Anda di halaman 1dari 7

BAB I

ANALISIS KUALITAS DAN KUANTITAS AIR LIMBAH

1.1 Analisis Kualitas Air Limbah


Kuantitas dan kualitas air buangan merupakan data penting dalam
perencanaan bangunan pengolahan air buangan. Air buangan yang dimaksud pada
perencanaan ini adalah air limbah domestik. Kuantitas air buangan dapat diketahui
berdasarkan jumlah air buangan yang merupakan hasil samping dari aktivitas
domestik dalam periode tertentu. Kuantitas air buangan ini akan menjadi dasar
pertimbangan dalam penentuan dimensi bangunan pengolahan air buangan.
Sedangkan, kualitas air buangan akan menjadi dasar pemilihan unit pengolahan air
buangan (Oktavitri, 2016).
Air limbah domestik yang dilepas ke lingkungan khususnya sungai harus
memenuhi standar baku mutu air limbah domestik. Baku mutu air limbah domestik
adalah batas atau kadar unsur pencemar atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dilepas ke air
permukaan. Secara singkat parameter air limbah domestik dijelaskan sebagai
berikut:
1. Suhu
Suhu limbah rumah tangga dipengaruhi oleh proses yang dialami pada
sumbernya serta proses anaerobik yang berlangsung di dalam limbah itu
sendiri. Pada umumnya suhu limbah rumah tangga lebih tinggi dari suhu
normal air, bahkan limbah dari sumber tertentu dapat mencapai 40–50 oC,
misalnya dari sumber-sumber yang aktivitasnya menggunakan pencucian
dalam keadaan panas. Efek terpenting dari suhu tinggi pada limbah adalah
turunnya kadar oksigen terlarut yang menyebabkan terjadinya pembusukan.
Bau yang timbul pada limbah rumah tangga juga sangat dipengaruhi oleh
kehadiran mikroorganisme seperti bakteri, algae, serta adanya gas H2S yang
terbentuk dalam kondisi anaerobik atau oleh adanya zat-zat organik
(Suriawiria, 2003).
2. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Penentuan padatan
tersuspensi sangat berguna dalam analisa perairan tercemar dan air buangan,
dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air buangan domestik
(Fardiaz, 1992).
3. Nilai pH
Nilai pH mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam limbah dan
merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen. Adanya karbonat
hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air. Sementara adanya
asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman. Nilai
pH air tawar berkisar antara 5,0-9,0 (Saeni, 1989). Limbah rumah tangga
dengan pH yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga
mengganggu proses penjemihannya. Rendahnya nilai pH di suatu mata air
dapat berkaitan dengan nilai sulfatnya yang tinggi (Arthana, 2004).
4. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan salah satu parameter
kualitas limbah yang penting untuk diketahui, karena BOD tersebut
menunjukkan banyaknya oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam
limbah dirombak secara biologis (Saeni, 1989). Mikroorganisme dapat
mengoksidasi senyawa yang mengandung karbon dan senyawa-senyawa
nitrogen. Bakteri yang mengoksidasi nitrogen bersifat autotrof, dan secara
normal tidak banyak terdapat di dalam limbah rumah tangga yang segar
(Saeni, 1989).
5. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) limbah adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter
limbah. Nilai COD yang tinggi menunjukkan adanya pencemaran oleh zat-
zat organik yang tinggi (Saeni, 1989). Nilai Chemical Oxygen Demand
(COD) umumnya lebih besar dari Biochemical Oxygen Demand (BOD)
karena COD merupakan total dari bahan organik yang terkandung pada
limbah, sedangkan BOD hanya merupakan bahan organik yang mudah
didegradasi (Paramita et al., 2011)
6. Fosfor
Sumber-sumber fosfor di dalam limbah rumah tangga dapat berasal dari
urine manusia dan hewan. Selain itu dapat pula berasal dari bahan-bahan
pembersih yang digunakan di rumah tangga. Senyawa fosfat merupakan
salah satu senyawa esensial untuk pembentuk protein, pertumbuhan alge
dan pertumbuhan organisme perairan. Di perairan alam fosfat terdapat
dalam tiga bentuk yaitu fosfat organik (tidak terlarut), polifosfat (setengah
terlarut) dan ortofosfat (terlarut) (Saeni, 1989).
7. Nitrogen
Di dalam limbah, nitrogen dapat berada dalam bentuk-bentuk ammonia,
nitrit dan nitrat. Konsentrasi tinggi dari berbagai bentuk nitrogen beracun
terhadap flora dan fauna tertentu. Senyawa-senyawa nitrogen terdapat
dalam keadaan terlarut atau sebagai bahan tersuspensi, dan merupakan
senyawa yang sangat penting dalam air dan memegang peranan sangat kuat
dalam reaksi-reaksi biologi perairan. Secara bersama-sama antara nitrogen
dan fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan ganggang dan pertumbuhan
lainnya (Saeni, 1989).

