Anda di halaman 1dari 20

PROBLEMA DAN SOLUSI STRATEGIS KEKERASAN TERHADAP ANAK

Problema And Strategic Solutions Violence Against Children

Suradi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial RI
Jl. Dewi Sartika Cawang No. 200 Jakarta Timur
mas.soeradi@yahoo.co.id

Diterima: 8 September 2013, Disetujui: 12 Desember 2013

Abstrak
Kekerasan anak di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, meskipun angka pasti tidak
diketahui. Angka kekerasan anak yang dipublikasi merupakan kasus yang dilaporkan ke lembaga pelayanan
sosial, seperti Komisi Nasional Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Kekerasan terhadap anak
terjadi di semua kabupaten / kota, di daerah perkotaan maupun di perdesaan, dan korbannya anak laki-laki
maupun perempuan. Orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat anak adalah pelaku tindak kekerasan
terhadap anak yang angkanya cukup signi kan. Ada dua faktor utama yang mendorong kekerasan terhadap
anak adalah kemiskinan dan hubungan sosial yang tidak baik dalam keluarga maupun di luar keluarga.
Hal ini menggambarkan, bahwa lingkungan sosial anak tidak dapat melindungi hak-hak anak untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan solusi strategis penanggulangan kekerasan
terhadap anak, baik yang bersifat prevensi, rehabilitasi maupun pengembangan kebijakan.

Kata kunci: kekerasan anak, tumbuh kembang anak, solusi strategis.

Abstract
Child abuse in Indonesia tends to increase from year to year, although the exact ôgure is unknown. The
published ôgures of child abuse cases reported to a social services agency, such as the National Commission
on Children and the Indonesian Child Protection Commission. Child abuse occurs in all districts / cities,
in urban and rural areas, and victims are boys and girls. Parents, family and those closest to the child
is the actor acts of child abuse that number is quite signiôcant. The two main factors that child abuse is
poverty and social relationships that are not good in the family and outside the family. This illustrates
that the social environment of the child is not able to protect the rights of children to grow and develop
optimally. Therefore, the strategic solutions required combating child abuse, whether they are prevention,
rehabilitation and development policy.

Keywords: child abuse, child development, strategic solutions.

PENDAHULUAN di Rumah Sakit, Puskesmas, KPAI, kepolisian


Kekerasan anak merupakan fenomena dan lembaga pelayanan dan perlindungan anak.
sosial yang cenderung meningkat, baik secara Sedangkan angka-angka yang sesungguhnya
kuatitatif mau pun kualitatifnya pada dasa masih sulit ditemukan, karena kekerasan anak
warsa terakhir ini. Institusi pemerintah mau pun ini merupakan fenomena gunung es. Banyak
swasta yang bergerak di bidang perlindungan kasus kekerasan anak yang tidak terungkap ke
anak, secara berkala menyajikan angka publik dengan berbagai alasan.
kekerasan anak yang cenderung meningkat.
Berdasarkan publikasi media massa, baik
Namun demikian, angka-angka yang
cetak maupun elektronik, bahwa kekerasan
dipublikasi tersebut masih sebatas kasus yang
anak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
dilaporkan atau yang memperoleh pelayanan
Tindak kekerasan anak tidak hanya terjadi di

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 183


kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil Temuan lapangan tersebut, memberikan
bahkan di perdesaan. Kekerasan anak terjadi gambaran betapa telah terjadi kondisi yang
di lingkungan keluarga dengan status sosial paradoks dalam kehidupan sosial di masyarakat
ekonomi atas, menengah dan bawah (miskin). Indonesia. Temuan Irwanto (dkk) menyadarkan
Hal ini menggambarkan, bahwa di mana pun bagi seluruh masyarakat, bahwa eksistensi
anak berada, mereka berpotensi menjadi korban keluarga telah mengalami kegoncangan
tindak kekerasan. Kondisi ini menimbulkan yang sangat dahsyat, sehingga fungsi dan
paradoks, di mana di satu sisi anak disebut-sebut peranan yang semestinya diemban tidak dapat
sebagai sumber daya manusia masa depan, dan diperankan lagi. Keluarga yang diharapkan
di sisi lain mereka dihadapkan dengan situasi dapat memberikan kasih sayang, rasa tenteram,
yang mengancam masa depan mereka. kedamaian dan kehangatan bagi anak-
anak, dewasa ini menghadirkan situasi yang
Ironisnya, lingkungan sosial yang
sebaliknya.
diharapkan memberikan jaminan perlindungan
anak, seperti keluarga dan sekolah – justru Sesungguhnya Negara dan pemerintah
menjadi lingkungan yang menyumbang angka telah mengembangkan kebijakan, program dan
kekerasan cukup sign kan (KabarJakarta.com kegiatan-kegiatan sebagai langkah-langkah
2012). Dikemukakan Irwanto dari Lembaga untuk memberikan perlindungan terhadap
Penelitian Universitas Atmajaya Jakarta, bahwa anak dari tindak kekerasan. Pada tahun 1974,
kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor
di dalam lingkungan keluarga menduduki porsi 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial
terbesar dalam kasus kekerasan anak-anak usia Anak. Pada tahun 1989, Indonesia merativikasi
3-18 tahun. Sebanyak 80 persen kekerasan yang Kovensi Hak Anak (KHA), dan pada tahun 2002,
menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga diterbitkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
mereka, dan 10 persen terjadi di lingkungan 2002 tentang Perlindungan Anak. Peraturan
pendidikan (NU.Online, 2003). Padahal, perundang-undangan tersebut menggambarkan,
keluarga semestinya menjadi lembaga sosial bahwa negara dan pemerintah Indonesia sejak
pertama dan utama yang memliki peranan 40 tahun silam sudah memberikan respon
sangat sentral dalam memberikan perlindungan terhadap persoalan kekerasan terhadap anak.
terhadap anak. Sebagaimana dikemukakan
Meskipun respon negara dan pemerintah
Soekanto (2004), bahwa keluarga memiliki
sudah cukup besar dalam memberikan
sejumlah peranan, yaitu (1) sebagai pelindung
perlindungan terhadap anak dari tindak
bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota,
kekerasan, realitanya kasus kekerasan terhadap
dimana ketenteraman dan ketertiban diperoleh
anak cenderung mengalami peningkatan dari
dari keluarga tersebut, (2) unit sosial ekonomis
tahun ke tahun. Kasus kekerasan tidak hanya
yang secara materiil memenuhi kebutuhan
terjadi di perkotaan, akan tetapi sudah meluas
anggota-anggotanya, (3) menumbuhkan
di perdesaan. Bahkan beberapa kasus kekerasan
kaidah-kaidah bagi pergaulan hidup, dan (4)
anak memperlihatkan tindak kekerasan yang
merupakan wadah dimana manusia mengalami
dilakukan secara sadis dan diakhiri dengan
proses sosialisasi awal, yakni suatu proses
dimana manusia mempelajari dan mematuhi kematian anak.
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku Pembahasan tentang perlindungan
dalam masyarakat. anak dari kekerasan ini bertujuan untuk

