Anda di halaman 1dari 28

Tektonik Lempeng

Pengertian teori tektonik lempeng adalah salah satu teori mengenai perubahan relief di bumi.
teori berasal dari teori mengenai pergeseran benua. Benua- benua di bumi adalah salah satu
dari selimut yang ada di bumi. selimut bumi atau lithosfer membentuk lempengan-
lempengan.

Setiap lempengan tidak terkunci dalam satu wilayah, melainkan bergerak. Lithosfer terdiri
dari 20 segmen, dengan ketebalan antara 40 km hingga 100 km. Akan tetapi terdapat lithosfer
yang memiliki ketebalan hingga 400 km. Lempeng yang ada di bumi, bergerak dari satu
tempat ke tempat lain.

Pergerakan ini, dipercaya oleh para ahli, dikarenakan terdapat unsur magnetik yang ada di
dalam batuan. batuan adalah salah satu bagian dari lapisan bumi. magnet ini, memiliki kutup
yang berbeda, sehingga menyebabkan pergerakan. Pergerakan setiap lempeng bisa mencapai
10 hingga 40 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan kuku pada jari, atau dapat
mencapai 160 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan sehelai rambut.

Jenis-Jenis Lempeng

Lempang di bumi, dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra dan lempeng benua.
Pembagian itu dilihat melalui ciri- ciri dari setiap lempang. Selain itu, bumi sendiri terdiri
dari dua bagian, yaitu daratan dan lautan. Sehingga setiap lempeng mewakili setiap
karakteristik bumi.

1. Lempeng samudra atau disebut sebagai kerak samudra atau sima. Lempeng ini terdiri
dari silikon dan megnesium. Ketebalan kerak samudra antara 5 hingga 10 km.
Lempeng samudra lebih padat, dikarenakan jumlah silikon yang lebih banyak.
Kepadatan pada kerak samudra karena perbedaan silikon. Kerak samudra berada di
bawah laut.
2. Lempeng benua atau disebut kerak benua atau sial. Lempeng ini terdiri dari silikon
dan aluminium. Ketebalan dari lempeng ini berkisar antara 30 hingga 50 km. Silikon
pada kerak benua lebih sedikit, dan lebih banyak memiliki materi berat. Lempeng
benua adalah lempeng yang berada di atas permukaan lau, dan menjadi tempat tingga
bagi manusia.
Lempeng tektonik yang membagi suatu daerah menjadi dua, seperti benua- benua atau
samudra. Akan tetapi terdapat wilayah yang memiliki kedua lempeng secara bersamaan.
Daerah tersebut adalah lempeng afrika. Pada lempeng afrika terdiri dari benua afrika dan
samudra antartika hingga samudra hindia.

Jenis-Jenis Batas Lempeng

Batas lempeng adalah daerah yang memiliki aktivitas geologi. aktivitas geologi antara lain
seisme, gunung, gunung api, dan palung laut. Dua lempeng bergerak dan bertemu di
sepanjang batas lempeng. ada 3 macam jenis batas lempeng. antara lain transform, divergen,
dan konvergen.

1. Transform adalah bertemunya dua lempeng, yang menyebabkan terjadinya gesekan


secara menyampng di sepanjang sesar fault. Pergeseran ini dapat berupa sinistral atau
desktral. Pergerakan ini hampir sama denga pergerakan yang terjadi akibat adanya
patahan horizontal.contoh jenis batas lempeng ini adalah sesar san andreas di
california.
2. Divergen adalah dua lempeng yang saling bergerak menjauh. Hal ini diakibatkan oleh
terjadi perpecahan pada lithosfer. akibat adanya pergerakan ini, lempeng samudra
mengalami pemekaran dasar laut. Sedangkan pada lempeng benua, membentuk
lembah.
3. Konvergen adalah dua lempeng yang saling berdekatan. Akibat perbedaan kepadatan
salah satu lempeng akan tertancap kebawah, dan masuk ke bawah lempeng lainnya.
Pada jenis batas konvergen, dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Jika terdapat dua lempeng, maka salah satu akan menghujam bumi, sedangkan
salah satu lempeng akan membentuk busur kepulauan, akibat tertekan ke atas.
2. Jika terdapat dua lempeng, dan kedua lempeng memiliki kepadatan yang
sama, maka kedua lempeng akan bertubrukan dan membentuk pegunungan
lipatan.
3. Jika lempeng samudra dan lempeng benua saling bertemu, maka lempeng
samudra akan menghujam kebawah, sedangkan lempeng benua akan
membentuk pegungan uplift akibat permukaan yang tertekan ke atas.

