Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir seluruh kasus pencemaran yang sering terjadi yaitu pencemaran


mikroba di dalam makanan dan minuman yang dapat membahayakan orang
yang mengkonsumsinya jika jumlahnya melebihi ambang batas. Oleh karena
itu, untuk mencegah dan mengurangi dampak yang di timbulkan harus
dilakukan pengujian sampel di laboratorium agar dapat mengetahui seberapa
banyak terjadi kontaminasi bakteri patogen mapaun non-patogen pada sampel
makanan dan minuman. Bahwasannya makanan dan minuman yang layak
untuk dikonsumsi harus terhindar oleh adanya mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada orang yang mengkonsumsinya.
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di
bumi ini. Air bersih maupun air minum harus memenuhi syarat fisik, kimia,
mikrobiologi maupun radioaktif. Parameter mikrobiologi dalam mengetahui
tingkat pencemaran air merupakan salah satu parameter yang harus mendapat
perhatian karena dampaknya yang berbahaya yaitu dapat menimbulkan
penyakit infeksi, hal itu terjadi karena air mudah tercemar oleh
mikroorganisme patogen yang masuk melalui limbah. Keberadaan mikroba
pada air menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan mutu
air.
Sekitar tiga perempat bagian tubuh manusia terdiri dari air, menjadikan
air sebagai zat terpenting untuk kebutuhan dasar agar berlangsungnya
kehidupan. Air selain bermanfaat bagi manusia juga merupakan media yang
baik untuk kehidupan bakteri. Bakteri berdasarkan patogenitasnya ini
dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan bakteri non-patogen. Bakteri

1
patogen merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dan
mengganggu manusia. Penyakit yang ditimbulkan seperti diare, disentri, tipus,
dan kolera,. Masuknya bakteri patogen dapat melalui beberapa cara salah
satunya melalui air yang diminum. Beberapa contoh bakteri patogen yang
dapat masuk bersama air minum adalah Shigella dysentriae, Salmonella typhi,
Salmonella paratyphi. Untuk bakteri non-patogen contohnya dari golongan
bakteri Fecal streptococci, Lactobacillus bulgaricus dan Actinomycetes.
Menurut ketentuan WHO (World Health Organization) dan APHA
(American Public Health Association) saat ini, kualitas air ditentukan oleh
kehadiran dan jumlah bakteri didalamnya yang dapat diketahui dengan metode
MPN (Most Probable Number) dan dilanjutkan oleh uji duga. Di dalam air
terdapat beberapa jenis bakteri Coliform diantaranya seperti Eschericia coli,
Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendi, dan Serratia marcoscens Secara
mikrobiologis, keberadaan bakteri coliform pada air dapat dijadikan penentu
apakah air tersebut layak digunakan untuk keperluan tertentu seperti untuk air
minum, perikanan, peternakan, pertanian, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu
adanya identifikasi jumlah bakteri coliform maupun E. coli pada setiap
perairan di daerah Yogyakarta untuk mengetahui level pencemaran suatu
perairan. Agar masyarakat yang selalu menggunakan sarana umum perairan
untuk aktivitas sehari – hari mereka terhindar dari penyakit atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri coliform maupun E. Coli.
Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok utama yang berkaitan erat
dengan kehidupan manusia. Bahan makanan yang dimakan setiap hari untuk
memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian
sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat dibutuhkan
oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi. Namun dalam
pangan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia.

2
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan
pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada
bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung
dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu,
saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian
saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba
awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai
jumlah tertentu.
Bakteri patogen baik yang terdapat pada makanan minuman dan
lingkungan dapat menimbulkan resiko infeksi. Infeksi disebabkan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bakteri patogen
yang tumbuh dalam saluran usus. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
keracunan pada pangan adalah Escherichia coli..
Oleh sebab itu, adanya E. coli dalam pangan menimbulkan dampak yang
besar. Sehingga perlu adanya standar maksimum Escherichia coli dalam bahan
pangan. Salah satu caranya yaitu dengan pengujian mikrobiologis akan
kehadiran bakteri E. coli. Metode ini digunakan untuk menetapkan angka
minimal paling mungkin (MPN) Esherichia coli dalam makanan dan
minuman. Untuk mengamati adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas
didalam tabung Durham, dilanjutkan dengan isolasi dan identifikasi E.coli.
Pengujian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu uji presumtif dan uji
konfirmasi. Untuk identifikasi E. coli dilakukan pemeriksaan biokimia yaitu
uji Indol, uji MR-VP, uji Voges Proskauer, dan Uji Sitrat.
Berdasarkan persoalan di atas, maka perlu untuk melakukan pengujian
adanya bakteri E.coli pada sampel makanan dengan metode pour plate dan