184 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


memberikan kesadaran baru kepada semua WHO mendeÒnisikan kekerasan terhadap
pihak khususnya orang tua, bahwa dewasa ini anak sebagai suatu tindakan penganiayaan
anak-anak menghadapi ancaman untuk tumbuh atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk
kembangnya. Bagaimana pun anak harus menyakiti ¼sik, emosional, seksual, melalaikan
diselamatkan dari situasi yang mengancam pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan komersial yang secara nyata atau pun tidak
perkembangannya. Semua pihak diharapkan dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan
memiliki pemahaman yang sama, bahwa hidup, martabat atau perkembangannya.
anak merupakan penerus cita-cita perjuangan Tindakan kekerasan diperoleh dari orang
bangsa. Sebagimana ditegaskan di dalam yang bertanggung jawab, dipercaya atau
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang berkuasa dalam perlindungan anak tersebut
Perlindungan Anak, bahwa anak adalah tunas, (psychologymania.com, 2012).
potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
Ricard J. Gelles dalam Hurairah (2012).
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis
mengartikan kekerasan anak sebagai perbuatan
dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
disengaja yang menimbulkan kerugian atau
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan
bahaya terhadap anak-anak secara (sik
negara pada masa depan.
maupun emosional. Kemudian Baker dalam
PEMBAHASAN Hurairah (2012), mende(nisikan kekerasan
anak sebagai tindakan melukai yang berulang-
Perspektif Kekerasan Anak ulang secara (sik dan emosional; terhadap anak
Istilah kekerasan secara umum digunakan yang ketergantungan, melalui desakan hasrat,
untuk menggambarkan perilaku, baik yang hukuman badan yang tidak terkendali, degradasi
terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan dan cemoohan permanen atau kekerasan
baik yang bersefat menyerang (offensive) seksual, biasanya dilakukan para orangtua atau
atau bertahan (defensive), yang disertai pihak lain yang seharusnya merawat anak.
penggunaan kekuatan kepada orang lain
(Santoso, 2002). Selanjutnya kekerasan Berdasarkan pengertian tersebut, kekerasan
khusus dilakukan terhadap anak, dide¼nisikan anak di dalamnya meliputi unsur: ucapan
oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan (verbal) dan atau tindakan, bentuk kekerasan:
Penyakit (CDC) Amerika, adalah setiap (sik, psikis, seksual dan sosial; anak sebagai
tindakan atau serangkaian tindakan wali atau korban, pelaku (orang terdekat), situasi anak
kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya ((sik dan emosional anak). Pengetahuan unsur-
yang dihasilkan dapat membahayakan, atau unsur kekerasan anak ini penting, sebagai dasar
berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman melakukan analisis sistem dasar perubahan,
yang berbahaya kepada anak. Sebagian besar dan dalam mengembangkan skema intervensi
terjadi kekerasan terhadap anak di rumah sosial.
anak itu sendiri dengan jumlah yang lebih
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 Tentang
kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
organisasi tempat anak berinteraksi. Ada empat
membedakan kekerasan sebagai berikut:
kategori utama tindak kekerasan terhadap anak,
yaitu pengabaian, kekerasan ôsik, pelecehan 1. Kekerasan (sik adalah perbuatan yang
emosional/psikologis, dan pelecehan seksual mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
anak (wikipedia.org, 2013). luka berat.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 185


2. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang keuntungan orang tuanya atau orang lain.
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa Seperti menyuruh anak bekerja secara
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk seharian dan menjuruskan anak pada
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya
penderitaan psikis berat pada seseorang. belum dijalaninya
3. Kekerasan seksual adalah pemaksaan Pada konteks Indonesia, Badan Pusat
hubungan seksual yang dilakukan terhadap Statistik, Kementerian Pemberdayaan
orang yang menetap dalam lingkup rumah Perempuan dan Perlindungan Anak dan
tangga tersebut; dan (b) pemaksaan Komnas Perlindungan Anak, membedakan jenis
hubungan seksual terhadap salah seorang
kekerasan anak menjadi tiga, yaitu kekerasan
dalam lingkup rumah tangganya dengan
ôsik, psikis dan seksual. Implikasinya pada
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
ketersediaan data anak korban kekerasan pada
tujuan tertentu.
institusi tersebut yang meliputi data korban
Sementara itu, WHO (psychologymania. kekerasan ¼sik, psikis dan seksual.
com, 2012). membedakan kekerasan anak
sebagai berikut: Tindakan kekerasan terhadap anak
berkaitan dengan tingkah seseorang yang
1. Kekerasan ôsik adalah tindakan yang
tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku
menyebabkan rasa sakit atau potensi
di masyarakat. Tingkah laku tersebut dalam
menyebabkan sakit yang dilakukan oleh
perspektif psikologi disebut dengan patologi
orang lain, dapat terjadi sekali atau berulang
kali. Kekerasan ôsik misalnya; dipukul, sosial. Sebagaimana dikemukakan Kartono
ditendang. dijewer/dicubit. (2007), patologi sosial adalah semua tingkah
laku yang bertentangan dengan norma keadilan,
2. Kekerasan seksual adalah keterlibatan
stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak
anak dalam kegiatan seksual yang tidak
milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun
dipahaminya. Kekerasan seksual dapat
berupa perlakuan tidak senonoh dari bertetangga, kebaikan dan hukum formal.
orang lain, kegiatan yang menjurus pada Patologi sosial dalam bentuk tindak
pornograô, perkataan-perkataan porno, dan
kekerasan terhadap anak tersebut akan menjadi
melibatkan anak dalam bisnis prostitusi.
sumber lahirnya masalah sosial. Dikemukakan
3. Kekerasan emosional adalah segala sesuatu Kartono (2007), bahwa masalah sosial itu
yang dapat menyebabkan terhambatnya menunjuk pada:
perkembangan emosional anak. Hal ini
dapat berupa kata-kata yang mengancam/ 1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar
menakut-nakuti anak. atau memperkosa adat-istiadat masyarakat,
4. Kegiatan pengabaian dan penelantaran dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk
adalah ketidakpedulian orang tua atau menjamin kesejahteraan hidup bersama.
orang yang bertanggung jawab atas anak 2. Situasi sosial yang dihadapi oleh
pada kebutuhan mereka, seperti pengabaian sebagian besar warga masyarakat sebagai
kesehatan anak, pendidikan anak, terlalu mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya,
mengekang anak dan sebagainya. dan merugikan orang banyak.
5. Kekerasan ekonomi (eksploitasi komersial) Berdasarkan pemikiran tersebut, bahwa
adalah penyalahgunaan tenaga anak tindak kekerasan terhadap anak merupakan salah
untuk bekerja dan kegiatan lainnya demi satu bentuk dari patalogi sosial dan merupakan

186 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


salah satu bentuk dari masalah sosial. Dimana tersebut diperkuat oleh Kartono (2007),
tindak kekerasan merupakan tingkah laku yang bahwa perkembangan yang sehat pada
melanggar norma dan standar sosial, merugikan anak akan berlangsung, jika kombinasi dari
dan bahkan mengancam kelangsungan hidup fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan
anak. potensialitas kodrati anak bisa mendorong
berfungsinya segenap kemampuan anak.
Lingkungan Sosial Dan Kekerasan Sebaliknya, kondisi sosial menjadi sangat
Lingkungan yang berpotensi mempengaruhi tidak sehat, apabila segenap pengaruh
dan atau berkaitan dengan terjadinya tindak lingkungan merusak bahkan melumpuhkan
kekerasn terhadap anak, dapat dibedakan: potensi psikologis anak. Kedua pendapat
tersebut diperkuat oleh Sanotoso (2010),
1. Lingkungan keluarga dan Sosial
bahwa pengalaman awal keluarga bagi anak
Menurut Gunarso (1992), secara adalah pengaruh sosial yang sangat penting
sosiologis setiap individu akan tumbuh didalam keseluruhan aliran perkembangan
dan berkembang optimal apabila ia anak.
hidup dalam dua lingkungan sosial yang
baik. Ukuran baik ini relatif, tetapi dapat Pemikiran tersebut di atas merupakan
digunakan ukuran-ukuran berdasarkan kondisi ideal yang diharapkan. Namun
pemenuhan kebutuhan, baik yang bersifat demikian transformasi sosial budaya yang
¼ologis-organis dan kebutuhan psikososial. terjadi sangat cepat membawa ekses yang
Atau digunakan ukuran berdasarkan hak- merusak kondisi ideal yang diharapkan
hak dasar anak, yaitu hak kelangsungan tersebut. Sebagimana dilaporkan oleh
hidup, tumbuh kembang, perlindungan Irwanto di atas, bahwa 80 persen tindak
dan partisipasi (lihat KHA). Secara garis kekerasan terhadap anak dilakukan oleh
besar lingkungan sosial bagi anak dibagi orang-orang terdekat. Ini merupakan
menjadi dua, yaitu lingkungan keluarga dan realita yang seringkali terjadi di dunia
lingkungan dimana individu melakukan empiris dewasa ini. Dimana orang-orang
akti¼tas, seperti lingkungan bermain dan terdekat yang mestinya membantu anak
lingkungan sekolah. untuk memperoleh kebutuhan dan hak-hak
dasarnya, justru yang terjadi sebaliknya.
Lingkungan keluarga dan lingkungan Mereka menghacurkan masa depan anak-
dimana anak melakukan akti¼tas, merupakan anak yang menjadi tanggung jawabnya.
faktor yang menentukan perkembangan
anak di samping faktor yang berasal Berdasarkan laporan Unicef dan KPAI
dari dalam diri anak itu sendiri (faktor (2007), sekurang-kurangnya ada enam
bawaan). Besarnya pengaruh lingkungan lingkungan sosial yang potensial melakukan
sosial terhadap tumbuh kembang anak tindak kekerasan terhadap anak. Selain
ini dijelaskan oleh Munandar (Suradi, lingkungan keluarga, tindak kekerasan
2009), bahwa anak dapat tumbuh dengan terhadap anak dilakukan oleh famili, teman
kecerdasan, kreativitas dan kemandirian, sekolah, guru, orang dewasa lain dan teman
kesemuanya itu sangat tergantung bermain anak. Lingkungan sosial yang
bagaimana suatu keluarga dan lingkungan potensial menimbulkan tindak kekerasan
bermain anak mampu melaksanakan peranan terhadap anak dapat digambarkan sebagai
dan fungsinya secara optimal. Pendapat berikut:

