Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan tekhnologi dan tingkat pendidikan masyarakat dewasa ini yang
semakin maju maka Rumah Sakit pun dituntun berkembang selaras dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknolgi kedokteran serta pelayanan yang prima. Kepuasan pasien dan
keluarga menjadi prioritas pelayanan di setiap lini.
Demikian juga Rumah Sakit WARAS WIRIS memberikan pelayanan dengan
mengedepankan pelayanan kepada kepuasan pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga harus
mengetahui hak-hak apa saja yang dimiliki serta kepuasan terhadap proses pengobatan
maupun pelayanan di Rumah Sakit, kemudahan mencari informasi tentang penyakit atau
fasilitas yang dimiliki Rumah Sakit serta kewajiban Dokter dan Rumah Sakit harus
dilaksanakan dengan benar sehingga kejadian yang tidak diharapkan atau kesalahan
pengobatan tidak terjadi, privasi pasien serta pelayanan dapat terwujud dengan prima.
Adanya tuntutan jalur hukum semakin memacu Dokter dan Rumah Sakit untuk
melakukan proses perawatan pasien sesuai prosedur yang benar dan menghargai hak-hak
pasien dan keluarga. Dengan demikian pasien dan keluarga merasa puas dan tidak dirugikan,
Rumah Sakit semakin berkembang dan dapat melakukan pelayanan yang prima.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup hak pasien dan keluarga dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain
sasaran identifikasi hak pasien, menginformasikan hak pasien dengan cara yang baik,
mendukung dan memberikan hak pasien, edukasi staf tentang hak pasien, general dan
informed consent.
Identifikasi Hak Pasien :
1. Hak privasi yaitu mengidentifikasi harapan, kebutuhan dan keinginan pasien untuk privasi,
hormat pada setiap wawancara klinis, pemeriksaaan, prosedur atau pengobatan dan
transportasi.
2. Hak menentukan diri sendiri.
3. Hak mendapatkan perawatan yang optimal.
4. Hak untuk dilibatkan dalam pengobatan.
5. Hak mendapatkan pelayanan kerohanian, rumah sakit mengidentifikasi, menghormati,
mempraktikkan, memberikan pelayanan yang menghormati nilai dan kepercayaan pasien,
merespon permintaan yang bersifat rutin atau kompleks serta permintaan untuk keperluan
dukungan agama dan spiritual pasien.
6. Hak keamanan barang milik pasien, rumah sakit menentukan tingkat tanggung jawabnya
terhadap barang milik pasien, pasien memperoleh informasi tentang tanggung jawab

1
rumah sakit dalam melindungi barang milik pasien, mengambil alih tanggung jawab dalam
keadaan pasien tidak mampu.
7. Hak perlindungan dari kekerasan fisik.
8. Hak bebas dari rasa nyeri.

General dan Informed Consent :


1. Persetujuan umum untuk rawat jalan dan rawat inap.
2. Kategori terapi atau tindakan yang membutuhkan informed consent.
3. Diberikan oleh operator atau staf terlatih.
4. Metode, cara dan bahasa yang dipahami pasien.

C. Batasan Operasional
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah
penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan istilah
agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan terjadi persepsi serta pemahaman yang jelas.
1. Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan
hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Hak pasien menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pasal 32:
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit.
b. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien tehindar
dari kerugian fisik dan materi.
f. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.
i. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
j. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
k. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
2
l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Pasian berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap
dirinya.
p. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
atau pidana.
r. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh
seseorang atau suatu badan hukum.
Kewajiban Pasien:
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala aturan dan tata tertib
Rumah Sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban untuk melunasi semua biaya atas
jasa pelayanan Rumah Sakit / dokter.
5. Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.