3
pengujian adanya jumlah bakteri total coliform dan E.coli pada air minum
menggunakan metode membrane filter.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan berbagai


permasalahan diantaranya yaitu :
1. Bagaimana metode untuk menentukan jumlah coliform dan bakteri
Eschericia coli pada suatu sampel air yang diuji sebagai indikator
tercemartidaknya suatu perairan?
2. Bagaimana metode untuk menentukan jumlah coliform dan bakteri
Eschericia coli pada suatu sampel makanan dan minumann yang diuji
sebagai indikator tercemar tidaknya suatu sampel makanan ?
3. Bagaimana metode untuk menentukan jumlah bakteri pada suatu
ruanganyang diuji sebagai indikator tercemarnya suatu ruangan ?
4. Bagaimana metode untuk mengidentifikasi isolat bakteri BUSB1
dengan alat microba analyzer (BD) ?
5. Bagaimana metode untuk menentukan jumlah total coliform pada suatu
sampel air tanah ?
C. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah yang dibahas tidak terlalu meluas, maka
penulis perlu memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Sampel yang diperiksa yaitu suatu sampel air badan air (ABA) dan air
tanahyang diambil dibeberapa tempat industri, sampel beberapa jenis
makanan dan sampel uji udara, usap ruangan yang diambil di suatu
Rumah Sakit.
2. Parameter yang diamati adalah bakteri total coliform dan E.coli pada
sampel air bdan air & air tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN), jumlah bakteri E.coli pada makanan dengan metode pour

4
plate., jumlah bakteri pada beberapa ruangan di rumah sakit, serta
bakteri total coliform dan E.coli pada sampel air tanah dengan metode
Angka Lempeng Total (ALT).
D. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui dan melakukan kegiatan di Instalasi Laboratorium
Mikrobiologi dan Biologi Lingkungan.di Balai Besar Teknik Kesehaan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui metode dan cara pengujian untuk menentukan jumlah
total coliform dan bakteri E.coli pada sampel air badan air dan air
tanah yang diuji yang sesuai dengan standar laboratorium sebagai
indikator tercemar tidaknya suatu perairan.
b. Mengetahui metode dan cara pengujian untuk menentukan jumlah
total coliform dan bakteri E.coli pada sampel makanan dan
minuman yang diuji yang sesuai dengan standar laboratorium
sebagai indikator tercemarnya suatu makanan.
c. Mengetahui metode untuk menentukan jumlah total bakteri pada
sampel uji udara, dan usap salah ruangan di Rumah sakit yang
sesuai dengan standar laboratorium sebagai indikator tercemarnya
suatu ruamgan.
d. Mengetahui metode dan hasil identifikasi isolat bakteri BUSB1
dengan alat microba analyzer (BD).
e. Mengetahui metode untuk menentukan jumlah total coliform pada
suatu sampel air tanah.
E. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

5
Praktek Kerja Lapangan memiliki manfaat yang sangat besar, baik untuk
mahasiswa maupun bagi, Fakultas, Universitas dan Instansi terkait yang
menjadi tempat dilaksanakannya kerja praktek.
1. Manfaat bagi individu
a. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru untuk terjun
langsung dalam dunia kerja.
b. Mengetahui penerapan metode pengujian dan analisis di
Laboratorium Mikrobiologi dan Biologi Lingkungan BBTKLPP
Yogyakarta.
c. Dapat menerapkan teori yang sudah diperoleh di kampus pada
ranah kerja laboratorium
2. Manfaat bagi Universitas
a. Menciptakan hubungan baik antara universitas dan instansi terkait.
b. Sebagai evaluasi dalam meningkatkan mutu mahasiswa.
c. Memperoleh gambaran nyata tentang suatu instansi sabagai bahan
informasi bagi Universitas.
3. Manfaat bagi Instansi
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang
dihadapi instansi.
b. Instansi memberikan kesempatan kepada mahasiswa kerja sama

yang saling menguntungkan.


c. Menjadi sarana berbagi ilmu dan pengetahuan tentang praktek dalam

ranah laboratorium yang sesungguhnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran BBTKLPP Yogyakarta

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


2349/Menkes/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit,
menyatakan bahwa :
1. Tugas Pokok dan Fungsi

7
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta mempunyai fungsi yaitu:
a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi
b. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL)
c. Pelaksanaan laboratorium rujukan
d. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna
e. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi
f. Pelaksanaan penilaian respon cepat, kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB/wabah dan bencana
g. Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular
h. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
i. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian
penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
j. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP
Disamping fungsi tersebut di atas, BBTKLPP Yogyakarta juga
menjalankan fungsi yang lain dengan dasar hukum sebagai berikut:
1. Rekomendasi Kepala PUSARPEDAL Kementrian Negara
Lingkungan Hidup No: B-47/PS-VII/LH/03/2006 tanggal 2 Maret
2006 tentang Rekomendasi BBTKLPP Yogyakarta sebagai
Laboratorium Lingkungan.
2. Keputusan Gubernur DIY No: 97/KEP/2014 tanggal 25April 2014
tentang Penunjukan BBTKLPP Yogyakarta Sebagai Laboratorium
Lingkungan di Propinsi D.I. Yogyakarta.
3. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No:660.1/23/2007 tanggal 27
Agustus 2007 tentang penunjukan Laboratorium Lingkungan
BBTKLPP Yogyakarta sebagai Laboratorium Lingkungan di
Propinsi Jawa Tengah.

