Anda di halaman 1dari 185

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI


DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA
PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT
INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT
TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO

SKRIPSI

ISTIQOMATUNNISA

1110102000025

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI


DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA
PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT
INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT
TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ISTIQOMATUNNISA

1110102000025

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2014

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.

Nama : Istiqomatunnisa
NIM : 1110102000025
Tanda tangan :

Tanggal : 10 Juli 2014

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

NAMA : ISTIQOMATUNNISA
NIM : 1110102000025
JUDUL : RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES
DAN EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN
FARMASI PADA PASIEN RAWAT INAP KARTU
JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN
LAUT Dr. MINTOHARDJO

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Azrifitria, M. Si., Apt Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt

NIP. 197211272005012004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Istiqomatunnisa
NIM : 1110102000025
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Rasionalitas Obat Anti Diabetes dan Evaluasi Beban
Biaya Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu
jakarta sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr.
Mintohardjo

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Dr. Azrifitria, M.Si., Apt ( )

Pembimbing 2 : Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt ( )

Penguji 1 : Yardi, Ph.D, Apt ( )

Penguji 2 : Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt ( )

Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 10 Juli 2014

v
ABSTRAK

Nama : Istiqomatunnisa
Program Studi : Farmasi
Judul : Rasionalitas Obat Antidiabetes dan Evaluasi Beban Biaya
Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu jakarta
sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr.
Mintohardjo

Diabetes merupakan suatu penyakit heterogen yang gejalanya ditandai dengan


peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah penderita
diabetes melitus akan semakin meningkat pada tahun mendatang, termasuk
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kerasionalan
penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap RUMKITAL Dr.
Mintohardjo yang merupakan pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) pada tahun 2013
serta untuk mengetahui persentase penggunaan biaya perbekalan farmasi berupa
obat-obatan dan bahan medis habis pakai. Adapun aspek kerasionalan obat
meliputi penilaian ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan
pasien, ketepatan cara pemberian, minimal efek samping dan tidak adanya
interaksi obat. Peneliti melakukan pengambilan data melalui data sekunder berupa
rekam medis pasien periode April-Desember 2013 dengan desain cross-sectional.
Teknik pengambilan data berupa total sampling, didapatkan 24 sampel yang
sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Pada hasil penyajian data secara
deskriptif, penilaian ketepatan berdasarkan pemberian obat antidiabetes pada
pasien terdapat tepat dosis sebesar 100 %, tepat indikasi 68,89%, tepat obat 100%,
tepat pasien 84,44%, tepat cara pemberian 100% dan tidak adanya interaksi obat
55,56%. Persentase beban biaya perbekalan farmasi obat Diabetes Melitus (DM)
sebesar 10%, bahan medis habis pakai 27%, dan obat non DM 63% sedangkan
persentase perbekalan farmasi secara keseluruhan (obat DM, obat non DM, dan
BMHP) yang dikeluarkan untuk pengobatan pasien rawat inap dabetes melitus
kartu jakarta sehat sebesar 25 % dari total pembiayaan yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan RI untuk pasien kartu jakarta sehat.

Kata Kunci : Obat antidiabetes, penggunaan rasional, biaya perbekalan farmasi,


Kartu Jakarta Sehat (KJS)

vi
ABSTRACT

Name : Istiqomatunnisa
Program Study : Pharmacy
Title :The Rational Use of Antidiabetic Drugs and Cost of
Pharmaceuticals Supplies Evaluation of Kartu Jakarta
Sehat Hospitalized in Naval Hospital Dr. Mintoharjo

Diabetes is a heterogeneous disease characterized by an increase in blood sugar


caused by a relative or absolute insulin deficiency. World Health Organization
(WHO) predicts the number of people with diabetes will increase in the coming
year, including Indonesia. This study aims to determine the rational use of
antidiabetic drugs in hospitalized patients in Naval Hospital Dr. Mintohardjo of
Kartu Jakarta Sehat patients (KJS) in 2013, and to determine the percentage of the
cost of pharmaceutical drugs and medical disposable product. Certain stages have
been analyzed are indicative valuation accuracy, precision medicine, dose
accuracy, patient accuracy, precision mode of administration drug-giving,
minimal side effects and no-drug interactions. Researcher perform data retrieval
through secondary data from the medical records of patients the period April to
December 2013. The method presented in this paper is a cross-sectional study.
Data retrieval techniques using total sampling, 24 samples were obtained in
accordance with the study inclusion criteria. In presenting the results of
descriptive data, accuracy assessments based on the patient’s antidiabetic drug
delivery are as follows: 100% for appropriate-drug-doses, 68.89% for appropriate-
drug-indications, 100% for appropriate-drug, 84.44% for appropriate-patients,
100% for appropriate-drug-giving and 55.56% of drug interaction. The percentage
of the costs of pharmaceutical Diabetes Mellitus (DM) drugs is 10%, 27% for
Medical Disposable Product (MDP), and 63% for non-DM-drugs, while the
percentage of the overall pharmaceutical (DM drugs, non-DM drugs, and MDP)
incurred for the treatment of diabetes hospitalization of Kartu Jakarta Sehat
patients is 25% from the total funding that has been set by the Minister of Health
for Kartu Jakarta Sehat patients.

Keywords : Antidiabetic drugs, rational use, cost of pharmaceutical,


Kartu Jakarta Sehat (KJS)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, karunia serta nikmat Iman dan Islam yang tak terhingga. Shalawat serta
salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Syukur atas
limpahan cinta dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Rasionalitas Obat Antidiabetes dan Evaluasi Beban Biaya
Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu jakarta sehat di Rumah Sakit
TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT. Ucap syukur tak hingga kepadaNya atas semua kebaikan dan
kemudahan yang telah diberikan kepada saya. Zat yang membuat saya
senantiasa bersemangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. TanpaMu
tak ada artinya dunia ini.
2. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Siti Fauziyah,S.SI, M.Farm., Apt selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, tenaga,
dalam penelitian ini juga untuk kesabaran dalam membimbing, memberikan
saran, dukungan serta kepercayaannya selama penelitian berlangsung hingga
tersusunnya skripsi ini.
3. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.
5. Seluruh pihak dosen pengajar Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

viii
yang telah banyak membantu selama perkuliahan saya di farmasi.
Terimakasih untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.
6. Seluruh civitas Departemen Farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang
telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian
serta dukungan yang sangat besar.
7. Bapak Dwi, Bapak Ari, beserta seluruh pihak karyawan ruang administrasi
medik dan mas Rizki selaku karyawan apotek dan seluruh pihak karyawan
apotek lainnya yang telah banyak membantu kelancaran dalam pengambilan
data.
8. Kedua orang tua saya, abi tersayang Izzuddin, Ak., M.M dan ummi tercinta
Titing Irnawati yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak
pernah henti serta dukungan baik moril maupun materil. Tidak ada yang
dapat membalas semua kebaikan dan ketulusan cinta umi dan abi. Semoga
Allah senantiasa memberikan kesehatan, keselamatan, perlindungan, dan
kasih sayang kepada umi dan abi.
9. Kedua mertua saya yang kini sudah menjadi orang tua saya, ayah Ahmad
Maksum, MM dan mama Ruchila Yusroyati yang selalu memberikan doa
serta dukungan kepada saya. Semoga Allah membalas kebaikan ayah dan
mama.
10. Suami saya yang sangat saya cintai, terimakasih atas kesetiaannya menemani
dan senantiasa memberikan dukungan moril serta doa yang tiada henti.
Terimakasih sayang atas semua kebaikan dan ketulusannya. Semoga Allah
membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
11. Adik-adikku tersayang Ahmad Naufal Rabbani, M. Irfan Fadhillah, Amirah
Maulani, Sultan Fathani Abdullah, M.Azka, Alisha Syazana Nabilah yang
telah menjadi penyemangat saya untuk menjadi kakak teladan untuk kalian.
12. Yusna Fadliyyah Apriyanti, Julia Anggraini, Sri Wahyuni Lestari, Annisa
Alfira, Annisa Fitriana yang senantiasa menjadi sahabat penyemangat,
terimakasih atas dukungan dan doanya.
13. Ashabul kahfi (Anis, Ayun, Citra, dan Marsha) terimakasih telah menjadi
teman terbaik sejak SMP, selalu memberi support dan menjadi sahabat
terbaik di hidup saya.

ix
14. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2010 terimakasih atas
kebersamaan kita selama 4 tahun lebih ini.
15. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

Kesempurnaan adalah milikNya, begitu pun skripsi ini. Tidak sedikit


hambatan yang saya dapatkan dalam menyusun skripsi ini. Penulis berharap
semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak dan tentunya
bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya
dalam penelitian ini.

Ciputat, 10 Juli 2014

Istiqomatunnisa

x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Istiqomatunnisa
NIM : 11101020000525
Program Stud : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah


saya, dengan judul

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES DAN


EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN
RAWAT INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI
ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 10 Juli 2014
Yang menyatakan,

(Istiqomatunnisa)

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Bagi Penulis ........................................................................... 4
1.4.2 Bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo ........................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1 Rasionalitas Obat ........................................................................... 6
2.2 Interaksi Obat ................................................................................. 8
2.2.1 Mekanisme Interaksi Obat ...................................................... 9
2.2.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat ........................................ 10
2.3 Diabetes Melitus .......................................................................... 10
2.3.1 Definisi ................................................................................ 10
2.3.2 Etiologi & Klasifikasi Diabetes Melitus ............................... 11
2.3.3 Gejala Diabetes Melitus ....................................................... 12
2.3.4 Skrining Diabetes Melitus .................................................... 13
2.3.5 Diagnosis Diabetes Melitus .................................................. 14
2.3.6 Patofisiologi ......................................................................... 15
2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................... 16
2.4 Penggolongan Obat Antidiabetes Oral .......................................... 19
2.4.1 Golongan Sulfonilurea ......................................................... 20
2.4.2 Golongan Meglitinid ............................................................ 22
2.4.3 Biguanid (Metformin) .......................................................... 24
2.4.4 Golongan Tiazolidindion ...................................................... 25
2.4.5 Penghambat Enzim α-Glikosidase ........................................ 26
2.4.6 Inhibitor Dipeptidyl Peptidase-4 ........................................... 27
2.4.7 Sekuestran Asam Empedu .................................................... 28
2.4.8 Bromokriptin ....................................................................... 28

xii
2.4.9 Produk Kombinasi ............................................................... 29
2.5 Insulin .......................................................................................... 29
2.5.1 Terapi Insulin Untuk Pasien Rawat Inap............................... 29
2.5.2 Kategori Insulin ................................................................... 29
2.5.3 Dosis Insulin ...................................................................... 30
2.6 Perbekalan Farmasi ...................................................................... 31
2.7 Kartu jakarta sehat (KJS).............................................................. 31
2.7.1 Definisi Kartu Jakarta Sehat ................................................. 31
2.7.2 Tujuan KJS .......................................................................... 31
2.7.3 Sasaran Program KJS ........................................................... 31
2.7.4 Manfaat KJS ........................................................................ 32
2.8 Tarif Indonesia Case Based Groups (INA CBG’S) ....................... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 34
3.1 Desain Operasional ...................................................................... 34
3.1.1Variabel Bebas ...................................................................... 34
3.1.2 Variabel Terikat ................................................................... 34
3.1.2.1 Ketepatan Indikasi .................................................. 34
3.1.2.2 Ketepatan Pemilihan Obat ....................................... 35
3.1.2.3 Ketepatan Regimen Dosis ....................................... 35
3.1.2.4 Ketepatan Cara Pemberian ...................................... 35
3.1.2.5 Ketepatan Pasien ..................................................... 35
3.1.2.6 Efek Samping ......................................................... 36
3.1.2.7 Interaksi Obat ......................................................... 36
3.1.3 Demografi Pasien ................................................................. 36
3.1.3.1 Jenis Kelamin ......................................................... 36
3.1.3.2 Usia ........................................................................ 37
3.1.3.3 Jenis Diabetes ......................................................... 37
3.2 Desain Penelitian.......................................................................... 37
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38
3.3.1 Tempat Penelitian ................................................................ 38
3.3.2 Waktu Penelitian .................................................................. 38
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 38
3.4.1 Populasi ............................................................................... 38
3.4.2 Sampel ................................................................................. 38
3.4.2.1 Kriteria Inklusi Sampel ........................................... 39
3.4.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel......................................... 39
3.5 Prosedur Penelitian....................................................................... 39
3.5.1 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) ............................... 39
3.5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data ........................................... 39
3.5.2.1 Penelusuran Dokumen ............................................ 39
3.5.3 Manajemen Data .................................................................. 40
3.6 Pengolahan Data .......................................................................... 40