Mekanisme Pergerakan

Para ilmuwan percaya, pergerakan lempang terjadi akibat adanya panas bumi yang tidak
merata. Panas bumi yang berbeda- beda menyebabkan terjadinya konveksi besar. Selain itu,
usia dari sebuah lempeng juga mempengaruhi. Lempeng samudra yang mengalami penuaan
akan mengalami pendinginan. Saat mengalami pendinginan, kepadan menjadi bertambah,
sehingga lempeng ini menghujam dan masuk ke dalam selimut bumi.

Akibatnya bagian belakang lithosfer mengalami tarikan dan astenosfer bergerak naik akibat
adanya tekanan dari bawah. Terdapat 3 penyebab yang diyakini sebagai penyebab gerakan
pada lempeng- lempeng di bumi. ketiga penyebab tersebut adalah gaya gesek, gaya gravitas,
dan gaya dari luar bumi.

1. Gaya gesek adalah salah satu gaya yang menyebabkan terjadinya pergerakan. Gaya
gesek dibedakan menjadi dua, yaitu basal drag dan slab suction. Basal drag adalah
pergerakan akibat adanya gesekan antara astenosfer dan lithosfer. sedangkan slab
suction adalah tarikan pada lempeng saat sebuah lempeng menghujam, dan masuk ke
selimut bumi.
2. Gaya gravitas adalah gaya yang menarik ke adalam bumi. gaya ini akibat adanya
lempeng yang memiliki kepadatan lebih berat, sehingga tertarik ke dalam selimut
bumi. Proses ini disebut sebagai runtuhan. Terjadinya gaya ini juga akibat adanya
pembengkakan lempeng. pembengkakan ini menyebabkan lempeng menjadi semakin
berat.
3. Gaya dari luar adalah gaya yang berasal dari luar bumi. Dalam hal ini adalah gravitasi
bulan. Gaya gravitasi bulan akibat adanya rotasi bumi di bawah bulan. Gravitasi bulan
menarik permukaan bumi keatas. Hal ini sama dengan proses terjadinya pasang. Akan
tetapi pengaruh ini sangat kecil, akibat kekuatan gravitasi bulan yang tidak seberapa.

Pembagian Lempeng

Lempeng yang ada di bumi terbagi ke dalam 7 lempeng besar serta banyak lempeng-
lempeng kecil. Lempeng- lempeng kecil terbentuk melalui perpecahan lempeng- lempeng
besar. Lempeng- lempeng besar ini antara lain:

1. Lempeng Benua Afrika yang meliputi Afrika


2. Lempeng Benua Antartika yang meliputi Antartika
3. Lempeng Benua Australia yang meliputi Australia hingga India
4. Lempeng Benua Eurasia yang meliputi Asia dan Eropa
5. Lempeng Benua Amerika Utara yang meliputi Amerika Utara dan Siberia
6. Lempeng Benua Amerika Selatan yang meliputi Amerika Selatan
7. Lempeng Samudra Pasifik yang meliputi samudra pasifik

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat bencana alam yang cukup sering.
Salah satu penyebabnya adalah Indonesia dikelilingi oleh banyak lempeng. lempang pada
indonesia adalah lempeng indo- australian dan lempeng eurasia. Lempeng di Indonesia
bersifat konvergen, sehingga lempeng indo- australian yang masuk ke bawah lempeng
eurasia. Selain itu, pada indonesia bagian timur, terdiri dari 3 lempeng sekaligus. Lempeng
tersebut adalah lempeng filipina, lempeng pasifik, dan lempeng indo- australia.
TEKTONIK LEMPENG

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan
di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi
terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki
kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.

Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan
tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari satu
benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang dainamakan
Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke
tempatnya seperti sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil
kesamaan struktur dan batuan antar benua.

Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang
terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan
massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau
lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan
ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer
yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh
batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua
tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh
permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer
menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng
kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau
keduanya.

Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia,
Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut
bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir
melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng
pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :

 Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari


selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung
api.

 Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah


satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung.
Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur
gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan
magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya
terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa
dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
 Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer.
Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San
Andreas di Amerika.

Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen
ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa :

1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra


Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau lebih, menyusup ke
bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan
menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila
tumbuh ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang
terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan massa
benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah
terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua
Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.
Penyebab Lempeng Bergerak

Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah karena
adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal ini adalah panas
bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi
dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti
litosfer samudra lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik
lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel..

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan
tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak
tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya
gunung, benua, dan samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak
samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak
samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat
pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan
tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti
cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu
dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa
dilihat pada Peta Tektonik.

Pergerakan Lempeng (Plate Movement)

Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana kemudian
kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent) yang disebut
Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270 juta tahun yang lalu). Dari
supercontinent ini kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan
akhirnya terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang.
Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia.

Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng
sebagai berikut :

1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection current) dari
mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa
dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya arus
konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang
arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma
yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan
yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang
samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk
linear ini disebut dengan MOR (Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya
material dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya
lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah
benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan Arktik melalui
poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di
selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di
Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran material dari
mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR
karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus
mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di
pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’
samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang memanjang di
tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu
dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka
suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua sehingga kerak samudera yang
mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona
penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan benua, dan juga akan
terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera
yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang
mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak
samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada
kerak benua sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea
floor spreading terus berlangsung maka magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar
sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi
membentuk deretan gunung api. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.

1. Batas Divergen

Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah
lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada
lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan
pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat
adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa
dan Afrika dengan Benua Amerika.

2. Batas Konvergen

Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan
keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana
suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut
dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang
gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3. Batas Transform

Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak
sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental).


Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic).

Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental).


Bagaimana Dengan Indonesia?

Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas
antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik
sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit
Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok,
serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang
cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke
permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang
seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga
turut meningkat.

sumber: google.com/web.teorilempeng tektonik….

Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka bumi ini
sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan daratan-daratan tersebut bermigrasi
di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari asalnya dapat membentuk suatu lautan
yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses daur ulang lantai samudera kedalam
interior bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan adanya gempa bumi, aktivitas gunung api
dan pembentukan pegunungan (orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang
menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal dengan teori Tektonik Lempeng.

Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)

Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu ketika
munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan hipotesa tentang
benua-benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng
sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya “The Origins of Oceans
and Continents”. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-
kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun
yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian
bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.

Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh
fakta fakta sebagai berikut:

Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :

Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau dihimpitkan
satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua tersebut pada awalnya
adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba
untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.

Persebaran Fosil :

Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan
terpisah di beberapa benua :

1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar
260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu,
ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua
benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat bermigrasi menyeberangi
lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka? Boleh jadi jawabannya adalah bahwa benua-
benua yang ada sekarang pada waktu itu bersatu yang kemudian pecah dan terpisah-pisah seperti
posisi saat ini.

Kesamaan Jenis Batuan :

Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara dengan
sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai Newfoundlands. Pegunungan
yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British Isles dan Scandinavia.
Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan /
pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang menerus.
Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan
oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum cukup untuk
membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua
telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur
geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan geologinya
cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan
bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami pengapungan.

Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba) :

Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, di mana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim dingin, di
mana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti benua
Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di daratan
Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi argumentasi ini kemudian ditolak
oleh para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di belahan bumi bagian selatan, di belahan
bumi bagian utara beriklim tropis yang ditandai dengan berkembangnya hutan rawa tropis yang
sangat luas dan merupakan material asal dari endapan batu bara yang dijumpai di Amerika bagian
timur, Eropa dan Asia.

Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi berasal dari
satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak jauh di bagian selatan dari
posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa Pengapungan Benua baru
diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian mempercayai kebenaran tentang
hipotesa Pengapungan Benua.

Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :

Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan oleh Wegener, yaitu pada
periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti yang mendukung hipotesa ini sangat minim
sekali. Adapun perhatian terhadap hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian mengenai penentuan
Intensitas dan Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah menggunakan kompas tahu
bahwa medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan yang arahnya
hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi. Medan magnet bumi juga mempunyai
kesamaan dengan yang dihasilkan oleh suatu batang magnet, yaitu menghasilkan garis-garis
imaginer yang berasal dari gaya magnet bumi yang bergerak melalui bumi dan menerus dari satu
kutub ke kutub lainnya. Jarum kompas itu sendiri berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas
bergerak di dalam medan magnet bumi dan akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi. Suatu
metoda yang dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah dengan cara menganalisa
beberapa batuan yang mengandung mineral-mineral yang kaya unsur besinya yang dikenal sebagai
fosil kompas. Mineral yang kaya akan unsur besi, seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran
lava yang berkomposisi basaltis. Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur)
dibawah temperatur Curie (± 5800 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur besi akan
mengalami magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat itu. Sekali batuan tersebut
membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan
tersebut. Arah kemagnetan ini akan bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang
ada. Jika batuan tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan
tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu akan merekam arah
kutub magnet pada saat dan tempat di mana batuan tersebut terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai
Paleomagnetisme.

Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava yang diambil di Eropa dan Asia
pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah kemagnetan untuk batuan batuan yang berumur
muda cocok dengan arah medan magnet bumi saat ini, akan tetapi arah kemagnetan (magnetic
alignment) pada aliran lava yang lebih tua ternyata menunjukkan arah kemagnetan yang sangat
bervariasi dengan perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan hasil ploting dari posisi yang terlihat
sebagai kutub magnet utara untuk benua Eurasia mengindikasikan bahwa selama 500 juta tahun
yang lalu, lokasi-lokasi dari kutub utara magnet bumi secara berangsur berpindah-pindah. Hal ini
merupakan bukti kuat bahwa kutub magnet bumi telah mengalami berpindahan / bermigrasi.
Perpindahan arah kutub magnet ini dikenal sebagai “Pole Magnetic Wandering” yaitu arah kutub
magnet yang berkelana / berpindah pindah.

Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada posisi seperti saat ini maka
penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub magnet
erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi kutub-kutub magnet
relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah pindah dapat dijelaskan
dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian, suatu kurva dari kenampakan
kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan untuk benua Amerika Utara. Apabila
diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub magnet bumi, baik yang ada di Amerika
Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub
magnet bumi tersebut yang terpisah dengan sudut 30 derajat.

Menurut teori lempeng Tektonik oleh Le Pichon (1968), kulit bumi atau yang disebut dengan
lithosfera termasuk bagian paling luar yaitu kerak bumi (Continental crust) dan kerak samudra
(Oceanic Crust) terdiri atas lempeng – lempang tegar atau kaku dan saling bergerak satu sama lain.
Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred Wagener pada tahun 1915 yang
menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan dengan pantai
barat Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua besar. Dari pengamatan
tersebut lahirlah ”Continental Drift Theory” yang menyatakan bahwa sekitar 250 juta tahun yang lalu
benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar yang disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian
kedua benua tersebut seiring dengan waktu pecah menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke
posisi seperti yang ada sekarang dan akan terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik
mengasumsikan bahwa interior bumi kita tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga
mengasumsikan bahwa kerak bumi yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas
lapisan mantel bumi yang terdiri dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi akan berada pada
keadaan tidak stabil.
Lempeng – lempeng tersebut merupakan bongkah – bongkah lithosfera yang bersifat tidak kaku
(lunak, plastis, mudah berubah) dan dalam keadaan bergerak yang dinamakan ‘Asthenosfera‘.
Sedangkan mengenai mekanisme pergerakan itu sendiri karena adanya arus konveksi yang terdapat
di dalam mantel bumi. Namun akhir ini para peneliti berpendapat bahwa gerak utama dari lempeng–
lempang ini karena pengaruh dari perbedaan densitas atau kepadatan dan ketebalan kerak bumi
yang menonjol kearah lateral akibat dari pendinginan bumi.

Pola Mekanisme terjadinya gempabumi di atas tergantung pada keadaan struktur kulit bumi dan
distribusi gaya atau stress yang bekerja. Stress yang bekerja pada gempa tektonik yang terjadi
umumnya adalah seragam atau uniform. Sehingga perbedaan keadaan struktur atau medium daerah
bersangkutan.

Teori Gempabumi

Gempabumi merupakan peristiwa alamiah yang tidak dapat dipisahkan dengan fenomena-
fenomena alamiah lainya terutama aktivitas gunung berapi (vulkanic). Kedua fenomena ini berkaitan
erat dengan proses- proses internal yang terjadi dalam bumi. Secara fisis fenomena ini merupakan
peristiwa pelepasan energi yang dikumpulkan sebelum akibat tegangan yang bekerja di dalam bumi.
Energi yang dilepaskan pada saat terjadi nya gempabumi dapat berupa deformasi, energi gelombang
atau energi–energi lainya.

Energi deformasi yang dilepaskan suatu gempa bumi dapat dilihat dari bentuk topografi suatu
daerah.Perubahan bentuk ini dapt dilihat dari bentuk topografi suatu daerah. Perubahan bentuk ini
di sebabkan oleh pergeseran – pergeseran lempeng tektonik (tektonik plates) atau dapat juga
disebabkan aktivitas gunung berapi serta menuasia yang menyebabkan naik turunya lapisan bumi.
Studi yang mendalam tentang proses gempa bumi disertai analis–analisis catatan penyabaran
daerah gempa menunjukan bahwa energi gelombang yang dipancarkan oleh suatu gempa akan
menjalar dan menggetarkan medium elastik yang dilewatinya.
Besar kecilnya akibat yang dirasakan karena gempa bumi berkorelasi fositif dengan jarak suatu
daerah dengan hiposenter suatu gempa. Hiposenter adalah lokasi nyata terjadinya gempa bumi
sedangkan episenter adalah proyeksi hiposenter di permungkaan bumi (guttenber, 1954)

Jenis Gempabumi

Gempabumi merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana dapat
digolongkan menjadi empat jenis, yait

1. Gempabumi Vulkanik ( Gunung Api )

Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga
akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api
tersebut.

2. Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng
tektonik mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam dibumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu
menjalar keseluruh bagian bumi
3. Gempabumi Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Pengertian Lempeng Tektonik

Lempeng tektonik adalah teori geologi yang kerak bumi terdiri dari pelat kaku yang "mengapung" di
permukaan planet. Tektonik berasal dari kata Yunani yang berarti "pembangun.

Mantle: Tebal, lapisan padat batuan yang mendasari kerak bumi.

Laut parit: Jauh depresi di dasar laut, dibuat oleh lempeng samudera dipaksa ke bawah ke bawah
permukaan oleh lain, mengesampingkan piring.

Margin piring: Batas-batas di mana lempeng bertemu.

Pelat: daerah besar permukaan bumi, yang terdiri dari kerak dan mantel teratas, yang bergerak,
membentuk banyak fitur permukaan geologi utama bumi.

Dasar laut menyebar: Proses di mana bentuk-bentuk dasar laut baru sebagai batuan cair dari interior
bumi naik ke permukaan, mendorong dasar laut yang ada dari jalan.

Subduksi: proses tektonik yang melibatkan satu piring dipaksa ke dalam mantel pada palung, di
mana ia akhirnya mengalami pelelehan parsial.

Transform gerak: pergerakan lempeng horizontal di mana salah satu slide piring masa lalu lain.

Bagian terluar tipis planet ini kerak. Di bawah itu adalah mantel, yang padat di dekat bagian atas dan
“lunak” atau sebagian meleleh dimulai pada kedalaman sekitar 40 mil (65 kilometer) di bawah
permukaan. Kerak dan bagian kaku mantel membentuk litosfer. Porsi lembut mantel disebut
astenosfer.

Ini adalah litosfer yang dipecah menjadi lempeng, yang bergerak sementara mengambang di atas
astenosfer yang mendasarinya. Ada sekitar delapan piring besar dan beberapa yang lebih kecil yang
berada dalam kontak konstan dengan satu sama lain. Ketika satu piring bergerak, hal itu
menyebabkan piring lain untuk bergerak. Piring ini memiliki berbagai bentuk dan ukuran yang
berbeda. Beberapa, seperti piring Juan de Fuca lepas pantai barat dari Washington State, memiliki
area permukaan beberapa ribu mil persegi. Yang terbesar, lempeng Pasifik, mendasari sebagian
besar Samudera Pasifik dan meliputi area seluas ratusan ribu mil persegi.

Lempeng-lempeng utama
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
 Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
 Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
 Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai
55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
 Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
 Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua
 Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
 Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng
Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng
Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring berjalannya
waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua
benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir
semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang
lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut
Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan
Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya)

Perkembangan Teori
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan
utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa
dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun
1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika
dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya
pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua
di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan
penjelasan yang sesuai.

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur
bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun
menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru
ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua
dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans yang diterbitkan pada tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua
yang sekarang ada dulu adalah satu kesatuan yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-
benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang
mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan
perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak
yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak
tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah
laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan
ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan
ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke
pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai
konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi
yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan
kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara
seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry
Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang
simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik
lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula
di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa
dalam segi penjelasan dan prediksi.

Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada
tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori
tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal
di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi
berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.

Prinsip-prinsip Utama

Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer berdasarkan
perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku,
sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan
panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi
dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian
bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga
sebagian dari mantel.

Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda,
tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah
bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini
bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti
fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10–40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti
di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di
Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya
dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon
dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.

Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30–50 km
sedangkan kerak samudera hanya 5–10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis
seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia
berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang
paling aktif dan dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri
atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera
Atlantik dan Hindia.

Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya.

 Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan
jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.

 Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan
lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik
ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti
sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut,
mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Jenis-jenis Batas Lempeng


Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap
satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di
permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami
gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault).
Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan
pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh
sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng
bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif
adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng
bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu
lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua
lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat
(mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur
dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau
Jepang (Japanese island arc). Batas konvergen dibagi kembali menjadi tiga, yaitu:
1. Bila 2 lempeng samudra yang saling mendekat, lempeng yang satu akan menghunja
m kebawah lempeng yang lain membentuk busur kepulauan.
2. Bila lempeng benua dan lempeng samudra yang saling mendekat, maka lempeng sa
mudranya akan menghunjam kebawah lempeng benua, membentuk pegunungan up
lift seperti Andes.
3. Bila 2 lempeng benua yang saling mendekat, terjadilah peristiwa tumbukan (collisio
n), membentuk pegunungan lipatan seperti Himalaya.

Selain 3 jenis batas lempeng diatas, terdapat juga plate boundary zone, dimana interaksi antar
lempengnya belum diketahui. Dan pada umumnya, plate boundary zone melibatkan paling tidak 2
lempeng besar dan beberapa microplate yang bergerak dengan cukup rumit, sehingga pada daerah
tersebut terdapat fitur geologi yang kompleks dan pola gempa bumi. Contoh dari plate boundary
zone adalah daerah Mediterranean-Alpine yang merupakan batas antara lempeng Eurasia dan
Afrika, dimana terdapat kenampakan subduksi, kolisi, dan transform fault.

Pergerakan lempeng
Kebanyakan ahli geologi modern percaya arus konveksi di astenosfer adalah kekuatan pendorong
untuk gerakan lempeng. Energi panas di pusat planet ini dibawa ke permukaan oleh arus. Saat
mereka mencapai permukaan, arus dingin dan mulai tenggelam kembali ke tengah. Di bawah kerak,
tekanan yang diberikan pada bagian bawah piring oleh arus konveksi membantu untuk mendorong
piring bersama. Lempeng bergerak pada tingkat sekitar 1 inci (2,5 cm) per tahun. Piring tercepat
bergerak lebih dari 4 inci (10 cm) per tahun.

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih
cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya
menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.

Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki
kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang
lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang
dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-pergerakan
lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah
menuju ke arah zona subduksi Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-
pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempengan
seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami
subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di
kalangan ilmuwan ilmu bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi
kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat
material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi
dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral
adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces). Bagaimana konveksi mantel
berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang
sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus
dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama
dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

Gaya Gesek
Basal drag

Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan
didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.

Slab suction

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung
samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana
tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah

Gravitasi

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan
sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional
dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering
disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan
karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge)
yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan
litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang
bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa
juga mengubah topografi dasar samudera.

Slab-pull (tarikan lempengan)


Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang
turun ke mantel di palung samudera Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di
mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali
adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa
lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan.
Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara
langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin
menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan
yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara
tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng
Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan
sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung

Gaya dari luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological Society of
America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen
lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang
mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan
meskipun sangat kecil menarik lapisan permukaan bumi kembali ke barat.

Beberapa orang juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan
mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus
dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.

Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari
hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.

Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar
Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera
Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit
komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng

Interaksi lempeng
Lempeng tektonik dapat berinteraksi dalam salah satu dari tiga cara. Mereka bisa bergerak ke
arah satu sama lain, atau konvergen. Mereka dapat pindah dari satu sama lain, atau
menyimpang. Atau mereka dapat meluncur satu lewat lain, atau mengubah. Batas-batas di
mana lempeng bertemu dikenal sebagai margin piring. Jenis aktivitas geologi yang terjadi
ketika dua lempeng berinteraksi tergantung pada sifat dari interaksi lempeng dan margin.
Pergeseran benua

[Lempeng tektonik adalah ide yang relatif baru. Teori lempeng tektonik memperoleh penerimaan
luas hanya pada tahun 1960. Sekitar 50 tahun sebelumnya, ahli geofisika Jerman Alfred Wegener
(1880-1930) mengembangkan teori terkait dikenal sebagai pergeseran benua. Wegener
berpendapat bahwa posisi benua bumi tidak tetap. Dia percaya sebaliknya bahwa mereka mobile
dan dari waktu ke waktu melayang sekitar di permukaan-maka nama pergeseran benua bumi.

Bukti paling jelas Wegener untuk teorinya adalah fakta bahwa beberapa benua di dunia cocok sama
seperti potongan puzzle dalam jig-saw. Berdasarkan hal ini, ia mengusulkan bahwa benua di dunia
yang sebelumnya tergabung dalam satu massa benua besar, superbenua Pangaea ia disebut
(diucapkan pan-JEE-ah). Wegener percaya bahwa superbenua ini telah kemudian dipecah menjadi
enam benua masa kini. Namun, Wegener tidak bisa memberikan penjelasan yang meyakinkan
seperti apa pindah benua di seluruh permukaan planet. Jawaban yang datang dengan teori lempeng
tektonik.

Struktur pelat

Lempeng tektonik bumi adalah lembaran kaku batu. Ahli geologi membagi interior Bumi ke lapisan,
berdasarkan komposisi mereka (dari padat menjadi cair).

Hal-hal untuk Tahu

Astenosfer: Porsi mantel bawah litosfer terdiri dari bahan sebagian meleleh.

Konveksi saat ini: gerakan Edaran cairan dalam menanggapi bolak pemanasan dan pendinginan.

Konvergensi: Pergerakan dua piring terhadap satu sama lain.

Crust: Tipis, bagian terluar padat Bumi.

Divergence: Pemisahan dua piring ketika mereka bergerak dalam menentang arah.

Litosfer: bagian paling atas kaku dari mantel dikombinasikan dengan kerak.
Margin piring datang dalam tiga varietas: samudera-samudera, benua-benua, dan benua-samudera.

Lempeng samudera-samudera. Ketika dua lempeng samudera bertemu, salah satu piring subducts
atau tenggelam di bawah yang lain, membentuk depresi berat disebut parit laut. Piring subduksi
tenggelam ke bawah ke dalam mantel di mana ia mulai mencair. Batuan cair dari piring leleh naik ke
permukaan dan membentuk rantai kepulauan vulkanik, atau busur kepulauan vulkanik, di balik parit
laut. Ketika lempeng samudera menyimpang, punggung (rantai pegunungan) mengembangkan dan
menyebarkan dasar laut terjadi. Batuan cair mendorong di margin yang berbeda, menciptakan
pegunungan dan dasar laut berkembang. Hari ini, Eropa dan Amerika Utara bergerak sekitar 3 inci
(7,5 cm) jauh terpisah setiap tahun sebagai Samudera Atlantik tumbuh lebih luas.

Lempeng benua-benua. Benua-benua piring konvergen bertindak cukup berbeda dari samudera-
samudera piring. Kerak benua terlalu ringan untuk dibawa ke bawah ke parit. Pada margin
konvergen benua-benua tidak subducts piring. Kedua lempeng benua bertemu, gesper, dan kompres
untuk membentuk pegunungan rentang kompleks tinggi besar. Konvergensi semacam ini diproduksi
Himalaya ketika lempeng India-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia.

Divergence benua-benua menyebabkan benua untuk memisahkan menjadi dua atau lebih benua
kecil bila terkoyak bersama serangkaian patah tulang. Kekuatan divergensi harfiah merobek benua
terpisah sebagai dua atau lebih blok kerak benua mulai perlahan-lahan bergerak terpisah dan
magma mendorong ke dalam celah yang terbentuk antara mereka. Akhirnya, jika proses rifting
benua terus, laut baru lahir antara dua benua. Rifting antara pelat Arab dan Afrika membentuk Laut
Merah dengan cara ini.

Lempeng benua-samudera. Ketika benua dan samudera piring bertemu, lempeng samudera (yang
lebih padat) subducts bawah tepi lempeng benua. Gunung berapi terbentuk sebagai hasil, tetapi
dalam pengaturan ini, rantai bentuk gunung berapi di kerak benua. Rantai gunung berapi, dikenal
sebagai busur vulkanik, biasanya beberapa ratus mil pedalaman dari margin piring. Pegunungan
Andes di Amerika Selatan dan Pegunungan Cascade Amerika Utara adalah contoh busur vulkanik.
Tidak ada margin yang berbeda benua-samudera ada saat ini. Mereka tidak mungkin untuk
membentuk dan akan cepat menjadi margin yang berbeda samudera-samudera sebagai dasar laut
Penyebaran terjadi.

Transform gerak. Selain konvergensi dan divergensi, mengubah gerak dapat terjadi di sepanjang
margin piring. Transform margin kurang spektakuler daripada konvergen dan divergen yang, dan
jenis piring yang terlibat benar-benar tidak penting. Sebagai dua piring batu meluncur melewati satu
sama lain di margin, celah atau kesalahan berkembang. Energi yang dihasilkan oleh gerakan ini
sering dirilis dalam bentuk gempa bumi. Contoh yang paling dikenal dari transformasi marjin piring
adalah San Andreas Fault di California, di mana lempeng Pasifik dan Amerika Utara berada dalam
kontak.

Anda mungkin juga menyukai