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 187


Gambar 1. Lingkungan sosial yang potensial melakukan tindak kekerasan terhadap anak.
2. Lingkungan Kebijakan 1. Setiap anak berhak atas perlindungan
Kekerasan anak dari tahun ke tahun oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
dan negara.
cenderung mengalami peningkatan, dan
meluas di seluruh wilayah Indonesia, 2. Setiap anak sejak dalam kandungan
baik di kota besar maupun kota kecil berhak untuk hidup, mempertahankan
dan perdesaan. Situasi tersebut sudah hidup, dan meningkatkan taraf
sangat mengkhawatirkan, mengingat anak kehidupannya; dan setiap anak sejak
kelahirannya. berhak atas suatu nama
adalah sumber daya manusia dan generasi
dan status kewarganegaraan.
penerus masa depan pembangunan bangsa.
Merespon situasi anak Indonesia tersebut, 3. Setiap anak berhak untuk mendapatkan
negara dan pemerintah telah menerbitkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan ¼sik atau mental. penelantaran.
peraturan perundang-undangan dalam
perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
rangka menjamin kelangsungan hidup
selama dalam pengasuhan orang tua atau
dan tumbuh kembang anak. Sebagaimana
walinya, atau pihak lain manapun yang
diuraikan terdahulu, ada sejumlah peraturan bertanggungjawab atas pengasuhan.
perundang-undangan yang diterbitkan
4. Setiap anak berhak untuk memperoleh
oleh Negara dan Pemerintah dalam rangka
per1indungan dari kegiatan eksploitasi
memberikan perlindungan terhadap anak.
ekonomi dan setiap pekerjaan yang
Salah satunya adalah Undang-Undang membahayakan dirinya, sehingga dapat
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi mengganggu pendidikan, kesehatan
Manusia, dimana pada Pasal 52 sampai ¼sik, moral. kehidupan sosial, dan
dengan Pasal 66 mengatur hak-hak anak mental spiritualnya.
sebagai berikut:

188 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


5. Setiap anak berhak untuk memperoleh kemanusiaan; suatu nama sebagai identitas
perlindungan dari kegiatan eksploitasi diri dan status kewarganegaraan; beribadah
dan pelecehan seksual, penculikan, menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi;
perdagangan anak, serta dari berbagai mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan
bentuk penyalahgunaan narkotika, diasuh oleh orang tuanya sendiri; pelayanan
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. kesehatan dan jaminan sosial; pendidikan
6. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan dan pengajaran; menyatakan dan didengar
sasaran penganiayaan, penyiksaan, pendapatnya, menerima, mencari, dan
atau penjatuhan hukuman yang tidak memberikan informasi; beristirahat dan
manusiawi. memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
Agar setiap anak kelak mampu memikul anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan
tanggung jawab tersebut, maka ia perlu berkreasi; rehabilitasi, bantuan sosial, dan
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial;
untuk tumbuh dan berkembang secara perlindungan dari perlakuan diskriminasi,
optimal, baik ¼sik, mental maupun sosial, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual,
dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan
perlindungan serta untuk mewujudkan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan
kesejahteraan anak dengan memberikan salah lainnya; memperoleh perlindungan
jaminan terhadap pemenuhan hakhaknya dari penyalahgunaan dalam kegiatan
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata,
Ditegaskan di dalam Undang-Undang Nomor pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan
23 Tahun 2002, bahwa ada sekolompok anak dalam peristiwa yang mengandung unsur
Indonesia yang memerlukan perlindungan kekerasan, dan pelibatan dalam peperangan;
khusus. Perlindungan khusus dimaksud perlindungan dari sasaran penganiayaan,
adalah perlindungan yang diberikan penyiksaan, atau penjatuhan hukuman
kepada anak dalam situasi darurat, anak yang tidak manusiawi serta memperoleh
yang berhadapan dengan hukum, anak dari kebebasan sesuai dengan hukum; perlakuan
kelompok minoritas dan terisolasi, anak secara manusiawi, bantuan hukum dan
yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ keadilan.
atau seksual, anak yang diperdagangkan,
Kemudian, negara dan pemerintah
anak yang menjadi korban penyalahgunaan
menerbitkan Undang-Undang Nomor
narkotika, alkohol, psikotropika, dan
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
zat adiktif lainnya (napza), anak korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Di
penculikan, penjualan, perdagangan, anak
dalam undang-undang tersebut ditegaskan
korban kekerasan baik ¼sik dan/atau mental,
bahwa perlindungan harus dilakukan
anak yang menyandang cacat, dan anak
terhadap siapun yang terancam rasa
korban perlakuan salah dan penelantaran.
amanya untuk menjalani kehidupan sehari-
Sejumlah hak yang perlu diberikan hari. Ditegaskan, bahwa perlindungan
kepada anak-anak Indonesia sebagimana adalah segala upaya yang ditujukan untuk
diatur di dalam Undang-Undang Nomor memberikan rasa aman kepada korban
23 Tahun 2002, yaitu hidup, tumbuh, yang dilakukan oleh pihak keluarga,
berkembang, dan berpartisipasi secara advokat, lembaga sosial, kepolisian,
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 189