3. Pasien, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah orang yang sakit. Pasien dalam
praktik sehari-hari sering dikelompokkan menjadi:
a. Pasien dalam atau rawat inap, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau
dirawat khusus pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu dengan cara menginap
dan dirawat di rumah sakit.
b. Pasien jalan atau luar atau rawat jalan, yaitu pasien yang hanya memperoleh
pelayanan kesehatan, biasanya pasien yang sudah sembuh tapi masih dalam perobatan
juga.
4. Keluarga Pasien
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

3
keadaan saling ketergantungan. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
Ayah:
- Ayah kandung
- Termasuk “Ayah“ adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu:
- Ibu kandung
- Termasuk “Ibu” adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.
Suami:
- Seorang laki-laki dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Istri:
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu istri persetujuan atau
penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
Wali:
- orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk
mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum
menggantikan kedudukan orang tua.
Induk semang:
- orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung jawab terhadap
pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau kepala rumah
tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
5. Rumah Sakit adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi berbagai masalah kesehatan dan memberikan layanan, pengobatan,dan
perawatan bagi penderita berbagai penyakit yang dilengkapi dengan perlengkapan medis
yang lengkap dengan dokter dan perawatnya (kamus besar bahasa Indonesia)
Hak Rumah Sakit
a. Rumah Sakit berhak menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit berhak menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi,
insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
c. Rumah Sakit berhak melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan.
d. Rumah Sakit berhak menerima bantuan dari pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Rumah Sakit berhak menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
4
f. Rumah Sakit berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan.
g. Rumah Sakit berhak mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

Kewajiban Rumah Sakit


a. Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat.
b. Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit.
c. Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya.
d. Rumah Sakit wajib menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin.
e. Rumah Sakit wajib melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan
fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti
sosial bagi misi kemanusiaan.
f. Rumah Sakit wajib membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
g. Rumah Sakit wajib menyelenggarakan rekam medis.
h. Rumah Sakit wajib menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-
anak, dan lanjut usia.
i. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistem rujukan.
j. Rumah Sakit wajib menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.
k. Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak
dan kewajiban pasien.
l. Rumah Sakit wajib menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
m. Rumah Sakit wajib melaksanakan etika Rumah Sakit.
n. Rumah Sakit wajib memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana.
o. Rumah Sakit wajib melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional.
p. Rumah Sakit membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran dan
melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital by laws).
5
q. Rumah Sakit wajib melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas.
r. Rumah Sakit memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Hak Dokter:
a. Dokter berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
b. Dokter berhak untuk bekerja menurut standar pelayanan serta berdasarkan hak
otonomi.
c. Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan,profesi,dan etika.
d. Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya
hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama yang
baik tidak mungkin diteruskan lagi,kecuali untuk pasien gawat darurat dan wajib
menyerahkan pasien kepada orang lain.
e. Dokter berhak atas privasi.
(Berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau
tindakan yang melecehkan atau memalukan).
f. Dokter berhak mendapat informasi lengkap dari pasien yang dirawatnya atau dari
keluarganya.
g. Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien
yang tidak puas terhadap pelayanan.
h. Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh Rumah Sakit maupun oleh
pasien.
i. Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang diberikannya
berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang berlaku di rumah Sakit.
Kewajiban Dokter:
a. Dokter wajib mematuhi peraturan Rumah Sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara dokter dengan Rumah sakit.
b. Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran dan menghormati hak-hak pasien.
c. Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain atau Rumah Sakit lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.

6
d. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
e. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita,
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
f. Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
g. Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik
yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya.
h. Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara lengkap dan berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien.
i. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi.
j. Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
k. Dokter wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
l. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak Rumah Sakit.