xiii
3.7
Analisa Data................................................................................. 41
3.7.1 Analisis Univariat ................................................................ 42
3.7.2 Analisis Bivariat .................................................................. 42
3.7.3 Analisa Beban Biaya Perbekalan Farmasi............................. 43
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 45
4.1 Demografi Pasien ......................................................................... 45
4.1.1 Jenis Kelamin....................................................................... 45
4.1.2 Usia Pasien .......................................................................... 46
4.1.3 Jenis Diabetes ...................................................................... 47
4.2 Profil Obat Antidiabetes ............................................................... 49
4.2.1 Obat Antidiabetes Tunggal ................................................... 49
4.2.2 Kombinasi Obat Antidiabetes Oral dan Injeksi ..................... 50
4.3 Analisis Kerasionalan Obat Antidiabetes ...................................... 52
4.3.1 Tepat Indikasi ...................................................................... 54
4.3.2 Tepat Dosis .......................................................................... 56
4.3.3 Tepat Pasien ......................................................................... 57
4.3.4 Tepat Obat ........................................................................... 58
4.3.5 Tanpa Interaksi Obat ............................................................ 60
4.3.6 Tepat Cara Pemberian .......................................................... 62
4.3.7 Tanpa Efek Samping ............................................................ 63
4.4 Evaluasi Analisis Kerasionalan..................................................... 63
4.5 Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi ............................................. 64
4.5.1 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes ................................. 64
4.5.2 Profil Bahan Medis Habis Pakai ......................................... 65
4.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 68
4.6.1 Kendala ................................................................................ 68
4.6.2 Kelemahan ........................................................................... 68
4.6.3 Kekuatan .............................................................................. 69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 70
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 70
5.2 Saran ............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Penegakkan Diagnosis DM .................................................... 13
Tabel 2.2 Target Pelaksanaan Diabetes Melitus .................................................. 17
Tabel 2.3 Dosis Sulfonilurea Generasi Kedua .................................................... 20
Tabel 2.4 Obat Antidiabetes Oral Golongan Sulfonilurea ................................... 21
Tabel 2.5 Obat Antidiabetes Oral Golongan Meglitinid ...................................... 23
Tabel 2.6 Obat Antidiabetes Oral Golongan Biguanid ........................................ 25
Tabel 2.7 Obat Antidiabetes Oral Golongan Inhibitor Enzim α-Glikosidase ....... 27
Tabel 2.8 Karakteristik Insulin ........................................................................... 30
Tabel 2.9 Pengkodean Jenis Antdiabetik ............................................................ 41
Tabel 2.10 Pengkodean Ketepatan ..................................................................... 41
Tabel 4.1 Demografi Pasien ............................................................................... 45
Tabel 4.2 Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes .......... 48
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Indikasi Antidiabetik ............ 55
Tabel 4.4 Distribusi Analisis Ketepatan Dosis Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi
Pemberian Antidiabetik ...................................................................... 56
Tabel 4.5 Distribusi Analisis Ketepatan Pasien Antidiabetik Berdasarkan
Frekuensi Pemberian Antidiabetik ...................................................... 58
Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi Pemberian
Antidiabetik ....................................................................................... 60
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Pemberian
Antidiabetik ....................................................................................... 61
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Cara Pemberian Berdasarkan
Pemberian Antidiabetik ...................................................................... 62
Tabel 4.9 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes ................................................ 65
Tabel 4.10 Profil Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai.................................... 65
Tabel 4.11 Total Biaya Perbekalan Farmasi ....................................................... 67

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2 (Dipiro et, al, 2009) ........... 18
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 (American
Diabetes Association, 2009)........................................................... 19
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin....46
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus
Berdasarkan Usia Pasien (%)........................................................... 47
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus
Berdasarkan Jenis Diabetes ............................................................. 48
Gambar 4.4 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal (%) ................... 49
Gambar 4.5 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Dengan Injeksi ....... 51
Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Berdasarkan Frekuensi
Pemberian Obat Antidiabetes .......................................................... 53

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi................................................ 76
Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Dari RUMKITAL Dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat.............................................................. 77
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Sampel............................................................... 78
Lampiran 4. Analisis Penilaian Ketepatan Indikasi ............................................. 94
Lampiran 5. Analisis Penilaian Ketepatan Dosis ................................................ 97
Lampiran 6. Analisis Penilaian Ketepatan Pasien ............................................... 99
Lampiran 7. Analisis Penilaian Ketepatan Obat ................................................ 106
Lampiran 8. Analisis Penilaian Interaksi Obat .................................................. 108
Lampiran 9. Analisis Penilaian Ketepatan Cara Pemberian .............................. 114
Lampiran 10.Hasil Analisis Ketepatan dan Kerasionalan Berdasarkan Pemberian
Antidiabetik pada Pasien Rawat Inap ........................................... 116
Lampiran 11.Hasil Penilaian Kerasionalan Berdsarkan Jumlah Pasien Diabetes
Melitus ........................................................................................ 118
Lampiran 12.Hasil Analisis Ketepatan Indikasi Menggunakan Contingency
Coefficient ................................................................................... 120
Lampiran 13.Hasil Analisis Ketepatan Dosis Menggunakan Contingency
Coefficient ................................................................................... 121
Lampiran 14.Hasil Analisis Ketepatan Pasien Menggunakan Contingency
Coefficient ................................................................................... 122
Lampiran 15.Hasil Analisis Ketepatan Obat Menggunakan Contingency
Coefficient ................................................................................... 123
Lampiran 16.Hasil Analisis Ketepatan Cara Pemberian Menggunakan
Contingency Coefficient ............................................................... 124
Lampiran 17. Hasil Analisis Interaksi Obat Menggunakan Contingency
Coefficient ................................................................................... 125
Lampiran 18.Total Pembiayaan Perbekalan Farmasi Pasien Diabetes Melitus KJS
periode April-Desember 2013 ...................................................... 127
Lampiran 19. Rekapitulasi Biaya Perbekalan Farmasi ...................................... 128

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global yang
insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita
diabetes, dan diperkirakan mencapai 380 juta jiwa pada tahun 2025 (WHO, 2011).
Menurut WHO tahun 2000, Indonesia menempati peringkat keempat negara
dengan prevalensi diabetes terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Amerika
dengan jumlah penderita sebesar 8,4 juta orang. Jumlah ini diasumsikan akan
meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030 (Hilary King et al, 2004).
Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut
dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi
sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok
usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi (Zahtamal dkk, 2007).
Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal,jantung,
nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan
menderita luka gangren (Annisa, 2004). Prevalensi penyakit diabetes melitus yang
terus menerus meningkat, mengharuskan pemerintah Indonesia untuk senantiasa
tanggap dalam penanganan dan pengobatan untuk pasien diabetes melitus.
Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 (UU No.23/1992) tentang
kesehatan, ditetapkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu. Pemerintah bertugas menggerakkan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan. Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan UU No.23/1992 berupa pembiayaan
kesehatan yaitu dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui Kartu jakarta
sehat (KJS). Kartu jakarta sehat adalah suatu program jaminan pemeliharaan
kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP
JAMKESDA (Unit Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah) dinas kesehatan
Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan

1
2

pengobatan(Jakarta.go.id). KJS yang dilakukan melalui kerja sama dengan PT


Askes (Persero) sebagai implementasi Jaminan Kesehatan Nasional melalui
Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). Program KJS yang terdapat di
RUMKITAL Dr. Mintoharjo baru diberlakukan mulai April hingga Desember
2013.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
440/MENKES/SK/XII/2012, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit perlu adanya sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Maka telah
ditetapkan tarif rumah sakit berdasarkan Indonesia Case Base Group’s (INA-
CBG’s).INA-CBG’s merupakan sistem pembayaran kepada Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) yang dikelompokkan berdasarkan ciri klinis yang sama dan
pemakaian sumber daya (biaya perawatan) yang sama. Pembayaran per-kode INA
CBG’s meliputi biaya dari mulai pasien masuk rumah sakit sampai pasien
pulang/sembuh. Satu tarif dibayarkan sekaligus untuk seluruh komponen
pelayanan yang meliputi pemeriksaan dokter, penunjang diagnostik (laboratorium,
radiodiagnostik, elektromedik, dll), dan obat-obatan, serta akomodasi kelas rawat
untuk pasien rawat inap (www.bumn.go.id).
Salah satu komponen pelayanan yang termasuk dalam pembiayaan tarif
INA CBG’S adalah biaya perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan
radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gasmedik). Biaya
perbekalan farmasi merupakan 50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal
dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainita, 2005). Akibat besarnya
pembiayaan perbekalan farmasi yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit, maka
sebaiknya rumah sakit perlu mengevaluasi pengeluaran yang mencakup
perbekalan farmasi.
Berdasarkan uraian diatas, prevalensi penyakit diabetes melitus yang
insidensinya semakin meningkat dan banyaknya kasus seperti polifarmasi serta
komplikasi yang diderita oleh pasien diabetes melitus, maka diperlukan evaluasi
mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes. Selain itu, beban biaya
perbekalan farmasi juga merupakan hal yang perlu dilakukan evaluasi, karena
hingga saat ini, belum ada yang melakukan penelitian mengenai evaluasi beban
biaya perbekalan farmasi. Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

pada pasien rawat inap diabetes melitus yang merupakan pasien KJS Rumah Sakit
TNI Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo periode April hingga
Desember 2013, yaitu mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan
evaluasi beban biaya perbekalan farmasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah rasionalitas penggunaan obat antidiabetes yang meliputi
ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan regimen dosis,
ketepatan pasien, ketepatan cara pemberian, interaksi obat, serta efek
samping pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat di
RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April - Desember 2013?
2. Berapakah persentase penggunaan perbekalan farmasi (obat-obatan dan
bahan medis habis pakai) pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta
sehat di RUMKITAL Dr.Mintohardjo periode April - Desember 2013?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan
evaluasi beban biaya perbekalan farmasi pada pasien rawat inap diabetes melitus
kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr. Mintohardjo ini, bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat antidiabetes yang meliputi
ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan regimen dosis,
ketepatan pasien, ketepatan cara pemberian, interaksi obat, serta efek
samping penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes
melitus kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April
– Desember 2013.
2. Mengetahui persentase penggunaan pembiayaan perbekalan farmasi (obat-
obatan dan bahan medis habis pakai) pada pasien rawat inap diabetes
melitus kartu jakarta sehat. RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April –
Desember 2013.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

3. Mengetahui dan menganalisa persentase pembiayaan perbekalan farmasi


(obat-obatan dan bahan medis habis pakai) pasien rawat inap diabetes
melitus terhadap tarif INA CBG’S yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi penulis,
bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo, dan ilmu pengetahuan.

1.4.1 Bagi Penulis


1. Dapat mengetahui rasionalitas obat antidiabetes, sehingga dapat
menerapkan materi yang di dapat selama mengikuti perkuliahan dan
mengaplikasikannya di lapangan.
2. Mendapatkan gambaran tentang perbekalan farmasi yang perlu
diperhatikan sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan mutu
kesehatan.
3. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan di bidang analisis biaya
perbekalan farmasi.