8
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya BBTKLPP Yogyakarta
dilengkapi dengan struktur organisasi yang terdiri dari satu Kepala Balai
Besar, satu Bagian Tata Usaha, tiga bagian Bidang, enam bagian seksi,
dua bagian subbag, dan kelompok jabatan fungsional. Untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi khususnya BBTKLPP Yogyakarta dilengkapi
19 instalasi sesuai SK Dirjen PP dan PL No OT.01.01.01/I/632/2007, yaitu:
a. Instalasi Laboratorium Fisika Kimia Air
b. Instalasi Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Radiasi
c. Instalasi Laboratorium Biologi Lingkungan
d. Instalasi Laboratorium Parasitologi
e. Instalasi Laboratorium Entomologi dan Pengendalian Vektor
f. Instalasi Laboratorium Virologi
g. Instalasi Laboratorium Serologi dan Imunologi
h. Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Klinis
i. Instalasi Laboratorium Biomarker
j. Instalasi Laboratorium Padatan dan Bahan Berbahaya Beracun
k. Instalasi Laboratorium Pengkajian dan Pengembangan TTG

l. Instalasi Sarana dan Prasarana


m. Instalasi Pengendalian Mutu, Pemeriksaan dan Kalibrasi
n. Instalasi Pelayanan Teknis
o. Instalasi Bencana dan Kejadian Luar Biasa
p. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan
q. Instalasi Pengelolaan Teknologi Informasi
r. Instalasi Pengelolaan Media dan Reagensia Instalasi Pengelolaan
hewan Percobaan

B. Instalasi Laboratorium Mikrobiologi dan Biologi Lingkungan

9
Laboratorium Mikrobiologi BBTKLPP Yogyakarta merupakan
laboratorium yang melakukan pengujian berbagai macam sampel yang
berhubungan dengan makananan sampel penyebab KLB (kejadian Luar Biasa),
dan mikroba yang berada pada sistem pencernaan manusia, Pengujian sampel
yang dilakukan pada laboratorium tersebut mengacu kepada adanya standar baku
mutu pada makanan dari Departeman Kesehatan. Selain itu juga untuk beberapa
jenis sampel, parameter yang digunakan untuk mengetahui mikroba yang
terdapat pada sampel tersebut juga ditentukan oleh ketetapan yang telah
ditetapkan oleh Kmenterian Kesehatan. Di dalam Laboratorium Mikrobiologi
terdapat berbagai alat-alat yang digunakan untuk pengujian dan penelitian
diantaranya meliputi BD (microba analyzer) ialah suatu alat yang digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai macam spesies bakteri dengan bantuan
gula-gula dan panel khusus, LAF (Laminar Air Flow) merupakan alat yang biasa
digunakan untuk bekerja secara aseptis karena LAF memiliki pola pengaturan
dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril karena adanya aplikasi sinar
UV beberapa menit sebelum digunakan, terdapat mikroskop cahaya merupakan
sebuah alat yang berfungsi mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang, Inkubator yaitu alat untuk menginkubasi mikroorganisme pada
suhu yang alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu

terkontrol suhu yang biasa digunakan yaitu 35℃, Voteks merupakan alat yang

berfungsi untuk menghomogenkan larutan atau suspensi, Spektrofotometer


merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi kekeruhan pada suatu
suspensi, timbangan analitik berfungsi untuk menimbang media dan juga sampel
atau contoh uji saat preparasi, Alat-alat yang terdapat dalam laboratorium
mikrobiologi sudah termasuk dalam lingkup akreditasi di Balai Besar Tenik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Pe nyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
Keterampilan pekerja dibuktikan dengan keterampilan pekerja di laboratorium,

10
untuk itu laboratorium tersebut sudah sangat dipercaya dari berbagai masyarakat
dari daerah Yogyakarta hingga Jawa Tengah untuk menguji berbagai jenis
makanan dan sampel-sampel lainnya yang berhubungan dengan mikrobiologi.
Instalasi Laboratorium Biologi Lingkungan merupakan salah satu
laboratorium yang berada di BBTKLPP Yogyakarta, Laboratorium Biologi
Lingkungan memiliki tujuan dan fungsi diantaranya yaitu melaksanakan
pengambilan dan penanganan contoh uji spesimen lingkungan meliputi tanah,
lumpur, air, udara, air minum dan usap serta melakukan pemeriksaan parameter
biologis diantaranya jumlah total Coliform, Colifecal, Angka Lempeng Total
(ALT), plankton benthos dan bakteri patogen meliputi Streptococcus sp., Vibrio
cholerae, Salmonella sp., Shigella sp., Clostridium, Pseudomonas, Bacillus
aureus, dan Staphylococcus aureus . Terdapat beberapa alat yang digunakan
dalam pengujian dilaboratorium biologi lingkungan diantaranya meliputi : LAF
yang memiliki fungsi untuk bekerja secara aseptis karena LAF memiliki pola
pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar
UV beberapa menit sebelum digunakan dapat mencegah terjadinya kontaminasi
yang terjadi karena keadaan lingkungan, Inkubator ialah alat untuk menginkubasi
dan menumbuhkan mikroba pada suhu yang terkontrol, alat ini dilengkapi
dengan pengatur suhu dan pengatur waktu, Colony counter berguna untuk
mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam
cawan karena adanya kaca pembesar, Mikroskop binokuler yaitu alat untuk
melihat sel mikroorganisme, dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan waterbath merupakan alat
yang berfungsi untuk memanaskan media agar (yang digunakan untuk analisa
dengan teknik tuang / pour plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair,

