PENDAHULUAN
utama pada anak di seluruh dunia. Menurut WHO, diare merupakan penyebab
kematian tertinggi pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) dan
ter tinggi pada bayi dan balita Indonesia, yakni sebesar 25-31%. Angka
adalah infeksi, dengan puncak insidens diare terjadi pada usia 6-24 bulan.
etiologinya, diare dibagi menjadi tiga macam, yakni diare cair akut, diare
berdarah akut atau disentri, diare persisten, dan diare pada malnutrisi. Diare
diberikan dan tidak melanjut menjadi diare kronik atau diare persisten.
diperlukan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
1.3. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
etiologinya, diare dibagi menjadi tiga macam, yakni diare cair akut, diare
berdarah akut atau disentri, diare persisten, dan diare pada malnutrisi. Diare
Diare adalah buang air besar tiga kali atau lebih dengan konsistensi
feses cair dan dapat disertai darah. Diare akut didefinisikan sebagai diare yang
berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 14 hari sejak hari pertama diare
muncul. Diare akut dibagi menjadi diare cair akut dan disentri (diare berlendir
dalam satuan jumlah diare dalam satu hari, sedangkan volume diare
dinyatakan menurut perkiraan orang tua dalam satuan mililiter (mL atau cc).
2.2. Epidemiologi
Pada tahun 2000 angka kesakitan diare 301/1000 penduduk, tahun 2003
sebesar 374/1000 penduduk dan tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian karena
diare pada semua umur sebesar 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75
per 100.000 balita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
penyebab kematian balita yang terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia
(15,5%).
2.3. Klasifikasi
Guidelines diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau
dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang
dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
2) Mekanisme patofisiologik
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai
tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh
osmotik antara lumen lumen usus dan cairan ekstrasel. Oleh karena
itu, bila di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan
larutan isotonik, air atau bahan yang larut maka akan melewati mukosa
1) Faktor perilaku
terhadap kuman.
2) Faktor lingkungan
b. Ketersediaan jamban
pembuangan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan
digunakan untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur,
d. Pembuangan sampah
penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik
kesehatan masyarakat.
Di samping faktor risiko tersebut ada beberapa faktor dari penderita
tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangatlah penting.
pendidikan ibu dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan
dehidrasi.
2.5. Etiologi
1) Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus
usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
a. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti Shigella,
b. Virus
c. Parasit
strercoralis.
a. Malabsorbsi
b. Makanan
c. Faktor Psikologis
2.6. Patofisiologi
atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
menimbulkan diare.
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Selain itu, gejala bisa
berupa tinja bayi encer, berlendir atau berdarah, warna tinja kehijauan akibat
2.8. Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu
dihasilkan.
b. Pemeriksaan fisik
atau tidak, mata cekung atau tidak, ada tidaknya air mata, bibir, mukosa
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
c. Pemeriksaan Penunjang
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
kekuragan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
lebih banyak dengan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur,
b. Mengobati dehidrasi
Obat dehidrasi yang cepat dan tepat adalah oralit. Bila dehidrasinya
penderita agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan.
d. Pemberian Zinc
1) Berikan Oralit
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
atau lebih :
b) Mata : Normal
b) Mata : Cekung
lebih:
b) Mata : Cekung
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila
Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-
jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
c. Hipoglikemia
Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau
d. Gangguan gizi
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering
diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
e. Gangguan sirkulasi
Menurut Ngastiyah sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan
.
BAB III
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Diare adalah buang air besar
tiga kali atau lebih dengan konsistensi feses cair dan dapat disertai darah. Diare akut
didefinisikan sebagai diare yang berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 14 hari
sejak hari pertama diare muncul. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus
yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika.
patofisiologiknya yaitu diare sekretorik yang disebabkan oleh infeksi dan diare
osmotic yang disebabkan oleh intoleransi laktosa. Etiologi diare dibagi menjadi 2,
psikologis).
utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya
terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen
yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan
mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan
1. Halim, Ivan, 2015, Pola Tatalaksana Diare Akut pada Anak Usia 1-24 Bulan,
Cermin Dunia Kedokteran, 42 (4)
2. Hannif, Nenny Sri Mulyani, Susy Kuscithawati, 2011, Faktor Risiko Diare
Akut pada Balita, Berita Kedokteran Masyarakat, 27 (1), pp. 10-17
3. Iskandar, William Jayadi dan Sukardi, 2015, Manifestasi Klinis diare Akut
pada Anak di RSU Provinsi NTB Mataram serta Korelasinya dengan Derajat
Dehidrasi. Cermin Dunia Kedokteran, 42 (8).
4. Primayani D. Status gizi pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak
RSUD SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Sari Pediatri 2009; 11:
90-3.
6. WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Jakarta:
WHO Indonesia