1.4.2 Bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo


1. Mendapatkan informasi mengenai biaya perbekalan farmasi yang
digunakan oleh pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat
periode April – Desember 2013.
2. Mengetahui persentase penggunaan perbekalan farmasi yang
digunakan oleh pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat
periode April – Desember 2013.
3. Menjadi gambaran bagi dokter dan tenaga farmasi mengenai
penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes
melitus kartu jakarta sehat periode April – Desember 2013.
4. Menjadi masukan bagi dokter dan tenaga farmasi dalam
meningkatkan ketepatan indikasi, pemilihan obat, regimen dosis, dan
lama penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

melitus kartu jakarta sehat sehingga diperoleh pengobatan yang


efektif, aman, dan efisien.
5. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan masukan
bagi pihak RS dalam kebijakan untuk menentukan standar
pembiayaan perbekalan farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rasionalitas Obat


Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine
(RUM) merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di
Indonesia. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi penggunaan obat
rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang
sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan
masyarakat. Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan
biaya yang sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan
yang efektif.
Penggunaan obat dapat diidentifikasi rasionalitasnya dengan menggunakan
indikator 8 tepat dan 1 waspada. indikator 8 tepat dan 1 waspada tersebut adalah
tepat diagnosis, tepat pemilihan obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis, tepat
cara dan lama pemberian, tepat harga, tepat informasi dan waspada terhadap efek
samping obat. Penggunaan obat yang dapat dianalisis adalah penggunaan obat
melalui bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien. Berikut ini
adalah penjabaran dari Indikator rasionalisasi obat yaitu 8 tepat dan 1 waspada:
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat.
Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan
karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis
penyakit pasien. Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan Ameobiasis
maka akan diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan diagnosisnya
tidak dikemukakan penyebabnya adalah Amoebiasis, terapi tidak akan
menggunakan metronidazol.
Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah
kerja dokter. Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, apoteker mempunyai
peran sebagai second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis

6
7

2. Tepat pemilihan obat


Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat
yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi
dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti
manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah
didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya
seminimal mungkin.

3. Tepat indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter.

4. Tepat pasien
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi
individu yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti
kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi,
balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat.

5. Tepat dosis
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat
mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan
mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus
disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan
tertentu.

6. Tepat cara dan Lama pemberian


Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan
keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan
dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet
parasetamol dapat diganti dengan sirup. Lama pemberian meliputi frekuensi dan
lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi
pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

terapi. Contohnya penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam


penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri
patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi
dan lama pemberian harus tepat.

7. Tepat harga
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama
sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat
membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal.

8. Tepat informasi
Informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan
sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya
pada peresepan rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah
menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat
walaupun urinnya berwarna merah.

9. Waspada efek samping


Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Swestika,
2012).

2.2 Interaksi Obat


Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi
obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat
terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah
oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik


(Setiawati, 2007).

2.2.1 Mekanisme Interaksi Obat


Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya
(BNF 58, 2009).

Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :


a. Interaksi pada absorbsi obat
b. Interaksi pada distribusi obat
c. Interaksi pada metabolisme obat
d. Interaksi pada ekskresi obat
(Stockley, 2008)

2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-
obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi
(BNF 58, 2009).

Interaksi farmakodinamik terdiri dari beberapa tipe :


a. Interaksi aditif atau sinergis
b. Interaksi antagonis atau berlawanan
(Stockley, 2008)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

2.2.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat


Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga level : minor, moderate, atau major.

1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap
pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin
oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya (Bailie, 2004).

2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe
intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan,
perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit.
Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin perlu dilakukan
monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).

3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian
yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen (Bailie,
2004).

2.3 Diabetes Melitus


2.3.1 Definisi
Berbagai pengertian diabetes melitus (DM) menurut banyak ahli :
1. Diabetes merupakan suatu penyakit heterogen yang gejalanya ditandai
dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin
relatif atau absolut (Mycek, J. Mary, 2001).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

2. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jikatelah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes
melitus ditandai oleh hiperglikemia puasa, aterosklerotik, mikroangiopati,
dan neuropati.Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-
tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya
(Sylvia Anderson Price and Lorraine McCarty, 1995).
3. Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik
elektron (Mansjoer, 2001).

2.3.2 Etiologi & Klasifikasi Diabetes Melitus


Penyebab diabetes melitus menurut American College of Clinical
Pharmacy berdasarkan klasifikasinya adalah :
1. Diabetes Melitus (DM) Tipe 1
i. Diakibatkan oleh hancurnya sel β pankreas sehingga menyebabkan
produksi insulin berkurang
ii. Hampir 5%-10% yang menderita DM tipe 1
iii. Dikenal sebagai insulin-dependent diabetes atau juvenile-onset
diabetes
iv. Prevalensi di Amerika: 0,12 % atau sekitar 340.000 penderita DM
v. Biasanya dideita oleh anak-anak atau orang dewasa muda
vi. Biasanya pada anak-anak gejala onsetnya lebih cepat dibandingkan
dengan orang dewasa tua
2. Diabetes Melitus Tipe 2
i. Diakibatkan karena adanya resistensi insulin akibat kerusakan sekresi
insulin
ii. Hampir 90%-95% yang menderita DM tipe 2
iii. Dikenal sebagai insulin non-insulin-dependent diabetes atau adult-onset
diabetes

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

iv. Prevalensi di Amerika : 7,8% atau sekitar 23,6 juta


v. Penderita DM tipe 2 ini biasanya menderita obesitas
3. MODY (Maturity-Onset Diabetes of the Young)
a. Diakibatkan karena penyakit genetik yang disebabkan karena
melemahnya aksi insulin
b. Biasanya diderita pada umur dibawah 25 tahun dan termasuk DM tipe
1 dan 2
4. Diabetes Gestational
a. Terjadi intoleransi glukosa selama masa kehamilan
b. Prevalensi : 1%-14% pada wanita hamil
c. Banyak terjadi pada trimester ketiga
5. Prediabetes
a. Lemahnya toleransi glukosa
b. Lemahnya glukosa puasa
6. Tipe DM Lain
a. Kerusakan genetik pada fungsi sel β atau aksi insulin
b. Penyakit pada pankreas (seperti pankreatitis, neoplasia, cyctic fibrosis)
c. Induksi kimia atau obat (seperti glukokortikoid, asam nikotinat,
penghambat protease, antipsikosis atipikal)

2.3.3 Gejala Diabetes Melitus


Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala khas berupa
poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada
pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas,
ditemukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu>200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan satu kali saja glukosa
darah sewaktu abnormal belum cukup kuat untuk diagnosis klinis DM (Persatuan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2002). Berikut adalah kriteria penegakan
diagnosis DM.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

Tabel 2.1 Kriteria Penegakkan Diagnosis DM


Glukosa Plasma Puasa
Glukosa Plasma Puasa
2 jam setelah makan
Normal < 100 mg/dl < 140 mg/dl
Pra-Diabetes 100 -125 mg/dl -
Diabetes ˃ 126 mg/dl ˃ 200 mg/dl

2.3.4 Skrining Diabetes Melitus


Berdasarkan American College of Clinical Pharmacy, terdapat beberapa
cara untuk menskrining penyakit diabetes melitus berdasarkan tipe DM, yaitu :
1. Diabetes melitus tipe 1
a. Pasien dengan gejala-gejala yang menunjukkan DM Tipe 1
b. Pasien yang tidak menunjukkan gejala dan beresiko tinggi, yaitu :
i. Memiliki riwayat keluarga penderita hiperglikemia atau DM
tipe 1
ii. Terdapat autoantibodi pada penderita DM tipe 1
2. Diabetes melitus tipe 2
a. Umur 45 tahun atau lebih, berulang setiap 3 tahun jika normal
b. Untuk orang muda yang memiliki BMI 25 kg/m2 atau lebih besar dan
terdapat salah satu faktor resiko tersebut :
i. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
ii. Lemahnya glukosa puasa atau glukosa toleran
iii. Memiliki riwayat polycystic fibrosis
iv. HDL-C kurang dari 35 mg/dL dan atau trigliserida (TG) lebih
besar dari 250 mg/dL
v. Hipertensi
vi. Wanita dengan diagnosis diabetes gestational atau wanita yang
memiliki bayi dengan berat lebih dari 4,1 kg (9 lb)
vii. Etnis yang beresiko tinggi : African, Latino, American, Asian
American, Pulau Pasifik
viii. Inaktif fisik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

3. Diabetes gestational
a. Usia kehamilan 24-28 minggu dengan menggunakan 75 gram oral
glucose tolerance test(OGTT)
b. Jika DM gestational telah di diagnosis, selama 6-12 minggu sesudah
kelahiran

2.3.5 Diagnosis Diabetes Melitus


Berdasarkan American College of ClinicalPharmacy, terdapat beberapa
cara diagnosa untuk mendiagnosis DM berdasarkan tipe DM :
1. Diagnosa DM Tipe 1 dan 2
I.Parameter glikemik pada pasien yang tidak hamil
i. Fasting PlasmaGlucose (FPG)
(a) Metode termudah dan sering digunakan
(b) 126 mg/dL atau lebih
ii. Random Plasma Glucose
(a) 200 mg/dL atau lebih dengan gejala hiperglikemia
(b) Gejala hiperglikemia disertai dengan poliuria, polidipsia, dan
kehilangan berat badan
(c) Konsentrasi hemoglobin A1c (A1c) baik
iii. Test Toleran Glukosa Oral
(a) Konsentrasi glukosa plasma selama 2 jam proses pencernaan
dengan 75 gram glukosa oral
(b) 200 mg/dL atau lebih
(c) Lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan FPG tetapi
tidak praktis bila digunakan
iv. Dengan hasil test yang abnormal, pasien sebaiknya di tes kembali
v. A1c (hemoglobin)
(a) 6,5% atau lebih
(b) Kurang sensitif dibandingkan dengan FPG tetapi tidak
mengharuskan untuk puasa dan hasilnya kurang bervariasi dari
hari ke hari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

(c) Nilai A1c tidak akurat pada pasien penderita anemia hemolitik,
malaria kronik, atau pasien yang baru saja menerima transfusi
darah atau kehilangan banyak darah
b. Test diagnosa lain
i. C-peptida (kadar sekresi insulin biasanya tidak teralu berarti pada
DM tipe 1 dan normal atau tinggi pada DM tipe2)
ii. Terdapat sel autoantibodi
2. Diagnosis diabetes gestational : parameter glikemik pada pasien hamil
a. 75 gram OGTT pada kehamilan 24-28 minggu
i. Puasa : 92 mg/dL atau lebih
ii. 1 jam setelah OGTT : 180 mg/dL atau lebih
iii. 2 jam setelah OGTT : 153 mg/dL atau lebih
3. Diagnosis prediabetes
a. Berkurangnya glukosa puasa : FPG diantara 100 – 125 mg/dL
b. Berkurangnya glukosa toleran : 2 jam glukosa plasma setelah OGTT (75
g diantara 140 dan 199 mg/dL)

2.3.6 Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat
kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Diabetes melitus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya
persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai
dengan tidak teraturnya metabolisme.
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar
glukosa darah antara 80-140 mg/dl dalam kondisiasupan makanan yang berbeda –
beda pada orang non diabetik kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120-
140mg/dl setelah makan (post prandial) namun keadaan ini akan kembali menjadi
normal dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-selotot (glikogenesis). Kadar
glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa, karena glukosa
dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh (glikogenolisis) dan glukosa yang baru
dibentuk dari trigliserida (glukoneogenesis). Glukoneogenesis menyebabkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

metabolisme meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis)


terjadi peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton
didalam urin) dan kadar natrium serta PH serum menurun yang menyebabkan
asidosis (Price, 2000).
Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi
(hiperglikemia). Jika hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal maka
timbul glikosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polifagi)
sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif
sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi). Selain itu juga polifagi juga
disebabkan oleh starvasi (kelaparan sel). Pada pasien DM penggunaan glukosa
oleh sel juga menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menurun
sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia juga dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil sehingga
suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan
menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Karena suplai makanan dan oksigen
tidak adekuat mengakibatkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren atau ulkus.
Gangguan pembuluh darah juga menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga
suplai makanan dan oksigen berkurang akibatnya pandangan menjadi kabur.
Akibat perubahan mikrovaskular adalah perubahan pada struktur dan ginjal
sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem
saraf otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price,
2000).

