Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN IKLIM KERJA PANAS DENGAN TEKANAN DARAH

PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS)


SURAKARTA TAHUN 2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun Oleh :

ULIMA FADHILAH LARASATI


J 410 130 060

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
iii
ABSTRAK
HUBUNGAN IKLIM KERJA PANAS DENGAN TEKANAN DARAH
PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS)
SURAKARTA TAHUN 2017

Setiap tempat kerja memiliki faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja atau dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja. Tekanan
panas merupakan bagian dari tekanan fisik yang sangat mempengaruhi aktivitas
pekerja. Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat mengakibatkan beban
tambahan pada sirkulasi darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan darah pada
Supeltas Surakarta tahun 2017. Jenis penelitian ini kuantitatif non-eksperimen
menggunakan metode survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah anggota Supeltas di Surakata sebanyak 49 orang,
dengan jumlah sampel minimal sebanyak 43 orang. Pengambilan sampel dengan
menggunakan total sampling. Dari hasil penelitian didapatkan ISBB terendah
29,24oC dan yang paling tinggi adalah 32,23oC dan hasil dari pengukuran tekanan
darah pada Supeltas Surakarta di tempat kerja yang melebihi NAB iklim kerja
panas sebanyak 38 orang (100%) mengalami hipertensi, sedangkan pada Supeltas
yang bekerja di tempat kerja dibawah NAB yang mengalami hipertensi sebanyak
7 orang (63,6%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (36,4%).
Hasil uji statistik menggunakan fisher exact menunjukkan ada hubungan antara
iklim kerja panas dengan tekanan darah (p = 0,002) pada sukarelawan pengatur
lalu lintas Surakarta tahun 2017.
Kata kunci : Iklim Kerja Panas, Tekanan Darah

ABSTRACT
HOT WORK CLIMATE CORRELATION WITH BLOOD PRESSURE ON A
VOLUNTEER OF TRAFFIC CONTROL (SUPELTAS) SURAKARTA IN 2017
Each workplace has a hazard factor that may affect the health of the workforce or
may result in the onset of occupational diseases. Heat pressure is part of the
physical stress that greatly affects workers' activity. Hot working climate or heat
pressure can result in additional burden on the blood circulation. The purpose of
this research is to analyze the correlation between hot work climate and blood
pressure at Supeltas Surakarta 2017. This type of research is non-experimental
quantitative using survey analytic method with cross sectional design. The
population in this study were members of Supeltas in Surakata as many as 49
people, with a minimum sample size of 43 people. Sampling using total sampling.
From the results of the study obtained the lowest ISBB 29.24 oC and the highest is
32.23oC and the result of blood pressure measurement at Supeltas Surakarta in
the workplace that exceeds NAB hot work climate as much as 38 people (100%)
experienced hypertension, while Supeltas who work in the workplace under the
NAB who experienced hypertension as many as 7 people (63.6%) and who didn’t

1
experience hypertension as many as 4 people (36.4%). The result of statistical test
using fisher exact showed that there was a correlation between hot work climate
with blood pressure (p = 0,002) on Surakarta traffic regulator volunteer in 2017.
Keywords: Hot Working Climate, Blood Pressure

1. PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja memiliki faktor bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2014). Di dalam suatu lingkungan kerja,
pekerja akan menghadapi tekanan dari lingkungan kerjanya. Tekanan
tersebut dapat bersifat kimiawi, fisik, biologi, dan psikis. Tekanan panas
merupakan bagian dari tekanan fisik yang sangat mempengaruhi aktivitas
pekerja. Oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman
mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan
produktivitas (Suma’mur, 2009).
Menurut Santoso (2004), iklim kerja panas atau tekanan panas
dapat mengakibatkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu
melakukan pekerjaan fisik, maka darah akan mendapat beban tambahan
kerena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja.
Darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit.
Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus
memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini adalah
frekuensi denyut nadi pekerja akan semakin meningkat.
Kondisi suhu lingkungan kerja yang terlalu panas dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan pada pekerja. Penelitian
Donoghue dan Bates (2000) pada pekerja tambang besi bawah tanah di
Australia, dengan rentang ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) 26-28oC,
ditemukan sebanyak 65 kasus kelelahan panas akut. Menurut Randell dan
Wexler (2002), sekitar 6 juta pekerja di Amerika Serikat terkena stres
akibat panas dengan kasus kematian terbanyak dilaporkan terjadi di bidang
konstruksi, pertanian, kehutanan, perikanan, dan manufaktur. Penelitian

