Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

PADA NY.I DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS TIPE 2


DI RUANG CEMPAKA RSUD H. SOEWONDO KENDAL
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu:

Ns. Susana Widyaningsih, MNS

Disusun oleh:
Ria Afnenda Naibaho
22020114120010
A.14.2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar
Dibetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanana yang
dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormone yang diproduksi pancreas, mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur prouksi dan penyimpanannya (Smeltzer
& Bare, 2002).
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun,
atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut
seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebbkan komplikasi mikrovaskuler yang
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit saraf). Diabetes
juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup
infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer & Bare, 2002).
Diabetes mellitus Tipe II merupakan diabetes mellitus yang tidak tergantung
pada insulin (non insulin dependent diabetes mellitus). Diabetes ini terjadi akibat
penurunan sensitifitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Etiologi
Smeltzer & Bare pada tahun 2002 menyebutkan mekanisme yang tepat menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes Tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
C. Patofisiologi
Pada diabetes Tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
daam sel. Resistensi insulin pada diabetes Tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah sekresi insulin. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun,
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Smeltzer &
Bare, 2002).
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas dari
diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu,
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (Smeltzer & Bare, 2002).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka serangan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, polyuria, polydipsia, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur apabila kadar glukosanya sangat
tinggi (Smeltzer & Bare, 2002).Untuk sebagian besar pasien penyakit diabetes tipe II
yang diderita ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani
pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya
penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka
panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer)
mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2002).
Penanganan primer diabetes tipe II dengan menurunkan berat badan karena
resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting
pula untuk meningkatkan efektifitas insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan
jika diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan glukosa darah. Jika penggunaan obat
oral dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan glukosa hingga tingkat yang
memuaskan, maka insulin dapat digunakan. Sebagian pasien memerlukan insulin untuk
sementara waktu selama periode stress fisiologik yang akut, seperti selama sakit atau
pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).

D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare pada tahun 2002 manifestasi klinik dari diabetes
mellitus tipe II adalah :
1. Mulai terjadi disegala usia, biasanya diatas usia 30 tahun
2. Biasanya bertubuh gemuk (obesitas)
3. Etiologi mencakup factor obesitas, herediter, lingkungan
4. Tidak ada antibody sel pulau Langerhans
5. Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin
6. Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya
melalui penurunan berat badan
7. Agen hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila modifikasi
diet dan latihan tidak berhasil
8. Mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk
mencegah hiperglikemia
9. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeks

E. Komplikasi
Komplikasi Jangka Pendek :
1. Hipoglikemia (reaksi insulin)
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hinggga 3,3, mmol/L). kedaan
ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang terlalu berat. Hipoglikemia
dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum
makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.
Sebagai contoh, hipoglikemia siang hari terjadi bila insulin regular yang disuntikkan
pada pagi hari mencapai puncaknya, sementara hipoglikemia pada sore hari bersamaan
dengan puncak kerja NPH atau insulin lente yang diberikan pada pagi hari.
Hipoglikemia pada malam hari terjadi akibat puncak kerja NPH yang disuntikkan pada
malam hari, khususnya bila pasien tidak makan camilan sebelum tidur.
2. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkt kesadaran. Kelainan dasar dari biokimia dari sindrom ini
adaah berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia persisten
menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan berpindah dari ruang intrasel
menuju ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi akan dijumpai
hypernatremia dan peningkatan osmolaritas. Pasien akan mengalami hipotensi,
dehidrasi berat, takikardi dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi.

Komplikasi Jangka Panjang :

1. Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada diabetes.
Penyakit arteri koroner yaitu adanya perubahan aterosklerotik pada arteri koroner. Hal
ini menyebabkan peningkatan insiden infark miokard pada penderita diabetes.
2. Penyakit Serebrovaskuler
Terjadi apabila adanya perubahan aterosklerotik pada pembuluh darah serebral. Pada
penderita diabetes memiliki resiko lebih tinggi mengalami ini
3. Penyakit Vaskuler Perifer
Penderita diabetes mengalami resiko lebih tinggi apabila terjadi perubahan
aterosklerotik pada dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Glukosa
- Gula darah sewaktu / random >200 mg/dl
- Gula darah puasa >140 mg/dl
- Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg
2. Aseton Plasma hasil positif
3. Asam lemak bebas adanya peningkatan lipid dan kolestrol
4. Osmolaritas serum >330osm/l
5. Urinalisis : proteinuria, ketonuria, glukosuria