baik sementara maupun berdasarkan Kekerasan Anak Dalam Angka
penetapan pengadilan. Undang-undang ini Data resmi yang dikeluarkan pemerintah
relevan dengan fakta empiris sebagaimana tentang jumlah anak korban tindak kekerasan
diuraikan terdahulu, bahwa sebagian besar terkini belum ada. Sejak tahun 2006, BPS
kasus kekerasan anak dilakukan oleh orang belum melakukan pendataan lagi tentang
terdekat dan sebagian oleh orangtua anak. korban tindak kekerasan. Pada tahun
Kemudian terdapat beberapa respon 2013, Kementerian Sosial, Kementerian
negara atau Kementerian/Lembaga untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
memenuhi hak anak dan memberikan Anak, BPS dan Unicef melakukan SURVEY di
perlindungan bagi anak terhadap tindak 25 provinsi di Indonesia. Diharapkan hasil dari
kekerasan.misalnya: kebijakan tentang survey ini akan menjadi dasar pengembangan
RSPA (rumah perlidungan sosial anak( kebijakan perlindungan anak di masa depan.
sebagai bagian dari program rehabilitasi Berkenaan dengan itu, untuk keperluan karya
bagi anak yang memerlukan perlindungan tulis ini, akan disajikan data anak korban tindak
khusus, termasuk anak yang mendapatkan kekerasan berdasarkan data kasus yang ada di
kekerasan dan penelantaran, dan sebagai lembaga perlindungan dan pelayanan anak.
implementasi dari UU No 23/2002. Pada tahun 2012. Komisi Nasional
Pendirian LPA (lembaga perlindungan Perlindungan Anak (Komnas PA), menyatakan
anak) di beberapa provinsi adalah salah satu sebagai tahun “kiamat” bagi anak Indonesia.
respon pemerintah untuk melindungi anak Data akhir tahun Komnas PA menunjukkan
dan merespon terhadap tidak kekerasan yang angka statistik yang memprihatinkan. Sebanyak
terjadi pada anak. SDC (social development 10.105.230 anak Indonesia menjadi korban
centre) untuk merespon penelantaran pada pelanggaran pada perlindungan khusus. yakni
anak, panti rehabilitasi dan panti sosial kekerasan, anak berhadapan dengan hukum,
lainnya peerlu menjadi pertimbangan dan narkoba, rokok, pembuangan bayi termasuk
sebagai respon negara /pemeerintah dalam penelantaran dan penculikan, perdagangan
menangani kasus-kasus tindak kekerasan anak, pencandu pornogra¼ dan seks bebas,
dan penelantaran, PPT (pusat pelayanan anak menjadi korban bunuh diri, pernikahan
terpadu) di beberapa RS Kepolisian, unit dini, serta pekerja anak.
PPA (pelayanan perempuan dan anak) pada
kantor polisi (polsek) setiap provinsi. Khusus berkenaan dengan data kekesan
anak tersebut menunjukkan ¼uktuasi, tetapi
secara kuantitatif masih cukup besar. Pada tiga
tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 – 2012
data anak korban kekerasan sebagaiu berikut:
Tabel 1. Data Anak Korban Kekerasan Tahun 2010 – 2012
Jumlah Korban Jumlah Korban
Total Korban
TAHUN Kekerasan Seksual Kekerasan Lainnya
(orang)
(% ) (% ) *)
2010 2.426 42 58
2011 2.509 58 42
2012 2.367 48 52
Sumber: Komnas Perlindungan Anak, 2012.

190 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Pada data anak korban kekerasan tahun incest sebanyak 17 kasus yang dilakukan ayah
2012 Komnas PA memiliki data bahwa anak kandung. Dari 819 anak korban kekerasan ¼sik
yang menjadi korban kekerasan sebanyak 2.637 tersebut, sebanyak 157 diantaranya meninggal
anak. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.526 dunia.
anak korban kekerasan seksual, kekerasan
Pada semua kasus kekerasan anak, sebagian
¼sik sebanyak 819 anak dan kekerasan psikis
besar pelakunya adalah orang terdekat mulai
sebanyak 743 anak. Dari jumlah 2.637 anak
dari ayah kandung atau ayah tiri, ibu kandung
yang mengalami kekerasan itu, sebanyak
atau ibu tiri, ibu asuh, guru, paman, teman, dan
1.657 merupakan anak perempuan dan 980
pacar. Dalam catatan Komnas PA, untuk tahun
merupakan anak laki-laki. Dari 1.075 kekerasan
2012 dari 2.637 kasus kekerasan pada anak,
seksual yang dialami anak, dilakukan dalam
jumlah pelaku kekerasan tertinggi dilakukan
bentuk sodomi sebanyak 241 kasus, perkosaan
oleh ayah tiri. Data kekerasan anak dilihat dari
anak 549 kasus, pencabulan 223 kasus, serta
pelaku dan jenis kekerasan sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pelaku dan Jenis Kekerasan Tahun 2012
Jenis Kekerasan (orang) Jumlah
Pelaku
Fisik Psikis Seksual (orang)
Ayah Tiri 91 6 129 226
Ayah Kandung 86 20 17 123
Ibu Kandung 32 - - 32
Lainnya (ibu tiri, ibu asuh,
- 717 - 717
guru, paman, teman, pacar)
Sumber: Komnas Perlindungan Anak, 2012.
Data kekerasan anak yang juga sudah 1. Pembuangan, penelantaran dan penculikan
mencemaskan adalah kekerasan yang terjadi Pembuangan, penelantaran, dan
di sekolah yang dilakukan oleh guru maupun penculikan anak terjadi 162 kasus
teman sekolah. Berdasarkan hasil survei pembuangan bayi yang terdiri dari 87 laki-
KPAI tahun 2012 di 9 propinsi terhadap lebih laki dan 75 wanita. Ironisnya, 129 bayi
dari 1000 orang siswa siswi, baik dari tingkat ditemukan tak bernyawa. Anak telantar
Sekolah Dasar/MI, SMP/mts, maupun SMA/ 4,8 juta dan 12,3 juta hampir terlantar.
ma, menunjukan 87,6 persen siswa mengaku Sebanyak 2,5 juta dari 4,8 juta adalah
mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan korban kekerasan seksual dan 232.000 lain
¼sik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, menjadi anak jalanan.
dibentak, dihina, diberi stigma negatif hingga 2. Perdagangan dan Ekspoitasi Seksual
dilukai dengan benda tajam. Dan sebaliknya Anak korban perdagangan demi
78,3 persen anak juga mengaku pernah tujuan eksploitasi seksual komersial juga
melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang mengalami peningkatan pada tahun 2012.
ringan sampai yang berat (radioaustralia.net. Tercatat, 673 kasus terjadi, naik dari tahun
au, 2012). 2011, yakni 480 kasus. Jejaring sosial pun
kerap digunakan para pelaku untuk menjerat
Selain data anak korban kekerasan, Komnas
anak-anak untuk diperdagangkan. Kasus
PA juga memiliki data anak korban pelanggaran
pornogra¼ juga masih marak pada 2012.
pada perlindungan khusus tahun 2012, yang
berpotensi menjadi korban kekerasan. yaitu:

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 191


3. Pekerja Anak d. Belum mencapai kematangan ôsik,
Pekerja anak terdapat sekitar 1,5 juta emosi maupun sosial terutama mereka
anak yang menjadi pekerja pada usia 5-17 yang mempunyai anak sebelum berusia
tahun. Sebagian bekerja dengan jam kerja 20 tahun.
panjang dan kerap bersentuhan dengan e. Pecandu minuman keras dan narkoba.
kondisi berbahaya yang menghambat 2. Faktor lingkungan sosial/komunitas
tumbuh kembang anak.
Faktor lingkungan sosial yang dapat
Mencermati data anak-anak korban menyebabkan kekerasan dan penelantaran
kekerasan dan pelanggaran pada perlindungan terhadap anak diantaranya:
khusus, maka Komans PA menegaskan a. Kemiskinan dalam masyarakat dan
tahun 2012 merupakan tahun ‘Kiamat’ Anak tekanan nilai materialistis.
Indonesia. Penegasan Komnas PA tersebut b. Kondisi sosial ekonomi yang rendah.
cukup beralasan karena pada tahun 2012, lebih
c. Nilai dalam masyarakat bahwa anak
10 juta anak Indonesia mengalami ancaman
adalah milik orangtua sendiri.
dan bahkan kehancuran untuk memperoleh hak
hidup dan kelangsungan hidupnya. Kemudian, d. Status wanita yang dipandang rendah.
merespon data kekerasan seksual dimana anak e. Sistem keluarga partiarkal.
sebagai korban, Komnas PA menegaskan f. Nilai masyarakat yang terlalu
bahwa tahun 2013 merupakan tahun “Darurat” indiviualistis.
kekerasan seksual. Situasi tersebut merupakan
Selain berbagai faktor tersebut, media
keprihatinan yang mendalam bagi seluruh
massa (terutama elektronik) yang berulangkali
bangsa Indonesia, karena negara dan pemerintah
menayangkan acara atau game kekerasan juga
belum berhasil mengembangkan kebijakan
merupakan faktor lingkungan yang mendorong
sosial untuk mewujudkan kesejahteraan anak
terjadinya tindak kekerasan pada anak
Indonesia.
(Firmansyah, 2013). Artinya, bahwa kemajuan
Sebab Dan Dampak Kekerasan Anak teknologi informasi yang terjadi dewasa ini
sudah mengganggu dan bahkan mengancam
Kekerasan terhadap anak terjadi disebabkan
tumbuh kembang dan masa depan anak-anak.
oleh berbagai faktor. Rusmil dalam Hurirah,
2012, mengemukakan ada beberapa faktor yang 3. Faktor anak itu sendiri
menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap Faktor yang berasal dari anak yaitu:
anak, yaitu: a. Penderita gangguan perkembangan,
1. Faktor orangtua/keluarga menderita penyakit kronis disebabkan
ketergantungan anak kepada
Faktor-faktor yang menyebabkan
lingkungannya.
orangtua melakukan tindak kekerasan
terhadap anak adalah: b. Perilaku yang menyimpang pada anak.
a. Praktik budaya yang merugikan anak, Kekerasan yang terjadi pada anak biasanya
seperti budaya kepatuhan anak kepada tidak bersifat tunggal. Seorang anak yang
orang tua dan hubungan asimetris. menjadi korban kekerasan ôsik, ia juga sebagai
b. Dibesarkan dengan penganiayaan. korban kekerasan psikis. Biasanya, kekerasan
ôsik diawali dan didikuti dengan kekerasan
c. Gangguan mental.
psikis. Kemudian kekerasan seksual, biasanya