2
lain yang dilakukan oleh Tawatsupa dkk (2012) di Thailand menemukan
hampir 20% respondennya mengalami paparan panas. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa paparan panas memiliki hubungan secara
signifikan dengan kejadian kecelakaan kerja.
Hasil penelitian Dewi (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan
tekanan panas dengan tekanan darah pada Karyawan di Unit Fermentasi
PT. Indo Acidatama.Tbk Kebakkramat Karanganyar. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sugiyarto (2011), juga menunjukkan adanya hubungan
antara tekanan panas dengan tekanan darah tenaga kerja di unit weaving
PT. Dan Liris Sukoharjo yang menunjukkan korelasi yang kuat. Namun
hasil penelitian dari Telan (2012), menunjukkan bahwa variabel tekanan
panas tidak ada hubungan dengan perubahan tekanan darah sistolik dengan
nilai p = 0,102 ( p > 0,05) dan juga tidak ada hubungan antara tekanan
panas dengan perubahan tekanan darah diastolik dengan nilai p= 0,753 (p
> 0,05).
Kondisi kerja yang panas juga dialami oleh Sukarelawan Pengatur
Lalu Lintas (Supeltas) di Surakarta. Paparan panas tersebut dialami setiap
hari sesuai shift kerja. Shift kerja Supeltas terbagi menjadi dua bagian,
yaitu shift pagi dan siang. Shift pagi dimulai antara pukul 08.00 sampai
pukul 12.00 dan shift siang dimulai pukul 12.00 sampai pukul 16.00.
Supeltas ini telah dilatih oleh Satlantas agar memiliki keterampilan dalam
mengatur lalulintas. Pada mulanya anggota Supeltas Surakarta berjumlah
18 orang. Saat ini Supeltas Surakarta yang tercatat sebagai anggota resmi
berjumlah 50 orang. Supeltas tersebut menjalankan tugasnya di 20 titik
yaitu Ursulin, Perempatan Garuda, Perempatan 3 Serangkai, Wora-Wari,
Perempatan Sriwedari, SMA 7, Dawung, Tanjung Anom, Joyontakan,
Gilingan, Paragon, Kota Barat, Kampung Baru, Mangkunegaran, Pasar
Legi, Keslatan, Perempatan SMA 5&6, Joglo, Kerten, Coyudan
(Kristiyanto, 2015).

3
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dengan
pengukuran tekanan darah pada lima orang Supeltas sebelum bekerja
didapatkan rata-rata tekanan darah sistole 119 mmHg dan tekanan darah
diastole 70 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistole setelah
bekerja 128 mmHg sedangkan diastole 83 mmHg. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan tekanan pada Supeltas antara sebelum dan sesudah
bekerja. Hasil pengukuran tersebut menggunakan QUESTemp °32Thermal
Environment Monitor atau alat pengukur iklim kerja panas di tiga tempat
diperoleh hasil ISBB pada Perempatan Sriwedari sebesar 30,65oC, SMA 7
sebesar 34,76oC dan di Ursulin sebesar 31,5oC. Sementara untuk
perhitungan beban kerja menurut kebutuhan kalori didapatkan hasil rata-
rata 165,99 kilo kalori/jam. Menurut Tarwaka (2015) beban kerja tersebut
digolongkan dalam beban kerja ringan. Menurut Peraturaan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, ISBB
untuk beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja 75% kerja dan
25% istirahat yaitu 31oC.

Supeltas memiliki risiko yang besar terhadap paparan panas dan


dapat mempengaruhi kesehatan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai hubungan iklim kerja panas dengan tekanan darah pada
sukarelawan pengatur lalu lintas Surakarta.