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral, dll)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar
glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda merupakan
hal penting. Di samping itu, konsistensi interval waktu diantara jam makan
dengan mengkonsumsi camilan akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia
dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah. Pada pasien DM tipe II
yang mengalami obesitas pengaturan jumlah kalori makanan sangat penting
dilakukan.
2. Latihan
Sangat penting dilakukan karena dapat menurunkan kadar glukosa
dalam darah dan menurunkan resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki
dengan berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolism istirahat. Semua
efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak dalam darah yaitu meningkatkan kadar HDL. Semua
manfaat ini sangat berguna bagi penderita diabetes.
3. Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri,
penderita diabetes dapat mengatur terapinya sendiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemia dan hiperglikemia, serta berperan dalam menentukan kadar glukosa
darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka
panjang.
4. Terapi Insulin
Hormon insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan
mempermudah pengambilan serta penggunaan oleh sel-sel otot, lemak dan hati.
Pada diabetes tipe II insulin diperlukan untuk terapi jangka panjang dalam
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan oral hipoglikemia tidak berhasil
mengontrolnya.
5. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Berikan infromasi yang cukup bagi penderita diabetes terkait penyakit,
cara terapi, pengenalan dan pencegahan komplikasi serta informasi-informasi
tambahan seperti bagaimana cara mendapatkan insulin.
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal masuk : 4 Juni 2017
No. Rekam medis : 509783
Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
Diagnosis medis : DM TIPE 2

A. Data Demografi
1) Biodata Pasien
Nama : Ny.I
TTL : Kendal,13 Oktober 1976
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Karangsari, Kendal
Suku/bangsa : Jawa/WNI
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
2) Biodata Penanggungjawab
Nama : Tn.K
TTL : Kendal, 5 Juli 1974
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ds.Karangsari, Kendal
Suku/Bangsa : Jawa/WNI
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Hubungan dengan Pasien : Suami
B. Keluhan Utama
Pasien mengeluh pusing dan sering kesemutan pada kaki.

C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan seminggu terakhir ini merasa sering pusing. Melihat keadaan klien
keluarga memutuskan untuk membawa klien ke Rumah sakit. Pada hari minggu 4 Juni
2016 pukul 10.00 WIB klien masuk UGD RSUD Kendal. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada Ny.I untuk mengetahui nilai GDS, ureum dan creatinine.
Klien di diagnosa Diabetes melitus. Nilai GDS Ny.I adalah 236. Selanjutnya Ny.I
ditranfer ke Bangsal Cempaka III pada pukul 13.00 WIB dan diberikan inf RL 20 tpm.
Klien tampak lemas dan kelelahan berkeringat dan wajah klien tampak pucat.
b. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan 8 bulan yang lalu pernah dirawat di Rumah Sakit RSUD Kendal
dengan penyakit gula/Diabetes melitus.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit seperti klien yaitu Diabetes mellitus.
Genogram:

Ny.S Ny.S
Tn.S 76 th Ny. D
63 th 62 th
Paru-paru 67 th

th

Tn.M
Ny.P 35 th
50 th Ny.R
37 th
Klien
Tn.K
42 th

Ny.M Ny.D
21 th 10 th

Keterangan:
: Laki-laki meninggal : Laki-laki : Pasien

: Perempuan meninggal : Perempuan : Serumah

D. Riwayat Psikososial
Tidak terdapat masalah dari riwayat psikososial klien. Klien menerima apa yang terjadi saat
ini dank lien mengatakan hubungan dengan keluarga, anak dan tetangga pasien terjalin
dengan baik.
E. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit, klien selalu melaksanakan kewajiban sebagai umat islam, seperti sholat
5 waktu dan mengaji. Klien biasa melaksanakan ibadah sholat subuh, magrib dan isya’ di
Masjid. Selain itu, klien juga selalu berdoa, berdzikir dan mengikuti pengajian setiap
minggu di Masjid desa untuk mendengarkan siraman rohani. Tetapi setelah sakit klien tidak
dapat melaksanakan kewajiban sebagai umat islam seperti biasanya.
F. Pemerksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan : Senin, 05 Juni 2017/ 12.30 WIB
1. Penampilan Umum
Keadaan umum Baik
Kesadaran Compomentis
GCS 15 Eye: 4 Verbal: 5 Motoric: 6
Antropometri BB: 60 TB: 155 IMT: 19,35
TTV TD: 120/80 Suhu: 370C RR: 18 Nadi: 85
mmHg. x/menit x/menit
Nyeri -