bisanya suhu diatur pada kisaran 40-450 C. Alat-alat diatas masuk dalam lingkup

akreditasi di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

11
Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta. Sampel yang merupakan cakupan
laboratorium ini diuji pada berasal dari daerah Yogyakarta hingga Jawa Tengah.

C. Laboratorium Mikrobiologi
1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme
sampai ke sporasporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan maupun
peralatan kerja . Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan alat dan

makanan sampai temperatur 121℃, selama waktu 15 menit. Salah satu contoh

alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave (Hendrawati & Utomo,


2017).
Sterilisasi bertujuan untuk enghilangkan atau meminimalkan terjadinya
suatu kontaminasi dengan cara menghilangkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme. Prosesnya dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
dengan pemanasan, pemberian zat kimia dan radiasi sinar UV dan Filtrasi.
Sterilisasi harus dapat membunuh semua jasad renik yang ada jika
ditumbuhkan di alam suatu medium maka tidak ada jasad renik yang daat
berkembang biak. Sterilisasi juga harus dapat membunuh renik yang paling
tahan panas yaitu endospora bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan adanya
ketidaksempurnaan proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna
maka spora bakteri akan hilang.
Menurut Machmud (2008), pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik, dan kimiawi. Sterilisasi secara fisik
merupakan prinsip sterilisasi yang paling sering digunakan pada ranah
laboratorium. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan

12
penyinaran. Prinsip sterilisasi dibedakan menjadi 4 yaitu sterilisasi dengan

pemijaran (dengan api langsung), sterilisasi panas kering dengan suhu 60℃

-180℃.Sterilisasi dengan prinsip panas kering tepat digunakan untuk alat

yang terbuat dari kaca. Prinsip sterilisasi uap panas bertekanan menggunakan

autoklaf dengan suhu maks 121℃ dan tekanan 1 ATM. Sterilisasi dengan

uap air panas. Konsep steriliasasi ini sama dengan mengkukus. Bahan yang
mengandung air seperti media lebuh tepat menggunakan metode ini supaya
tidak terjadi dehidrasi.
Peralatan yang biasa disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan
diantaranya pipet, botol sampel, botol ringer, botol timba, labu erlenmeyer,
gelas ukur, beker glass, sendok, dan pinset. Tujuan peralatan tersebut
disterilkan yaitu guna menghindaari dan meminimalkan terjadinya
kontaminasi saat digunakan dalam ranah kerja mikrobiologi. Waktu yang
diperlukan untuk mensterilkan alat dan bahan berbeda. Untuk alat diperlukan
waktu 25- 30 menit, sedangkan untuk proses sterilisasi bahan seperti media
diperlukan waktu 15 menit.
2 Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri
dari campuran zat- zat makanan yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa
molekul molekul kecil yang akan dirakit menjadi komponen sel. Media
pertumbuhan dapat mengisolasi mikroorganisme dari campurannya untuk di
dapatkan kultur murni (Indra, 2008).
Medium pertumbuhan mikroorganisme dikelompokkan berdasarkan sifat
fisik, bentuk, komposisi dan fungsi. Menurut Waluyo (2010), berdasarkan
bentuk fisiknya media pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media
padat, media cair, dan media semi padat. Media padat adalah media yang