2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) terdapat dua
macam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Terapi Tanpa Obat
i. Pengaturan diet, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
seimbang terkait dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan


kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah
dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon
sel-sel beta terhadap stimulus glukosa.
ii. Olahraga, berolah raga secara teratur akan menurunkan dan menjaga
kadar gula darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang
bersifat Continuous, Rhymical,Interval, Progressive, Endurance
Training dan disesuaikandengan kemampuan serta kondisi penderita.
Beberapa olahraga yang disarankan antara lain jalan, lari, bersepeda dan
berenang, dengan latihan ringan teratur setiap hari, dapat memperbaiki
metabolisme glukosa, asam lemak, ketone bodies, dan merangsang
sintesis glikogen.
b. Terapi obat, apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat. Terapi obat dapat dilakukan
dengan antidiabetes oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya (Anonim,
2006).

Menurut American College of Clinical Pharmacy merekomendasikan


beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
penatalaksanaan DM

Tabel 2.2 Target Pelaksanaan Diabetes Melitus

Parameter Kadar Ideal yang Diharapkan


Kadar plasma glukosa puasa 70-130 mg/dl
Kadar plasma glukosa setelah makam < 180 mg/dl
Kadar hemoglobin A1c <7%
Kadar HDL >45mg/dl untuk pria
>50 mg/dl untuk wanita
Kadar LDL 100 – 129 mg/dl

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

Gambar 2.1 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2 (Dipiro et, al, 2009)

Awal Intervensi

Edukasi/nutrisi/olahraga

Pilihan monoterapi lain:


Target : Monoterapi/kombinasi
Pioglitazon
HbA1c < 6,5 -7,0 % awal sulfonilurea dan Rosiglitazon
(Penurunan 0,5-1,0%) atau metformin Nateglinid
GDS : 110 – 130 mg/dl
Repaglinid
GDPP : 140 - 180
Akarbose/insulin
Insulin analog

Target tercapai
Target tidak
tercapai setelah 3 Kombinasi lain :
Metformin/sulfonilurea
Di cek A1c tiap 3-6 bulan
dengan
pioglitazon/rosiglitazon
Target tercapai atau akarbose/miglitol
Kombinasi sulfonilurea
Metformin dengan
nateglinid
/insulin/insulin analog
Terapi dilanjutkan (monoterapi/kombinasi)
atau dicek A1c tiap
3-6 bulan

Target tercapai

Target tidak tercapai setelah 3-6


bulan
Terapi dilanjutkan
atau dicek A1c tiap
Insulin kerja menengah atau 1x perhari glargin.
3-6 bulan
Sebelum pemberian insulin kerja regular atau
lispro/aspart tambah 3 kombinasi antidiabetik oral
atau ganti untuk memisah dosis insulin/insulim
analaog terapi berkunjung ke endokrinologis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 (American


Diabetes Association, 2009)

Langkah 1 : Terapi tervalidasi baik

Gaya hidup + Metformin Gaya hidup + Metformin


+ +
Awal intervensi Insulin basal Insulin intensif
Gaya hidup
+
Metformin
Gaya hidup + Metformin
+ STEP 3
STEP 1 Sulfonilurea*

STEP 2

Langkah 2 : Terapi tidak tervalidasi baik Gaya hidup + Metformin


+
Gaya hidup + Metformin Pioglitazon
+ +
Pioglitazon Sulfonilurea

Gaya hidup + Metformin


+ Gaya hidup + Metformin
Agonis GLP-1 +
Insulin Basal

2.4 Penggolongan Obat Antidiabetes Oral


Menurut American College of Clinical Pharmacy, terdapat 9 golongan
antidiabetes oral (ADO) DM tipe 2 dan telah dipasarkan di Indonesia yakni
golongan: sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat α-glukosidase,
tiazolidindion, penghambat dipeptidyl peptidase-4, sekuestran asam empedu,
bromokriptin, dan produk kombinasi. Kesembilan golongan ini dapat diberikan
pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik
saja.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

2.4.1 Golongan Sulfonilurea


a. Mekanisme Kerja
Mengikat reseptor pada sel β pankreas, membentuk membran depolarisasi
dengan stimulasi sekresi insulin.
b. Generasi pertama yaitu seperti tolbutamide, chlorpropamide
c. Generasi kedua sulfonilurea seperti gliburid, glipizid, glimepirid,
glibenklamid

Tabel 2.3 Dosis Sulfonilurea Generasi Kedua

Maksimal Dosis per Hari


Obat Dosis
(mg)
Gliburid 2,5 – 5,0 mg 20
(nonmicronized) 1atau 2x sehari
Gliburid 1,5 – 3 mg 12
(micronized) 1 atau 2x sehari
Glipizid 5mg 1 atau 2x sehari 40
(extended release)
Glimepirid 1-2 mg 1x sehari 8
Glikuidon 15 mg/hari 60
Glibenklamid 2,5 -5 mg/hari 15

d. Efek Merugikan
i. Umum : Hipoglikemia, penambahan berat badan
ii. Jarang terjadi : Ruam kulit, sakit kepala, nausea, vomiting,
fotosensitivitas.
e. Kontraindikasi
i. Hipersensitivitas dengan sulfonamide
ii. Pasien dengan tidak sadar menderita hipoglikemi
iii. Fungsi ginjal tidak berfungsi dengan baik (glipizid merupakan pilihan
yang lebih baik daripada gliburid atau glimepirid pada pasien yang
geriatri atau memiliki kelemahan pada ginjal karena obat atau
metabolit aktif tidak dapat dieliminasi di dalam ginjal).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

f. Efikasi
i. Reduksi 1%-2% A1c
ii. Semua pengobatan untuk mengobati hiperglikemia
vii. Interaksi Obat
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea,
sehingga risiko terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai.. Obat atau
senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu
pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain : alkohol,
fenformin, sulfonamida, salisilat, fenilbutazon, oksifenbutazon,
probenezide, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin,
steroida anabolitik, fenfluramin, dan klofibrat.

Tabel 2.4 Obat Antidiabetes Oral Golongan Sulfonilurea

Obat Antidiabetes Oral Keterangan


Gliburid Memiliki efek hipoglikemik yang
(Glibenklamid) poten sehingga pasien perlu
diingatkan untuk melakukan jadwal
Contoh sediaan : makan yang ketat. Gliburid di
• Glibenklamid (generik) metabolisme dalam hati, hanya 25
• Abenon (Heroic) % metabolit di ekskresi melalui
• Clamega empedu dan dikeluarkan bersama
• Condiabet tinja. Gliburid efektif dengan
• Daonil (Aventis) pemberian dosis tunggal. Bila
pemberian dihentikan, obat akan
bersih keluar dari serum setelah 36
jam. Diperkirakan mempunyai efek
terhadap agregasi trombosit. Dalam
batas-batas tertentu masih dapat
diberikan pada pasien gangguan
ginjal dan hati (Handoko dan
Suharto, 1995)

Gliklazid Mempunyai efek hipoglikemik


sedang sehingga tidak begitu sering
Contoh sediaan : menyebabkan efek hipoglikemik.
• Diamicron (Darya Varia) Mempunyai efek anti agregasi
• Glibet (Dankos) trombosit yang lebih poten. Dapat
diberikan pada penderita gangguan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

• Glicab fungsi hati dan ginjal (Soegondo,


• Glidabet 1995b)
Glimepirid Memiliki waktu mula kerja yang
pendek dan waktu kerja yang lama,
Contoh sediaan : sehingga umum diberikan dengan
• Amaryl cara pemberian dosis tunggal.
Untuk pasien yang berisiko tinggi,
yaitu pasien usia lanjut, pasien
dengan gangguan ginjal atau yang
melakukan aktivitas berat dapat
diberikan obat ini. Dibandingkan
dengan glibenklamid, glimepirid
lebih jarang menimbulkan efek
hipoglikemik pada awal
pengobatan (Soegondo, 1995b)
Glikuidon Mempunyai efek hipoglikemik
sedang dan jarang menimbulkan
Contoh sediaan : serangan hipoglikemik. Karena
• Gluronerm (Boehringer hampir seluruhnya diekskresi
ingelhem) melalui empedu dan usus, maka
dapat diberikan pada pasien
gangguan ginjal dan hati yang agak
berat (Soegondo, 1995b)

2.4.2 Golongan Meglitinid


a. Mekanisme Kerja
Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid,
mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi
insulin dari pankreas tetapi onset lebih cepat dan waktu durasi lama.
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya
dicapai dalamwaktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karena itu harus
diberikan beberapa kali sehari sebelum makan. Metabolisme utamanya di
hepar dan metabolitnya tidakaktif. Sekitar 10 % di metabolisme di ginjal.
Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan
secara berhati-hati. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan
saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

b. Dosis
i. Repaglinid
(a) Dosis lazim : 0,5 – 1 mg 15 menit sebelum makan
(b) Dosis maksimum per hari :16 mg
ii. Nateglinid
(a) 120 mg sebelum makan
(b) 60 mg jika A1c mendekati tujuan yang diinginkan
c. Efek Merugikan
Hipoglikemia (lebih kecil dibandingkan dengan sulfonilurea), berat badan
berkurang, infeksi pernapasan meningkat.
d. Kontraindikasi
i. Hipersensitivitas
ii. Penggunaan repaglinid dengan gemfibrozil dapat meningkatn
konsentrasi repaglinid
e. Efikasi
i. Reduksi 0,5%-1,5% A1c (repaglinide menunjukkan penurunan A1c
lebih dari nateglinid
ii. Lebih efektif pada postprandial glukosa

Tabel 2.5 Obat Antidiabetes Oral Golongan Meglitinid

Obat Antidiabetes Oral Keterangan


Repaglinid Merupakan turunan asam
benzoat. Mempunyai efek
Contoh sediaan : hipoglikemik ringan sampai
• Prandin/NovoNorm/GlucoNorm sedang. Diabsorpsi dengan
cepat setelah pemberian per
oral, dan diekskresi secara
cepat melalui ginjal. Efek
samping yang mungkin
terjadi adalah keluhan saluran
cerna (Soegondo, 1995b)
Nateglinid Merupakan turunan
fenilalanin, cara kerja mirip
Contoh sediaan : dengan repaglinid. Diabsorpsi
• Starlix cepat setelah pemberian per

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

oral dan diekskresi trutama


melalui ginjal. Efek samping
yang dapat terjadi pada
penggunaan obat ini adalah
keluhan infeksi saluran nafas
atas (ISPA) (Soegondo,
1995b).

2.4.3 Biguanid (Metformin)


a. Mekanisme Kerja
Mereduksi glukoneogenesis hati, juga menimbulkan efek yang
menguntungkan sehingga meningkatkan sensitivitas insulin
b. Dosis
i. Dosis lazim : 500 mg 1 atau 2x sehari
ii. Dosis maksimal per hari : 2250 mg
iii. Dapat meningkatkan interval pemakaian mingguan
iv. Menurunkan dosis lazim dan titrasi lambat pada gastrointestinal (GI)
c. Efek Merugikan
i. Umum : Nausea, vomiting, diare
ii. Jarang terjadi : Menurunkan konsentrasi vitamin B12, asidosis laktat
iii. Gejala asidosis laktat termasuk nausea, vomiting, meningkatkan laju
respirasi, sakit perut, syok, takikardia.
d. Kontraindikasi
i. Kelemahan pada ginjal
ii. Usia 80 tahun atau lebih
iii. Resiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular
iv. Kelemahan hati
e. Efikasi
i. Reduksi 1%-2% A1c
ii. Mereduksi TG dan kehilangan berat badan
iii. Menjadi pertimbangan terapi lini pertama karena kontraindikasi yang
sedikit

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

vi. Interaksi Obat


Mengganggu absorpsi vit B12, berinteraksi dengan simetidin dengan
menurunkan klirens metformin di ginjal.