2. Sistem pernafasan
Klien mengatakan bahwa klien mampu bernafas tanpa merasakan adanya kesulitan nafas.
a. Inspeksi:
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Dada kanan dan kiri simetris
- Tidak ada lesi/luka, memar
- Pergerakan dada saat bernafas seimbang
- RR pasien 18 kali/menit (Normal)
b. Palpasi:
- Tidak ada nyeri ketika dipalpasi
- Getaran teraba sama antara paru-paru kanan dan kiri
c. Perkusi:
- Sonor, tidak terdapat pelebaran paru
d. Auskultasi:
- Vasikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan
3. Sistem kardiovaskuler
Jantung
a. Inspeksi:
- Bentuk dada simetris
- Tidak ada lesi/luka dan memar
- Tidak tampak iktus kordis
b. Palpasi:
- Denyut jantung teraba teratur
- Letak iktus kordis di SIC V medial linea midklavikula kiri
c. Perkusi:
- Batas jantung normal (Kanan atas = SIC 2 linea parasternalis dextra, kiri atas: SIC
2 linea parasternalis sinistra, kanan bawah: SIC 4 linea parasternalis dextra, kiri
bawah: SIC 4 linea media clavikularis sinistra)
- Tidak terdapat pembengkakan jantung
d. Auskultasi:
- Terdengar bunyi S1 dan S2 secara beraturan, tidak terdapat suara tambahan.
4. Sistem pencernaan
Mulut
a. Inspeksi:
- Terdapat plak pada gigi pasien
- Gigi pasien tidak rata
- Tidak terdapat sariawan di area gusi
- Gusi pasien berwarna merah
- Tidak terdapat perdarahan pada gusi
Abdomen
a. Inspeksi:
- Tidak terdapat lesi/luka, memar, benjolan di area abdomen pasien
- Warna kulit diabdomen sama dengan warna kulit di area tubuh lain pasien
b. Auskultasi:
- Terdengar bising usus 10 kali/menit
c. Perkusi:
- Tidak terjadi pembesaran hati
- Suara timpani
d. Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan diarea abdomen maupun area hepar

5. Sistem indera
Mata (Indra Penglihatan)
a. Inspeksi:
- Konjungtiva anemis
Hb : 11 g/dL
- Pupil dapat peka terhadap rangsang cahaya
- Sklera tidak ikterik
- Kedua kelopak mata mampu berkedip bersamaan
- Warna kelopak mata sama dengan warna diarea kulit lain
- Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
- Klien tidak buta warna
- Terlihat ada kantong mata
b. Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan pada area mata
Hidung (Indra Penciuman)
Klien mengatakan bahwa klien mampu mencium dengan baik, lubang hidung
kanan dan kiri klien berfungsi dengan baik karena ketika diperiksa klien diberikan
bebauan seperti bau minyak kayu putih, klien mampu menebak bau tersebut dengan
benar ketika klien menutup mata.
a. Inspeksi:
- Warna kulit sama dengan warna kulit pada area lain
- Rongga hidung simetris
- Tidak terdapat perdarahan/luka di daerah hidung
- Tidak terdapat sumbatan pada hidung
- Tidak terdapat nafas cuping hidung
b. Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan di hidung saat dipalpasi
Telinga (Indra Pendengar)
Inspeksi:
- Bentuk telinga kanan dan kiri simetris
- Warna telinga kanan dan kiri sama seperti area lain
- Klien mampu mendengar suara disekitarnya dengan jelas
- Tidak terdapat lesi dan serumen yang berlebihan
- Klien tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan di kedua telinga klien.

Indra Peraba:
Klien mengatakan bahwa klien mampu merasakan dingin, panas pada kulitnya,
klien dapat memegang benda-benda disekitarnya. Klien mampu membedakan struktur
kasar, halus, tumpul dan tajam.
6. Sistem saraf
Fungsi Serebral
a. Status mental : Klien mengatakan ingin cepat-cepat pulang dari Rumah
sakit. Klien kasihan terhadap keluarga yang menunggu di rumah sakit.
b. Fungsi intelektual : Pasien mampu menjawab pertanyaan pengkaji karena
klien mampu berbicara dengan baik dan mempunyaidaya ingat yang baik juga.
Fungsi Kranial
a. Saraf ke I : Pasien memiliki penciuman yang baik ( dapat membedakan bau
seperti minyak kayu putih) baik hidung kanan maupun hidung kiri.
b. Saraf ke II : Lapang pandang klien baik
- Lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi
- Medial 60 derajat
- Ke atas 50-60 derajat
- Ke bawah 60-75 derajat
c. Saraf ke III, IV, VI : refleks pupil mengecil saat diberi cahaya, klien dapat melihat
kekanan kekiri tanpa menengok.
d. Saraf ke V :
- Fungsi sensori : refleks kornea pasien langsung saat ada rangsangan dari luar
- Fungsi motorik : pasien dapat mengunyang dengan baik
e. Saraf ke VII :
- Fungsi sensasi : pasien memiliki indera peraba yang baik ( dapat
membedakan asin,manis,pahit,asam)
- Fungsi motorik : Pasien dapat mengikuti instruksi ( menutup
mata,mengerutkan dahi) dengan baik.
f. Saraf ke VIII : pasien dapat mendengar dengan baik
g. Saraf ke IX : pasien tidak memiliki gangguan menelan dan suara pasien tidak
serak.
h. Saraf ke X, XI, XII : pasien dapat menoleh kesamping melawan tahanan,klien dapat
menganggkat bahu dengan baik meskipun ada tahanan.