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M 0.2 .04.3.5.2504 tanggal
10 juni 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Hak Pasien dan Keluarga diketuai oleh seorang perawat yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman di bidang hak pasien dan keluarga dibantu tim yang menjalankan fungsi
pemeliharaan fasilitas dan manajemen Hak Pasien dan Keluarga. Tim Hak Pasien dan
Keluarga terdiri dari sekretaris yang menjalankan koordinasi, pengarsipan dan mengevaluasi
program dan kegiatan Hak Pasien Keluarga. Dalam melaksanakan sosialisasi program kerja
7
di tiap unit pelayanan dibantu oleh masing-masing penanggung jawab sosialisasi lintas unit
yang terdapat di tiap ruangan baik rawat jalan maupun rawat inap, sehingga pemenuhan
kebutuhan hak dan keselamatan pasien dapat tercapai dengan memuaskan. Pelayanan
kerohanian juga dibantu oleh pemuka masing-masing agama yaitu Islam, Kristen, Katholik,
Hindu, Budha, dan Konghuchu.
Atas dasar tersebut maka diperlukan perencanaan Sumber Daya Manusia yang baik demi
tercapainya tujuan dan sasaran melalui strategi pengembangan konstribusi.
Kualifikasi sumber daya manusia dalam tim HPK adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tim Hak Pasien dan Keluarga
Nama Jabatan Kualifikasi Tenaga Yang
Formal & Nonformal Dibutuhkan
Ketua HPK  Pendidikan Diploma III Keperawatan 1
dengan masa kerja lebih 5 tahun
Sekretaris HPK Karyawan tetap rumah sakit 1
Memiliki keterampilan dan pengetahuan
tentang surat-menyurat
Penanggung jawab Diploma III 1
pelayanan kerohanian, Memiliki keterampilan dan pengetahuan
pendampingan pasien tentang pelayanan kerohanian,
kritis dan pelayanan tahap pendampingan pasien kritis dan
terminal pelayanan tahap terminal
Penanggung jawab Diploma III 1
persetujuan tindakan Memiliki keterampilan dan pengetahuan
kedokteran (informed tentang persetujuan dan penolakan
consent) dan penolakan tindakan kedokteran
tindakan kedokteran
Penanggung jawab Diploma III 1
perlindungan kebutuhan Memiliki keterampilan dan pengetahuan
privasi, pemberian tentang perlindungan kebutuhan
informasi pelayanan dan privasi, pemberian informasi
penyelesaian keluhan pelayanan dan penyelesaian keluhan
Penanggung jawab  Diploma III 1
perlindungan harta dan  Memiliki keterampilan dan
kekerasan fisik pengetahuan tentang perlindungan
harta dan kekerasan fisik

8
B. Distribusi Ketenagaan
Tim HPK berjumlah 6 orang dan sesuai dengan struktur organisasi tim HPK terbagi
menjadi ketua, sekretaris, Penanggung jawab pelayanan kerohanian, pendampingan pasien
kritis dan pelayanan tahap terminal, Penanggung jawab persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) dan penolakan tindakan kedokteran, Penanggung jawab perlindungan
kebutuhan privasi, pemberian informasi pelayanan dan penyelesaian keluhan, Penanggung
jawab perlindungan harta dan kekerasan fisik.

C. Pengaturan Dinas

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

9
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Setiap pasien yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit WARAS WIRIS akan
dilayani oleh petugas mulai dari bagian penerimaan baik rawat jalan maupun rawat
inap.Informasi tentang hak dan kewajiban pasien, fasilitas layanan di Rumah Sakit
WARAS WIRIS sudah di dapat di bagian penerimaan, informasi lain mengenai
proses pemeriksaan,pelayanan medis maupun non medis akan didapat di unit-unit
terkait. Di masing-masing unit juga disediakan loker khusus untuk penyimpanan
barang berharga milik pasien, adanya CCTV di setiap unit terutama di lokasi yang
terpencil atau terisolasi, detektor asap di masing-masing unit, alarm kebakaran, dan
tersedianya apar di setiap unit.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia adalah formulir serah terima barang pasien, lembar
persetujuan tindakan, lembar penolakan tindakan, informasi hak dan kewajiban
pasien, buku tarif Rumah Sakit WARAS WIRIS , formulir permintaan pelayanan
kerohanian, CCTV di setiap unit dan lokasi yang terpencil atau terisolasi, apar di
masing-masing unit, bel pasien di setiap bed dan kamar mandi pasien.

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Asesmen Hak Pasien dan Keluarga