Tabel 2.6 Obat Antidiabetes Oral Golongan Biguanid

Obat Antidiabetes Oral Keterangan


Metformin Satu-satunya golongan biguanid yang
Contoh sediaan : masih digunakan sebagai obat
• Metformin (generik) antidiabetes oral. Bekerja
• Benoformin menurunkan kadar glukosa darah
• Bestab dengan memperbaiki transport
glukosa ke dalam sel-sel otot. Obat
ini dapat memperbaiki uptake
glukosa sampai sebesar 10-40%.
Menurunkan produksi glukosa hati
dengan jalan mengurangi
glikogenolisis dan glukoneogenesis
(Soegondo, 1995)

2.4.4 Golongan Tiazolidindion


a. Mekanisme Kerja
i. Proliferator peroksisom mengaktifkan reseptor gamma antagonis
ii. Meningkatkan sensitivitas insulin dan produksi metabolisme glukosa
b. Dua golongan : Pioglitazon dan Rosiglitazon
c. Dosis
i. Pioglitazon
(a) Lazim: 15 mg 1x sehari
(b) Maksimal per hari : 45 mg
ii. Rosiglitazon
(a) Lazim : 1-2 mg 1x sehari
(b) Maksimal per hari : 8 mg
d. Efek Merugikan
i. Kehilangan berat badan
ii. Retensi cairna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

iii. Fraktur tulang


iv. Meningkatkan resiko gagal jantung
v. Meningkatkan infark miokardia
e. Kontraindikasi
i. Kelemahan ginjal
ii. Gagal jantung
f. Efikasi
i. Reduksi 0,5-1,4% A1c
ii. Keduanya meningkatkan HDL-C, tetapi pioglitazon mempunyai efek
yang lebih baik untuk mereduksi LDL-C dan TG bila dibandingkan
dengan rosiglitazon

2.4.5 Penghambat Enzim α-Glikosidase


a. Mekanisme Kerja
Obat ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan
disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim α-glikosidase di
brush border intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada
orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi
sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia.
Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau
DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. Obat golongan ini
diberikan pada waktu mulai makan dan absorpsi buruk.
Akarbosa paling efektif bila diberikan bersama makanan yang
berserat mengandung polisakarida, dengan sedikit kandungan glukosa dan
sukrosa. Bila akarbosa diberikan bersama insulin, atau dengan golongan
sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan
lebih baik daripada pemberian sukrosa, polisakarida, dan maltosa
(Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia).
b. Dua obat : Akarbosa dan miglitol
c. Dosis
i. Lazim : 25 mg 3x sehari, bersamaan dengan makanan
ii. Maksimal per hari : 300 mg

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

d. Efek Merugikan
i. Diare, sakit perut
ii. Meningkatkan enzim di hati dengan meningkatnya dosis akarbosa
e. Kontraindikasi : Inflamasi pada perut, ulserasi usus kecil, obstruksi
pencernaan
f. Efikasi :
i. Reduksi 0,5%-0,8% A1c
ii. Tidak efektif pada pasien dengan diet karbohidrat rendah
vii. Interaksi Obat
Acarbose : Diperlemah oleh kolestiramin, absorben usus, enzim
pencernaan

Tabel 2.7 Obat Antidiabetes Oral Golongan Inhibitor Enzim α-Glikosidase

Obat Antidiabetes Oral Keterangan


Akarbosa Akarbosa dapat diberikan dalam terapi
kombinasi dengan sulfonilurea,
Contoh sediaan : metformin, atau insulin.
• Glucobay (Bayer)
• Precose

Miglitol Miglitol biasanya diberikan dalam


etrapi kombinai dengan obat-obat
Contoh sediaan : antidiabetik oral golongan sulfonilurea
• Glycet

2.4.6 Inhibitor Dipeptidyl Peptidase-4


a. Mekanisme Kerja : Menghambat kerusakan glukagon-like-peptide-1 (GLP
1), dapat meningkatkan sekresi insulin 1
b. Dua golongan : Sitagliptin dan saxagliptin
c. Dosis
iii. Sitagliptin : 100 mg 1x sehari
iv. Saxagliptin : 5 mg 1x sehari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

d. Efek Merugikan
i. Infeksi saluran urin,s akit kepala
ii. Hipoglikemia
v. Sitagliptin pada beberapakondisi dapat menyebabkan pankreatitis
akut, angioderma, sindrom steven-johnson dan anafilaksis.
e. Kontraindikasi
iii. Hipersensitivitas
iv. Memiliki riwayat pankreatitis
f. Efikasi : Reduksi 0,5-0,8% A1c

2.4.7 Sekuestran Asam Empedu


a. Mekanisme Kerja
i. Menurunkan konsentrasi glukosa belum diketahui
ii. Asam empedu digunakan untuk managemen kolesterol
b. Dosis 625 mg 1x sehari atau 625 mg 2x sehari
c. Efek Merugikan : Konstipasi, dispepsia, nausea,vomiting
d. Efikasi : Reduksi 0,3%-0,5% A1
e. Kontraindikasi
i. Pada pasien obstruksi perut, serum TG lebih besar dari 500 mg/dL
ii. Pasien dengan keadaan tidak dapat menelan, disfasia, serum TG dengan
konsentrasi lebih dari 300 mg/dL

2.4.8 Bromokriptin
a. Mekanisme Kerja: Belum diketahui
b. Dosis
i. Lazim : 0,8 mg 1x sehari, bersamaan dengan makanan
ii. Maksimal per hari : 4,8 mg
c. Efek Merugikan : Nausea, vomiting, malas, sakit kepala, hipotensi,
kelaparan
d. Kontraindikasi
i. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien migrain
e. Efikasi :Reduksi 0,1 % - 0,6% A1c

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

2.4.9 Produk Kombinasi


a. Metformin dengan : Gliburid, glipizid, sitagliptin, repaglinid,
pioglitazon, rosiglitazon
b. Glimepirid dengan : Pioglitazon atau rosiglitazon

2.5 Insulin
2.5.1 Terapi Insulin Untuk Pasien Rawat Inap
Pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dibagi ke dalam dua kelompok.
Kelompok pertama pasien yang memerlukan perawatan di ruang intensif,
misalnya pasien ketoasidosis, pasca operasi, atau pasien penyakit gawat seperti
sepsis. Kelompok kedua adalah pasien yang tidak memerlukan perawatan di ruang
intensif, misalnya pasien praoperatif atau pasien dengan penyakit yang tidak
gawat.
Secara umum, cara pemberian terapi insulin bagi kedua kelompok di atas
memiliki perbedaan. Pasien yang dirawat di ruang intensif umumnya memerlukan
terapi intensif dengan cara pemberian insulin infus (drip) intravena atau secara
intramuskular. Cara intramuskular jarang dilakukan dan hanya dilakukan bila
fasilitas insulin drip intravena tidak tersedia. Pasien yang dirawat di ruang biasa
umumnya tidak memerlukan terapi insulin infus intravena. Terapi untuk pasien ini
cukup dengan pemberian subkutan atau dengan pompa insulin (CSII). Bahkan
pada kasus yang ringan, terapi dengan obat antidiabetik oral masih dapat
diberikan untuk pasien DM, terutama pasien DM tipe 2 (PERKENI, 2007).

2.5.2 Kategori Insulin


Berdasarkan durasi terapi setelah injeksi,insulin dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. insulin kerja cepat/short acting : insulin regular
b. insulin kerja sangat cepat/rapid acting : insulin aspart, lispro, dan
glulisin
c. insulin kerja menengah /intermediate acting : Neutral Protamine
Hagedone (NPH)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

d. insulin kerja panjang/long acting : Insulin glargine dan detemir, tidak


dapat dikombinasikan dengan insulin lain.

Tabel 2.8 Karakteristik Insulin

Waktu Injeksi
Sebelum Puncak Durasi
Kategori Nama Obat Onset
Makan (jam) (jam)
(menit)
Kerja 30-60
Regular 30 2-3 4-6
cepat menit
Kerja
5-20
sangat Aspart/lispro/glulisin 15 1-3 3-5
menit
cepat
Kerja NPH 1-2
Tidak tersedia 4-8 10-20
menengah Lente jam
2-4
Kerja jam 6-8
Detemir, Glargine Tidak tersedia 6-24
panjang 1-2 (Peakless)
jam

(sumber : American College of Clinical Pharmacy dan Farmakologi & Terapi)

2.5.3 Dosis Insulin


Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5-150 U
sehari, tergantung keadaan pasien. Selain faktor tersebut, untuk penetapan dosis
perlu diketahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah makan serta kadar
glukosa dalam urin empat porsi, yaitu antara jam 7-11, jam 12-16, jam 16-21, dan
jam 21-7.
Dosis terbagi insulin digunakan pada DM :
a. tidak stabil dan sukar dikontrol
b. bila hiperglikemi berat sebelum makan pagi tidak dapat dikoreksi dengan
insulin dosis tunggal per hari
c. pasien yang membutuhkan insulin lebih dari 1000 U per hari. Pada pasien
ini diet karbohidrat sebaiknya dibagi emnjadi 6-7kali pemberian.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

Dosis awal pasien DM muda 0,7-1,5 U/kg berat badan. Untuk terapi awal,
regular insulin dan insulin kerja sedang merupakan pilihan dan diberikan 2 kali
sehari. Untuk DM dewasa yang kurus 8-10 U insulin kerja sedang diberikan 20-30
menit sbeelum makan pagi dan 4-5 U sebelum makan malam, DM dewasa gemuk
20 U pagi hari dan 10 U sebelum makan malam. Dosis ditingkatkan secara
bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).

2.6 Perbekalan Farmasi


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.

2.7 Kartu jakarta sehat (KJS)


2.7.1 Definisi Kartu Jakarta Sehat
KJS merupakan suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang
diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP. Jamkesda Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan
pengobatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).

2.7.2 Tujuan KJS


Tujuan dibuatnya KJS adalah memberikan jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta terutama bagi keluarga miskin dan
kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang (Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, 2012).

2.7.3 Sasaran Program KJS


Kartu jakarta sehat ini berlaku untuk semua penduduk DKI Jakarta yang
mempunyai KTP / Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki jaminan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

kesehatan, diluar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya (Dinas


Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).

2.7.4 Manfaat KJS


Adapun manfaat diberlakukannya KJS adalah :
1. Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan / Kelurahan di Provinsi DKI
Jakarta.
2. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) tingkat II, (RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama
dengan UP. Jamkesda) wajib dengan rujukan dari Puskesmas.
3. Rawat Inap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan
UP. Jamkesda (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).

2.8 Tarif Indonesia Case Based Groups (INA CBG’S)


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 69 tahun 2013,
tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s
adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit. Sistem INA CBG’s digunakan sebagai aplikasi pengajuan
klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK)
bagi masyarakat miskin Indonesia.
Sistem Casemix INA CBG’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif
homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien dengan
karakteristik klinik yang sejenis (George Palmer, Beth Reid).
Case Base Groups (CBG), yaitu cara pembayaran perawatan pasien
berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit
akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh
untuk suatu kelompok diagnosis.
Dalam pembayaran menggunakan sistem INA CBG’S baik rumah sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan
yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

dan kode DRG (DiseaseRelated Group). Besarnya penggantian biaya untuk


diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau
ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length
ofstay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya
disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya (Permana, 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Operasional


3.1.1 Variabel Bebas
3.1.1.1 Penggolongan Obat Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Melitus
Definisi : Penggolongan obat antidiabetes yang digunakan untuk
pengobatan diabetes melitus.
Skala : Nominal
Kategori :
a. Sulfonilurea
b. Biguanid
c. Tiazolidindion
d. Meglitinid
e. Penghambat α-glukosidase
f. Penghambat dipeptidil peptidase-4
g. Sekuestran asam empedu
h. Bromokriptin
i. Obat Antidiabetes Injeksi
j. Produk kombinasi

3.1.2 Variabel Terikat


3.1.2.1 Ketepatan Indikasi
Definisi : ketepatan pemilihan obat antidiabetes yang sesuai dengan
indikasi berdasarkan pedoman pengobatan.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Tepat
ii. TidakTepat

34
35

3.1.2.2 Ketepatan Pemilihan Obat


Definisi : ketepatan pemilihan obat antidiabetes pada pasien yang di rawat
di ruang rawat inap berdasarkan algoritma pengobatan diabetes melitus yang
disesuaikan dengan pengobatan yang telah diberikan sebelumnya.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Tepat
ii. Tidak Tepat

3.1.2.3 Ketepatan Regimen Dosis


Definisi : ketepatan pemberian regimen dosis obat antidiabetes pada pasien
yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan pedoman pengobatan.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Tepat
ii. Tidak Tepat

3.1.2.4 Ketepatan Cara Pemberian


Definisi : ketepatan cara dan lama pemberian regimen dosis yaitu aturan
pemakaian obat antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap
berdasarkan pedoman pengobatan.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Tepat
ii. Tidak Tepat

3.1.2.5 Ketepatan Pasien


Definisi : ketepatan pemberian obat sesuai kondisi patofisiologis pada
pasien diabetes melitus yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan pedoman
pengobatan.
Skala : Nominal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Kategori :
i. Tepat
ii. Tidak Tepat

3.1.2.6 Efek Samping


Definisi : efek samping yang ditimbulkan akibat pemberian obat
antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan Drug
Information Handbook.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Ada
ii. Tidak Ada

3.1.2.7 Interaksi Obat


Definisi : Interaksi obat yang terjadi pada penggunaan obat antidiabetes
dengan obat antidiabetes atau obat antidiabetes dengan obat lainnya berdasarkan
Drug Information Handbook.
Skala : Nominal
Kategori :
i. Ada
ii. Tidak Ada

3.1.3 Demografi Pasien


Demografi pasien adalah penyebaran pasien yang dapat dilihat dari
karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, dan jenis diabetes).

