Pendahuluan
1
I.2 Masalah
I.2.1 Jumlah kasus baru penderita Tb di dunia adalah 8,8 juta kasus (128
kasus per 100.000 penduduk) di dunia.
I.2.2 Sebanyak 1,1 juta penduduk dunia meninggal akibat TB setiap
tahunnya di dunia.
I.2.3 Di dunia pada tahun 1998 sedikitnya 180juta anak dibawah 15 tahun
terinfeksi TB dan 170.000 anak diantaranya meninggal.
I.2.4 Indonesia menduduki ranking keempat penyumbang TB di dunia
diantara 22 negara dengan beban TB tinggi setelah India, Cina, dan
Afrika Selatan.
I.3 Tujuan
Melakukan studi kasus secara professional terhadap kasus
tuberculosis yang ditangani puskesmasKlari
I.4 Manfaat
Manfaat dari studi kasus ini adalah:
- Melihat profil lingkungan dan hubungannya dengan prevalensi Tb.
- Melihat profil host dan hubungannya dengan prevalensi Tb.
- Mencari prioritas jalan keluar untuk mencegah meningkatnya angka
kejadian Tb di Kecamatan Klari.
2
Bab II
Tinjuauan Pustaka
II.1 Definisi
II.2 Penularan
3
antara 1-3%.Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
negatif menjadi positif. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi
sakit TB. Dengan arti 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata
terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi
sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi
yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika
terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien
TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan
meningkat pula.
II.3 Patogenesis
Infeksi primer
Infeksi primer tejadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati system pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga
sampai alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dngan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan
dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
4
Tuberkulosis pasca primer (post primary TBC)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan
atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan trjadinya
kavitas atau efusi pleura.
Gejala:
Pemeriksaan fisik
5
fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronchial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
Pemeriksaan radiologik
6
Luas proses yang tampak pada foto toraks dapat dinyatakan seperti
berikut:
Lesi minimal
Bila proses mengenai sebahagian dari satu atau dua paru, dengan
luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal
junction dari tiga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV
atau korpus vertebra torakalis V (sela iga II) dan tidak dijumpai kavitas.
Lesi luas
Bila pross lebih luas dari lesi minimal
Pemeriksaan laboratorium
A. Pemeriksaan bakteriologik
7
Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik: dengan bronkhorst
2x positif → Mikroskopik +
metode konvensional
- Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
- Agar base media: Middle brook
B. Pemeriksaan darah
8
histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru memberikan
hasil berupa granuloma dengan perkejuan.
D. Uji Tuberkulin
- Pneumonia
- Abses paru
- Kanker paru
- Aspirasi pneumonia
9
TB Paru BTA positif yaitu:
- dengan atau tanpa gejala
Mikroskopik +, biakan +
Mikroskopik +, radiologik +
Bekas TB Paru
- Baktriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang
ditinggalkan
10
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-)
atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat
INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
11
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
12
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Wanita hamil
Pada prinsipnya pengobatan TBC pada wanita hamil tidak berbeda
dengan pengobatan TBC pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk
wanita hamil, kecuaii streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada
wanita hamil karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier
placenta, Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran
dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkannya. Perlu
dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat
penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang
akan dilahirkannya terhindar dari kemungkinan penularan TBC.
13
tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus menyusu. Pengobatan
pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat
badannya.
Wanita penderita TBC pengguna kontrasepsi.
