masa seperti saat ini.

l. Budaya Konsumerisme

Budaya populer juga berkaitan erat dengan budaya konsumerisme, yaitu sebuah
masyarakat yang senantiasa merasa kurang dan tidak puas secara terus menerus,
sebuah masyarakat konsumtif dan konsumeris, yang membeli bukan berdasarkan
kebutuhan, namun keinginan, bahkan gengsi. Semua yang kita miliki hanya
membuat kita semakin banyak “membutuhkan,” dan semakin banyak yang kita
miliki semakin banyak kebutuhan kita untuk melindungi apa yang sudah kita miliki.

m. Budaya Instan

Segala sesuatu yang bersifat instan bermunculan, misalnya: mie instan, kopi instan,
makanan cepat saji, sampai pendeta instan dan gelar sarjana theologis instan.

n. Budaya Massa

Karena pengaruh budaya populer, individu melebur ke dalam massa, rasionalitas


melebur ke dalam kenikmatan. Hal ini disebabkan karena segala cara dipakai oleh
para produsen untuk mencari pasar baru, mengembangkan pasar yang ada atau

7
paling tidak mempertahankan pasar yang sudah ada sejauh memberikan keuntungan
dan memasarkan produk mereka semaksimal mungkin

o. Budaya Visual

Budaya populer juga erat berkaitan dengan budaya visual yang juga sering disebut
sebagai budaya gambar atau budaya figural. Oleh sebab itu, pada zaman sekarang
kita melihat orang tidak begitu suka membaca seperti pada zaman modern (budaya
diskursif/kata). Pada zaman sekarang orang lebih suka melihat gambar, itulah
sebabnya industri film, animasi dan kartun serta komik berkembang pesat pada
zaman ini.

p. Budaya Ikon

Budaya ikon erat kaitannya dengan budaya visual. Muncul banyak ikon budaya
yang berupa manusia sebagai Madonna, Elvis Presley, Marlyn Monroe, Michael
Jackson, dan sebagainya; maupun yang berupa artefak seperti Patung Liberty,
Menara Eiffel, dan sebagainya, termasuk juga ikon merek seperti Christian Dior ,
Gucci , Rolex , Blackberry , Apple , Ferrari , Mercedes , dan sebagainya.

q. Budaya Gaya

Budaya visual juga telah menghasilkan budaya gaya, di mana tampilan atau gaya
lebih dipentingkan daripada esensi, substansi, dan makna. Maka muncul istilah
“Aku bergaya maka aku ada.” Maka pada budaya ini, penampilan ( packaging )
seseorang atau sebuah barang ( branding ) sangat dipentingkan.

r. Hiperealitas

Hiperealitas ( hyper-reality ) atau realitas yang semu (virtual reality ), telah


menghapuskan perbedaan antara yang nyata dan yang semu/imajiner, bahkan
menggantikan realitas yang asli. Hiperealitas menjadi sebuah kondisi baru di mana
ketegangan lama antara realitas dan ilusi, antara realitas sebagaimana adanya dan
realitas sebagaimana seharusnya menjadi hilang.

s. Hilangnya Batasan-batasan

8
Budaya popular menolak segala perbedaan dan batasan yang mutlak antara budaya
klasik dan budaya salon, antara seni dan hiburan, yang ada antara budaya tinggi dan
budaya rendah, iklan dan hiburan, hal yang bermoral dan yang tidak bermoral, yang
bermutu dan tidak bermutu, yang baik dan jahat, batasan antara yang nyata dan
semu, batasan waktu, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak lagi
memiliki arti yang nyata. Perbedaan-perbedaan dan batasan-batasan tersebut
ternyata hanya dimanipulasi untuk alasan-alasan pemasaran. Akibatnya, tidak
berbeda dengan es krim, burger, dan hal yang lain

1.5. Dampak budaya populer.

Dampak positif

1. Masyarakat bergerak maju.


Dengan adanya budaya popular ini masyarakat bergerak maju, maksudnya adalah
dari yang awalnya tradisional menjadi masyarakat yang modern.
2. Beragamnya model berpakaian.
Adanya budaya popular ini menyebabkan banyaknya model berpakaian bagi
masyarakat sehingga dapat memilih dan menyesuaikan model berpakaian yang
mereka inginkan.