3.1.3.1 Jenis Kelamin


Skala : Nominal

Kategori : i. Laki-laki

ii. Perempuan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

3.1.3.2 Usia
Penggolongan usia pasien berdasarkan Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI,
2009). DEPKES RI mengklasifikasikan usia manusia menjadi 8 kategori, yaitu :

i. 5-11 tahun : Masa kanak-kanak

ii. 12-16 tahun : Masa remaja awal

iii. 17-25 tahun : Masa remaja akhir

iv. 25-35 tahun : Masa dewasa awal

v. 36-45 tahun : Masa dewasa akhir

vi. 46-55 tahun : Masa lansia awal

vii. 55-65 tahun : Masa lansia akhir

viii. 65-sampai di atas : Manula

3.1.3.3 Jenis Diabetes


Bila kadar glukosa darah tidak dapat terkontrol, maka pasien diabetes
melitus dapat mengalami komplikasi. Maka jenis diabetes ini dapat dibagi ke
dalam dua kelompok :

i. Diabetes melitus tanpa komplikasi


ii. Diabete melitus disertai komplikasi

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yakni
berupa catatan rekam medis pasien penderita diabetes melitus sebagai pasien KJS
yang dirawat di ruang rawat inap diabetes melitus Rumah Sakit TNI Angkatan
Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama periode April –
Desember 2013.
Penelitian ini berupa penelitian survei (observasional) dengan metode
retrospektif yaitu penelitian berdasarkan rekam medis pasien, melihat ke
belakang peristiwa yang terjadi di masa lalu, dalam hal ini dilihat dari rekam
medis pasien periode April – Desember 2013. Desain yang digunakan adalah
cross sectional, yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan evaluasi beban biaya perbekalan


farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) pada pasien KJS yang dirawat
di ruang rawat inap sebagai variabel terikat pada suatu waktu tertentu.
Analisa dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan
frekuensi ketepatan indikasi, jenis obat, regimen dosis, pasien, cara pemberian,
efek samping, serta interaksi obat antidiabetes pada pasien.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TNI
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dengan alamat Jl. Bendungan Hilir No.17 Jakarta
Pusat 10210.

3.3.2 Waktu Penelitian


Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Analisa
data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa diabetes
melitus yang dirawat di Ruang Rawat Inap yang memiliki kartu jakarta sehat
(KJS) RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat pada periode April sampai
dengan Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 31 pasien.

3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu
semua pasien yang memenuhi kriteria diambil sebagai sampel penelitian. Sampel
dalam penelitian ini terdapat 24 pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

3.4.2.1 Kriteria Inklusi Sampel


Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian,memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk
sampel kasus dalam penelitian ini ialah :
a. Pasien rawat inap diabetes melitus seluruh tipe yang merupakan pasien
KJS pada bulan April – Desember 2013
b. Pasien diabetes melitus seluruh tipe yang menerima perbekalan farmasi
(obat-obatan dan bahan medis habis pakai) periode April – Desember
2013.

3.4.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel


Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikusertakan. Adapun yang termasuk
kriteria eksklusi adalah pasien dengan rekam medis yang tidak lengkap dan
hilang.

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)
a. Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksaan penelitian
dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi
Universitas Islam Negeri Jakarta kepada RUMKITAL Dr. Mintohardjo
Jakarta Pusat
b. Penyerahan surat persetujuan penelitian dari RUMKITAL Dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta

3.5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data


3.5.2.1 Penelusuran Dokumen
a. Penelusuran data pasien di ruang rawat inap pasien diabetes melitus
Kartu jakarta sehat RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat
periode April – Desember 2013
b. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

c. Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medis di ruang


administrasi medis berupa :
i. Nomor rekam medis
ii. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, dan umur)
iii. Tanggal perawatan
iv. Diagnosa
v. Kadar gula darah pasien dan kadar kreatinin
vi. Data penggunaan obat (Jenis, regimen dosis, dan aturan
penggunaan)
vii. Biaya obat antidiabetes diambil dari apotek
viii.Biaya obat lain yang digunakan diambil dari apotek
ix. Biaya perbekalan farmasi yang digunakan diambil dari apotek
d. Penelusuran dokumen standar biaya perbekalan farmasi sesuai
dengan tarif INA CBG’sdi RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta
Pusat

3.5.3 Manajemen Data

Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan


diabetes melitus yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke
dalam logbook dan komputer.

3.6 Pengolahan Data


a. Editing
Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan mengeluarkan
data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.
b. Coding
Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari proses seleksi
untuk mempermudah analisis di program Microsoft Excel. Coding merupakan
kegiatan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori,
seperti :
i. Pengkodean jenis antidiabetik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Tabel 2.1 Pengkodean Jenis Antdiabetik

Jenis Antidiabetik Kode Obat


Metformin 1
Glimepirid 2
Gliklazid 3
Glikuidon 4
Glibenklamid 5
Akarbosa 6
Novorapid 7
Lantus 8
Levemir 9
Actrapid 10

ii. Pengkodean kategori ketepatan


Tabel 2.2 Pengkodean Ketepatan
Ketepatan Kode
Tepat 1
Tidak Tepat 0

c. Entry data
Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.
d. Cleaning data
Data yang sudah diinput diperiksa kembali untuk memastikan data bersih
dari kesalahan dan siap untuk dianalisis.

3.7 Analisa Data


Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17.0. Confidence
interval yang digunakan sebesar 95% dengan nilai α = 0,05. Pengolahan data
yang dilakukan meliputi :

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

3.7.1 Analisis Univariat


Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis
setiap variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmodjo, 2003). Data yang telah di
kategorikan ditampilkan sebagai frekuensi kejadian.
Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah :
1. Karakteristik pasien
a. Jenis Kelamin
b. Usia Pasien
c. Jenis diabetes (tunggal atau komplikasi)
2. Penggunaan antidiabetik tunggal
3. Penggunaan kombinasi antidiabetik oral dan injeksi

3.7.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan/berkolerasi. Analisis data sampel dilakukan secara deskriptif
statistik, yaitu dengan analisis kai kuadrat. Uji kai kuadrat adalah uji yang
digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel yang bersifat
kategorik. Cara pengambilan keputusannya adalah dengan melihat nilai
probabilitas (p) pada kolom Asymp Sig. (2 sided) dari hasil perhitungan dengan
SPSS Statictic 17.0.

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :


H0 : tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
H1 : ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Nilai p pada tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut (Trihendradi, 2011):
a. Probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak. Uji statistik menunjukkan hubungan
yang bermakna.
b. Probabilitas ≥ 0,05 berarti H0 diterima. Uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Uji kai kuadrat ini dinyatakan sahih apabila memenuhi persyaratan tidak
lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (Sabri & Hastono,
2006). Apabia tidak memenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukan uji mutlak
Fisher. Analisis koefisien kontingensi digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan antar variabel yang bersifat nominal. Adapun pengolahan data yang
menggunakan analisis bivariat ialah identifikasi Gambaran Rasionalitas
Penggunaan Obat Antidiabetes.

Parameter rasionalitas obat antidibaetes yang diamati dalam


pengidentifikasian gambaran penggunaan obat antidiabetes antara lain :
a. ketepatan indikasi
b. ketepatan pemilihan obat
c. ketepatan regimen dosis
d. ketepatan pasien
e. ketepatan cara dan lama pemberian
f. efek samping
g. interaksi obat

3.7.3 Analisa Beban Biaya Perbekalan Farmasi


Biaya perbekalan farmasi yang didapatkan dari hasil pengumpulan data,
dibuat rekapitulasi berupa tabel rekapitulasi biaya. Cara untuk menghitung biaya
perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) adalah sebagai
berikut :

a) Biaya perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) :


Jumlah total dari penggunaan perbekalan farmasi (obat-obatan dan
bahan medis habis pakai) seluruh pasien rawat inap DM KJS
dibandingkan dengan jumlah total tarif INA CBG’s yang diberikan
kepada pasien DM.
b) Biaya obat diabetes melitus : Jumlah total dari penggunaan obat-obat
diabetes melitus pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo
dibandingkan dengan total biaya perbekalan farmasi secara

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang dikeluarkan


untuk obat DM.
c) Biaya obat non diabetes melitus : Jumlah total dari penggunaan obat-
obat non diabetes melitus pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr.
Mintohardjo dibandingkan dengan total biaya perbekalan farmasi
secara keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang
dikeluarkan untuk obat non DM.
d) Biaya bahan medis habis pakai : Jumlah total biaya dari penggunaan
bahan medis habis pakai pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr.
Mintohardjo dibandingkan dengan total biaya perbekalan farmasi
secara keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang
dikeluarkan untuk bahan medis habis pakai.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Demografi Pasien


Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit diabetes.
Penggunaan obat antidiabetes pada pasien yang digambarkan secara deskriptif
dalam bentuk persentase. Jumlah pasien diabetes melitus di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Demografi Pasien

Pasien Jumlah
Diabetes melitus Januari –
274
Desember 2013
KJS rawat inap penderita
31
diabetes melitus
KJS rawat inap penderita
diabetes melitus yang 24
memenuhi kriteria inklusi

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap diabetes
melitus sebanyak 24 pasien yang memiliki rekam medis yang lengkap.

4.1.1 Jenis Kelamin


Dapat dilihat dari data yang didapat bahwa pasien diabetes melitus yang
merupakan pasien KJS lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dibanding
pada pasien laki-laki, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.

45
46

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah pasien KJS yang terdiagnosa diabetes melitus pada periode April-
Desember 2013 di RUMKITAL Dr. Mintohardjo sebanyak 15 orang (63%) ialah
perempuan, sementara jumlah laki-laki sebanyak 9 orang (37%). Berdasarkan data
tersebut perempuan memiliki tingkat resiko lebih tinggi terdiagnosis penyakit
diabetes melitus dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi DM pada perempuan
cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari
pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013)

4.1.2 Usia Pasien


Penggolongan usia pasien berdasarkan Departemen Kesehatan RI
(DEPKES) 2009. DEPKES RI mengklasifikasikan usia manusia menjadi 8
kategori, yaitu balita, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal,
dewasa akhir, lansia awal, lansia akhir, dan manula. Berdasarkan usia tersebut,
dapat diketahui bahwa usia 46 sampai 55 tahun (masa lansia awal) adalah usia
yang paling banyak menderita penyakit diabetes melitus.
Persentase jumlah penderita diabetes melitus pada usia 46 sampai 55 tahun
ialah sebesar 45,99 %. Distribusi dari 24 pasien penderita diabetes melitus
berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4.2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus


Berdasarkan Usia Pasien (%)

Terlihat bahwa penderita diabetes melitus mulai rentan dan sering terjadi
pada usia 46 tahun ke atas hingga usia 65 tahun. Pada usia ini, umur sangat erat
kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin
meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin
tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat
mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami
perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel
jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa (Goldberg dan Coon dalam Rochman, 2006).