192 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


diawali dan atau diikuti dengan kekerasan ôsik dalam mendidik anak juga berpengaruh terhadap
dan kekerasan psikis. Kekerasan anak tersebut perilaku dan tumbuh kembang anak di kemudian
menimbulkan dampak langsung atau setelah hari. Sebuah penelitian mengenai kekerasan
kejadian kekerasan. terhadap anak yang dilakukan oleh Tulane
University, Amerika Serikat, memaparkan
Hasil penelitian di Kanada menunjukkan,
fakta bahwa anak-anak berusia tiga tahun yang
bahwa kekerasan ôsik berdampak pada
sering mengalami kekerasan secara ¼sik dari
korbannya, yakni risiko terserang kanker di
orangtuanya akan bersikap lebih agresif saat
usia dewasa. Para ahli dari Universitas Toronto,
sang anak menginjak usia lima tahun. Perilaku
Kanada menyimpulkan 49 persen orang dewasa
agresif tersebut akan meningkat sejalan dengan
yang terserang kanker kebanyakan mengalami
lebih seringnya kekerasan yang dialaminya
kekerasan ¼sik. Kekerasan ¼sik ternyata tak
(Melindacare, 2012).
hanya menimbulkan trauma psikologis, tapi juga
berdampak kepada kesehatannya. Anak-anak Hasil penelitian lain menunjukkan, bahwa
korban kekerasan ¼sik beresiko terserang kanker seorang suami yang semasa kecilnya mendapat
di usia dewasa (Unesa, 2012). Selanjutnya, hasil perlakuan kekerasan dari orang tuanya, tiga
penelitian Murray Strauss seorang peneliti dari kali lipat lebih berpotensi melakukan kekerasan
New Hampshire University, Amerika Serikat pada istrinya dibandingkan suami yang tidak
terhadap 1.510 anak, baik yang mendapatkan mendapat pelakuan kekerasan semasa kanak-
perlakuan kasar dari orangtuanya maupun tidak. kanaknya.Tindak kekerasan pada anak akan
Semua anak tersebut menjalani tes IQ pada saat menyebabkan masalah emosional dan tingkah
memulai penelitian dan pada akhir penelitian. laku pada anak. Misalnya rasa minder untuk
Berselang 4 tahun kemudian atau di akhir berinteraksi dengan masyarakat, kurang
penelitian, Murray mendapatkan hasil, bahwa percaya diri, terlalu menyalahkan diri sendiri
anak-anak yang tidak mengalami kekerasan di dan lebih mudah melakukan kekerasan
rumahnya mengalami peningkatan IQ antara pada teman sebayanya dan merusak barang-
2,8 hingga 5 poin. Sementara itu, IQ anak-anak barang ketika marah. Kekerasan pada anak
yang mengalami kekerasan cenderung statis dan menyebabkan trauma. Traumatis ini muncul
kesulitan untuk mengikuti jenjang pendidikan karena rasa takut yang berlebihan dan kondisi
yang lebih tinggi. Penelitian lain dilakukan terancam yang dialami anak. Kekerasan pada
oleh Duke University, Amerika Serikat, yang anak dalam masa pertumbuhan menyebabkan
memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Hasil perubahan pada pegorganisasian fungsi otak,
penelitian di Duke menunjukkan, bahwa anak- sehingga dimasa depannya anak akan lebih
anak balita yang sering mendapatkan perlakuan mudah mengalami stres. Kekerasan pada
kasar cenderung memiliki IQ yang rendah. anak mempengaruhi kemampuan anak untuk
Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak berpikir dan menyelesaikan masalah. Keadaan
berumur satu tahun yang mengalami kekerasan ini akan melekat secara permanen hingga anak
dari orangtuanya tersebut ternyata membuat dewasa. Luka (sik tidak dapat dihindarkan
mereka memiliki kemampuan kognitif yang dari tindak kekerasan pada anak. Bahkan tidak
lebih rendah setelah kembali diteliti dua tahun sedikit kasus yang berujung pada hilangnya
kemudian dibandingkan dengan anak-anak nyawa. Luka ôsik ini tidak begitu berarti
yang tidak mendapatkan perlakuan kasar. Selain dibandingkan luka yang membekas pada
dalam hal IQ, ternyata perlakuan kasar orangtua perasaan anak. Sampai kapanpun, luka tersebut

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 193


akan diingat dan mempengaruhi karakter anak batu, ibaratnya “bom” yang siap meledak
(perkembanganbayi.net, 2012). apabila ada pemicunya. “ledakan bom”
ini akan membawa kerusakan yang luar
Selanjutnya, Family Development Center biasa. Jadi akar dari semua tindakan
(2009) menguraikan beberapa dampak negatif kekerasan dimasyarakat,seperti
kekerasan terhadap anak, yaitu: kriminalitas, kon¼ik, dan perang adalah
adanya tradisi kekerasan terhadap anak.
1. Menumpulkan hati nurani
p. Membuat anak rendah diri/minder.
a. Menghambat perkembangan moral
anak. q. Ketika anak dicaci maki atau dipukul,
maka pesan yang ditangkap anak
b. Membuat anak melakukan kekerasan
adalah “kamu adalah anak yang tidak
juga.
berharga,memalukan, sehingga aku
c. Meningkatkan perilaku kenakalan. muak dengan kamu”maka anak akan
d. Membuat anak senang mengejek dan merasa ditolak oleh orang tuanya. Suatu
menindas yang lemah. saat anak akan terjebak rayuan yang
e. Merusak kesehatan jiwa anak. menghilangkan perasaan rendah dirinya:
gang remaja, terlibat perkelahian, ingin
f. Sering menghayal jadi tokoh jahat dalam menjadi jagoan, kecanduan alkohol dan
TV, game atau ¼lm. narkoba, ketidak stabilan emosi,mudah
g. Senang menonton tayangan tentang sedih,tidak mampu menghadapi
kekerasan. tekanan, mudah tersinggung dan
h. Merusak hubungan antara orang tua dan marah,selalu khawatir, was-was, penuh
anak. curiga, menarik diri dari pergaulan,tidak
dapat bersifat hangat,tidak dapat
i. Membuat anak terlibat perbuatan
mengekspresikan diri.
criminal.
2. Menimbulkan kelainan perilaku seksual
j. Cenderung melestarikan sikap kekerasan
kepada generasi berikutnya, dengan Pemukulan pada daerah “bokong” anak
dalih disiplin, mendidik. dapat menumbuhkan perasaan nikmat
seksual secara dini. Mereka tidak dapat
k. Memasuki bidang-bidang pekerjaan
mengerti mengenai perasaan tersebut.
yang melibatkan perilaku kekerasan.
Setelah dewasa mereka melakukan
Mudah percaya atau termakan
proopaganda. keanehan seksual ini biasanya mereka
mencari pelacur. Selain itu anak korban
l. Sikap patuh secara berlebihan kepada
pemukulan merasa dirinya tidak berharga,
pemimpin (atasan), tetapi akan menindas
karena terbiasa merasa sakit karena pukulan,
yang lemah.
anak-anak ini akan mudah menyerahkan
m. Sering tidak mengerti hubungan antara tubuhnya untuk diperlakukan secara tidak
sikapnya yang keras terhadap pihak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah
yang lemah, karena perasaan menderita menjadi korban phedhophyl.
akibat kekerasan ini tersimpan dalam
3. Mengganggu pertumbuhan otak anak
alam bawah sadarnya.
Para kriminal dan pelaku kekerasan
n. Membuat anak gemar melakukan teror
memang mempunyai batang otak dan
dan ancaman.
otak tengah dominan, bagian otak ini
o. Anak yang hatinya mengeras seperti disebut otak reptil, dimana sifat hewani