7. Sistem Muskuloskeletal
Kepala
Inspeksi:
- Ukuran Mesocephal
- Tidak terdapat perdarahan, bekas luka, dan memar
- Warna kulit sama dengan warna kulit di area tubuh lain
Palpasi:
- Tidak terdapat nyeri tekan pada area kepala
- Tidak terdapat benjolan yang abnormal pada area kepala

Ekstremitas atas
Inspeksi:
- Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan
- Warna kulit klien sama dengan warna kulit di area lain
- Tangan kanan dan kiri dapat digerakkan secara normal tanpa hambatan
- Tidak terdapat luka, memar/ luka bakar.
- Kuku klien pendek.
- Tidak terdapat fraktur, dislokasi di tangan kanan dan kiri
Palpasi:
- CRT <2 detik (Normal)
- Tidak terdapat nyeri tekan di tangan kanan dan kiri.
Ekstremitas bawah:
Inspeksi:
- Warna kulit klien sama dengan warna kulit di area lain
- Kaki kanan dan kiri dapat digerakkan secara normal tanpa hambatan
- Tidak terdapat luka, memar/ luka bakar.
- Kuku kaki klien pendek.
- Tidak terdapat fraktur, dislokasi di kaki kanan dan kiri

Palpasi:
- CRT < 2 detik (Normal)
- Tidak terdapat nyeri tekan pada area paha kanan dan kiri

Kekuatan otot
Ekstremitas atas kanan Ekstremitas atas kiri
5555 5555
Ekstremitas bawah kanan Ekstremitas bawah kiri
5555 5555

8. Sistem Integumen
kulit kepala
Inspeksi:
- Rambut klien berwarna hitam dan penyebarannya merata
- Tidak terdapat kebotakan
- Rambut klien lembab (tidak kering)
- Rambut klien panjang
- Tidak terdapat kerontokan rambut yang berlebih
Kulit
Inspeksi:
- Kulit klien lembab
- Tidak terdapat hiperpigmentasi
Palpasi:
- Tidak terdapat pitting edema, ketika dilakukan penekanan pada kulit, kulit kembali
<2 detik (normal)
- Tidak terdapat nyeri tekan
Kuku
Inspeksi:
- Kuku klien berwarna merah muda
- Tidak terapat bercak/garis putih pada kuku
Palpasi:
- CRT<2 detik (Normal)
- Tidak terdapat nyeri tekan pada kuku

9. Sistem Endokrin
Kelenjar
a. Palpasi
- Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
b. Nilai GDS : 236 mg/dl
10. Sistem Perkemihan
Klien tidak terpasang kateter. Klien dapat melakukan eliminasi di kamar mandi tetapi
harus dibantu oleh keluarga karena lemas dan pusing. Klien mengatakan tidak pernah
menahan BAK, dan klien mengatakan tidak mengalami kesulitan BAK. Pengeluaran
urine klien 1500/24 jam.
11. Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak memiliki gangguan reproduksi. Klien mengatakan mempunyai
2 orang anak, yaitu anak perempuan.
12. Sistem Imunitas
a. Alergi : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat ataupun
makanan
b. Imunisasi : Satu tahun terakhir pasien tidak mendapatkan imunisasi apapun.
c. Riwayat transfuse dan reaksinya :-

G. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia


1. Bernafas secara normal
Sebelum sakit:
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami ganguan dalam
pernafasannya.
Selama sakit:
Frekuensi pernapasan pasien 28x/menit. Pasien tidak memiliki masalah dengan
pernapasannya, tidak terdapat nafas cuping hidung dan tidak terdapat pula retraksi
dinding dada.
2. Makan dan minum secara adekuat
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali sehari, pagi, siang dan malam
dengan porsi satu piring makan dan selalu habis. Jenis makanan yang di konsumsi pasien
berupa nasi, lauk, sayur dan buah. Selain itu klien mengatakan bahwa pasien minum air
putih dan teh. Sebelum klien mengetahui penyakitnya, klien mengatakan menyukai teh
yang manis dan terkadang sangat manis sekali. Selain itu klien juga sering
mengkonsumsi kolak Tetapi setelah mengetahui penyakitnya setahun yang lalu klien
mulai mengurangi makan makanan yang manis.
Selama sakit:
Ketika sudah di RS frekuensi makan pasien 3x sehari dengan menu yang telah
disediakan, namun porsi makan pasien berkurang menjadi 1/4 piring setiap kali makan.
klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual. Dalam sehari pasien minum sebanyak
± 5-6 gelas air putih ukuran 200 ml setiap hari.
3. Eliminasi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa pasien BAB setiap pagi satu kali sehari tanpa ada
kesulitan dan pasien BAK kurang lebih 5-6 kali sehari tanpa ada kesulitan.
Selama sakit:
Klien mengatakan pasien belum BAB selama di Rumah Sakit. Frekuensi BAK
pasien saat di rumah sakit 5-6 kali. Warna urin pasien kuning dan bau khas urin.
4. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum Sakit:
Keluarga mengatakan bahwa pasien mampu bergerak tanpa hambatan. Pengkajian
kebutuhan aktivitas dan latihan pasien menggunakan indeks KATZ, dengan hasil sebagai
berikut:
No Kegiatan 0 1 2 3 4
1 Mandi √
2 Berpakaian/berhias √
3 Toileting √
4 Berpindah √
5 BAB/BAK √
6 Makan √
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan perawat
4 : Ketergantungan penuh