13
mengandung 1,5-2% agar sehingga mudah mengeras. Media setengah padat
yaitu media yang pada komposisinya mengandung 0,5% agar sehingga tidak
padat dan tidak cair. Media cair yaitu media yang tidak mengandung agar
sama sekali, contoh media cair yang sering dibuat pada laboratorium
mikrobiologi dan biologi lingkungan yaitu BHI, LTB, PCA dan BGLB.
Sedangkan, media padat yang sering dibuat yaitu Mac Conkey, BP, TSA,dan
SS. Masing- masing media memiliki fungsi spesifik bergantung pada
komposisi penyusunnya.
BHI (Brain heart infusion) merupakan suatu media universal yang cocok
untuk menumbuhkan beragam jenis mikroorganisme, termasuk bakteri, ragi
dan jamur filamen dari klinis spesimen. Brain Heart Infusion (BHI) efektif
dalam menumbuhkan atau pemeliharaan (enrichment) berbagai macam
mikroorganisme, termasuk banyak jenis patogen. Brain Heart Infusion (BHI)
Agar bdderfungsi sebagai medium universal untuk bakteri aerobik dan untuk
pemulihan utama jamur dan Actinomycetales (BD-Instruction, 2013).
Mac Conkey agar termasuk media selektif dan diferensial. Mac Conkey
sangat berguna untuk isolasi bakteri Gram negatif khususnya bakteri enterik.
Adanya kandungan garam empedu dan kristal violet akan menghalangi
pertumbuhan Gram positif dan bakteri non-enterik. Mac Conkey
mengandung laktosa dan mengandung neutral red yang merupakan indikator
pH sehingga media Mac Conkey dapat digunakan untuk membedakan bakteri
coliform laktosa fermenter dengan non-laktosa fermenter.
Medium SSA (Salmonella shigella agar) merupakan suatu media selektif
untuk mengidentifikasi Salmonella Shigella. Berdasarkan komposisinya
medium ini terdiri dari peptone, lab lemco/beef extract, laktosa, ox bile dried,
sodium citrate, sodium thisulfat, ammonium iron (III) citrate, brilliant green,
dan neutral red agar, yang tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri

14
lain, sehingga dapat dinyatakan hanya Salmonella-Shigella yang tumbuh dan
berkembangbiak dengan medium ini (Afifah, 2013).
Media selenit merupakan suatu media yang digunakan untuk mengisolasi
spesies Salmonella dari kotoran, urin atau bahan patologis lainnya. efek
penghambatan selenit selektif digunakan untuk mengisolasi Salmonella
Typhi. Media pengayaan secara rutin digunakan untuk mendeteksi patogen
pada spesimen fecal sehingga selenite Broth berguna untuk mendeteksi
Salmonella pada tahap penyakit nonakut (Kelly et al., 2003).
Media CCA (Chromocult Coliform Agar), digunakan untuk mengamati
bakteri coliform dan Escherichia coli. Media CCA adalah media yang sangat
selektif untuk uji analisa Coliform. Komposisi dari media CCA yaitu, pepton,
sodium chlorid, sodium dihidrogen posphat, disodium hidrogen posphat,
sodium piruvat, sorbitol, tergitol, Chromogenic mixture (Salmon-GAL dan
X-Glucoronid). Tergitol akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan sebagian bakteri Gram negatif tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan
bakteri Coliform Pepton, pyruvat, sorbitol, sodium dihidrogen phosphat,
disodium hidrogen phospat, akan mempercepat pertumbuhan Coliform
(Raugel, 2012).
3. Identifikasi Bakteri Dengan Alat BD
Identifikasi mikroorganisme merupakan suatu kegiatan untuk
mengetahui spesies apakah bakteri yang ditumbuhkan. Sebelum di
identifikasi terlebih dahulu dilakukan pengecatan gram. Pengecatan gram
dilakukan untuk mengetahui panel apakah yang akan di tanam pada alat
microba analyzer.
Pengecatan gram merupakan suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar yaitu bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel keduanya.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan warna metil

15
ungu pada pewarnaan gram. Sedangkan, bakteri gram positif akan
mempertahankan warna krista ungu setelah dicuci dengan alkohol.sementara
bakteri gram negatif tidak (Radji, 2012).
Larutan I-d Broth merupakan komponen dari alat BD (microba analyzer)
yang berfungsi sebagai larutan pembentuk suspensi yang akan ditanam pada
panel PID maupun NID. Larutan ID- Broth memiliki komposisi yaitu NaCl
fisiologis 0,2%. Dalam pembutan suspensi Larutan Id- Broth akan di isikan
oleh isolat bakteri yang kemudian di homogenkan dan diukur kekeruhannya
dengan spektrofotometer. Batas kekeruhan yaitu 0,5-0,6 apabila kurang atau
lebih dari batas kekeruhan maka alat BD tidak akan dapat mengidentifikasi
bakteri tersebut.
4. Pengujian Sampel Makanan dan Minuman dengan Metode Pour
Plate
Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses dari
produksi pangan seperti pengelolaan makanan yang tidak memenuhi syarat
higiene dan sanitasi, peralatan yang digunakan tidak bersih, bahan pangan
tidak aman misalnya menggunakan bahan berbahaya, pengolah makanan yang
tidak menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dan juga dapat dari
pencemaran lingkungan termasuk air, tanah dan udara. Kontaminasi
dikelompokkan ke dalam 4 macam (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2012), yaitu, Pencemaran mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan,
pencemaran fisik seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran lainnya,
pencemaran kimia seperti pupuk, pestisida, mercuri, cadmium, arsen, cianida
dan sebagainya, pencemaran radio aktif seperti radiasi, sinar alfa (α), sinar
gamma, radio aktif, sinar cosmis dan sebagainya.
Dalam pengujian sampel makanan dan minuman metode yang biasa
digunakan yaitu metode cawan tuang (Pour Plate). Metode cawan tuang
merupakan sebuah metode atau cara untuk memperoleh koloni murni dari