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimen
dengan desain survei analitik melalui pendekatan potong lintang (cross
sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Supeltas.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anggota Supeltas
sebanyak 49 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
exhaustive sampling. Metode pengukuran iklim kerja panas menggunakan

4
QUESTemp °32Thermal Environment Monitor sedangkan pengukuran
tekanan darah menggunakan tensi digital omron.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini bertujuan
untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis
bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(independent) yaitu iklim kerja panas dengan variabel terikat (dependent)
yaitu tekanan darah. Uji statistik yang digunakan adalah uji fisher exact.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
Usia (tahun) n % Mean
29 1 2,0
30 1 2,0
33 1 2,0
35 1 2,0
36 1 2,0
37 6 12,2
39 6 12,2
40 4 8,2
41 2 4,1
42 3 6,1
43 3 6,1
44 3 6,1
45 2 4,1 43,33
46 2 4,1
47 1 2,0
50 1 2,0
51 2 4,1
52 2 4,1
53 2 4,1
54 2 4,1
57 1 2,0
59 1 2,0
60 1 2,0
Total 49 100

5
Berdasarkan Tabel 1 rata-rata usia Supeltas adalah 43,33 tahun,
sebagian besar berusia 37 dan 39 tahun sebanyak masing-masing 6
orang (12,2%). Usia termuda yaitu 29 tahun dan usia tertua berusia 60
tahun.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa kerja n % Mean
(tahun)
1 6 12,2
2 4 8,2
3 5 10,2
4 4 8,2
5 4 8,2
6 8 16,3
7 4 8,2 5,69
8 5 10,2
9 4 8,2
10 2 4,1
11 1 2,0
12 1 2,0
19 1 2,0
Total 49 100

Berdasarkan Tabel 2 rata-rata masa kerja Supeltas di kota


Surakarta 5,69 tahun, dengan jumlah paling sedikit ada pada Supeltas
yang memiliki masa kerja 11,12 dan 19 tahun sejumlah 1 orang
(2,0%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Hipertensi
Riwayat Hipertensi n %
Ya 2 4,1
Tidak 47 95,9
Total 49 100

Supeltas yang memiliki riwayat penyakit hipertensi sejumlah 2


orang (4,1%) sedangkan yang tidak memiliki riwayat penyakit
hipertansi sebanyak 47 orang (95,9%).

6
3.2 Wilayah Kerja Supeltas
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Wilayah Kerja Supeltas
Lokasi n (%) ISBB
Ursulin 2 (4,1) 31,34
Perempatan Garuda 3 (6,1) 32,20
Perempatan Tiga 5 (10,2) 29,94
Serangkai
Wora-wari 2 (4,1) 30,25
Perempatan Sriwedari 5 (10,2) 31,22
SMA 7 1 (2,0) 32,23
Dawung 2 (4,1) 31,44
Tanjung Anom 3 (6,1) 31,38
Joyontakan 1 (2,0) 31,30
Gilingan 2 (4,1) 31,37
Paragon 2 (4,1) 29,24
Kota Barat 2 (4,1) 31,23
Kampung Baru 1 (2,0) 31,10
Mangkunegaran 3 (6,1) 31,58
Pasar Legi 2 (4,1) 30,39
Keslatan 2 (4,1) 31,14
Perempatan SMA 5 & 6 3 (6,1) 31,70
Joglo 2 (4,1) 31,93
Kerten 4 (8,2) 31,37
Coyudan 2 (4,1) 31,30
Total 49 (100)

Berdasarkan Tabel 4. Titik kerja Supeltas yang diteliti terdapat 20


titik kerja. Supeltas paling banyak mengatur lalu lintas di Perempatan
Sriwedari dan Perempatan Tiga Serangkai yaitu terdapat 5 orang
(10,2%) dan paling sedikit berada di Joyontakan, Kampung Baru dan
SMA 7 yaitu hanya terdapat 1 orang Supeltas (2,0%).

3.3 Analisis Univariat


Analisis univariat menampilkan distribusi frekuensi variabel iklim
kerja panas dengan tekanan darah yang dapat dilihat pada Tabel 5.

7
Tabel 5. Gambaran iklim kerja panas dan tekanan darah pada
Supeltas Surakarta
Variabel n (%)
Iklim Kerja Panas
Dibawah NAB 11 22,4
Diatas NAB 38 77,6
Tekanan Darah
Tidak Hipertensi 4 8,2
Hipertensi 45 91,8

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa Supeltas yang berada di


titik kerja dibawah NAB sebanyak 11 orang (22,4%), lebih sedikit
dibandingkan Supeltas yang berada di titik kerja diatas NAB sebanyak
38 orang (77,6%). Supeltas yang tidak mengalami hipertensi sebanyak
4 orang (8,2%), lebih sedikit dibandingkan dengan Supeltas yang
mengalami hipertensi sebanyak 45 orang (91,8%).