14
Penderita TBC dengan Diabetes Melitus
II.8 Prognosis
15
II.9 DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
16
BAB III
Metodologi
17
BAB IV
Puskesmas : Tempuran
Tgl kunjungan rumah : 19 Desember 2015
Data riwayat keluarga :
I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 47 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Petani
e. Pendidikan : tidak sekolah
f. Alamat : Desa Cikuntul , Tempuran
18
III. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Merokok
b. Pengambilan keputusan : Diri sendiri
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan Bidan desa
e. Pola rekreasi : Kurang
V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Kurang
19
d. Kegiatan organisasi sosial : Sedang
e. Keadaan ekonomi : Kurang
1 2
3 4
5
: Laki-laki
: Perempuan
No Nama Hub dgn Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan gizi Imunisasi
KK kesehatan
1 Tn. M KK 47 th Tidak sekolah Petani Islam Sakit - -
2 Ny. H Istri 45 th Tidak sekolah Petani Islam Baik Cukup Tidak ingat
3 Ny. S Ibu 84 th Tidak sekolah Tidak bekerja Islam Sakit Kurang Tidak ingat
4 Tn. C Anak 29 th Tamat SD Petani Islam Baik Cukup Tidak ingat
5 Ny. K Menantu 26 th Tamat SD Tidak bekerja Islam Baik Cukup Tidak lengkap
20
sembuh sejak ± 1 bulan yang lalu. Batuk-batuk dirasakan pasien sepanjang
hari, dan mengeluarkan dahak. Dahak berwarna keputihan. Pasien sering
membuang dahak di wadah plastik, namun bila sedang di luar rumah pasien
membuang dahak dimanapun. Pasien jarang menutup mulut saat batuk.
Pasien mengeluh sering merasakan meriang, meriang terutama saat
menjelang sore hari. Pasien juga menjadi tidak nafsu makan, dan berat
badannya menurun. Pasien tetap memaksakan dirinya untuk makan. Saat ini
pasien hanya minum obat yang dibeli di warung, namun tetap tidak membaik.
Sejak 1 minggu yang lalu pasien batuk dan mengeluarkan darah. Darah
berwarna merah segar, darah hanya berupa bercak. Namun ia belum
memeriksakan kesehatannya. Karena tidak ada akomodasi untuk pergi ke
puskesmas namun pasien sudah disarankan untuk berobat ke puskesmas
Tempuran
Tidak ada
STATUS GENERALIS
- Keadaan Umum : tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- Keadaan gizi : Kurang
- Tekanan Darah : 160/ 80 mmHg
- Nadi : 88 kali / menit
- Pernapasan : 24 kali / menit
- Suhu : 37,0o C
- Berat badan :43 kg
- Tinggi badan :155 cm
21
KEPALA
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Lurus di tengah
- KGB : Tidak teraba membesar
THORAKS
- Bentuk : Tampak simetris
- Retraksi : Retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-),
retraksi substernal (-).
JANTUNG
- Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Palpasi: Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Perkusi: Batas atas sela iga II ga ris parasternal sinistra
22
PARU
ANTERIOR POSTERIOR
ABDOMEN
EKSTREMITAS
Akral teraba hangat di semua ekstremitas.
Tonus : normotonus
Massa : normal
Sendi : normal
23
XIV. Diagnosis Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang batuk-batuk seperti pasien.
XV. Prognosis
Penyakit : dubia ad Bonam
Keluarga : dubia ad Bonam
Masyarakat : dubia ad Bonam
24
XVI. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 19
Desember 2015, didapatkan bahwa pasien menderita TB. Pasien berusia 47
tahun. Pasien dan keluarganya mempunyai kesadaran yang baik akan
kesehatan, perhatian akan kesehatan juga baik dilihat dari kesadaran mencari
pertolongan ke Bidan kemudian mau langsung dirujuk ke puskesmas ketika
sakit. Rumah pasien tergolong rumah yang kurang sehat dilihat ventilasi
kurang sehingga pertukaran udara sulit terjadi. Penerangan cahaya kurang,
baik dari lampu maupun dari matahari. Sinar matahari sulit masuk ke dalam
rumah karena ventilasi tertutup. Kebersihan rumah pasien kurang. Terdapat
daur di dalam rumah dan cukup layak. Kamar mandi terletak diluar rumah
dan jamban kurang layak berada di samping irigasi. Pasien mencuci piring di
dengan mengunakan air sumur.Pasien dan keluarganya menggunakan air
sumur sebagai sumber air minum dan mandi.. Sistem pembuangan sampah
dan air limbah tidak jelas. Rumah pasien tidak terdapat pekarangan yang
dapat dimanfaatkan.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga
yang taat beribadah dimana pasien dan keluarganya beragama Islam.
Keluarga pasien juga keluarga merupakan yang sehat dan tidak mengidap
penyakit apapun baik yang diderita secara perorangan maupun yang
memungkinkan untuk diturunkan.
Saat ini kondisi pasien kurang baik.
25
Daftar Pustaka
26
LAMPIRAN
27
28
29