16
populasi campuran mikroba ialah dengan mengencerkan spesimen dalam
medium agar yang telah disterilkan dicairkan kemudian didinginkan 50°C
yang kemudian dituang ke cawan. Karena kadar sel-sel mikroba di dalam
spesimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnya satu di antara
cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan
ataupun di dalam agar (Salmah, 2004). Metode cawan tuang juga digunakan
dalam pengujian suatu zat atau senyawa yang diduga dapat membunuh bakteri.
Media yang biasa digunakan untuk melakukan pengujian dengan metode
cawan tuang adalah Chromocault coliform agar. Chromocult Coliform Agar
(CCA) merupakan media selektif mengandung kombinasi salmon-gal dan
x-glucoronida yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri Coliform
dan E.coli dalam makanan ataupun minuman. Komposisi CCA terdiri dari
pepton, sodium klorida, sodium dihidrogen phospat, disodium hidrogen
phospat, sodium pyruvat, sorbitol, tergitol, chromogenik (salmon-gal dan
x-glucoronide). Tergitol yang terkandung pada media CCA berfungsi sebagai
zat penghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan sebagian bakteri gram
negatif tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan bakteri Coliform.
D. Laboratorium Biologi Lingkungan
1. Media Pertumbuhan
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut dengan medium. Medium yang digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme harus sesuai dengan
kebutuhan jenis- jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana
maupun medium yang diperkaya. Namun, mikroorganisme lain memerlukan
suatu medium yang cukup kompleks yaitu berupa medium yang ditambahkan
mineral- mineral lainnya (Volk & wheleer, 1993).

17
Media yang digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negatif)
yang berada dalam air dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan justru mempercepat pertumbuhan bakteri coliform. Ada atau tidaknya
bakteri coliform didalam suatu sampel air ditunjukkan dengan terbentuknya
gelembung gas dan asam yang disebabkan karena adanya fermentasi laktosa
oleh bakteri (Munif et al., 2012).
Media LTB (Lauryl Triptose Broth)merupakan sebuah media untuk
mendeteksi organisme coliforrm dalam buangan air dan air buangan. LTB
yaitu media selektif yang digunakan untuk mendeteksi coliform dalam air.
Media LTB di desain sebagai media pengkaya dan penghasil gas berlimpah
dari inokulasi coliform. Dalam pengujian sampel air dengan metode MPN
(Most Probable Number) media LTB digunakan pada tahap uji perkiraan
(Astuti, 2012). Media LTB mengandung senyawa Lauryl sulfat yang berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan mikroba non koliform karena sebagian
bakteri non koliform tidak menghidrolisis laktosa. Keunggulannya ini
membuat media LTB lebih direkomendasikan untuk pengujian bakteri
coliform (Saridewi et al.,2016).
Media BGLB (Briliant Green Lctose Broth) merupakan suatu media yang
digunakan untuk pemeriksaan MPN Coliform. Media BGLB dapat
diklasifikasikan berdasarkan susunan kimiawi, konsistensi atau kepadatannya,
wadah yang digunakan dan fungsinya. Berdasarkan susunan kimianya media
BGLB termasuk media sintetis karena semua komponen penyusunnya
merupakan zat kimia. Berdasarkan konsistensi atau kepadatannya BGLB
merupakan media cair karena mengandung 0% agar. Media BGLB merupakan
media yang digunakan untuk uji penegasan MPN. BGLB dapat menguji
keberadaan bakteri coliform yang berada pada air minum, air limbah, dan air
tanah. Komponen penyusun media BGLB diantaranya yaitu peptone sebagai
sumber nitrogen, vitamin, mineral dan asam amino essensial yang berguna

18
untuk pertumbuhan bakteri, dan laktosa yang berfungsi sebagai karbohidrat
yang di fermentasi sehingga dapat meyediakan sumber karbon dan energi (
Sukarman, 2012).
2. Pengujian Bakteri Coliform dan Eschericia coli pada Sampel Air
Tanah dan Air Badan Air dengan Metode MPN (Most Probable
Number)
Air tanah merupakan salah satu bentuk air yang berada di sekitar bumi kita
dan terdapat di dalam tanah. Air tanah pada umumnya terdapat dalam lapisan
tanah baik dari yang dekat dengan permukaan tanah sampai dengan yang jauh
dari permukaan tanah. Ait tanah ini merupakan salah satu sumber air, ada
saatnya air tanah ini bersih tetapi terkadang keruh sampai kotor, tetapi pada
umumnya terlihat jernih. Air tanah yang jernih ini umumnya terdapat di daerah
pegungungan dan jauh dari daerah industri, sehingga biasanya penduduk dapat
langsung mengkonsumsi air ini, sedangkan air tanah yang terdapat di daerah
industri sering kali tercemar, jika pihak industri kurang peduli akan
lingkungan, dan air tanah yang terdapat di daerah perkotaan pada umumnya
masih baik, tetapi tidak dapat langsung dikonsumsi. Air tanah yang tercemar
umumnya diakibatkan oleh ulah masusia yang kurang bahkan tidak peduli
akan lingkungan sekitar (Sutandi, 2012).
Contoh air tanah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk kehidupan
sehari- hari yaitu air kran dan air sumur. Air kran dan air sumur merupakan
contoh air tanah yang sering ditemukan dan dipergunakan oleh banyak
masyarakat. Terkadang banyak air kran yang mengeluarkan bau tidak sedap
dan berwarna kekuningan. Hal itu mungkin dipengaruhi oleh adanya cemaran
lingkungan sekitar, lokasi yang berdekatan dengan saluran pembuangan dan
sebagainya.
Air badan air merupakan suatu air yang termasuk pada air permukaan. Air
permukaan dibedakan menjadi dua macam yaitu air badan air mengalir dan air