3.4 Analisis Bivariat


Analisis data menggunakan Crosstabs dengan uji fisher exact
untuk mengetahui hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan
darah. Hasil tersaji dalam Tabel 6 :
Tabel 6. Hubungan antara Iklim Kerja Panas dengan Tekanan Darah
ISBB Tidak Hipertensi Total P
Hipertensi Value
n % n % n %
Dibawah 4 36,4 7 63,6 11 100
NAB 0,002
Diatas 0 0 38 100 38 100
NAB

Tabel 6 menunjukkan bahwa Supeltas yang berada di titik kerja


dibawah NAB mengalami hipertensi sebanyak 7 orang (63,6%)
sedangkan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (36,3%)
dan yang berada di titik kerja diatas NAB semuanya mengalami
hipertensi (38 orang). Berdasarkan hasil uji menggunakan uji fisher
exact didapatkan nilai p = 0,002 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan

8
bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan
darah pada sukarelawan pengatur lalu lintas kota Surakarta.

4. PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1 Ada hubungan antara iklim kerja panas dengan tekanan darah
pada sukarelawan pengatur lalu lintas kota Surakarta (p value
0,002).
4.1.2 Hasil pengukuran iklim kerja panas menggunakan QUESTemp
°32 Thermal Environment Monitor dan didapatkan hasil ISBB
paling rendah adalah 29,24oC dan yang paling tinggi adalah
32,23oC.
4.1.3 Hasil pengukuran tekanan darah pada Supeltas yang berada di
titik kerja dibawah NAB mengalami hipertensi sebanyak 7
orang (63,6%) sedangkan yang tidak mengalami hipertensi
sebanyak 4 orang (36,3%) dan yang berada di titik kerja diatas
NAB semuanya mengalami hipertensi (38 orang).

4.2 Saran
4.2.1 Sebaiknya pekerja lebih banyak mengonsumsi air ketika
sedang bertugas dengan tujuan untuk mencegah dehidrasi
akibat dari paparan panas selama bekerja.
4.2.2 Sebaiknya pekerja menggunakan waktu istirahatnya dengan
baik seperti beristirahat di tempat yang sejuk dan tidak
merokok.
4.2.3 Sebaiknya Supeltas menggunakan pakaian kerja dari bahan
yang tidak menyebabkan panas seperti pakaian yang bersifat
isolatif terhadap panas seperti wool dan katun.
4.2.4 Tidak dianjurkan makan yang terlalu manis atau yang
mengandung karbohidrat berlebihan, karena akan menahan
cairan melalui ginjal atau keringat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dewi D. (2011). Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada


Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta : Program Studi DIV
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Donoghue, A.M. & G.P. Bates. (2000) The Risk Of Heat Exhaustion at a Deep
Underground Metalliferous Mine In Relation To Body-Mass Index and
Predicted VO2 Max. Occupational Environtmen Journal. Vol. 50 : 4 259-
263.
Kristiyanto, T. (2015). Buku Sejarah Supeltas Polresta Surakarta. Surakarta:
Satlantas Surakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Randell, K. dan M.D. Wexler. (2002). Evaluation and Treatment of Heat-Related
Illnesses. American Family Physician Journal. 1 Mei 2017.
http://www.aafp.org/afp/2002/0601/p2307.html.
Santoso. (2004). Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sugiarto, A. (2011). Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Akibat Terpapar
Tekanan Panas Melebihi Standar di Unit Weaving PT. Dan Liris
Sukoharjo. [Skripsi]. Surakarta : Program DIV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suma’mur, P.K. (2009). Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :
CV Haji Masagung.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Manajnemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja). Surakarta : HARAPAN PRESS.
_______. (2015). Ergonomi Industri Dasar Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta :HARAPAN PRESS.

10
Tawatsupa, B dkk. (2012). Association Between Heat Stress And Occupational
Injury Among Thai Workers: Findings Of The Thai Cohort Study.
Industrial Health Journal.Volume 5 : 1 1-34.
Telan, A. (2012). Pengaruh Tekanan Panas terhadap Perubahan Tekanan Darah
dan Denyut Nadi pada Tenaga Kerja Industri Pandai Besi di Desa
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. [Tesis].
Semarang : Magister Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.

11

Anda mungkin juga menyukai