4.1.3 Jenis Diabetes


Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus
akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang
kronik. Dari keseluruhan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi tersebut,
penderita diabetes melitus banyak yang mengalami komplikasi penyakit seperti

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Chronic Kidney Disease (CKD), hipertensi, TB, stroke, nefropati, anemia, dan
ulkus diabetikum. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes

Jumlah Persentase
Jumlah penderita diabetes 3 12,5 %
melitus tanpa komplikasi

Jumlah penderita diabetes 21 87,5 %


melitus dengan komplikasi

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus


Berdasarkan Jenis Diabetes

Banyaknya pasien diabetes yang mengalami komplikasi disebabkan karena


umumnya komplikasi diabetes berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah.
Diabetes dalam jangka panjang ,dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit
dan mengurangi volume aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti mata,
ginjal, jaringan saraf, dan lain sebagainya sehingga bagian-bagian tubuh
mengalami kerusakan fungsi yangs serius bahkan mengancam jiwa.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

4.2 Profil Obat Antidiabetes


4.2.1 Obat Antidiabetes Tunggal
Pemakaian obat antidiabetes tunggal (monoterapi) banyak diberikan
kepada pasien, baik diberikan secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat
antidiabetes tunggal yang paling banyak digunakan adalah glikuidon (33%) dan
injeksi novorapid (23%). Jika dibagi dalam lima golongan obat antidiabetes oral
yang banyak dipakai di Indonesia dan empat kategori insulin berdasarkan sifat
farmakokinetiknya, maka ditemukan di lapangan bahwasanya golongan obat
antidiabetes oral terbanyak yang digunakan adalah sulfonilurea (55,6%) dan
pemakaian insulin terbanyak yang digunakan adalah kategori insulin rapid acting
(kerja cepat) sebesar 22,2 %.

Gambar 4.4 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal (%)

Antidiabetes oral yang paling banyak digunakan adalah golongan


sulfonilurea terutama glikuidon. Tingginya penggunaan golongan sulfonilurea ini
kemungkinan disebabkan karena obat antidiabetes oral golongan sulfonilurea
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru
dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya, selain itu efek samping obat golongan sulfonilurea yang umumnya
ringan dan frekuensi rendah, antara lain gangguan saluran cerna serta gangguan
susunan syaraf pusat (Handoko dan Suharto, IONI 2000) serta mempunyai efek
hipoglikemia yang jarang dan rendah. Mekanisme kerja glikuidon hampir

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

seluruhnya diekskresi melalui empedu dan usus, sehingga dapat diberikan pada
pasien gangguan ginjal dan hati yang agak berat. Beberapa pasien penderita
diabetes RUMKITAL Dr. Mintohardjo banyak yang mengalami komplikasi
berupa gangguan fungsi ginjal, maka obat glikuidon menjadi obat pilihan karena
pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat menggunakan obat tersebut
(Soegondo, 1995). Pemilihan obat golongan sulfoniurea juga bisa disebabkan
karena sulfonilurea adalah pilihan obat utama setelah metformin yang dapat
diberikan secara monoterapi (Dipiro, 2008). Obat golongan sulfonilurea
tergolong memiliki harga yang relatif murah. RUMKITAL Dr. Mintohardjo
menerima pasien dari mulai TNI AL/PNS keluarga anggota KEMHAN (TNI AD,
TNI AU/PNS) dan keluarga purnawiraan (Askes Hankam) dan non hankam,
hingga masyarakat umum. Masyarakat yang dirawat juga berasal dari segala
kalangan termasuk pasien dengan status ekonomi bawah, yaitu pasien dengan
status jaminan kesehatan dari Kartu jakarta sehat (KJS).
Antidiabetes injeksi berupa insulin yang paling banyak digunakan ialah
injeksi novorapid atau insulin aspart. Penggunaan insulin diberikan jika kondisi
pasien DM telah drop atau memiliki kadar glukosa darah yang sangat tinggi.
Pasien dengan kadar glukosa yang tinggi biasanya telah mengalami komplikasi.
Jika kadar glukosa darah sudah relatif stabil, maka dapat dilakukan evaluasi
erhadap penyakit komplikasi yang diderita oleh pasien DM. Banyaknya
penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat
(rapid acting) serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin
aspart dapat disuntikkan 15 menit sebelum makan dibandingkan dengan insulin
reguler yang harus disuntikkan 30 menit sebelum makan. Selain itu, insulin kerja
cepat dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa postprandial yang lebih
cepat dibandingkan insulin reguler (ACCP, 2013).

4.2.2 Kombinasi Obat Antidiabetes Oral dan Injeksi


Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat
antidiabetes oral atau obat antidiabetes oral dengan insulin. Pemakaian kombinasi
beberapa obat antidiabetes oral yang paling banyak digunakan ialah kombinasi
antara metformin dengan glimepirid sebanyak 21,5%. Kombinasi obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

antidiabetes oral dengan insulin sebanyak 21,5% dan penggunaan beberapa obat
antidiabetes insulin sebanyak 14,3%. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Dengan Injeksi

Glimepirid merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan


sulfonilurea. Mekanisme kerja glimepirid yaitu dengan menstimulasi eksreksi
insulin dan metformin pun bekerja untuk mengurangi glukoneogenesis hepatik,
meningkatkan sensitifitas insulin, serta mengurangi absorbsi glukosa pada saluran
cerna. Berdasarkan mekanisme kerjanya, kombinasi kedua obat tersebut
merupakan kombinasi yang rasional karena mempunyai cara kerja yang sinergis
sehingga kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada
pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis maksimal keduanya maupun
pada kombinasi dosis rendah. Kombinasi dengan dosis maksimal dapat
menurunkan glukosa darah yang lebih banyak. Pemakaian kombinasi dengan
sulfonilurea sudah dapat dianjurkan sejak awal pengelolaan diabetes, berdasarkan
hasil penelitian UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) hanya
50% pasien DM tipe 2 yang kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan
tunggal metformin atau sulfonilurea sampai dosis maksimal (Soegondo, 2005).
Selain penggunaan beberapa obat antidiabetes oral, pemakaian obat
antidiabetes oral dengan injeksi juga banyak digunakan oleh pasien diabetes yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

tidak berhasil dikelola dengan obat antidiabetes oral dosis maksimal atau terdapat
kontraindikasi dari obat tersebut. Pemakaian obat antidiabetes oral dengan insulin
yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara metformin-glimepirid
dengan injeksi novorapid-injeksi lantus dengan persentase sebesar 14,3%.
Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin diberikan bila sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai. Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin
yang banyak dipergunakan adalah kombinasi antidiabetes oral dengan insulin
basal (insulin kerja cepat atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam
hari menjelang tidur.
Kombinasi beberapa obat antidiabetes insulin juga sering diberikan,
pemakaian kombinasi obat tersebut paling banyak digunakan adalah injeksi
novorapid dan injeksi lantus sebanyak 25,1%. Injeksi novorapid termasuk ke
dalam golongan insulin rapid acting (kerja cepat) dan injeksi lantus termasuk ke
dalam golongan insulin long acting (kerja panjang). Penggunaan insulin kerja
cepat dikarenakan efeknya yang dapat bekerja cepat, seringkali mulai menurunkan
kadar glukosa darah 20 menit setelah penyuntikan. Namun efek insulin kerja cepat
hanya sebentar, karena itu diperlukan insulin kerja panjang untuk membuat kadar
glukosa darah menjadi stabil sepanjang hari. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis
insulin yang cukup kecil (Sudoyo, 2006).

4.3 Analisis Kerasionalan Obat Antidiabetes


Pemberian obat antidiabetes yang tepat merupakan hal yang sangat penting
Mengingat begitu tingginya angka kejadian serta pentingnya penanganan secara
tepat terhadap penyakit diabetes melitus dan komplikasi yang ditimbulkannya,
maka terapi diabetes melitus harus dilakukan secara rasional baik secara
farmakologi maupun non farmakologi. Ketepatan terapi dipengaruhi proses
diagnosis, pemilihan terapi, pemberian terapi, serta evaluasi terapi. Evaluasi
penggunaan obat merupakan suatu proses jaminan mutu yang terstruktur dan
dilakukan secara terus menerus untuk menjamin agar obat-obat yang digunakan
tepat, aman, dan efisien (Kumolosari, dkk, 2001).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Rasionalitas obat merupakan penilaian yang sesuai dengan beberapa aspek


ketepatan, yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, tepat pasien, tepat cara
pemberian, minimal efek samping, dan tidak terdapat interaksi obat. Pasien bisa
dikatakan sudah mencapai terapi pengobatan diabetes melitus secara rasional bila
memenuhi evaluasi penilaian ketepatan tersebut. Jika terdapat salah satu yang
tidak tepat diantaranya, maka pasien tidak dapat memenuhi evaluasi ketepatan.
Sehingga pasien dapat dikatakan tidak mendapatkan pengobatan diabetes melitus
secara rasional. Jika didapatkan pasien dengan penggunaan obat antidiabetes dua
atau lebih, namun salah satu pemberian obat antidiabetes tidak memenuhi evaluasi
ketepatan maka pasien tidak dapat dikatakan telah mendapatkan terapi pengobatan
diabetes melitus secara rasional. Pasien dapat dikatakan telah mendapatkan obat
antidiabetes secara rasional jika telah memenuhi evaluasi ketepatan dan tidak ada
satupun dari obat antidiabetes yang diberikan tidak memenuhi evaluasi ketepatan
pemberian obat antidiabetes. Berikut, pada Gambar 4.6 terdapat gambaran
penilaian evaluasi ketepatan berdasarkan pemberian obat antidiabetes pada pasien
rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Berdasarkan Frekuensi


Pemberian Obat Antidiabetes

100 100 100

84,44

68,69

55,56

Persentase analisis ketepatan didapatkan dari 45 penggunaan obat


antidiabetes dengan 10 jenis obat antidiabetes berbeda yang diberikan pada 24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

pasien. Pada diagram tersebut terlihat bahwa angka ketepatan paling tinggi
terdapat pada ketepatan dosis dan obat sebesar 100%. Kemudian tepat pasien
menunjukkan persentase 84,44%, tepat indikasi menunjukkan persentase 68,89%
dan angka terkecil terdapat pada tanpa interaksi obat, yaitu 55,56%. Hal ini
menggambarkan bahwa banyaknya obat antidiabetes yang berinteraksi. Interaksi
obat ini dilihat dari adanya obat yang berinteraksi satu atau lebih, baik obat
antdiabetes dengan obat antidiabetes lain atau pun obat antidiabetes dengan obat
lain.

4.3.1 Tepat Indikasi


Tepat indikasi adalah ketepatan penggunaan antidiabetik atas dasar
diagnosis yang ditegakkan, sesuai dengan diagnosis yang tercantum di rekam
medik yang memiliki kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl. Diagnosis diabetes
melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua dengan TTGO, meskipun
TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan
pemeriksaan glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO
sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
Ketiga, dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan
untuk diagnosis diabetes melitus (PERKENI, 2006).
Terdapat jumlah pemberian antidiabetik tepat indikasi sebesar 68,89%.
Ketidaktepatan indikasi obat antidiabetes terhadap pasien dapat terjadi apabila
antidiabetik yang diberikan tidak sesuai dengan diagnosis yang dialami pasien.
Sementara itu terdapat 15 dari 24 pasien (62,50%) yang sudah mendapatkan terapi
antibiotik tepat indikasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pada contoh ketepatan indikasi dikarenakan obat yang diberikan telah
sesuai dengan diagnosis pasien. Contohnya pada pasien nomor 9, pasien diberikan
injeksi novorapid dan injeksi lantus, hal ini disebbakan karena kadar glukosa
darah pasien yang sangat tinggi (567 mg/dl) sehingga diperlukan penanganan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

yang cepat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Maka, diberikan obat
antidiabetik berupa insulin dengan keja yang sangat cepat.