Selama sakit:
Selama di RS, pasien lebih sering berbaring di tempat tidur. Saat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, dll, pasien dibantu oleh orang lain. Berikut
hasil pengkajian aktivitas dan latihan pasien selama sakit menggunakan indeks KATZ:

No Kegiatan 0 1 2 3 4
1 Mandi √
2 Berpakaian/berhias √
3 Toileting √
4 Berpindah √
5 BAB/BAK √
6 Makan √

Interpretasi hasil KATZ berdasarkan klasifikasi indeks KATZ:


A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D : Mandiri kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lainnya
E : Mandiri kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan 1 fungsi lainnya.
F : Mandiri kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan 1 fungsi lainnya.
G : Tergantung untuk 6 fungsi.

Jadi, untuk mengukur kebutuhan aktivitas dan latihan Ny.I menggunakan indeks
KATZ dan Ny.I tergolong pada klasifikasi poin G yaitu tergantung untuk semua fungsi.
5. Berpakaian
Sebelum Sakit:
Klien mengatakan setiap hari mengganti pakaian dua kali setelah mandi, klien
mampu memakai pakaiannya secara mandiri.
Selama sakit:
Saat di rumah sakit, klien berpakaian dengan dibantu oleh keluarganya. Dalam sehari,
klien mengganti pakaian 2 kali setelah disibin.
6. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami kesulitan tidur. Pasien
biasa tidur pada malam hari pukul 20.00 WIB dan bangun sekitar pukul 05.00 WIB.
Pasien terkadang juga tidur siang.
Selama sakit:
Klien mengatakan selama di rumah sakit istirahat dan tidur klien menjadi terganggu.
klien mengatakan kesulitan untuk tidur karena merasa pusing dan terkadang karena
kebisingan rumah sakit. Klien tidur dari jam 23.30-.02.00 setelah itu klien tidak bisa
kembali tidur.
7. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa badan tidak mengalami demam. Pasien sering memakai
baju daster. Ketika pasien merasa gerah pasien berkeringat dan kipas-kipas.
Selama sakit:
Suhu tubuh pasien 370C. Pasien memakai baju daster tipis dan pasien memakai
selimut untuk menutup kakinya.
8. Kebersihan diri
No Kegiatan Sebelum Sakit Selama Sakit
1 Mandi Mandi secara mandiri Pasien mandi dengan cara
menggunakan air biasa disibin sebanyak 2 kali
sebanyak 2 kali sehari. sehari menggunakan air
hangat dibantu oleh suami
dan anak yang
menemaninya di rumah
sakit.
2 Oral Hygiene Pasien menyikat gigi Klien pasien mengatakan
sebanyak 2 kali sehari ketika bahwa selama dirawat di
mandi dengan pasta gigi. Rumah Sakit, pasien rutin
menyikat gigi.
3 Keramas Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa
pasien keramas 2 hari sekali. selama di rawat di rumah
sakit pasien belum
keramas.
4 Memotong kuku Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan pasien
pasien memotong kuku belum memotong kuku
ketika pasien merasa karena kukunya masih
kukunya sudah panjang. pendek.
5 Berpakaian Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa
pasien mengganti pakaian pasien mengganti
sebanyak 2 kali setelah pakaiannya setelah disibin
mandi. Dan juga pasien oleh istri dan anaknya
mampu memilih baju dan yang menemani di rumah
mengancingkan baju dengan sakit.
benar.
6 Integritas kulit Klien mengatakan bahwa Kulit pasien tampak
kulit pasien sedikit kering kering, berwarna kuning
dan berwarna kuning langsat. Turgor kulit
langsat. pasien elastis (<2 detik)

9. Keselamatan dan kenyamanan


Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien tidak merasa nyeri, klien memakai
obat nyamuk ketika mau tidur untuk terhindar dari gigitan nyamuk.
Selama sakit:
Klien mengatakan klien tidak merasakan nyeri tetapi pusing,lemas dank lien
terlihat kelelahan.
Dilakukan juga pengkajian risiko jatuh pada pasien dengan menggunakan skala
morse, dengan hasil bahwa pasien memiliki tingkat risiko jatuh tinggi, dengan rincian
sebagai berikut:
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat jatuh: pernah Tidak 0 0
jatuh dalam 3 bulan
Ya 25
terakhir.
2 Diagnosa sekunder: Tidak 0 0
memiliki lebih dari satu
Ya 15
penyakit
3 Alat bantu jalan: 0 0
bedrest/kursi
roda/dibantu perawat
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada kursi, 30
lemari, meja.
4 Terapi intravena: Tidak 0
terpasang infus, heparin
Ya 20 20
lock.
5 Status mental: 0 0
Mengetahui kondisi diri
sendiri
Keterbatasan daya ingat
Total Skor 20
(Resiko jatuh rendah)
Keterangan:
Risiko Jatuh Tinggi (RT) : Skor >45
Risiko sedang (RS) : Skor 25-44
Risiko jatuh rendah (RR) : Skor 0-24