194 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


berasal, sedangkan otak limbic (emosi/ yang dapat dayagunakan dalam upaya
cinta) dan korteks (berpikir) lemah, dan prevensi kekerasan terhadap anak, yaitu:
pertumbuhan otak ini sangat dipengaruhi
a. Keluarga
lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran para orang tua dan guru untuk Keluarga yang dimaksud di sini
selalu menciptakan emosi positif bagi anak. bukan hanya keluarga dalam pengertian
Ingat pada usia 5 tahun pertumbuhan otak keluarga inti (nucleur family), tetapi
mencapai 90 persen dan pada usia 8 tahun juga keluarga dalam pengertian keluarga
mencapai 100 persen. luas (extended family). Keluarga
sebagai lingkungan pertama bagi setiap
4. Membuat prestasi belajar anak rendah
orang, akan memberikan berbagai jenis
Anak yg sering mendapat kekerasan kebutuhan bagi seseorang, baik úsik-
di rumah, biasanya senang melakukan organis maupun psiko-sosial seperti
keonaran dan cenderung berkumpul dengan dukungan emosional, kasih sayang,
teman-teman yang memiliki kesamaan. nasehat, informasi dan perhatian. Selain
Hasil studi yang melibatkan 960 anak pemenuhan kebutuhan yang bersifat
di USA menunjukkan IQ yang lebih dometik, kelurga perlu memilihkan
rendah akibat pemukulan oleh arang tua. teman bagi anak, dan atau memantau
Sebaliknya, dengan cara berdiskusi dan pertemanan anak. Prinsipnya anak
menganalisa suatu masalah dengan anak, mendapatkan teman yang aman, nyaman
maka anak lebih banyak berpikir menjadi dan mendukung tumbuh kembang.
kritis dan pandai. Ikatan kekerabatan perlu aktualisasikan
kembali untuk dilembagakan nilai dan
Solusi Strategis
norma kekeluargaan dan kepedulian
Intervesi sosial merupakan sebuah konsep sosial.
yang digunakan dan atau dikembangkan di
b. Institusi Pendidikan
dalam praktik pekerjaan sosial, baik pada
pendekatan mikro, masso maupun makro. Institusi pendidikan yang dimaksud
Intervensi sosial adalah serangkaian kegiatan mencakup sekolah negeri, swasta dan
yang dilakukan secara sistematis dan terencana pondok pesantren. Institusi-institusi
ini sesuai dengan peranannya telah
oleh pekerja sosial dalam pemecahan masalah
menyelenggarakan proses pendidikan,
sosial, peningkatan keberfungsian sosial orang,
baik dalam kaitannya dengan aspek
perluasan aksesibilitas sosial dan pengembangan
kognitif, afektif maupun psikomotorik
potensi dan sumber-sumber kesejahteraan
anak didik. Namun masih diperlukan
(Adi, 2008). Berdasarkan pembahasan di atas,
materi pelayanan atau mata kuliah
intervensi sosial dalam penanganan kekerasan
yang bermuatan moral dan kepribadian.
anak, deskripsikan sebagai berikut:
Anak didik perlu diberikan ruang untuk
1. Prevensi mendiskusikan hal-hal yang berkaitan
dengan kondisi, permasalahan dan
Prevensi merupakan serangkaian
seluk beluk yang berkaitan dengan
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
kesejahteraan sosial anak.
terjadinya kekerasan terhadap anak, baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan c. Lembaga Kesejahteraan Sosial
luar keluarga, seperti di lingkungan sosial Upaya prevensi dilakukan oleh
dan bermain anak. Berbagai sistem sumber Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 195


lokal, baik yang tumbuh secara alamiah mencegah tindak kekerasan terhadap anak.
di tingkat lokal (kelompok agama, Menurut hemat penulis, Kementerian Sosial
rukun lingkungan, paguyuban dan lain- cq Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak
lain), maupun yang tumbuh dari inisiasi perlu mengambil peranan sebagai pihak
pemerintah (Posyandu, PAUD, Dasa yang menginisiasi terbentuknya jaringan
Wisma, Family Care Unit dan lain-lain). kerja antara sistem sumber tersebut. Unit
Berbagai LKS tersebut memerlukan kerja ini dapat menawarkan model-model
sebuah media agar potensi dan sumber atau skema pencegahan tindak kekerasan
daya yang dimiliki dapat disinergikan, terhadap anak kepada jaringan kerja
sehingga memberikan hasil yang lebih tersebut.
optimal. LKS yang ada di akar rumput
perlu diberikan kesempatan yang Mencegah berarti segala upaya yang
luas sebagai media pertolongan bagi dilakukan agar suatu tindakan terentu atau
anak, remaja dan orang dewasa yang risiko dari suatu tindakan tidak akan terjadi.
berpotensi menjadi korban, pelaku atau Sehubungan dengan bahasan dalam tulisan
pemicu terjadinya tindak kekerasan. ini, mencegah berarti mengoptimalkan
d. Institusi Peradilan fungsi dan peranan sistem sumber yang
ada di masyarakat maupun di instansi
Institusi hukum sesungguhnya
pemerintah, sehingga tindak kekerasan
merupakan aras ketiga yang diperlukan
terhadap anak tidak terjadi.
dalam mewujudkan kesejahteraan
anak, serelah keluarga dan masyarakat. Selain setiap sitem sumber melaksanakan
Ketiga keluarga dan masyarakat sudah program-program secara parsial sesuai
tidak berdungsi dalam mengendalikan dengan tugas pokok dan fungsinya, maka
perilaku masyarakat, maka diperlukan perlu dikembangkan jaringan kerja antara
pendekatan secara hukum melalui sistem sumber tersebut, misalnya digunakan
instir-tusi peradilan. Permasalahnnya, nama: kelompok kerja atau forum
bahwa hukuman terhadap pelaku komunikasi atau komunitas peduli anak dan
tindak kekerasan terhdaap anak, saat sebagainya. Apapun nama jaringan kerja
ini dinilai belum memberikan efek jera itu, yang paling penting adalah adanya aksi
kepada pelaku maupun orang-orang
bersama pada sistem sumber tersebut secara
yang potensial menjadi pelaku. Hal
terencana dan berkesinambungan.
ini disebabkan, ada kecenderungan
hukuman pidana yang dikenakan Berdasarkan kelembagaan yang menjadi
terhadap pelaku tindak kekerasan sistem sumber prevensi tindak kekerasan
terhadap anak menggunakan referensi terhadap anak, maka strategi yang perlu
KUHP dan belum sepenuhnya dikembangkan adalah:
menggunakan Undang-Undang
a. Optimalisasi Penyuluhan Sosial
Perlindungan Anak.
Penyuluhan sosial untuk mencegah
Sistem sumber tersebut ada di tengah- tejadinya tindak kekerasan terhadap anak
tengah masyarakat. Persoalannya, dijadikan gerakan nasional. Sehubungan
bagaimana sistem sumber tersebut dapat dengan itu, semua orang secara individu,
didekatkan dengan dunia anak, sehingga kelompok dan komunitas memiliki
mampu menjadi sistem sumber bagi upaya tugas untuk melakukan penyuluhan

