Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Struktur Penyangga Kulit

Rini Wulandari (406162049)

Pembimbing
dr. Emil Rafian Fadly Sp.KK

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


RSUD Cibinong
Periode 19 Maret – 21 April 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Struktur Penyangga Kulit”
tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Dalam penyusunan referat ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.


Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan referat ini tidak
lain berkat bantuan, dukungan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Emil Rafian Fadly
Sp.KK sebagai dokter pembimbing dalam pembuatan referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat


banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan
membantu teman sejawat serta para pembaca.

Jakarta, 12 April 2018

Penulis

2
DAFTAR GAMBAR

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

2.1 Anatomi kulit......................................................................................................6

2.2 Fisiologi kulit....................................................................................................12

2.3 Struktur penyangga kulit..................................................................................15

BAB 3. PENUTUP................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

4
BAB I
PENDAHULUAN

Kulit merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh setiap manusia,

selain berfungsi sangat krusial dalam perlindungan, kulit juga memiliki berbagai

fungsi lain, seperti fungsi ekskresi dan absorpsi, sensasi rangsangan sensoris,

termoregulator, serta sintesis vitamin D3.1 Kulit memiliki berbagai lapisan yang

kompleks, terbagi atas tiga lapisan besar, yaitu epidermis yang terbagi menjadi

lapisan tanduk, lapisan granular, lapisan spinosum, dan lapisan basalis; membrana

basalis yang menjadi pemisah antara epidermis dengan dermis; dan dermis yang

mengandung banyak jaringan ikat, serat kolagen, serabut elastin, dan fibroblas.1

Kulit merupakan organ tubuh yang memiliki luas paling besar, yaitu kira-

kira 1,9m² pada orang dewasa. Seluruh kulit beratnya sekitar 14% dari berat

tubuh, pada orang dewasa 2,7-3,6 kg. Tebal kulit bervariasi mulai dari 0,5mm-

6mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit setiap kali tidak henti-

hentinya menerima berbagai rangsangan mekanik dari luar tubuh. Itulah sebabnya

setiap hari jutaan sel kulit rusak dan harus diperbarui.2,3

Zat-zat dan protein penyusun kulit menjadi penting untuk dipahami,

karena dengan memahami strukur berikut kita akan dengan lebih mudah

memahami kelainan pada kulit terutama pada wajah yakni, penuaan dini, jerawat,

hiperpigmentasi dan alergi.2

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Kulit

Kulit memberikan penghalang fisik dan kimia antara lingkungan luar dan

jaringan dalam tubuh3. “Fungsi barrier” ini sangat penting untuk melindungi

jaringan di bawahnya dari patogen, bahan kimia, dan paparan lingkungan4. Kulit

terdiri atas tiga lapisan utama, yakni epidermis, dermis dan subkutan

(hypodermis)5.

Epidermis

Epidermis manusia terdiri dari lapisan terluar dari sel-sel kulit, mulai dari

0,1 mm sampai 0,6 mm, tergantung pada lokasi pada tubuh6, merupakan lapisan

teratas, bertanggung jawab untuk banyak fungsi penghalang kulit, dan tersususn

atas jaringan epitel. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuasoma bertingkat

yang mengalami keratinisasi; jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah; dan sel-

selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditentukan pada

telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan

sebagai berikut:

a. Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat

pada jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya, dermis. Pembelahan sel

yang cepat berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru didorong masuk ke

lapisan berikutnya.

6
b. Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian

karena sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina

adalah bagian penghubung intraselular yang disebut desmosom.

c. Stratum granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel

dengan granula-granula keratohialin yang merupakan prekursor pembentukan

keratin.

1) Keratin adalah protein keras dan resilien, anti air serta melindungi

permukaan kulit yang terbuka.

2) Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar

sulfur rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.

3) Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, maka nukleus sel

berdisintegrasi menyebabkan kematian sel.

d. Stratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel

gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan 4 – 7

lapisan sel.

e. Stratum korneum adalah lapisan epidermis atas, terdiri dari 25 – 30 lapisan

sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan yang melapisi seluruh tubuh,

kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, tersusun hanya dari lapisan

basalis dan korneum.

1) Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses pergantian

ulang yang konstan atau deskuamasi.

2) Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi melalui

pembelahan sel di lapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke atas, ke arah

7
permukaan, mengalami keratinasi, dan kemudian mati. Dengan demikian,

seluruh permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.