Pengertian : pengkajian yang dilakukan oleh staf rumah sakit untuk mengidentifikasi
kebutuhan akan hak pasien dan keluarga.
Tujuan :  Mengidentifikasi, melindungi dan meningkatkan hak pasien
 Memberitahukan pasien tentang hak mereka
 Melibatkan keluarga pasien, bila mungkin dalam keputusan tentang
pelayanan pasien
 Mendapatkan persetujuan tindakan (informed consent)
 Mendidik staf tentang hak pasien
Pelaksanaan :  Semua pasien yang masuk di Rumah Sakit WARAS WIRIS
dilakukan asesmen tentang hak pasien dan keluarga
 Hasil pengkajian hak pasien dan keluarga dicatat di rekam medik
 Pasien dan keluarga mendapat pemenuhan kebutuhan privasi
 Pasien dan keluarga mendapat perlindungan harta
 Pasien dan keluarga mendapat perlindungan terhadap kekerasan
fisik
 Pasien dan keluarga berhak menolak resusitasi dan pengobatan
 Pasien dan keluarga memperoleh informasi hasil pengobatan
 Pasien dan keluarga mendapat tanggapan akan keluhan
 Pasien dan keluarga mendapat pelayanan kerohanian

B. Tata Laksana Pemenuhan Kebutuhan Privasi


Pengertian : Kerahasiaan informasi tentang data-data rekam medis pasien meliputi
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, pengobatan, hasil pemeriksaan
penunjang, rencana tindakan oleh tenaga kesehatan dan rumah sakit.
Tujuan :  Melindungi hak-hak privasi pasien secara optimal
 Sebagai acuan bagi petugas rumah sakit dalam memberikan
pelayanan dan asuhan kesehatan

11
Pelaksanaan :  Setiap pasien yang mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai satu data rekam medis yang disimpan di instalasi rekam
medis
 Peminjaman dan pembukaan data rekam medis harus disetujui oleh
pasien secara tertulis
 Peminjaman data rekam medis untuk keperluan penelitian harus
seizin direktur rumah sakit secara tertulis
 Informasi berkenaan dengan pasien hanya boleh diberikan kepada
pasien dan keluarga inti atau wali yang ditunjuk
 Tidak memasang data informasi pasien yang dirawat di rumah sakit
secara terbuka

C. Tata Laksana Perlindungan Harta


Pengertian : Tata cara melindungi barang pasien pada saat dilakukan tindakan atau
terhadap pasien yang tidak mampu mengamankan barang miliknya
Tujuan : mengamankan harta atau barang pasien saat dilakukan pelayanan
kesehatan
Pelaksanaan :  Staf menyediakan fasilitas pengamanan barang yaitu lemari dengan
kunci serta formulir serah terima barang
 Staf bersama pasien atau keluarga melakukan serah terima barang
 Barang disimpan oleh staf di lemari dan di kunci
 Kunci dibawa penanggung jawab shift
 Pengambilan barang oleh pasien dan keluarga dilakukan dengan
mencocokkan format serah terima barang dan ditandatangani kedua
belah pihak

D. Tata Laksana Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik


Pengertian : Tata cara melindungi pasien terhadap kekerasan fisik terutama pada
pasien usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti
oleh pengunjung, pasien lain maupun staf Rumah Sakit.
Tujuan : Keselamatan dan keamanan pasien terutama pada pasien usia lanjut,
penderita cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti.
Pelaksanaan :  Staf melakukan asesmen dan mengidentifikasi pasien di rumah sakit
 Untuk kelompok pasien yang berisiko ditempatkan sedekat mungkin
dengan kantor perawat
 Memasang pengaman tempat tidur pasien dan memastikan bel
pasien mudah dijangkau dan berfungsi
 Meminta anggota keluarga untuk menjaga pasien selama 24 jam
 Perawatan di kamar bayi, pintu selalu dikunci dan kunci dibawa
oleh penanggung jawab shift
12
 Staf melapor ke satuan pengamanan apabila menjumpai pengunjung
yang mencurigakan
 Satuan pengamanan mempunyai wewenang menanyai setiap
pengunjung yang dianggap mencurigakan
 Akses pintu masuk tiap-tiap unit dikunci pada jam 21.00 WIB
 Pemberlakuan jam berkunjung

E. Tata Laksana Penolakan Resusitasi dan Pengobatan


Pengertian : Suatu pendapat pasien atau keluarga memberikan penolakan
pengobatan atau resusitasi setelah mendapat penjelasan dari dokter
penanggung jawab pasien
Tujuan :  Pasien atau keluarga memahami dan mengerti tentang hak-haknya
dalam menolak resusitasi dan pengobatan serta risiko yang
diakibatkan dari keputusan tersebut
 Staf rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga
Pelaksanaan :  Pasien dewasa berhak menolak tindakan atas dirinya sendiri atau
pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap dirinya (belum
cukup umur, gangguan kesadaran mental dan fisik) diwakilkan
kepada anggota keluarga atau wali yang ditunjuk secara hukum
dengan membuat pernyataan penolakan tindakan dan pengobatan
secara tertulis setelah mendapat penjelasan risiko yang diakibatkan
oleh dokter penanggung jawab pasien
 Perawat mendokumentasikan keputusan pasien atau keluarga di
rekam medis 13.1
 Perawat melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien
 Apabila pasien atau keluarga menarik kembali keputusan penolakan
tindakan dan pengobatan, maka dilakukan secara tertulis

F. Tata Laksana Informasi Pelayanan dan Pengambilan Keputusan


Pengertian : Penyampaian informasi layanan kesehatan kepada pasien dan keluarga
baik informasi yang bersifat umum maupun yang berkaitan dengan
penyakit, rencana pengobatan dan rencana tindakan
Tujuan : Pasien dan keluarga memahami, mengerti dan dapat mengambil
keputusan terhadap pelayanan kesehatan
Pelaksanaan :  Bagian tempat penerimaan pasien dan informasi
Informasi yang diberikan bersifat umum, fasilitas rumah sakit, tarif
kamar perawatan, tarif pemeriksaan penunjang, daftar dokter yang
mempunyai surat izin praktek di rumah sakit, asuransi yang bekerja

13
sama dengan rumah sakit serta hak pasien dan keluarga
 Instalasi rawat inap
Informasi yang bersifat umum, rencana pelayanan dan tindakan
keperawatan, biaya perawatan, persiapan operasi, dan prosedur
pemulangan pasien
 Dokter Instalasi Gawat Darurat, Dokter poli umum dan spesialis,
Dokter gigi, Dokter penanggung jawab pasien dan Dokter anestesi
Informasi tentang diagnosa penyakit, rencana pengobatan dan
tindakan, risiko, komplikasi, prognosis dan alternatif pengobatan

G. Tata Laksana Menanggapi dan Penyelesaian Keluhan


Pengertian : Suatu respon atau tindakan penyelesaian terhadap pernyataan atau
ungkapan rasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan
Tujuan : Menciptakan pemahaman dan keyakinan bahwa keluhan dapat
diselesaikan dengan prosedur yang sudah ditetapkan dan memuaskan
Pelaksanaan :  Staf mengidentifikasi dan melakukan pengkajian pada pasien
 Staf mencatat keluhan pasien
 Staf mengklarifikasi permasalahan dan mencari jalan keluar,
apabila masalah tidak dapat diselesaikan akan ditindaklanjuti oleh
kepala unit, pelayan pelanggan, Direktur. Pada tingkat Direktur
masalah tidak selesai akan ditindaklanjuti oleh konsultan hukum,
kepolisian dan terakhir di tingkat pengadilan.

H. Tata Laksana Pelayanan Kerohanian


Pengertian : Pendampingan keagamaan yang diperlukan pasien selama dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tujuan :  Membantu pasien dan keluarga menghadapi masalah kesehatan
dipandang dari sudut kerohanian
 Memberikan fasilitas pelayanan doa sesuai dengan agama dan
kepercayaan pasien atau keluarga
 Membantu pasien dan keluarga menghadapi sakratul maut atau
kematian, penyakit terminal
 Memberikan ketenangan dan kenyamanan pasien dan keluarga
Pelaksanaan :  Tim pelayanan kerohanian membuat jadwal dan mengatur kegiatan
pelayanan kerohanian
 Staf mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
kerohanian
 Staf menghubungi petugas pelayanan kerohanian sesuai dengan
agama dan keyakinan pasien
 Setelah pasien atau keluarga setuju, tim pelayanan kerohanian