19
badan air menggenang. Salah satu contoh badan air mengalir adalah sungai.
Sungai dicirikan oleh arus yang searah relatif kencang, dengan kecepatan
berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim,
dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi percampuran massa
air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air
seperti pada perairan tergenang. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi
merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora
dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
Bakteri patogen ada pada densitas rendah pada air tetapi ketiadaan
organisme patogenik pada sampel air yang diuji tidak dapat membuktikan
bahwa organisme tersebut tidak ada pada air di mana sampel diambil.
Beberapa jenis bakteri yang ditemukan pada saluran pencernaan manusia
dan hewan berdarah panas lain dapat dijadikan indikator adanya organisme
patogen pada air antara lain colifecal dan coliform, total coliform,
Escherichia coli, streptococci dan Enterococci (Nollet & De Gelder, 2014).
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok
dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk
spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C. Adanya
bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti et al, 2004).
Teknik Most Probable Number (MPN) banyak digunakan untuk
menghitung populasi mikroba dalam bahan atau produk pangan.
Penghitungan mikroba dengan teknik MPN merupakan kombinasi antara
pertumbuhan populasi mikroba dan Tabel Mc Crady. Teknik MPN

20
didasarkan pada pengenceran sampel. Prinsipnya, bila sampel diencerkan
terus menerus maka akhirnya akan diperoleh larutan yang tidak mengandung
mikroba (Afrianto, 2008).
Menurut Nuria et al (2009) Hasil analisa metode MPN didapatkan dari
mencocokkan dengan tabel MPN, yaitu tabel yang memberikan The Most
Probable Number atau jumlah perkiraan terdekat, yang tergantung dari
kombinasi tabung positif (yang mengandung bakteri Coli) dan negatif
(yang tidak mengandung bakteri Coli) dari kedua tahap tes. Angka MPN
tersebut mempunyai arti statistik dengan derajat kepercayaan (level of
significancy) 95 %
a. Apabila hasil tabung yang positif terdapat pada kombinasi tabung
yang positif pada tabel MPN, maka jumlah bakteri E. coli dan
Coliform dihitung menggunakan tabel MPN.
b. Apabila hasil tabung yang positif tidak terdapat pada kombinasi
tabung yang positif pada tabel MPN maka jumlah bakteri E. coli dan
Coliform dihitung dengan rumus sebagai berikut
A x100
Jumlah Bakteri (JPT/100 ml) =
BxC
Keterangan : A = jumlah tabung yang positif
B = volume (ml)sampel dalam tabung yang(-)
C= volume (ml) sampel dalam semua tabung

3. Pengujian Sampel dengan Metode Angka Lempeng Total (ALT)


Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri
dalam tiap-tiap 1ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip dari
ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah
sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang
kemudian dieramkan selama 24–48 jam pada suhu 35– 37°C. Uji ALT

21
merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya bakteri
yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa (Musa et al., 2017).
Metode ALT adalah juga dikatakan sebagai metode kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel,
umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka
Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml atau per
gram atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,
cara tetes dan cara sebar (BPOM, 2007).
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel
yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni
yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme
yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Dan mencawankan hasil
pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan
diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk
penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni.
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel
yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni
yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme
yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Dan mencawankan hasil
pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan
diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk
penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni.
Karena jumlah mikroorganimse dalam sampel tidak diketahui sebelumnya,
maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung
koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan
sederatan pengenceran dan pencawanan.

22
Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada
cawan yang bersangkutan. Cara ini yang paling umum digunakan untuk
perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri
pengenceran bahan dengan kelipatan 10 dari masing-masing pengenceran
diambil 1 cc dan dibuat taburan dalam petridish (pour plate) dengan medium
agar yang macam caranya tergantung pada macamnya mikrobia. Setelah
diinkubasikan dihitung jumlah koloni tiap petridish dapat ditentukan jumlah
bakteri tiap cc atau gram contoh, yaitu dengan mengalikan jumlah koloni
dengan kebalikan pengencerannya, misalnya untuk pengenceran 1:10.000
terdapat 45 koloni bakteri maka tiap cc atau gram bahan mengandung
450.000 bakteri. Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam petridish
dapat digunakan colony counter yang biasanya dilengkapi electronic register.
Pada perhitungan dengan cara ini diperlukan beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu :
a. Jumlah bakteri tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak
ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
b. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas
petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
c. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka
pertama didepan koma dan angka kedua dibelakang koma
d. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan angka kurang
30 koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran
terendah yang dihitung.
e. Hasil dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam
tanda kurung.