10. Komunikasi
Sebelum Sakit:
Klien mengatakan klien berbicara dengan keluarga dan teman di lingkungan rumah
menggunakan Bahasa daerah (Bahasa jawa), namun klien tetap paham jika diajak
berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia. Klien mampu berkomunikasi dengan
lancar dan dapat menyampaikan pendapatnya dengan jelas.
Selama sakit:
Saat dilakukan pengkajian, klien mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan. Klien dapat berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Klien masih mampu menangkap informasi yang diberikan dan masih mampu
menjawabnya. Klien mendapat informasi kesehatan selama di RS dari tenaga kesehatan
seperti perawat dan dokter.
11. Spiritual
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa klien melakukan kegiatan sholat 5 waktu dan mengaji.
Selain itu klien juga berdzikir dan berdoa.
Selama sakit:
Selama dirawat klien tidak dapat melakukan kegiatan sholat 5 waktu tetapi klien
selalu berdo’a untuk kesembuhannya. Klien mengatakan bahwa klien menerima kondisi
sakitnya saat ini dan klien sudah ikhlas dengan kondisinya.
.
12. Bekerja
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa klien sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya
melakukan aktifitas rumah.
Selama sakit:
Klien tidak melakukan pekerjaan apapun,klien dapat berpindah tetapi harus dibantu
karena masih sering pusing.
13. Bermain dan rekreasi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa klien berekreasi dengan menonton tv atau bercengkrama
dengan keluarga atau tetangga sekitar. Klien rekreasi ketempat wisata jarang karena
suami klien jarang ada libur. Tetapi sebulan terakhir ini klien habis liburan ke yogja ikut
acara dari kantor suami klien.
Selama sakit:
Klien mengatakan bahwa klien merasa terhibur karena suami dan anak selalu
menemani dan mengajak bercerita setiap harinya. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan
rekreasinya, klien bercengkrama dengan keluarga yang menunggui, dengan sesama
pasien di ruangan atau dengan kerabat yang menjenguknya.
14. Belajar
Sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa klien mendapatkan informasi kesehatan dari menonton tv,
mendengarkan radio dan dari keluarga atau tetangga serta tenaga medis ketika klien
memeriksakan dirinya di pelayanan kesehatan
Selama sakit:
Klien mengatakan bahwa klien banyak belajar tentang masalah kesehatan dari
dokter dan perawat yang merawatnya selama di Rumah Sakit.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 4 Juni 2017 / 10.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11 g/dL 13,0-18,0 Cyanmet
Leukosit 9,5 10 ^ 3/ uL 4,0-10,0 Elek Impedance
Trombosit 318 10 ^ 3/ uL 15-500 Elek Impedance
Hematokrit 40,9 % 39,0-54 ,0 Kalkulasi

Kimia klinik
Glukosa sewaktu 236 mg/dL 75-115 GHOD – PAP
Ureum 23 mg/dL 10-50 GLDH
Creatinin 0,72 mg/dL 0,50-1,10 Jaffe
Natrium 139,5 mmol/dL 135-155 ISE
Kalium 3,76 mmol/dL 3,5-5,5 ISE
Calcium 1,13 mmol/dL 1,13-1,31 ISE

Tanggal pemeriksaan : 05 Juni 2017 / 13.00


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
KIMIA KLINIK
SGOT 63 U/L 12-37 IPCC
SGPT 41 U/L 12-41 IPCC

I. Terapi
Jenis Dosis/Rute Indikasi & Cara Kontra indikasi Efek samping
Terapi kerja
Infus 20tpm/IV Indikasi: Hypernatremia, Penggunaan cairan
Ringer Mengembalikan kelainan ginjal, ringer laktat
Laktat keseimbangan kerusakan sel dengan jumlah
elektrolit pada hati, asidosis besar dapat
keadaan dehidrasi laktat. menyebabkan
dan syok alkalosis metabolik
hipovolemik yang disebabkan
Cara Kerja: adanya
Keunggulan peningkatan
terpenting dari produksi
larutan ringer laktat bikarbonat akibat
adalah komposisi metabolisme laktat.
elektrolit dan
konsentrasinya yang
sangat serupa dengan
yang dikandung
cairan ekstraseluler.
Natrium merupakan
kation utama dari
plasma darah dan
menentukan tekanan
osmotik. Klorida
merupakan anion
utama di plasma
darah. Kalium
merupakan kation
terpenting di
intraseluler dan
berfungsi untuk
konduksi saraf dan
otot. Elektrolit-
elektrolit ini
dibutuhkan untuk
mengganti
kehilangan cairan
pada dehidrasi dan
syok hipovolemik
termasuk syok
perdarahan.
O2 3 liter/menit Indikasi: 1. Pada klien -
Gagal napas, dengan PPOM
gangguan jantung (Penyakit Paru
(gagal jantung), Obstruktif
perubahan pola Menahun)
napas, keadaan yang mulai
gawat (coma), bernafas
trauma paru, spontan maka
metsbolisme yang pemasangan
meningkat (luka masker partial
bakar), post operasi, rebreathing
keracuna karbon dan non
monoksida rebreathing
dapat
Cara Kerja: menimbulkan
Terapi tanda dan
oksigenmerupakan gejala
suatu upaya yang keracunan
dilakukan oleh oksigen. Hal
tenaga kesehatan ini
termasuk dikarenakan
keperawatan jenis masker
terhadap adanya rebreathing
gangguan dan non-
pemenuhan oksigen rebreathing
pada klien. dapat
Pengetahuan perawat mengalirkan
yang memadai oksigen
terhadap proses dengan
respirasi dan indikasi konsentrasi
serta metode yang tinggi
pemberian oksigen yaitu sekitar
merupakan bekal 90-95%
bagi perawat agar 2. Face mask
asuhan yang tidak
diberikan tepat guna dianjurkan
dengan resiko pada klien
seminimal mungkin. yang
mengalami
muntah-
muntah
3. Jika klien
terdapat
obstruksi
nasal maka
hindari
pemakaian
nasal kanul.
Injeksi 2x1 /IV Indikasi: Bagi wanita Walau jarang
ranitidine Untuk menangani hamil dan terjadi, ranitidine
gejala dan penyakit menyusui, berpotensi
akibat produksi asam sesuaikan menyebabkan efek
lambung yang dengan anjuran samping karena
berlebihan. dokter. Berhati- tubuh perlu
Kelebihan asam hati bagi menyesuaikan diri
lambung dapat penderita dengan obat yang
membuat dinding gangguan ginjal dikonsumsi.
sistem pencernaan Beberapa efek
mengalami iritasi samping yang
dan peradangan. dapat terjadi seperti
Cara kerja: muntah-muntah,
Ranitidin adalah sakit kepala, sakit
suatu histamin perut, sulit
antagonis reseptor menelan, urine
H2 yang bekerja yang keruh.
dengan cara
menghambat kerja
histamin secara
kompetitif pada
reseptor H2 dan
mengurangi sekresi
asam lambung.
P/O 2x500 mg Indikasi: memiliki Obat metformin
Metaformin Sebagai pengobatan riwayat alergi pada umumnya
pada pasien diabetes terhadap dapat ditoleransi
tidak tergantung metformin atau dengan baik, hanya
insulin yang komponen aktif sedkit efek
memiliki kelebihan metformin, samping yang
berat badan Sebagai memiliki pernah dilaporkan
pengobatan gangguan fungsi seperti : gangguan
tambahan pada ginjal yang pada salura
penderita diabetes berat, karena pencernaan berupa
ketergantungan semua obat- mula, muntah,
insulin yang obatan terutama peurunan nafsu
memiliki gejala yang dieksresi melalui makan, gangguan
sulit untuk dikontrol ginjal, memiliki absorbsi vitamin
Obat metformin penyakit hati B12 dan diare. Efek
dapat digunakan kronis, memiliki samping tersebut
sebagai obat tunggal penyakit gagal sifatnya sementara
atau sebagai obat jantung, infark dan biasanya akan
kombinasi dengan miokard,memili meghilang setelah
Sulfonilurea ki riwayat laktat diabetes terkontrol.
asidosis,memilik
i riwayat koma
Cara Kerja: diabetic,sedang
Obat ini menurunkan mengalami
kadar gula darah ketoasidosis
yang tinggi dengan diabetik ,sedang
cara membuat tubuh mengalami
lebih responsif keadaan yang
terhadap insulin. dapat
Insulin adalah menyebabkan
hormon yang laktat asidosis
mengatur kadar gula seperti syok,
di dalam tubuh. hipoksemia
Metformin adalah sedang dalam
obat yang sering kehamilan dan
dianjurkan sebagai menyusui.
langkah penanganan
pertama bagi
pengidap diabetes
tipe 2.
Ciprofloxac 2x500 mg Indikasi : kontraindikasi efek samping
in Penderita yang umum terjadi
Infeksi pada saluran
mempunyai adalah mual,
pernapasan, infeksi
saluran pencernaan, riwayat alergi muntah, diare,
infeksi saluran terhadap fungsi hati
kemih dan gonore ciprofloxacin abnormal, ruam
akut (raja singa) dan golongan kulit dan pusing.
Infeksi pada kulit. quinolon lain
jaringan lunak, Penderita yang
tulang dan sendi mempunyai
serta osteomilitis riwayat epilepsi
akut. Mengobati atau gangguan
penyakit tipes. kejang lainnya.
Penderita yang
Cara kerja : mempunyai
Ciprofloxacin adalah riwayat ruptur
antibiotik yang tendon Penderita
termasuk dalam yang merupakan
golongan wanita hamil
fluorokuinolon yang dan ibu
merupakan generasi menyusui.
ke 2. Obat ini
bekerja melakukan
penghambatan
terhadap dua jenis
enzim topoisomerase
yaitu enzim DNA
gyrase dan enzim
topoisomerase IV.
Kedua enzim
tersebut berperan
dalam pembentukan
DNA sel bakteri.
Dengan mekanisme
kerja tersebut
ciprofloxacin dapat
membunuh bakteri
sehingga obat ini
digolongkan sebagai
bakterisidal. Obat ini
merupakan
antibiotik broad
spectrum (spektrum
luas) yang aktif
mematikan bakteri
gram negatif
maupun gram
positif.
Progabalin 1x1 Indikasi : Pasien yang Memiliki tanda-
hipersensitif; tanda reaksi alergi
Nyeri neuropatik
wanita ini: mual, muntah,
perifer, terapi menyusui berkeringat, gatal-
gatal, gatal,
tambahan untuk kesulitan bernapas,
pembengkakan
seizure parsial
wajah, bibir, lidah,
dengan atau tanpa atau tenggorokan,
atau merasa seperti
generalisasi
Anda akan
sekunder. pingsan.

Cara kerja :
Pregabalin adalah
ligan untuk reseptor
alfa2-delta yang
secara struktur kimia
berkaitan dengan
gabapentin tapi tanpa
aktivitas pada
reseptor GABA.
Mekanisme aksi
adalah sebagai
inhibitor presinaptik
dari pelepasan
neurotransmiter
eksitatori yaitu
glutamat, substansi
P, dan calcitonin
gene-related peptide
(CGRP). Efektivitas
pregabalin untuk
pengobatan
neuropati diabetes.

Inj 2 gr/IV Indikasi: Hipersensitif Gastrointestinal :


Ceftriaxon Infeksi saluran nafas, terhadap Feses encer/ diare,
infeksi THT ,infeksi antibiotik
mual,muntah,stom
saluran kemih,sepsis, cephalosporin,
meningitis,infeksi neonatus atitis dan glositis.
tulang, sendi dan
jaringan lunak.,
infeksi intra Kulit :
abdomen.
Pruritis,dermatitis,
Cara kerja: alergi,udem.
Menghambat sintesis
dinding sel bakteri
sehingga terjadi
kebocoran sel bakteri
dan bakteri lisis
Inj 2x1 Indikasi : Hipersensitif Penggunaan dosis
Neuromed Pengobatan terhadap besar & jangka
difisiensi vit B1,B6 komponen obat
lama vit B6 dapat
,B12 seperti ini
polineuritis menyebabka
sindrom neuropati
Cara kerja :
catalysing
penolakan konsumsi
vitamin dalam tubuh
Mengobati
rendahnya tingkat
vitamin B1

Tanggal Terapi Dosis/ Rute Jam tindakan


5 Juni 2017 - Infus RL - 20 tpm/ IV 06.00
- Inj Ranitidine - 2x1 /IV 09.00
- P/O Metamorfin - 2x500 mg/IV 09.00
- Inj Neuromed - 2x 1/IV 14.00
- Inj Ceptriaxon - 2 x 1 gr/IV 14.00
- Inj Ciprofloxacin - 2x500 mg 09.00
- Inj Progabalin - 1x1 /IV 22.00

6 Juni 2017 - Infus RL - 20 tpm/ IV 13.00


- Inj Ranitidine - 2x1 /IV 09.00
- P/O Metamorfin - 2x500 mg/IV 09.00
- Inj Neuromed - 2x 1/IV 14.00
- Inj Progabalin - 1x1 /IV 22.00
Data Fokus :

 Klien terlihat lemas dan kelelahan


 Wajah klien terlihat pucat
 Klien mengatakan pusing
 Klien tampak berkeringat
 Nilai GDS : 236
 Terdapat kantong mata
 Klien mengatakan selama di rumah sakit istirahat dan tidur klien menjadi terganggu
dan mengatakan kesulitan untuk tidur ( 23.30-02.00)
 Klien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
 Klien mengatakan porsi makan berkurang menjadi 1/4 piring setiap kali makan
 Konjungtiva pasien anemis
 Hb : 11 g/dL
II. ANALISIS DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
NAMA KLIEN : Ny.I
NO.REKAM MEDIK : 509783
RUANG RAWAT : Cempaka
NO. DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan tidak nutrisi: kurang dari makan
nafsu makan kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan porsi (00002)
makan berkurang menjadi
1/4 piring setiap kali makan
- Pasien mengatakan mual
DO:
- Klien terlihat lemas dan pucat
- Konjungtiva pasien anemis
- Hb : 11 g/dL

2. Do: Kelesuan fisiologis Keletihan (00093)


 Klien terlihat lemas, lesu. (anemia)
 Klien tampak lelah, pucat.
 Diaforesis
Ds:
 Klien mengeluh pusing

3. DS: Gangguan pola tidur Imobilisasi


- Klien mengatakan sulit untuk ( 000198)
tidur
- Klien mengatakan tidur klien
dari 23.30-02.00
DO:
- Terlihat kantong mata

Anda mungkin juga menyukai