196 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


sosial tersebut. Khusus di lingkungan a. Sistem Dasar Perubahan
Kementerian Sosial, terdapat satuan Ada beberapa pihak yang tidak
kerja yang memiliki kegiatan yang dapat dilepaskan dalam intervensi sosial
berkaitan dengan penyuluhan sosial dalam penanganan kekerasan anak, yang
untuk kegiatan prevensi ini, yaitu merupakan system dasar perubahan.
Pusat Penyuluhan Sosial, Direktorat Pihak-pihak tersebut, yaitu anak,
Kesejahteraan Sosial Anak, Sub keluarga, teman dekat, masyarakat dan
Direktorat Ketahanan Sosial Keluarga negara/pemerintah serta pekerja sosial,
dan Sub Direktorat Pemberdayaan psikolog dan lembaga pelayanan sosial.
Keluaraga. Berkaitan dengan itu Pihak-pihak tersebut sekaligus menjadi
diperlukan sinergitas pada satuan-satuan unsur dalam sistem dasar perubahan
kerja tersebut dalam upaya optimalisasi pada praktik pekerjaan sosial (Suradi,
prevensi terjadinya kekerasan terhadap 2005), yaitu:
anak.
1) Sistem penerima manfaat (client
b. Optimalisasi peranan Lembaga system), yaitu anak korban kekerasan
Konsultasi Kesejahteraan Keluarag
2) Sistem sasaran/target (target
(LK3), Family Care Unit (FCU)
system), yaitu orang tua/keluarga,
dan Lembaga Kesejahteraan Sosial
teman dekat dan orang-orang yang
lokal yang diorganisasikan melalaui
secara sosial-psikologis mampu
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
memberikan dukungan dalam proses
Masyarakat (WKSBM). Potensi dan
rehabilitasi sosial.
sumber kesejahteraan sosial (PSKS)
merupakan program yang diinisiasi oleh 3) Sistem kegiatan (action system),
Kementerian Sosial RI. LK3 memiliki yaitu masyarakat, instansi
wilayah kerja pada tingkat kabupaten/ pemerintah sektoral, lembaga
kota, sementara itu FCU dan WKSBM pelayanan sosial
memiliki wilayah kerja pada tingkat 4) Sistem pelaksana kegiatan (change
desa/kelurahan. Pada tahun 2013 ini agen system), yaitu pekerja sosial
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan profesional, psikolog, dan psikiater.
Kelembagaan Sosial mengembangkan Sistem dasar perubahan tersebut
kebijakan yang diarahkan untuk harus dapat diidentiôkasi dengan
mengoptimalkan peranan PSKS tersebut benar dan tepat. Hal ini dikarenakan
melalui penataan manajemen program. keberadaan dan keterlibatan mereka
Pada beberapa kali FGD yang dilakukan
dalam proses rehabilitasi sosial, sangat
(yang diikuti penulis), tindak kekerasan
menentukan tujuan pemulihan pada
terhadap anak ini belum menjadi isu
korban. Dalam hal ini, pekerja sosial
penting. Padahal, posisi PSKS tersebut
profesional merupakan pihak yang
sangat tersebut, terutama FCU dan
memiliki peran utama untuk menentukan
WKSBM yang berada di akar rumput,
sistem dasar tersebut. Pekerja sosial
karena mudah dijangkau, murah dan
tidak birokratis sebagai penyedia dengan kompetensinya memetakan
pelayanan sosial bagi masyarakat. Oleh unsur-unsur yang masuk ke dalam
karena itu, ke depan perlu optimalisasi sistem dasar tersebut. Ketidakcermatan
peranan PSKS tersebut. dalam menentukan unsur-unsur dalam
sistem dasar, maka sangat berpotensi
2. Rehabilitasi

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 197


tujuan pemulihan tidak akan tercapai, memiliki kedekatan secara psikis juga
dan bahkan berpotensi menimbulkan dapat dihadirkan bertemu anak untuk
permasalahan baru yang semakin memberikan dukungan mental.
memperburuk situasi mental korban. Proses rehabilitasi sosial ini
b. Tindakan Rehabilitasi memerlukan waktu yang lama, sangat
Rehabilitasi sosial merupakan tergantung pada berat ringannya akibat
rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk yang diderita anak, baik secara ôsik
memulihkan atau refungsionalisasi maupun mental. Sebagaimana diketahui,
kondisi ôsik dan psikis anak korban bahwa akibat tindak kekerasan, anak
kekerasan. Sebagai sasaran rehabilitasi dapat mengalami ketakutan dan
adalah anak korban kekerasan, orang kecemasan (traumatic) yang berlebihan.
tua dan keluarga dan lingkungan Situasi yang demikian ini memerlukan
sosial dan sekolah. Sedangkan sasaran waktu berbulan-bulan, dan bahkan
penindakaan adalah orang yang bertahun-tahun untuk pemulihan,
melakukan kekerasan anak.Penindakan sehingga korban tersebut sudah
dimaksud diproses sesuai hukum yang pada situasi mental yang kuat untuk
berlaku. Apabila dalam proses peradilan menjalankan tugas-tugas kehidupan.
diperlukan kehadiran anak korban c. Pengembangan Kebijakan
kekerasan sebagai saksi, maka ia harus Pengembangan kebijakan yang
didampingi oleh pekerja sosial. dimaksud di sini adalah upaya
Kegiatan yang dilakukan di dalam memasukkan problema kekerasan pada
rehabilitasi sosial adalah konseling anak sebagai bagian tidak terpisahkan
dan pendampingan sosial. Kegiatan dari pembangunan nasional. Pada saat ini
ini dilakukan oleh pekerja sosial elemen masyarakat patut memberikan
professional (micro, messo) dan psikolog apresiasi kepada pemerintah karena
anak serta psikiater. Adapun pihak telah memasukkan tindakan kekerasan
yang dilibatkan adalah Kementerian anak pada RPJM 2010 – 2014. Hal ini
Pendidikan dan Kebudayaan, organisasi menuntut komitmen dan sikap semua
profesi (pekerjaan sosial porfesional pihak dan seluruh elemen bangsa untuk
dan psikologi anak) dan lembaga melakukan penanggulangan terjadinya
yang menyelenggarakan perlindungan kekerasan pada anak di mana pun dan
dan pelayanan sosial anak, baik yang kapan pun, serta juga menyediakan
dikelola pemeritnah maupun dikelola pusat-pusat pelayanan untuk melakukan
oleh masyarakat. rehabilitasi medis maupun psikososial
Selama proses rehabilitasi sosial, pada anak.
korban kekerasan dapat ditempatkan di Berkaitan dengan itu, maka
lembaga khusus dengan mendapatkan selain melalui sosialisasi dengan
pendampingan. Orangtua secara memanfaatkan berbagai media, baik
periodik diberikan kesempatan untuk tradisional maupun modern, upaya
bertemu dengan anak, agar memberikan yang dapat dipetempuh dalam rangka
dukungan mental, dengan catatan pelaku penanggulangan kekerasan terhadap
kekerasan bukan orang tua sendiri. anak adalah:
Selain orang tua, orang-orang yang a. Memasukkan “Perlindungan Anak