23
f. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan lebih dari 300
koloni pada cawan petri, hanya koloni pada pengenceran tertinggi
yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih besar dari 300
dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
g. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni
dengan jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil
tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau
sama dengan 2 maka tentukan rata-rata dari kedua nilai
tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya.
h. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih dari 2,
yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil (Jutono et al, 1973).
4. Pengujian Sampel Air dengan Metode Membran Filter
Membran filter merupakan suatu metode yang cukup mudah untuk
dilakukan dan memberikan hasil yang lebih cepat. Metode ini sangat baik
digunakan untuk sampel air minum, namun agak sulit jika digunakan untuk
sampel dengan jumlah bakteri yang sangat banyak dan kandungan bakteri non
coliform yang cukup tinggii. Membran filter yang digunakan biasanya
mempunyai kerapatan 0,45 mikron dengan diameter sekitar 50 mm. Jenis
bahan filter harus dipilih sehingga bakteri tidak terganggu oleh komponen
bahan membrane filter tersebut. Keuntungan metode membrane filter
adalah sampel yang digunakan cukup banyak sehingga dapat memberikan
gambaran kualitas air yang benar, hasilnya cepat dan menghemat waktu,
perkiraan secara kuantitatif beberapa jenis bakteri dapat dengan cepat diuji,
dan filter dapat dipindahkan ke dalam medium yang berbeda.
Kerugian metode tersebut adalah air dengan turbiditas tinggi dapat
membatasi volume sampel, bakteri dengan populasi yang tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dan senyawa-senyawa logam dan

24
fenol dapat ikut tersaring dan menghambat pertumbuhan bakteri (Prescott dkk.
1999: 876).
Kelemahan metode membran filtrasi adalah apabila sampel banyak
mengandung pertikel yang nantinya akan tertahan di membran dan berpotensi
mengganggu perhitungan koloni. Selain itu metode ini memerlukan investasi
beberapa lipatan utama dan pompa vakum untuk pelaksanaannya. Penggunaan
jenis membran yang tepat juga akan mempengaruhi hasil karena interaksi
antara bahan kimia dari media dengan membran sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri (Ossmer et.al, 1999).

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

1. Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biologi


Lingkungan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta. Alamat Jl. Wiyoro Lor, Baturetno,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55197.
2. Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 22 Januari sampai 22 Februari
2018.
B. Instrumen Praktel Kerja Lapangan
Kegiatan yang dilakukan dalam praktik kerja lapangan di BBTKLPP
Yogyakarta adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium Mikrobiologi

25
a. Sterilisasi Alat
b. Pembuatan Media Mac Conkey, TSA, BHI, Chromocault dan
Ringer Solution
c. Identifikasi isolat bakteri BUSB1 dengan alat BD
d. Pengujian Sampel Makanan dengan metode pour plate
2. Laboratorium Biologi Lingkungan
a. Pembuatan Media LTB Tipis, LTB Tebal, BGLB dan Ringer
Solution
b. Pengujian Sampel Air Tanah dan Air ABA dengan metode MPN
c. Pengujian Sampel Air dengan metode ALT
d. Pengujian Sampel Air Minum dengan metode Membran Filter

C. Alat dan Bahan


1. Laboratorium Mikrobiologi
a. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan untuk sterilisasi alat yaitu :
1) Autoklaf
2) Cawan petri
3) Botol Sampel
Bahan yang digunakan untuk sterilisasi alat yaitu :
1) Kertas coklat
2) Plastik HDPE
3) Aluminium Foil
4) Tali Pengikat
b. Pembuatan Media

26
 Media BHI
Alat yang digunakan untuk pembuatan media BHI yaitu
1) Gelas ukur 100ml 4) Labu erlenmeyer steril
2) Timbangan analitik 5) Autoclaf
3) Sendok steril 6) Panci pemanas
7) Botol media
Bahan yang digunakan untuk pembuatan BHI yaitu
1) Media BHI sebanyak 7,4 gram
2) Akuades
 Media TSA
Alat yang digunakan untuk pembuatan media TSAyaitu
1) Gelas ukur steril100ml
2) Timbangan analitik
3) Sendok steril
4) Labu erlenmeyer steril
5) Autoclaf
6) Panci pemanas
7) Cawan petri

27
Bahan yang digunakan untuk pembuatan media TSA yaitu
1) Media TSA sebanyak 8 gram
2) Akuades

28

Anda mungkin juga menyukai