Anda di halaman 1dari 6

BEBASKAN AKU

Aku ingin teriak ...


Aku ingin teriak ...
Tapi mengapa?
Mengapa suaraku hilang begitu saja?

Apakah mereka tak mendengarku?


Apakah mereka tak menghiraukanku?
Apakah mereka tak melihatku?
Disini aku tertindas, aku tertekan oleh semua pemerintahanmu

Tolong bebaskan aku


Tolong ....
SAKIT

Sebuah pisau belati tak lebih menyakitkan.


Daripada ditinggal tanpa penjelasan.
Ada perih yang teramat pedih.
Dan ada luka yang merasuki jiwa.

Dengan linang air mata ku susun kata.


Dalam balutan sedih ku tulis bait demi bait.

Hanya sebuah tinta pena yang bisa aku tumpahkan untuk mencurahkan isi hatiku yang
begitu menyesakkan.
Mungkin ada tetesan air mata yang bergelinang.
Menandakan kasihmu yang teramat indah untuk dilupakan.
Dan teramat sakit untuk dikenang.
TERKENANG DIRIMU

Entah kenapa setiap ku terlelap.


Aku bermimpi bertemu denganmu.
Apakah karena kamu merindukan aku?
Atau karena aku yang selalu memikirkanmu.

Entah kenapa ketika mata susah terpejam.


Selalu terkenang dirimu.
Kenapa setiap perpisahan melahirkan penyesalan?
Andai saja dulu aku mau mengalah dan tak lakukan itu.

Maksudku dulu hanya ingin kau selalu ada untukku.


Namun caraku salah.
Dan langkahku sungguh keliru.
Aku sungguh gegabah, sehingga membuat kau benar-benar pergi dariku.
TAK MAMPU KU TAHAN AIR MATA

Mungkin ku tak sanggup.


Mungkin ku tak berdaya.
Mungkin pula ku yang terlalu lemah.
Menghadapi kehidupan yang begitu menyesakan jiwa.

Ku teringat ibu.
Dia yang selalu memanjakanku.
Dia yang selalu menuruti kemauanku.
Dan dia pula yang berusaha mengerti mau ku.

Air mataku berlinang.


Saat mengingat pepatah darinya.
Sekarang hanya terbayang suaranya.
Tanpa bisa memeluknya.

Aku tersadar.
Ku sangat rindu padamu… Ibu
Aku ingin memelukmu.
Aku ingin ungkapkan apa yg ada dalam benakku.

Ibu…
Air mata ini berlinang.
Mengenang jasa-jasa yang dulu ku acuhkan.
Dapatkah kau hadir kembali?
Ku akan bahagia walaupun kau hadir hanya dalam mimpi.

Kini tak mampu aku berkata.


Tak mampu ku tahan air mata.
Hanya ingin meluapkan semua yang ku rasa.
Hingga ku tertidur lelap tanpa terasa dipangkuanmu seperti dulu, Ibu.
JANGAN PAKSA

Ku tak ingin paksakan untuk menggenggamnya.


Karena sesuatu yang seharusnya dilepas akan terasa sakit.
Jika terus memaksa untuk tetap menggenggamnya.
Ku lepaskan meski rasa sakit akan kehilangan itu ada.

Aku butuh waktu yang tak begitu cepat untuk benar-benar bisa melupakan.
Melepaskan yang tertinggal.
Merelakan yang tlah tiada.
Mengikhlaskan yang bukan lagi milikku.

Tapi setidaknya aku sudah merelakan dia bahagia.


Walau bahagianya bukan bersama ku.
PUISI BAHASA INDONESIA
KARYA : DINISA AMALIA

Anda mungkin juga menyukai