198 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


dari Kekerasan” ke dalam kurikulum apapun yang ditayangkan melalui
yang dimulai dari tingkat sekolah media massa haraus berorientasi dan
dasar. Diharapkan, anak-anak, orang berpihak pada “yang terbaik bagi “.
tua dan guru sudah memahami
berbagai aspek (sosial, kesehatan, Kesimpulan
hukum, mental) yang berkaitan Fenomena kekerasan terhadap anak semakin
dengan kekerasan pada anak. mengkhawatirkan. Secara kuantitaf maupun
b. Sebagaimana diuraiakan terdahulu, kualitatif ada kecenderungan mengalami
bahwa terjadinya kekerasan pada peningkatan. Pelakunya pun tidak saja orang
anak didorong oleh berbagai alasan. dewasa, tetapi juga sesama anak-anak. Keluarga
Dari berbagai alasan tersebut, faktor yang merupakan lingkungan utama dan pertama
kemiskinan merupakan salah satu bagi anak untuk tumbuh kembang anak, justru
faktor yang menyumbang pada menjadi lingkungan yang berpotensi melakukan
terjadinya kekerasan terhadap anak. kekerasan. Kemudian, sekolah sebagai tempat
Sehubungan dengan itu, maka pengembangan ilmu dan perilaku sosial anak,
upaya penanggulangan kemiskinan juga berpotensi menjadi lingkungan yang tidak
hendaknya dipahami dalam kerangka
aman bagi anak.
peniadaan tindak kekerasan terhadap
anak. Program-program kemiskinan Setelah melihat ikhwal tindak kekerasan
tidak semata-mata meningkatkan terhadap anak, penanggulangan terhadap
pendapatan rumah tangga, tetapi juga tindak kekerasan terhadap anak harus menjadi
meningkatkan harmonisasi sosial di tindakan bersama, antara pemerintah dan
dalam keluarga. Sehubungan dengan
segenap unsur masyarakat. Pemerintah
itu, di dalam skema penanggulangan
memang telah mengeluarkan sejumlah
kemiskinan diperlukan satu kegiatan
regulasi untuk arterhadap anak tetap tinggi.
bimbingan sosial yang dikaitkan
dengan isu-isu kekerasan anak. Maka tawaran solusinya diperlukan pelibatan
segenap unsur masyarakat mulai tingkat akar
c. Pemerintah dan Komisi Penyiaran
rumput. Kelembagaan sosial yang tumbuh
Indonesia merupakan pihak yang
di masyarakat secara alami, maupun tumbuh
memiliki tugas dan kewenangan
untuk melakukan pengendalian dari hasil inisiasi pemeritah, perlu difasilitasi
terhadap tayangan di media untuk mengoptimalkan peranannya dalam
massa. Namun demikian, sampai penanggungan tindak kekerasan terhadap anak.
saat ini masih seringkali terjadi
penayangan acara atau game yang
mempertontonkan tindak kekerasan.
Sebagai upaya optimalisasi tugas
DAFTAR PUSTAKA
dan kewenangan KPI, maka perlu
ditempuh langkah-langkah, yaitu Adi, Isbandi Rukminto. (2008). Intervensi
(1) penataan kelembagaan KPI Komunitas dalam Pekerjaan Sosial.
sebagai organisasi independen, (3) Jakarta: CV. Rajawali.
penataan manajemen dan (3) adanya
Ardani, Tristiadi Ardi, Iin Tri Rahayu dan Yulia
kontrol dari masyarakat atas tugas-
tugas KPI tersebut. Prinsip yang Sholichatun. (2006). Pikologi Klinis.
perlu dipegang, bahwa informasi Jakarta: Graha Ilmu.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 199


Family Development Center.(2009). Dampak Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Negatif Kekerasan Terhadap Anak. Tangga.
Jakarta: Fadec.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Hurirah, Abu. (2012). Kekerasan Terhadap Kesejahteraan Sosial Anak
Anak. Bandung: Nuasa Press.
Unicef dan Komisi Perlindungan Anak
Irwanto dkk. (1995). Pekerja Anak di Tiga Kota Indonesia (KPAI).(2007). Situasi Anak
besar: Jakarta, Surabaya dan Medan. Korban Tindak Kekerasan. Jakarta:
Jakarta: Unicef Unicef

Kartono, Kartini. (2007). Patologi Sosial. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Bandung: CV Rajawali. (2012). Data Anak Korban Tindak
Kekerasan. Jakarta: KPAI
Mujiyadi, B,. (2011). Studi Kebutuhan
Pelayanan Anak Jalanan. Jakarta: Rakyat Merdeka Online. (2010). 21 Juta Anak
P3KS press. Indonesia Jadi Korban Kekerasan.
Jakarta. Oktober 02, 2010. RMOL.CO.
Santoso, Slamet. ( 2010). Teori Teori Psikologi
http://m.rmol.co/news.php?id=5344
Sosial. Bandung: Ra:ka Aditama.
Akuntoro, Indra. (2012). KPAI: 87 Persen
Santoso, Thomas.(2002). Teori-Teori
Anak Korban Kekerasan di Sekolah.
Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. September 01, 2012. Kompas.
Soekanto, Soerjono. (2004). Sosiologi com. http://edukasi.kompas.com/
Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, read/2012/09/01/12111191/KPAI.87.
Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka P e r s e n . A na k . K o r b an . K e ke r a s a n.
Cipta. di.Sekolah

Suradi. (2009). Masalah Sosial dan Anonim. (2003). Kekerasan Terhadap Anak
Kesejahteran Sosial Jilid 1. Yogyakarta: Timbulkan Gangguan Mental. Mei 20,
Citra Media 2003. NU.Online. http://www.nu.or.
id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-
Sutomo.(2008). Masalah Sosial dan Upaya id,137-lang,id-c,warta-t,Kekerasan+Te
Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka rhadap+Anak+Timbulkan+Gangguan+
Pelajar. Mental-.phpx
Gunarso, Singgih D. (2002). Psikologi Anonim. (2012). Ternyata, Rumah dan Sekolah
Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK Rentan Tindak Kekerasan Anak. Juli
Gunung Mulia. 24, 2012. KabarJakarta.com http://
kabarjakarta.com/-ternyata-rumah-dan-
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
sekolah-rentan-tindak-kekerasan-anak.
Hak Asasi Manusia
html
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Firmansyah, Arif. (2006). Dampak Tayangan
Perlindungan Anak.
Kekerasan Terhadap Perilaku Anak
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Dalam Perspektif Kriminologis dan

200 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Yuridis. Jurnal Ilmu Hukum Syiar Hospital. http://www.melindahospital.
Hukum Vol.VIII No.3. April 24, 2012. com/modul/user/detail_artikel.
http://hukum.unisba.ac.id/syiarhukum/ php?id=1014_Pengaruh-Kekerasan-
index.php/jurnal/jurnal-vol-xii-no2-juli/ terhadap-Tumbuh-Kembang-Anak
item/130-dampak-tayangan-kekerasan-
Anonim. (2013). Dampak Negatif Dan
terhadap-perilaku-anak-dalam-
Bentuk Kekerasan Pada Anak.
perspektif-kriminologis-dan-yuridis
Perkembanganbayi.net. Juni 17,2013.
Wedhaswary, Inggried Dwi. (2012). 25 Juta http://www.perkembanganbayi.net
Anak Indonesia Alami Kekerasan. http://perkembanganbayi.net/dampak-
27 Februari 2011. Kompas.com. negatif-dan-bentuk-kekerasan-pada-
http://parisswisslondon.blogspot. anak.html
com/2011/02/25-juta-anak-indonesia-
Anonim. (2013). Kekerasan Terhadap Anak.
alami-kekerasan.html
Wikipedia. November 15,2013. http://
Anonim. (2012). Pengertian Kekerasan id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_
Terhadap Anak. Psychologymania. terhadap_anak
com. http://www.psychologymania.
Ideguru. (2010). Faktor-Faktor Yang Melatar
com/2012/07/pengertian-kekerasan-
Belakangi Kekerasan Pada Anak.
terhadap-anak.html
Ideguru. April 22,2010.http://ideguru.
Melinda Care. (2010). Pengaruh Kekerasan wordpress.com, tanpa tahun. “Faktor-
terhadap Tumbuh Kembang Anak. Faktor Yang Melatar Belakangi
Desember 31, 2010. Melinda Kekerasan Pada Anak”, Jakarta.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 201


202 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai