ABSTRAK
Dengan adanya kesetaraan peran rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dalam
meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia, maka setiap rumah sakit harus
memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas. Perawat merupakan bagian dari SDM
Rumah Sakit yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kualitas pelayanan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang baik tidak dapat dipisahkan dari peran komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat yang juga merupakan salah satu upaya
peningkatan pelayanan kepada pasien. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian menggunakan cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat di RS Pemerintah dan di RS Swasta, dimana pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat di RS swasta lebih baik. Faktor-faktor yang berhubungan
secara signifikan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat di RS Pemerintah
dan di RS Swasta adalah sama, yaitu variabel kepuasan kerja, motivasi kerja, iklim kerja,
dukungan teman kerja dan dukungan kepala ruang. Faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap kepatuhan perawat di RS Pemerintah dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik adalah motivasi kerja (OR 36,866); sedangkan di RS Swasta adalah
dukungan kepala ruang (OR 28,598). Perbedaan yang bermakna antara RS Pemerintah
dengan RS Swasta nampak pada variabel: umur, masa kerja, sikap, kepuasan kerja,
motivasi kerja, iklim kerja, dukungan teman kerja, dukungan kepala ruang, dan
pelaksanaan komunikasi terapeutik itu sendiri.
Kata Kunci: Pelaksanaan, Komunikasi Terapeutik, RS Pemerintah-RS Swasta
ABSTRACT
Differences Therapeutic Communication Nurse In Inpatient Room Government
Hospital And Private Hospital;quality role of government hospitals and private hospitals
in improving the quality of health services in Indonesia, causing every hospital should
provide a good service and quality. Nurses are part of hospital human resource that
considerable influence on the quality of service, and the implementation of good nursing
care can not be separated from therapeutic communication. the optimal implementation of
therapeutic communication by nurse is one of the efforts to improve services to the
patients. The type of this research was quantitative with cross-sectional study.
The results showed a significant differences in the implementation of nurses therapeutic
communication between public hospitals and private hospitals, where the implementation
of nurses therapeutic communication in private hospital are better. Associated factors
significantly with the implementation of nurses therapeutic communication in public
hospitals and in private hospitals are the same, the variables are job satisfaction, work
motivation, work climate, coworkers support and head of ward support. The most
dominant factor that affects the compliance of nurses in government hospitals in
implementing therapeutic communication is work motivation (OR 36.866), while in private
hospitals is head of ward support (OR 28.598). Significant differences between the
government hospitals and private hospitals appears on variables: age, period of work,
43
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
attitude, job satisfaction, work motivation, work climate, coworker support, head of ward
support, and the implementation of therapeutic communication itself.
Keywords: Implementation, Therapeutic Communication, Government-Private Hospital
44
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
45
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
penelitian ini menggunakan Quota dimana Ellis, Gates, dan Kenworthy tahun
Sampling. Penggunaan Quota Sampling 2000 menyatakan bahwa kecemasan yang
didasarkan pada jumlah populasi yang lebih dialami seseorang dapat sangat
kecil, yaitu 36 orang perawat di RS Swasta. mempengaruhi interaksinya dengan orang
Selanjutnya untuk sampel di RS Pemerintah lain, dan Brammer tahun 1993 juga
mengikuti jumlah sampel di RS Swasta, menyatakan bahwa pada saat perawat
yaitu 36 orang. Maka total sampel dalam merasa cemas, dia tidak akan mampu
penelitian ini adalah 72 orang. mendengarkan apa yang dikatakan pasien
dengan baik, sehingga akan sulit untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menerapkan active listening (Suryani,
Berdasarkan hasil penelitian, 2006). Selanjutnya pada fase pra interaksi
didapatkan gambaran bahwa 77,8% ini juga, ada 58,3% responden di RS
responden RS Pemerintah patuh dalam Pemerintah dan 38,9% responden di RS
pelaksanaan komunikasi terapeutik, dan Swasta, yang tidak pernah membuat
80,6% responden RS Swasta patuh dalam rencana metoda wawancara yang tepat
pelaksanaan komunikasi terapeutik. dalam pertemuan dengan pasien. Padahal
Beberapa hal yang masih kurang dan perlu untuk dapat mencapai tujuan dari
mendapat perhatian dalam penerapan pelaksanaan komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik adalah hanya 41,7% terhadap pasien, seharusnya perawat sudah
responden di RS Pemerintah yang mencari menentukan data spesifik yang akan dicari
literature atau bahan panduan lain yang sekaligus menentukan metoda wawancara
berkaitan dengan penyakit/masalah yang yang tepat untuk bisa mendapatkan data
dialami pasien, dan hanya 55,6% responden tersebut, karena ada berbagai jenis metode
yang menenangkan diri sendiri terlebih wawancara dalam komunikasi keperawatan
dahulu sebelum berhadapan dengan pasien. dan masing-masing digunakan sesuai
Padahal langkah-langkah dalam tahap dengan data yang hendak dicari, maka
persiapan atau pra interaksi sangat penting penentuan metode wawancara yang tepat
dilakukan sebelum berinteraksi dengan untuk mendapatkan data spesifik yang
klien. Karena perawat yang tidak hendak dicari merupakan bagian penting
membekali diri dengan ilmu yang berkaitan yang perlu dilakukan (Mundakir, 2006).
dengan penyakit/masalah yang dialami Pada fase kedua (fase orientasi),
pasien dan tidak menenangkan diri sendiri sebanyak 66,7% responden di RS
sebelum berhadapan dengan pasien, akan Pemerintah tidak pernah memperkenalkan
lebih mungkin mengalami kecemasan, diri, sebanyak 66,7% responden tidak
46
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
pernah menanyakan nama panggilan harapan yang terlalu tinggi dari pasien
kesukaan pasien, dan sebanyak 66,7% terhadap perawat, karena pasien
responden juga tidak pernah menjelaskan menganggap perawat seperti dewa
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penolong yang serba tahu dan serba bisa
kegiatan komunikasi terapeutik. Padahal (Suryani, 2006).
dengan memperkenalkan diri, berarti Untuk fase ketiga (fase kerja), Stuart
perawat telah bersikap terbuka dan tahun 1998 menyatakan bahwa fase ketiga
diharapkan hal ini akan mendorong pasien (fase kerja) merupakan inti dari keseluruhan
untuk membuka dirinya. Dengan proses komunikasi terapeutik. Tetapi pada
menanyakan nama panggilan kesukaan fase kerja ini, sebanyak 47,2% responden di
pasien, berarti perawat berusaha membina RS Pemerintah tidak pernah mengajak
rasa saling percaya, dimana Stuart tahun pasien mengevaluasi cara atau alternatif
1998 menyatakan bahwa hubungan saling pemecahan maslah yang dihadapi. Padahal
percaya merupakan kunci dari keberhasilan menurut Murray dan Judith tahun 1997,
suatu hubungan terapeutik. Dan dengan teknik menyimpulkan merupakan usaha
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk untuk memadukan dan menegaskan hal-hal
melakukan kegiatan komunikasi terapeutik, penting dalam percakapan, dan membantu
maka perawat telah melakukan perumusan perawat-pasien memiliki pikiran dan ide
kontrak, dimana kontrak sangat penting yang sama, sehingga diharapkan pasien
untuk menjamin kelangsungan sebuah merasa bahwa perawat memahami pesan-
interaksi, karena kontrak bisa dijadikan alat pesan yang telah disampaikan (Suryani,
untuk mengingatkan klien akan kesepakatan 2006).
terkait interaksi yang sedang berlangsung. Sedangkan untuk fase keempat (fase
Selain itu, pada fase orientasi ini juga, terminasi), Stuart tahun 1998 mengatakan
sebanyak 22,2% responden di RS Swasta bahwa fase ini merupakan akhir dari
tidak pernah menjelaskan peran dan pertemuan perawat-pasien. Tetapi pada fase
tanggung jawab perawat, serta tentang hak terminasi ini, sebanyak 47,2% responden
dan kewajiban pasien, padahal hal ini perlu RS Pemerintah tidak pernah melakukan
dilakukan untuk membuat pasien evaluasi objektif, dan 47,2% responden
memahami peran perawat dan menghindari juga tidak pernah melakukan evaluasi
kesalahfahaman dari pasien akan kehadiran subjektif. Bahkan sebanyak 61,1%
perawat, selain itu Geldard tahun 1998 responden tidak pernah mengakhiri
menyatakan bahwa tujuan dari interaksi kegiatan pertemuan dengan mengucapkan
perlu dijelaskan untuk menghindari adanya terima kasih kepada pasien. Padahal
47
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
48
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
memiliki kepuasan kerja baik yaitu sebesar adalah antara -14,282 sampai -0,718;
96% dibandingkan dengan yang memiliki dengan perbedaan rata-rata sebesar -7,500.
kepuasan kerja kurang yaitu sebesar 36,4%. Motivasi Kerja
Begitu juga untuk analisis hubungan antara Berdasarkan analisis uji statistik dengan
kepuasan kerja dengan pelaksanaan menggunakan uji chi square diperoleh nilai
komunikasi terapeutik perawat di RS p-value 0,000 baik untuk RS Pemerintah
Swasta, diperoleh gambaran bahwa maupun RS Swasta. Hal ini berarti ada
persentase responden yang patuh dalam hubungan yang bermakna antara motivasi
melaksanakan komunikasi terapeutik kerja responden dengan kepatuhan dalam
terhadap pasien lebih besar pada yang melaksanakan komunikasi terapeutik
memiliki kepuasan kerja baik yaitu sebesar terhadap pasien. Untuk analisis hubungan
96,3% dibandingkan dengan yang memiliki antara motivasi kerja dengan pelaksanaan
kepuasan kerja kurang yaitu sebesar 33,3%. komunikasi terapeutik perawat di RS
Adanya hubungan antara kepuasan kerja Pemerintah, diperoleh gambaran bahwa
dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik persentase responden yang patuh dalam
ini didukung oleh teori kepuasan kerja melaksanakan komunikasi terapeutik
Luthans tahun 2006 yang menyatakan terhadap pasien lebih besar pada yang
bahwa : “Kepuasan kerja adalah keadaan memiliki motivasi kerja baik yaitu sebesar
emosi yang senang atau emosi positif yang 96,2% dibandingkan dengan yang memiliki
berasal dari penilaian pekerjaan atau motivasi kerja kurang yaitu sebesar 30%.
pengalaman kerja seseorang” (Luthans, Begitu juga untuk analisis hubungan antara
2006). motivasi kerja dengan pelaksanaan
Berdasarkan hasil analisis univariat, komunikasi terapeutik perawat di RS
dapat diketahui bahwa 69,4% responden RS Swasta, diperoleh gambaran bahwa
Pemerintah memiliki kepuasan kerja baik, persentase responden yang patuh dalam
dan 75% responden RS Swasta memiliki melaksanakan komunikasi terapeutik
kepuasan kerja baik. Selanjutnya hasil terhadap pasien lebih besar pada yang
analisis uji statistik menggunakan uji memiliki motivasi kerja baik yaitu sebesar
independent t-test, yang menunjukkan nilai 96,3% dibandingkan dengan yang memiliki
p-value 0,031 dan berarti ada perbedaan motivasi kerja kurang yaitu sebesar 33,3%.
bermakna antara kepuasan kerja di RS Adanya hubungan antara motivasi kerja
Pemeritah dengan kepuasan kerja di RS dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik
Swasta. Dimana perbedaan kepuasan kerja didukung oleh pernyataan Mangkunegara
antara RS Pemerintah dengan RS Swasta tahun 2000, bahwa motivasi kerja adalah
49
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
50
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
51
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
nasehat, dan motivasi anggota keluarga dukungan teman kerja yang baik. Hasil
ataupun teman dapat mempengaruhi analisis uji statistik dengan menggunakan
perilaku (Glanz, 1996). Selain itu, uji independent t-test menunjukkan nilai p-
dukungan teman kerja ini merupakan faktor value 0,015, yang berarti ada perbedaan
penguat (reinforcing factor) dari perilaku antara dukungan teman kerja di RS
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat. Pemeritah dengan dukungan teman kerja di
Dimana pendapat, dukungan dan kritik baik RS Swasta. Dimana dapat diketahui bahwa
dari keluarga, teman-teman sekerja atau perbedaan dukungan teman kerja antara RS
lingkungannya, merupakan kelompok Pemerintah dengan RS Swasta adalah
referensi dari perilaku seseorang yang antara -2,404 sampai -0,262; dengan
bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). perbedaan rata-rata sebesar -1,333.
Pada hasil analisis multivariat RS Dukungan Kepala Ruang
Pemerintah, didapatkan nilai OR 13,738 Berdasarkan hasil analisis uji statistik
untuk dukungan teman, hal ini berarti dengan menggunakan uji chi square
bahwa dukungan teman kerja yang baik diperoleh nilai p-value 0,008 untuk RS
akan memungkinkan responden di RS Pemerintah, dan nilai p-value 0,000 untuk
Pemerintah lebih patuh dalam RS Swasta. Hal ini berarti ada hubungan
melaksanakan komunikasi terapeutik antara kepala ruang dengan kepatuhan
terhadap pasien sebanyak 13,738 kali dalam melaksanakan komunikasi terapeutik
dibanding dukungan teman kerja yang tidak terhadap pasien. Untuk analisis hubungan
baik. Sedangkan pada hasil analisis antara dukungan kepala ruang dengan
multivariat RS Swasta, didapatkan nilai OR pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
16,209 untuk dukungan teman, yang berarti di RS Pemerintah, diperoleh gambaran
bahwa dukungan teman yang baik akan bahwa persentase responden yang patuh
memungkinkan responden di RS Swasta dalam melaksanakan komunikasi terapeutik
lebih patuh dalam melaksanakan terhadap pasien lebih besar pada yang
komunikasi terapeutik terhadap pasien memiliki dukungan kepala ruang baik yaitu
sebanyak 16,209 kali dibanding dukungan sebesar 92% dibandingkan dengan yang
teman yang tidak baik. memiliki dukungan kepala ruang kurang
Berdasarkan hasil analisis univariat, yaitu sebesar 45,5%. Sedangkan untuk
dapat diketahui bahwa sebanyak 75% analisis hubungan antara dukungan kepala
responden di RS Pemerintah memiliki ruang dengan pelaksanaan komunikasi
dukungan teman kerja yang baik, dan terapeutik perawat di RS Swasta, diperoleh
72,2% responden di RS Swasta memiliki gambaran bahwa persentase responden
52
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
yang patuh dalam melaksanakan value 0,003, dan berarti ada perbedaan
komunikasi terapeutik terhadap pasien lebih bermakna antara dukungan kepala ruang di
besar pada yang memiliki dukungan kepala RS Pemeritah dengan dukungan kepala
ruang baik yaitu sebesar 93,3% ruang di RS Swasta. Dimana perbedaan
dibandingkan dengan yang memiliki nilai dukungan kepala ruang RS Pemerintah
dukungan kepala ruang kurang yaitu dengan RS Swasta adalah antara -4,602
sebesar 16,7%. sampai -1,009; dengan perbedaan rata-rata
Adanya hubungan antara dukungan sebesar -2,806.
kepala ruang dengan pelaksanaan Umur
komunikasi terapeutik ini didukung oleh Berdasarkan hasil analisis univariat,
pernyataan Sulvian dan Decker tahun 1989, dapat diketahui bahwa sebanyak 63,9%
bahwa kepemimpinan merupakan responden di RS Pemerintah berumur
penggunaan keterampilan seseorang dalam ≤33,28 tahun, dengan umur responden
mempengaruhi orang lain, untuk paling muda adalah 26 tahun dan umur
melaksanakan sesuatu dengan sebaik- responden paling tua adalah 45 tahun.
baiknya sesuai dengan kemampuannya Sedangkan untuk responden di RS Swasta,
(Suyanto, 2009). dapat diketahui bahwa sebanyak 58,3%
Pada hasil analisis multivariat RS responden berumur ≤28,08 tahun, dengan
Swasta, didapatkan nilai OR 28,598 untuk umur responden paling muda adalah 22
dukungan kepala ruang. Hal ini berarti tahun dan umur responden paling tua adalah
bahwa dukungan kepala ruang yang baik 33 tahun.
akan memungkinkan responden di RS Berdasarkan hasil uji statistik
Swasta lebih patuh dalam melaksanakan menggunakan uji chi square diperoleh nilai
komunikasi terapeutik terhadap pasien p-value 1,000 untuk RS Pemerintah, dan p-
sebanyak 28,598 kali dibanding dukungan value 0,618 untuk RS Swasta. Hal ini
kepala ruang yang tidak baik. berarti bahwa tidak ada hubungan antara
Berdasarkan hasil analisis univariat, umur responden dengan kepatuhan dalam
dapat diketahui bahwa sebanyak 69,4% melaksanakan komunikasi terapeutik
responden RS Pemerintah memiliki terhadap pasien. Peneliti berpendapat
dukungan kepala ruang yang baik, dan bahwa tidak adanya hubungan antara umur
83,3% responden RS Swasta memiliki dengan kepatuhan responden dalam
dukungan kepala ruang yang baik. Hasil pelaksanaan komunikasi terapeutik
analisis uji statistik menggunakan uji kemungkinan disebabkan karena responden
independent t-test menunjukkan nilai p- pada kategori umur manapun, memiliki
53
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
54
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
55
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
kemungkinan dipengaruhi oleh stres kerja perbedaan masa kerja antara RS Pemerintah
yang dialami oleh perawat masa kerja lama. dengan RS Swasta adalah antara 3,386
Sehingga pada akhirnya walaupun memiliki sampai 7,003; dengan perbedaan rata-rata
pengalaman kerja lebih banyak, tetapi sebesar 5,194. Perbedaan masa kerja antara
perawat masa kerja lama mempunyai responden di RS Pemerintah dengan di RS
kebiasaan pelaksanaan komunikasi Swasta kemungkinan disebabkan perbedaan
terapeutik yang sama saja dengan perawat umur berdirinya kedua rumah sakit, dimana
masa kerja baru. Selanjutnya hal ini juga RSUD Kota Banjar merupakan rumah sakit
didukung oleh Keliat tahun 1999 yang pertama di Kota Banjar yang sudah berdiri
menyatakan bahwa peran perawat di IGD sejak tahun 1978, sedangkan RS Mitra
dan ruang rawat inap sangat penting karena Idaman merupakan rumah sakit swasta
merupakan ujung tombak pelayanan, dan yang baru berdiri tahun 2004, sehingga
perawat merupakan tenaga paling lama perbedaan umur berdirinya ini juga
kontak atau berhubungan dengan pasien mempengaruhi masa kerja dari responden
dan keluarga, dimana hal ini dapat menjadi masing-masing rumah sakit.
stressor yang kuat pada perawat didalam Pengetahuan
lingkungan pekerjaan. Kemudian Abraham Berdasarkan hasil analisis uji statistik
dan Steanly tahun 1997, menyatakan bahwa dengan menggunakan uji chi square
dalam pelayanan kesehatan perawat yang diperoleh nilai p-value 0,643 untuk RS
mengalami stres kerja berat dapat Pemerintah, dan nilai p 0,883 > α (0,05)
kehilangan motivasi, mengalami kejenuhan untuk RS Swasta. Hal ini berarti bahwa
yang berat dan tidak masuk kerja lebih tidak ada hubungan antara pengetahuan
sering (Utomo, 2009). responden dengan kepatuhan dalam
Hasil analisis univariat menunjukkan melaksanakan komunikasi terapeutik
bahwa sebanyak 55,6% responden di RS terhadap pasien. Tidak adanya hubungan
Pemerintah memiliki masa kerja ≤9,39 antara pengetahuan dengan pelaksanaan
tahun, dan sebanyak 58,3% responden komunikasi terapeutik ini didukung oleh
memiliki masa kerja ≤4,19 tahun. pernyataan Green yang menyebutkan
Selanjutnya hasil analisis uji statistik bahwa peningkatan pengetahuan tidak
dengan menggunakan uji independent t-test selalu menyebabkan perubahan perilaku,
menunjukkan nilai p-value 0,000, yang walaupun pengetahuan merupakan faktor
berarti bahwa ada perbedaan antara masa penting dalam perubahan perilaku (Green,
kerja di RS Pemeritah dengan masa kerja di 2000). Selanjutnya Winkel menyatakan
RS Swasta. Dimana dapat diketahui bahwa bahwa pengetahuan yang diperoleh
56
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
57
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
berdasarkan hasil analisis uji statistik iklim kerja, dukungan teman kerja dan
dengan menggunakan uji independent t-test, dukungan kepala ruang rawat inap.
diketahui bahwa nilai p-value 0,044 yang Faktor yang paling dominan
berarti ada perbedaan antara sikap di RS berpengaruh terhadap kepatuhan perawat di
Pemeritah dengan sikap di RS Swasta. RS Pemerintah dalam melaksanakan
Selanjutnya dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik adalah motivasi kerja
perbedaan sikap antara RS Pemerintah dengan nilai Odd Ratio 36,866, artinya
dengan RS Swasta adalah antara –2,851 bahwa motivasi kerja yang baik akan
sampai -0,038; dengan perbedaan rata-rata memungkinkan responden di RS
sebesar -1,444. Nilai rata-rata sikap Pemerintah lebih patuh dalam
responden di RS Swasta yang lebih baik melaksanakan komunikasi terapeutik
daripada nilai rata-rata sikap responden di terhadap pasien sebanyak 36,866 kali
RS Pemerintah kemungkinan disebabkan dibanding motivasi kerja yang tidak baik.
oleh tuntutan untuk memberikan atau Sedangkan di RS Swasta adalah dukungan
menampilkan performa kerja terbaik yang kepala ruang rawat inap dengan nilai Odd
disampaikan oleh manajemen rumah sakit, Ratio 28,598, artinya bahwa dukungan
sehingga dalam kondisi apapun, melayani kepala ruang rawat inap yang baik akan
pasien dengan baik tetap harus menjadi memungkinkan responden di RS Swasta
prioritas. lebih patuh dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik terhadap pasien
SIMPULAN sebanyak 28,598 kali dibanding dukungan
Berdasarkan hasil penelitian, kepala ruang rawat inap yang tidak baik.
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Faktor lain yang berpengaruh secara
Ada perbedaan yang signifikan pada bersama-sama terhadap pelaksanaan
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat komunikasi terapeutik di RS Pemeritah
di RS Pemerintah dan di RS Swasta, adalah dukungan teman dengan nilai Odd
dimana pelaksanaan komunikasi terapeutik Ratio 13,738, artinya bahwa dukungan
perawat RS swasta lebih baik. teman kerja yang baik akan memungkinkan
Faktor-faktor yang berhubungan secara responden di RS Pemerintah lebih patuh
signifikan dengan pelaksanaan komunikasi dalam melaksanakan komunikasi terapeutik
terapeutik perawat di RS Pemerintah terhadap pasien sebanyak 13,738 kali
maupun di RS Swasta adalah sama, yaitu dibanding dukungan teman kerja yang tidak
variabel kepuasan kerja, motivasi kerja, baik. Sedangkan di RS Swasta adalah
dukungan teman dengan nilai Odd Ratio
58
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
16,209, artinya bahwa dukungan teman pada variabel: pendidikan, jenis kelamin,
yang baik akan memungkinkan responden dan pengetahuan.
di RS Swasta lebih patuh dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik KEPUSTAKAAN
terhadap pasien sebanyak 16,209 kali Redaksi. 2011. Undang-Undang Kesehatan
dibanding dukungan teman yang tidak baik. (UU RI No.36 Th. 2009). Penerbit
Besarnya sumbangan variabel motivasi Sinar Grafika. Jakarta.
kerja dan dukungan teman kerja secara DepKes. 2009. Sistem Kesehatan Nasional:
bersama-sama terhadap variabel Bentuk dan Cara Penyelenggaraan
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat Pembangunan Kesehatan. Depkes RI.
di RS Pemerintah adalah sebesar 99,9% dan Jakarta, 2009. Dalam
selebihnya atau 0,1 % ditentukan oleh http://www.depkes.go.id/downloads/S
variabel lain di luar penelitian ini. KN%20final.pdf (diakses tanggal 03
Sedangkan besarnya sumbangan variabel Februari 2013).
dukungan kepala ruang rawat inap dan Azwar, A. 1994. Program menjaga mutu
dukungan teman kerja secara bersama-sama pelayanan kesehatan. IDI. Jakarta.
terhadap variabel pelaksanaan komunikasi DepKes. 2010. Langkah Rumah Sakit
terapeutik perawat di RS Swasta adalah mencapai pelayanan standar
sebesar 99,6% dan selebihnya atau 0,4% internasional. Depkes RI: Humas
ditentukan oleh variabel lain di luar Direktorat Jenderal Bina Upaya
penelitian ini. Kesehatan Kementerian Kesehatan
Terdapat perbedaan yang bermakna RI. Jakarta. Dalam
pada pelaksanaan komunikasi terapeutik di http://buk.depkes.go.id/index.php?opt
RS Pemeritah dengan pelaksanaan ion=com_content&view=article&id=
komunikasi terapeutik di RS Swasta, 197:langkah-rumah-sakit-mencapai-
dengan p-value 0,000. Perbedaan yang pelayanan-standar-internasional
bermakna antara RS Pemerintah dengan RS (diakses tanggal 20 Maret 2013).
Swasta nampak pada variabel: umur, masa Aditama, T.Y. 2004. Manajemen
kerja, sikap, kepuasan kerja, motivasi kerja, Administrasi Rumah Sakit.
iklim kerja, dukungan teman kerja dan Universitas Indonesia. Jakarta.
dukungan kepala ruang rawat inap. Royani. 2010. Hubungan Sistem
Perbedaan yang tidak bermakna antara RS Penghargaan Dengan Kinerja Perawat
Pemerintah dengan RS Swasta nampak Dalam Melaksanakan Asuhan
59
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
60
Perbedaan Komunikasi Terapeutiki... (Nova Fitria, Zahroh S)
61