14
mengatur dan menyiapkan kebutuhannya

BAB V
LOGISTIK

A. Penyediaan
1. Lembar pemberian informasi kepada pasien dan keluarga rangkap dua, satu untuk
diserahkan ke pasien, satu lembar untuk dokumen rekam medis
2. Lembar rencana pelayanan
3. Lembar serah terima barang
4. Lembar permintaan pelayanan kerohanian
5. Lembar persetujuan tindakan
6. Lembar penolakan tindakan
7. Loker penyimpanan barang pasien yang dititipkan di masing-masing unit
8. Pesawat telepon di masing-masing unit 24 jam
9. Kamera CCTV di masing-masing unit dan tempat yang terisolasi
10. Pesawat HT diberikan pada satuan pengamanan
11. Papan petunjuk dokter yang mempunyai surat izin praktik di rumah sakit
12. Apar pemadam kebakaran di masing-masing unit dan di setiap lobi rumah sakit

B. Pengelolaan
1. Pengelolaan lembar pemberian informasi kepada pasien dan keluarga, lembar rencana
pelayanan, lembar serah terima barang, lembar pelayanan kerohanian, lembar
persetujuan tindakan, dan lembar penolakan tindakan disediakan dan dikelola oleh
instalasi rekam medis rumah sakit.

15
2. Loker penyimpanan barang pasien dikelola oleh masing-masing unit.
3. Kamera CCTV dan pesawat HT dikelola oleh satuan pengamanan.
4. Apar pemadam kebakaran dikelola oleh unit teknisi.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan
lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.

16
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.


Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di
atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit

17
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.

 Sasaran Keselamatan Pasien Tim Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit
WARAS WIRIS
1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien.
2. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan identitas pasien rawat jalan
dengan tepat sejak awal pasien datang sampai dengan pasien pulang terhadap
semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
3. Komunikasi yang Kurang Efektif
Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang tidak
menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
4. Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5 momen
cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan

BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan

18
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam
hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim HPK dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan

19
 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.

b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan


 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak,
droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi perawatan
intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan. Dengan adanya tim HPK, diharapkan dapat meningkatkan dan

20
melindungi hak pasien dan keluarganya serta pasien memahami haknya selama mendapat
pelayanan kesehatan di rumah sakit secara menyeluruh, staf rumah sakit lebih menghargai
hak-hak pasien dalam proses pelayanan kesehatan. Indikator Mutu pada Tim HPK RS
WARAS WIRIS mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RS WARAS WIRIS yaitu:
1. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ruang Lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat RS
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Definisi Operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan
identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien
keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria Inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir,
alamat, nomor RM)
- Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (antara
lain konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria Eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas
Standar : 0%

2. Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan


Ruang Lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien Rawat Jalan
Definisi Operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan identitas
pasien rawat jalan dengan tepat sejak awal pasien datang
sampai dengan pasien pulang terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien.
Kriteria Inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir,
alamat, nomor RM) pada berkas Rekam Medis
- Ketidaktepatan prosedur pemanggilan pasien (pemanggilan
dengan dua nama)
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien
(konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria Eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien rawat jalan pada bulan tersebut
Standar : 0%

3. Komunikasi Yang Kurang Efektif

21
Ruang Lingkup : Komunikasi lisan atau melalui telepon yang kurang efektif
antar pemberi pelayanan tentang pelaporan kembali hasil
pemeriksaan dan kondisi pasien.
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui komunikasi lisan
yang efektif
Definisi Operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang
tidak menggunakan prosedur: Write back, Read back dan
Repeat Back (reconfirm)
Kriteria Inklusi : - Kesalahan Prosedur komunikasi lisan atau via telepon:
Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur
SBAR
- Prosedur spelling atau ejaan tidak digunakan untuk obat
yang bersifat LASA atau NORUM
Kriteria Eksklusi : Komunikasi non lisan atau tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan atau via telepon
Denominator : -
Standar : 0%
(SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)
4. Angka Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ruang Lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan
Dimensi Mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan mencuci
tangan.
Definisi Operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu
atau 5 momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci
tangan
Kriteria Inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan
Kriteria Eksklusi : -
Numerator : Angka kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Denominator : -
Standar : 0%

22
BAB IX
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga ini maka setiap
petugas Rumah Sakit agar senantiasa memperhatikan hak dan kewajiban pasien, dokter, dan
Rumah Sakit sebagai pedoman dalam lingkup kerjanya masing-masing dan dijalankan
sebaik-baiknya.

23

Anda mungkin juga menyukai