Penentuan unit bangunan pengolahan air limbah, berdasarkan beberapa


perhitungan pengolahan yang akan digunakan. Sebelum dilakukan prakiraan
besarnya removal pengolahan, maka diketahui dahulu kualitas air limbah yang akan
diolah, yaitu ditunjukkkan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Kualitas Air Limbah dan Baku Mutu


Parameter Konsentrasi (mg/l) Baku mutu Keterangan
pH 6,75 6-9* Memenuhi
TSS 113,5 30* Tidak memenuhi
BOD5 350 30* Tidak memenuhi
COD 300 100* Tidak memenuhi
Total N 1,6 20** Memenuhi
Total P 1,25 1** Tidak Memenuhi
Suhu 30 oC Deviasi 3** Memenuhi
Sumber: *Permen LHK no.68 Tahun 2016
**PP no.82 Tahun 2001

Pada studi kasus Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


(PBPAB) terdapat 7 parameter yang harus direduksi dan diolah. Seperti pada tabel
diatas setiap parameter yang ada dibandingkan dengan baku mutu yang ada dalam
pengelolaan air limbah. Pada tabel diatas menunjukan bahwa ada 4 parameter yang
telah melebihi baku mutu sehingga memerlukan pengolahan dengan pemilihan unit
yang tepat.
1.2 Analisis Kuantitas Air Limbah

Studi kasus PBPAB kali ini, air buangan memiliki kuantitas dari jumlah
debit yang dihasilakan selama 24 jam. Berikut adalah kuantitas debit air buangan
yang ditunjukkan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Data debit selama 24 jam (1 hari)
Debit
No. Jam (m3/dt) No. Jam Debit (m3/dt)
1 00-01 0,003 13 12-13 0,0375
2 01-02 0,003 14 13-14 0,0525
3 02-03 0,003 15 14-15 0,0225
4 03-04 0,0045 16 15-16 0,06
5 04-05 0,06 17 16-17 0,6
6 05-06 0,225 18 17-18 0,675
7 06-07 0,375 19 18-19 0,225
8 07-08 0,525 20 19-20 0,075
9 08-09 0,525 21 20-21 0,0675
10 09-10 0,075 22 21-22 0,00675
11 10-11 0,0225 23 22-23 0,00675
12 11-12 0,0225 24 23-24 0,00375
3
Debit Maksimum 0,675 m /dt
Debit Minimum 0,003 m3/dt
Debit Rata-rata 0,15 m3/dt