3) Keselurahan lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke atas setiap 15

sampai 30 hari6.

Gambar 2.1 Lapisan epidermis kulit

Dermis

Dermis adalah lapisan jaringan ikat bagian bawah. Lapisan ini mengikat

epidermis dengan struktur yang ada di bawahnya7. Dermis dipisahkan dari lapisan

epidermis dengan adanya membran dasar, atau lamina. Membran ini tersusun dari

dua lapisan jaringan ikat6.

a. Lapisan papilari

merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar

menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel

mast dan sel makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan

mikroorganisme yang menembus lapisan dermis, tentu saja berfungsi

sebagai pelindung. Di lapisan ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan

8
kolagen. Lapisan ini berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan epidermis

untuk memudahkan kiriman nutrisi kelapisan epidermis yang tidak

mempunyai pembuluh darah.

Gambar 2.2 Lapisan Papilari

b. Lapisan Retikular

Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dengan

susunan yang tidak merata, disebut lapisan retikular karena banyak terdapat

serat elastin dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama

lain menyerupai jaring-jaring. Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan

membuat kulit menjadi kuat, utuh kenyal dan meregang dengan baik.

Komponen dari lapisan ini berisi banyak struktur khusus yang

melaksanakan fungsi kulit. Terdiri dari:

1) Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam

lemak atau trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit

dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak lipid, pada

orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif

memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh kotoran,debu

atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi

9
pembengkakan. Kelenjar sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses

difusi (pemindahan) kandungan bahan dalam suatu produk kelapisan lebih

dalam (pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna

kuning dan disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat).

2) Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat mengatur penguapan

untuk mendinginkan tubuh saat suhu lingkungan meningkat yang kita kenal

dengan keringat dan membuang sisa metolisme tubuh sebagian besar terdiri

dari garam dan urea, kelenjar keringat rata-rata 10 liter perhari keringat di

produksi oleh tubuh dan dikeluarkan melalui 2-3 juta pori-pori yang ada

dipermukaan tubuh.

3) Pembuluh darah Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh darah

yang memberi nutrisi penting untuk kulit, baik vitamin, oksigen maupun

zat-zat penting lainnya untuk metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh

darah juga bertugas mengatur suhu tubuh melalui mekanisme proses

pelebaran atau dilatasi pembuluh darah bila kita berada dilingkungan yang

hangat, agar tubuh dapat kehilangan panas, bayangkan bila anda berada

dilingkungan yang panas bersuhu 35˚C padahal hasil metabolisme tubuh

anda sendiri dapat menghasilkan panas sampai dengan 37˚, bila tidak ada

mekanisme pengaturan oleh pembuluh darah sudah pasti kita akan terbakar.

Sebaliknya bila kita berada dilingkungan dingin maka pembuluh darah akan

mengerut atau vasokonstriksi, sehingga panas tubuh tidak keluar atau untuk

menahan panas, dan tentu saja membuat kita tetap bertahan dicuaca dingin.

4) Serat elastin dan kolagen, Semua bagian pada kulit harus diikat

menjadi satu, dan pekerjaan ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet

10
yang dinamakan kolagen. Kolagen merupakan komponen jaringan ikat yang

utama dan dapat ditemukan pada berbagai jenis jaringan serta bagian tubuh

yang harus diikat menjadi satu. Protein ini dihasilkan oleh sel-sel dalam

jaringan ikat yang dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam bentuk

serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara untuk memenuhi

berbagai fungsi yang spesifik. Pada kulit serabut kolagen tersusun dengan

pola rata yang saling menyilang. Kolagen merupakan protein yang paling

berlimpah di dalam tubuh dan komponen utama jaringan tubuh serta tulang.

Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya yang dinamakan elastin

yang memberikan elastisitas pada kulit.

5) Folikel Rambut, Merupakan tempat pangkal tumbuhnya rambut.

6) Syaraf nyeri dan reseptor sentuh, Syaraf-syaraf yamg membuat peka

dan dapat merasakan nyeri atau sakit bila ada sesuatu yang mencederai kulit

juga syaraf-syaraf yang berfungsi memberi rasa sentuhan sehingga dapat

merasakan panas, dingin, meraba benda dan lain-lain.

Gambar 2.3 Struktur Dermis Kulit

11
Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,

besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel

ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula

yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai

cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh

darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung

pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak

mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian

atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).

Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis,

pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di

bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.5

2.2 Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis

tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan

vitamin D.

A. Kulit sebagai Pelindung (Proteksi)

Kulit memiliki lapisan kulit yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari

tiap bagian lapisan kulit terdalam sampai luar, seperti :

12
1. Sel Keratin berfungsi melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas,

dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi

dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.

2. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan

dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh

melalui kulit.

3. Sebum yang berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit

dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi

untuk membunuh bakteri di permukaan kulit. Dengan adanya sebum ini,

bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan

kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

4. Pigmen melanin yang berfungsi untuk melindungi kulit efek dari sinar UV

yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen

melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi

genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan

baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul

keganasan. Pigmen melanin merupakan lapisan kulit yang berfungsi sebagai

pemberi dan perubahan warna kulit.

5. Sel imunitas. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan

antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas

memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

B. Fungsi Absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti

vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida.

13
Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit

dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis

vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui

muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis

daripada yang melalui muara kelenjar.

C. Fungsi Ekskresi

Kulit juga berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar

dari dalam tubuh beruoa keringat dengan perantara 2 kelenjar keringat yang

dimiliki, yakni kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

1. Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan

melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan

ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga

sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut

merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum

berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

2. Kelenjar Keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air dapat keluar

dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Bagi seorang yang

bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi

orang yang aktif bekerja di luar ruangan akan menghasilkan kelenjar keringat

yang lebih terbuka sehingga keringat yang dikeluarkan lebih banyak dari mereka

yang bekerja di dalam ruangan. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga

14
merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua

molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.

D. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan

subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di

dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,

demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan

terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik

tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

E. Fungsi sebagai Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di

pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam

jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas

akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan

mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah

(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

2.3 Struktur Penyangga Kulit

Protein penyusun kulit yang utama adalah zat keratin, kolagen, elastin dan

melanin.

Keratin

Keratin merupakan protein struktural terpenting (merupakan intermediate

filament) dari jaringan epitel yang memberi fungsi struktural. Intermediate

15
filament ini memiliki diameter sekitar 8-10 nm. Keratin banyak ditemukan di kulit

bagian lapisan tanduk, kuku dan rambut. Secara biokimia, keratin merupakan

untaian -heliks yang panjang diselingi oleh segmen non heliks pendek. -heliks

adalah asam amino yang memutar ke arah kanan yang disebut heliks karena

susunannya yang tidak menetap. Keratin memiliki dua tipe, tipe yang pertama

disebut keratin asam (tipe I, ± 310 aa), sedangkan tipe yang kedua adalah keratin

basa (tipe II, ± 310 aa) yang memiliki ujung karboksil yang lebih panjang. Baik

tipe I maupun tipe II memiliki struktur yang sama, yaitu bagian –NH2 yang

membentuk kepala, dan bagian -COOH yang membentuk ekornya.2

Keratin tipe I dan II yang masing-masing memiliki 15 varian ini akan

berpilin, berikatan membentuk coiled coil atau kumparan yang disebut struktur

heterodimer. Kontak antara kedua jenis -heliks dibentuk oleh rantai samping

asam amino yang hidrofobik pada satu sisi dari tiap heliks. Dua struktur

heterodimer tadi akan tersusun secara antiparalel yang disebut protofilamen, Dua

protofilamen akan membentuk protofibril dimana empat protofibril akan

membentuk sebuah mikrofibril.2

Gambar 2.4 Struktur -heliks2

Keratin yang berbeda akan diekspresikan pada sel yang berbeda.

Contohnya pada lamina basal dari epidermis kulit, K14 adalah keratin tipe I

16
terbanyak dan K15 adalah keratin tipe 2 terbanyak; Stratum spinosum dan

granulosum, K10 dan K1 adalah keratin tipe I dan II terbanyak; sedangkan pada

single-layered epithelial cells keratin yang diekspresikan paling banyak adalah

K18, 19, 20 (tipe nI) dan K7,8 (tipe II); pada kuku dan rambut berbagai pasangan

keratin lainnya.2

Keratin kemiliki kekhasan yaitu banyak mengandung sistein, sistin

(sistein-sistein). Sistein merupakan asam amino yang mengandung sulfur

(sehingga jika rambut (yang zat mengandung keratin) dibakar, akan tercium bau

sulfur, bau sengit) sedangkan sistin merupakan ikatan antara 2 sistein. 2 sistein

bergabung membentuk sistin. Sistein memiliki ikatan S-H, dan sistin memiliki

ikatan S-S. Pada perubahan jenis atau tipe rambut yang permanen misalnya, yang

di intervensi adalah ikatan sistinnya, ikatan S-S nya yang akan di dekomposisi,

diurai menjadi ikatan sistein (S-H). Dan dibentuk lagi ikatan S-S yang baru.2

Kolagen

Salah satu hal yang membedakan kulit dari organ lainnya adalah penentu

kekuatan mekanisnya. Jika organ lain ditentukan oleh sel junction dan protein

struktural pada sel, kulit ditentukan oleh zat antar sel, terutama kolagen. Kolagen

merupakan protein fibrosa yang merupakan komponen utama jaringan ikat dan

merupakan protein yang paling banyak jumlahnya pada mamalia. Kolagen dapat

dijumpai di tulang, tendon, kulit, pembuluh darah, dan kornea mata. Sedikitnya

terdapat 14 jenis kolagen, namun hanya kolagen tipe I, II, III, V, VI dan Xi yang

membentuk fibril. Kolagen tipe I dan III terdapat di kulit, pembuluh darah dan

hollow viscera; kolagen tipe I dan II banyak ditemukan di kartilago; sedangkan

17
kolagen tipe IV merupakan kolagen nonfibliar yang terpenting dan menyusun

membrane basal. 2

Kolagen tipe I merupakan kolagen yang paling banyak di tubuh, terdiri

dari 33% aa glisin, dan 10% aa prolin, sisanya adalah asam amino 3-

hydroxyproline, 4-hydroxyproline, dan 5-hidroxilisin. Ketiga asam amino ini tidak

memiliki penyandi sehingga pembentukannya dilakukan saat masa post-translasi.

Kolagen tidak mengandung asam amino essensial sehingga kolagen tidak cocok

untuk menjadi sumber makanan. Kolagen juga mengandung sedikit karbohidrat

pada bagian hydroxilisin dengan konstituen glu-gal. Kolagen tidak dapat larut

dalam air, akan tetapi pemanasan akan mengubah kolagen menjadi gelatin. 2

Gambar 1.5 Struktur triple helikal kolagen2

Struktur dasar penyusun kolagen adalah tropokolagen yang terdiri dari 3

polipeptida, yaitu dua set a1(I) dan 1 set a2(I) yang memutar membentuk heliks

dengan putaran ke arah kanan seperti terlihat pada Gambar 2.5 Masing-masing

polipeptida ini memiliki struktur yang unik, yakni membentuk heliks poliproline

tipe II yang berbeda dengan -heliks. Selain itu, polipeptida ini menempatkan

glisin pada setiap posisi yang ketiga dan setiap putaran terdiri dari 3 asam amino

sehingga residu glisin akan berada pada sisi yang sama. Struktur polipeptida

18
distabilkan dengan adanya sisi samping hydroxiproline dan proline, bukan dengan

ikatan hidrogen. 2

Tropokolagen akan membentuk tali tambang dengan menyusun diri secara

parallel dengan bentuk yang sangat khas, seperti Gambar 2.6. Dengan struktur

seperti ini, kolagen akan terlihat membentuk lapisan saat di bawah mikroskop

elektron, struktur ini disebut serabut kolagen atau kolagen fibril. Fibril ini sangat

kuat, hanya dengan diameter 1 mm, fibril kolagen dapat menahan beban hingga

10 kg, karena itu serat ini banyak ditemukan di tendon. Kolagen juga tahan lama,

dimana usianya dimulai dari mingguan (pada pembuluh darah dan scar) hingga

masa tahunan (pada tulanag). Kolagen bersifat sangat tahan terhadap protease

biasa (pepsin dan renin) sehingga butuh protease khusus berupa kolagenase

ekstraseluler yang memotong ikatan peptida pada tiga perempat panjang teriple

heliks tadi. Fragmen ini akan membuka secara spotan dan akhirnya dipotong oleh

protease2

Gambar 2.6. Penyusunan tropokolagen membentuk serabut kolagen2

Seperti semua protein ekstraseluler, kolagen dikeluarkan melalui jalur

sekretori. Polipeptida disintesis di ribosom pada RE dinamakan pre-prokolagen

yang terdiri dari kurang lebih 1050 aa. Pada bagian terminalnya, temukan bagian

19
perpanjangan yang disebut propeptida, sejumlah ± 170 aa di ujung amina dan

±220 aa di ujung karboksil. Jalur dari prekolagen menjadi kolagen yang matur

tergambar pada Gambar 2.7.2

Gambar 2.7 Proses Post-translasi kolagen tipe I

1. Polipeptida akan disintesis di ribosom oleh RER, kemudian sinyal

peptidase akan memotong 25 aa pada bagian ujung amino, membentuk

pre-prokolagen menjadi prokolagen.

2. Terbentuk ikatan disulfat intrachain pada rantai 1(1) pada ujung amina

dan ikatan disulfida interchain pada ujung karboksilat.

3. Terjadi hidroksilasi rantai samping prolyl dan lysyl, sehingga dibutuhkan

4-hydroxyproline, 3-hydroxyproline, 5-hydroxylysine.

4. Beberapa residu pro dan lys mengalami hidroksilasi. Setelah di

hidroksilasi, 5-hidroksi-lys mengalami glikosilasi dengan prekursor UDP-

Galaktosa dan UDP-Glukosa.

20
5. Pembentukan tripel heliks dari terminal C ke terminal N. Perlu

diperhatikan proses ini adalah ikatan sulfida akan membantu menginisiasi

proses ini. Apabila terjadi keterlambatan pembentukan heliks, maka

glikosilasi akan terjadi terus menerus.

6. Prokolagen kan disekresi dari sel, yaitu dalam bentuk tripel heliks. Pada

saat ini, molekul coil yang bersifat improper berdegenerasi di dalam sel.

7. Propeptida (170aa pada ujung N dan 220 aa pada ujung C) dilepaskan oleh

protease ekstrasel – prokolagen diubah menjadi tropokolagen atau

telopeptida (molekul nonhelikal pendek yang terletak di ujung).

8. Tropokolagen yang telah terpotong ujungnya akan bersatu membentuk

fibril. Propeptida berfungsi untuk menghambat terbentuknya fibril yang

terjadi di dalam sel dan juga berfungsi untuk menginisiasi triple heliks

9. Fibril akan menggandakan cross-linked dengan bantuan enzim lysyl

oksidase. Enzim ini membutuhkan oksigen dan coper yang bekerja pada

ujung tropokolagen. Mekanisme yang terjadi adalah mengoksidasi residu

alisil lainnya dan membentuk ikatan yang sangat kuat. 2

Elastin

Elastin bersama-sama dengan mikrofibril disekitarnya memegang peranan

penting untuk mengembalikan struktur ke bentuk semula setelah mengalami

deformasi mekanik. 2

Elastin terdiri dari asam amino glisin (31%), alanin (22%), prolin (11%),

dan sedikit 4-hidroksiproline, namun tidak mengandung OH-Lys (pembeda

dengan kolagen). Elastin disintesis sebagai monomer solubel – tropoelastin.

Sebagai residu Pro mengalami hidroksilasi menjadi OH-Pro. Alisin membentuk

21
cross-linked antara tiap fibril sehingga membutuhkan enzim lysil oksidase. Akan

tetapi, yang unik pada cross-linked elastin adalah adanya desmosin (tidak terdapat

pada kolagen). 2

Elastin dapar meregang dan memendek seperti karet. Hal ini

dimungkinkan karena adanya interaksi hidrofobik pada rantai samping. Pada

peregangan, ikatan ini hilang tetapi masih ada ikatan kovalen yang menahan agar

elastin kembali ke bentuk semula seperti terlihat pada Gambar 2.8. 2

Gambar 2.8. Struktur serat elastin saat peregangan 2

Melanin

Melanin adalah produk dari melanosit dan berfungsi untuk membedakan warna

kulit. Melanin disintesis dalam dua bentuk, yakni berwarna gelap-coklat

kehitaman (ditemukan pada rambut dan retina manusia) yang dinamakan

eumelanin dan pheomelanin yang berwarna kuning cerah. Tirosinase akan

mengkatalis pembentukan melanin dan tirosin yang dikenal dengan jalur Raper

Manson 32. Tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPAquinon, dengan produk

intermediet berupa DOPA yang tetap terikat pada sisi aktif tirosinase. Proses ini

mengubah DOPA menjadi DOPAquinon. Step ini memungkinkan transisi ke

22
ikatan dengan oksigen dengan mereduksi tembaga pada sisi aktifnya. Dengan

bantuan oksigen, tirosinase bisa menggunakan tirosin dan DOPA sebagai

substratnya. Yang menarik dari tirosinase adalah DOPA dapat memicu maturasi

tirosinase dangan menginduksi transport dari RE ke Golgi.8

Tirosin menjadi DOPA dan DOPA menjadi DOPAquinon dikatalis oleh

enzim tirosinase. DOPA dapat dengan spontan teroksidasi menjadi melanin. Oleh

karena itu, kecepatan sintesis melanin dari tirosin dikendalikan oleh tahapan

tirosin menjadi DOPA.8

DOPA dibutuhkan secara terus menerus untuk aktifitas dari tirosinase

sehingga terus menerus dapat berubah menjadi DOPAquinon. Salah satu

mekanisme adalah endocyclization spontan dari DOPAquinon menjadi cyclodopa.

Jalur alternative adalah DOPAquinon direduksi menjadi DOPA dengan

mengoksidasi gugus sulfihidril pada tirosinase yang membentuk gugus disulfide

yang diperlukan untuk menstabilkan protein.8

Gambar 2.9. Sintesis melanin dari fenilalaninm

23
Melanin adalah campuran pheomelanin dan eumelanin monomer yang

rasionya menentukan warna akhir dari kulit. Karakteristik melanin adalah

kemampuannya mengabsorbsi sinar UV dan memproteksi DNA dari kerusakan.

Akan tetapi, intermediet dari sintesis melanindan melanin sendiri bisa berbahaya.

Quinon yang diproduksi tirosinase adalah bersifat sitotoksik dan memediasi

kematian sel apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi. Melanin dapat bersifat

fotoreaktif dan merusak DNA sengan memproduksi oksigen reaktif terhadap

kelebihan UVA. Peningkatan jumloah pheomelanin dan intermediet melanin –

diekstrak dari kulit kerang – menginduksi kerusakan DNA yang lebih tinggi pada

kulit terang tidak disebabkan oleh proteksi natural melainkan pheomelanin yang

berlebihan dan bersifat mutagenesis.8

24
BAB III
PENUTUP

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan oragan terberat dan tersebar dari tubuh. Fungsi kulit seperti fungsi

ekskresi dan absorpsi, sensasi rangsangan sensoris, termoregulator, serta sintesis

vitamin D3. Lapisan kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subdermis. Ketebalan

epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit terjadi regenerasi setiap 4-

6 minggu. Epidermis terbagi menjadi 5 lapisan yaitu Startum Germinatium,

Stratum Spinosum, Stratum Granulosum, Stratum Korneum, Stratum lusidum.

Fungsi Epidermis yaitu, proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan

Sitokinin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi, pengenalan alergen.

Lapisan kulit dermis teridiri dari 2 lapisan, yaitu bagian atas, pars papilare, bagian

bawah, pars retikulare. Komponen dari lapisan dermis berisi banyak struktur

khusus yang melaksanakan fungsi kulit terdiri dari kelenjar sebaceous, kelenjar

keringat, folikel rambut, reseptor sentuh. Protein penyusun kulit yang utama

adalah zat keratin, kolagen, elastin dan melanin. Membantu dalam memahami

proses pembentukan vitamin D serta proses melanogenesis

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui berbagai protein penting

penyusun kulit sehingga dapat membantu memahami berbagai kejadian yang

terjadi pada pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi J, Mochtar H, Siti A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007: 3-8

2. Meisenberg G, Simmons WH. The Extracellular Matrix. Principle of Medical

Biochemistry; 6th ed. Philadelphia, 2006: p 33-50, 220-22

3. Madison KC. Barrier function of the skin: "la raison d'etre" of the epidermis.

J Invest Dermatol 2003;121:231-241.

4. Freinkel RK, Woodley D. The biology of the skin. New York: Parthenon Pub.

Group; 2001.

5. Odland GF. Structure of the skin. In: Goldsmith LA, ed. Physiology,

biochemistry, and molecular biology of the skin. 2nd ed. New York: Oxford

University Press; 1991:3-62.

6. Tortora GJ. and Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 13 th

Edition. John Wiley & Sons, Inc. 2012. h. 154-166.

7. Graham-Brown R, Burns T. Lecture Notes: Dermatologi Edisi Kedelapan.

Alih bahasa: Zakaria AM. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005. h. 3-7.

8. Freedberg IM, Elisen AZ, Wolff K, et all. Fitzpatrick’s Dermatology on

General Medicine; 6th ed. Mc-Graw Hill Proffesional, 2003: 687-708

26

Anda mungkin juga menyukai