3. Dapat mengetahui budaya lain


Dengan adanya media massa yang menayangkan budaya lain ini, kita sebagai
masyarakat Indonesia dapat mengetahui bagaimana budaya yang ada dan
berkembang di Negara lain.
Dampak negative
1) Kekaburan Makna dan Pergeseran Nilai
Kekaburan makna dan pergeseran nilai disini disebabkan oleh media massa yang
dengan sengaja tidak secara langsung memaparkan budaya tersebut namun
mereka mengelola budaya yang akan disebarkan agar masyarakat lebih mudah
dalam menerima budaya baru yang akan diterima. Dengan pengolahan tersebut
masyarakat akan secara tidak sadar menerima budaya baru dan akan diadopsi
oleh masyarakat. Budaya tersebut menjadi popular karena diadopsi oleh
masyarakat secara luas. Sehingga hal tersebut akan mengaburkan makna dan
akan menggeser nilai dari sebuah budaya yang sesungguhnya.
2) Media Ciptakan Gaya Hidup Sebagai Cerminan Budaya Populer
Tayangan yang di berikan dengan sengaja oleh media massa akan membentuk
gaya hidup dalam masyarakat, sehingga masyarakat akan menciptakan atau
mengusung budaya baru dan akan membentuk perilaku yang tidak sesuai dengan

9
nilai dan norma budaya Indonesia. Contohnya adalah pergaulan bebas,
materialistik, dan individualistis.
3) Hilangnya Jati diri Bangsa
Perilaku-perilaku yang disebabkan oleh budaya popular ini tentu saja akan
menjadi kebudayaan baru jika intensitas mereka mengandopsi budaya popular ini
berlebihan. Budaya baru tersebut tentu saja akan menggilas atau menggeser
budaya lokal yang mengutamakan nilai dan norma kesopanan dan budi pekerti
luhur sebagai adat budaya lokal

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Budaya pop atau budaya popular dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah
berkembang kemudian menjadi kebiasaan dan disukai oleh banyak orang atau budaya yang
menyenangkan. Ada pun beberapa macam-macam bentuk budaya populer, diantaranya
televisi, fiksi, film, surat kabar dan majalah, musik pop, konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan ciri-ciri tren, keseragaman bentuk, adaptabilitas, durabilitas dan profitabilitas
juga memiliki karakteristik yaitu: relativisme, pragmatisme, sekulerisme, hedonisme,
materialisme, popularitas, kontemporer, kedangkalan, hibrid, penyeragaman rasa, budaya
hiburan, budaya konsumerisme, budaya instan, budaya massa, budaya visual, budaya ikon,
budaya gaya, hiperealitas dan hilangnya batasan-batasan. Serta memiliki dampak, yaitu
dampak positif dan dampak negatif. Semua itu kembali lagi kepada kita bagaimana cara kita
bisa menyikapinya.

3.2. Saran
Sebagai generasi muda mari kita menyikapi segala bentuk perubahan dengan kritis. Jangan
tolak mentah-mentah dan jangan telan cepat-cepat. Pelajarilah dan pahamilah sesuatu yang
baru dengan cermat sebelum mengadopsinya. Jadilah generasi milenial yang kritis, kreatif
dan penuh inovatif.

10
BIBLIOGRAFI
http://budaya-pop.blogspot.com/2010/09/definisi-budaya-populer.html?m=1

https://derrymayendra.blogspot.com/2011/10/budaya- populer.html?m=1
https://lenggahanblog.wordpress.com

https://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/04/25/budaya populer/

http://naufalkurniawan19.blogspot.com/2016/04/budaya-populer-cultural-studies.html?m=1

https://sosiologibudaya.wordpress.com/2013/04/25/budaya-populer-2/

Lks Sosiologi Karisma SMA

11
12

Anda mungkin juga menyukai