Tabel diatas menjelaskan jumlah debit air buangan selama kurun waktu 24
jam atau 1 hari. Apabila, dari semua debit itu ditotal kemudian dihitung rata-rata
nya, maka nilai Qave adalah 0,15 m3/dt. Nilai Qmaks sebesar 0,675 m3/dt berada pada
jam 17-18 dapat disebabkan karena aktivitas masyarakat meningkat dijam tersebut
seperti mandi. Nilai Qmin sebesar 0,003 m3/dt berada pada jam 00-03 karena dijam
tersebut banyak masyarakat istirahat atau tidur. Pada gambar 1.1 dapat dilihat grafik
fluktuasi debit air buangan dan perhitungan rumus mencari nilai debit rata-rata,
seperti berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖
Qave = 24
3,68
=
24
= 0,15 m3/detik
Debit Air Buangan
0.8
0.675
0.6 0.6
0.525
0.525
0.4 0.375
0.2 0.225 0.225
0.06 0.075 0.0375 0.06 0.075
0.0675
0 0.003
0.003 0.0045
0.003 0.02250.0525
0.0225 0.0225 0.00675
0.00675
0.00375

09-10

22-23
00-01
01-02
02-03
03-04
04-05
05-06
06-07
07-08
08-09

10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21-22

23-24
Debit(m3/detik) rata-rata minimal maksimum

Gambar 1.1 Fluktuasi debit dalam 24 jam (1 hari)


BAB II
ANALISIS RANGKAIAN UNIT

2.1 2.1 Penentuan unit dan alasan pemilihan unit


Pemilihan unit dapat disesuaikan dengan parameter yang ada untuk dilakukan
penyisihan dalam pemenuhan baku mutu. Pengolahan yang ditawarkan nantinya
harus mampu menurunkan kadar COD, TSS, BOD, dan total fosfat. Berikut adalah
Gambaran unit yang direncanakan Seperti Tabel 2.1
Tabel 2.1 Unit yang direncanakan
Tahap ke- Alternatif 1 Alternatif 2
1 Bar Screen Bar Screen
2 Bak ekualisasi Bak Ekualisasi
3 Sedimentasi 1 Sedimentasi I
4 Tangki aerasi Tricking Filter
5 clarifier Clarifier
6 outlet outlet

Berdasarkan karakteristik air limbah di atas, maka dipilih 2 alternatif pengolahan

air limbah yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

1.
Intake dan Bar
Bak Ekualisasi Bak Pengendap Tangki
2. Screen 1 Aerasi

Secondary
Sludge Drying Bed Digester Thickener
Clarifier

Gambar 2.1 Alternatif 1

Intake dan Bar Bak Pengendap Trickling


Bak Ekualisasi
Screen 1 filter

Secondary
Sludge Drying Bed Digester Thickener
Clarifier
Gambar 2.1 Alternatif 2

2.2 Deskripsi Kemampuan Removal


Kemampuan removal atau kemampuan penyisihan terhadap suatu partikel.
Penyisihan atau removal yang dilakukan diberi satuan persen untuk mengukur
presentase besar penyisihan yang dilakukan sehingga disebut presentase removal.
Berikut adalah presentase removal air baku pada unit pengolahan yang telah dibuat
dapat dilihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3
Tabel 2.2 Efisisensi Removal Unit Pengolahan Air Minum Alternatif 1
Parameter Bak pengendap I* Tangki aerasi**
(mg Cawal % Removal Cakhir Cawal % Removal Cakhir
BOD 124.29 50% 62.14 62.14 95% 3.11
COD 162.14 50% 81.07 81.07 85% 12.16
TSS 90.29 60% 36.12 36.12 90% 3.61
Sumber: *JSWA, **Metcalf

Tabel 2.3 Efisisensi Removal Unit Pengolahan Air Minum Alternatif 2


Parameter Bak pengendap I* Aerobic biofilter**
(mg/L) Cawal % Removal Cakhir Cawal % Removal Cakhir
BOD 124.29 50% 62.14 62.14 88% 7.46
COD 162.14 50% 81.07 81.07 85% 12.16
TSS 90.29 60% 36.12 36.12 91% 3.25
Sumber: *JSWA **Permatasari et al, 2018

Anda mungkin juga menyukai