Pada contoh kasus ketidaktepatan indikasi disebabkan karena tidak


sesuainya diagnosis yang dialami oleh pasien, yaitu kadar gula darah sewaktu
yang belum melebihi >200 mg/dl. Berikut pada Tabel 4.3 dapat digambarkan
jumlah ketepatan indikasi setiap obat antidiabetes.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Indikasi Antidiabetik

Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Indikasi Total


Obat
Tidak Tepat Tepat Indikasi
Indikasi

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 3 33,33% 6 66,67% 9

Diabetik Glimepirid 3 37,50% 5 62,50% 8

Gliclazid 1 50,00% 1 50,00% 2

Glikuidon 0 0,00% 3 100,00% 3

Glibenklamid 1 100,00% 0 0,00% 1

Acarbose 1 100,00% 0 0,00% 1

Novorapid 4 33,33% 8 66,67% 12

Lantus 0 0,00% 5 100,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 1 50,00% 1 50,00% 2

Total 14 31,11% 31 68,89% 45

Berdasarkan data hasil analisis, ketepatan indikasi pemberian antidiabetik


pada pasien rawat inap diabetes melitus, terdapat beberapa pemberian antidiabetik
yang memiliki ketepatan sebanyak 100%, yaitu glikuidon, lantus, dan levemir, hal
ini dikarenakan pemakaian antidiabetik tersebut sudah sesuai dengan diagnosis
yang dialami oleh pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

4.3.2 Tepat Dosis


Dosis merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan pada penilaian
ketepatan. Dosis yang diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien, dan dosis
yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug Information Handbook). Hasil analisis
penilaian ketepatan dosis antidiabetik berdasarkan jumlah pasien dapat dilihat
pada lampiran 5. Dari hasil penilaian ketepatan dosis berdasarkan jumlah
pemberian antidiabetik pada pasien, terdapat jumlah pemberian antidiabetik yang
sudah tepat dosis sebanyak 100%. Penilaian ketepatan dosis pada pasien
didasarkan pada dosis regimen yang diberikan. Seluruh pasien diabetes melitus
rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mendapatkan dosis yang sesuai
dengan persyaratan yang sudah ditetapkan literatur. Dari penilaian ketepatan dosis
ini maka didapatkan gambaran penggunaaan antidiabetik yang sudah tepat dosis
terlihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Analisis Ketepatan Dosis Antidiabetik Berdasarkan


Frekuensi Pemberian Antidiabetik

Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Dosis Total Obat

Tidak Tepat Dosis Tepat Dosis

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 0 0,00% 9 100,00% 9

Diabetik Glimepirid 0 0,00% 8 100,00% 8

Gliclazid 0 0,00% 2 100,00% 2

Glikuidon 0 0,00% 3 100,00% 3

Glibenklamid 0 0,00% 1 100,00% 1

Acarbose 0 0,00% 1 100,00% 1

Novorapid 0 0,00% 12 100,00% 12

Lantus 0 0,00% 5 100,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 0 0,00% 2 100,00% 2

Total 0 0,00% 45 100,00% 45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa seluruh obat antidiabetes
telah memenuhi ketepatan pemberian dosis antidiabetik sebesar 100 % pada
pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

4.3.3 Tepat Pasien


Tepat pasien merupakan pemberian obat antidiabetik harus disesuaikan
dengan keadaan masing-masing pasien. Ketepatan pasien dapat dilihat dari
kesesuaian dengan kondisi pasien. Maka, didapatkan 84,44 % pemberian
antidiabetik yang tepat pasien. Pada lampiran 6 dapat terlihat hasil dari analisis
penilaian tepat pasien.
Pada contoh kasus nomor 10, terdapat pemberian 1 jenis antidiabetik yaitu
glikuidon. Obat antidiabetik glikuidon termasuk golongan sulfonilurea telah
memenuhi kriteria tepat pasien dikarenakan pada penggunaan glikuidon sudah
sesuai dengan diagnosis dan keadaan pasien. Pasien mengalami gangguan fungsi
ginjal karena memiliki kadar ureum dan kreatinin yang melebihi batas normal
(ureum : > 43 mg/dl dan kreatinin : > 1,3 mg/dl untuk wanita dan 1,2 mg/dl untuk
pria), sehingga antidiabetik glikuidon sudah tepat diberikan karena boleh
diberikan untuk penderita gangguan ginjal. Pada kasus nomor13 terdapat
pemberian 2 jenis antidiabetik, yaitu antidiabetik oral (metformin) dan insulin
(injeksi novorapid). Metformin tidak dapat memenuhi kriteria tepat pasien karena
pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Menurut literatur (Pharmacotherapy
Review Program for Advanced Clinical Pharmasy, ACCP), metformin tidak boleh
diberikan pada penderita gangguan ginjal yaitu ditandai dengan kreatinin serum
1,4 mg/dl atau lebih, sehingga pada pasien tersebut dikatakan tidak memenuhi
kriteria ketepatan pasien. Berikut dibawah ini ialah tabel hasil analisis frekuensi
pemberian antidiabetik tepat pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Tabel 4.5 Distribusi Analisis Ketepatan Pasien Antidiabetik Berdasarkan


Frekuensi Pemberian Antidiabetik

Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Pasien Total Obat

Tidak Tepat Pasien Tepat Pasien

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 3 33,33% 6 66,67% 9

Diabetik Glimepirid 0 0,00% 8 100,00% 8

Gliclazid 1 50,00% 1 50,00% 2

Glikuidon 1 33,33% 2 66,67% 3

Glibenklamid 0 0,00% 1 100,00% 1

Acarbose 1 100,00% 0 0,00% 1

Novorapid 1 8,33% 11 91,67% 12

Lantus 0 0,00% 5 100,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 0 0,00% 2 100,00% 2

Total 7 15,56% 38 84,44% 45

Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa hanya 15,56 % terjadi
ketidaktepatan pasien pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr.
Mintohardjo.

4.3.4 Tepat Obat


Ketepatan obat adalah kesesuaian pemilihan suatu obat diantara beberapa
jenis obat yang mempunyai indikasi untuk penyakit diabetes melitus yang telah
ditetapkan pada literatur standar dan disesuaikan dengan riwayat pengobatan
pasien yang telah digunakan sebelumnya. Berdasarkan Pharmacotheraphy A
Pathophysiologic Approach dan American Diabetes Association terdapat
guideline atau algoritma terapi DM tipe 2 dan terapi DM tipe 1 berdasarkan
Joslin’s Diabetes Melitus. Dalam guideline tersebut, disebutkan bahwa :

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

1. Metformin dipilih pada awal terapi (kecuali ada kontraindikasi) karena


mempunyai efek glikemik, tidak menyebabkan peningkatan berat badan
dan hipoglikemia, efek samping ringan, dapat diterima dengan baik, dan
murah.
2. Bila belum mencapai perubahan kadar glukosa darah, maka dilakukan
terapi kombinasi antara metformin dengan obat antidiabetes oral lainnya.
Medikasi yang lain juga dapat diberikan jika metformin merupakan kontra
indikasi. Dalam konsensus ini dapat ditambahkan insulin atau sulfonilurea.
Insulin diberikan pasien dengan gejala sekunder akibat hyperglikemia,
dapat diberikan insulin agar lebih efektif. Insulin dapat dimulai dengan
insulin basal. Namun demikian banyak penderita masih memberikan
respons dengan obat oral.
3. Jika perubahan gaya hidup, metformin, dan sulfonilurea atau insulin basal
tidak menghasilkan kadar glukosa darah yang diinginkan, langkah
selanjutnya harus dimulai dengan intensifikasi terapi insulin. Intensifikasi
terapin insulin biasanya terdiri dari injeksi tambahan yaitu insulin kerja
pendek dan cepat yang diberikan sebelum makan untuk menurunkan kadar
glukosa darah postprandial. Jika insulin intensif telah dimulai, obat-obatan
secretagok insulin (sulfonilurea atau glinid) harus dihentikan atau
diturunkan secara perlahan sampai dihentikan, dengan pertimbangan tidak
bersifat sinergik.

Dari hasil data deskriptif tersebut, didapatkan seluruh pasien (100%)


diberikan obat antidiabetes yang sesuai riwayat pengobatan dan algoritma
pemilihan obat antidiabetes. Berikut pada Tabel 4.6 gambaran distribusi ketepatan
pemilihan obat berdasarkan frekuensi pemberian obat antidiabetes.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi


Pemberian Antidiabetik
Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Obat Total Obat

Tidak Tepat Obat Tepat Obat

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 0 0,00% 9 100,00% 9

Diabetik Glimepirid 0 0,00% 8 100,00% 8

Gliclazid 0 0,00% 2 100,00% 2

Glikuidon 0 0,00% 3 100,00% 3

Glibenklamid 0 0,00% 1 100,00% 1

Akarbosa 0 0,00% 1 100,00% 1

Novorapid 0 0,00% 12 100,00% 12

Lantus 0 0,00% 5 100,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 0 0,00% 2 100,00% 2

Total 0 0,00% 45 100,00% 45

4.3.5 Tanpa Interaksi Obat


Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat.
Interaksi antar sesama obat antidiabetes dan interaksi obat antidiabetes dengan
obat lain dapat mempengaruhi efek dari obat antidiabetes dan akan mempengaruhi
kadar glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang
menurun secara drastis (hipoglikemia) atau dapat menyebabkan keadaan kadar
glukosa darah yang melebih batas normal, gula darah sewaktu > 200 mg/dl
(hiperglikemia). Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada contoh kasus
nomor 4, penggunaan antidiabetik glikuidon dengan amlodipine secara bersamaan
akan menyebabkan kdar glukosa darah meningkat karena amlodipin dapat
menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, sehingga terjadi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain. Berikut pada Tabel 4.7
digambarkan hasil analisis pemberian antidiabetik tanpa interaksi obat.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Pemberian


Antidiabetik

Obat Antidiabetes Penilaian Interaksi Obat Total Obat

Terdapat Interaksi Tanpa Interaksi Obat


Obat

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 0 0,00% 9 100,00% 9

Diabetik Glimepirid 7 87,50% 1 12,50% 8

Gliclazid 0 0,00% 2 100,00% 2

Glikuidon 1 33,33% 2 66,67% 3

Glibenklamid 1 100,00% 0 0,00% 1

Akarbosa 1 100,00% 0 0,00% 1

Novorapid 6 50,00% 6 50,00% 12

Lantus 3 60,00% 2 40,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 1 50,00% 1 50,00% 2

Total 20 44,44% 25 55,56% 45

Berdasarkan data penilaian analisis interaksi obat, pasien yang tidak


mengalami interaksi obat sebanyak 55,56 %, yaitu 12 dari 24 pasien (50%) yang
tidak mengalami interaksi obat antara antidiabetik yang diberikan dengan obat-
obatan terapi yang diberikan lainnya. Pada contoh kasus nomor 9 penggunaan
antidiabetik novorapid dan lantus secara bersamaan serta penggunaan ascardia
secara bersamaan dapat menimbulkan efek aditif (ascardia / fibrat salisilat dalam
dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah) yang menyebabkan
hipoglikemia.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

4.3.6 Tepat Cara Pemberian


Cara pemberian merupakan aturan pemakaian obat yang harus
diperhatikan oleh pasien diabetes melitus. Setiap obat memiliki aturan pakai yang
berbeda-beda. Aturan pemakaian obat ini meliputi waktu penggunaan obat
(sebelum atau sesudah makan), frekuensi pemberian, dan rute pemberian obat.
Berikut hasil analisis ketepatan cara pemberian dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Cara Pemberian Berdasarkan


Pemberian Antidiabetik

Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Cara Pemberian Total Obat

Tidak Tepat Cara Tepat Cara


Pemberian Pemberian

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Anti Metformin 0 0,00% 9 100,00% 9

Diabetik Glimepirid 0 0,00% 8 100,00% 8

Gliclazid 0 0,00% 2 100,00% 2

Glikuidon 0 0,00% 3 100,00% 3

Glibenklamid 0 0,00% 1 100,00% 1

Akarbosa 0 0,00% 1 100,00% 1

Novorapid 0 0,00% 12 100,00% 12

Lantus 0 0,00% 5 100,00% 5

Levemir 0 0,00% 2 100,00% 2

Actrapid 0 0,00% 2 100,00% 2

Total 0 0,00% 45 100,00% 45

Dari data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa cara pemberian obat


kepada pasien diabetes melitus telah tepat yaitu sebesar 100%. Namun, aturan
penggunaan obat (sebelum/sesudah makan) tidak tertera pada rekam medis
sehingga tidak dapat dicantumkan dan dianalisis dalam ketepatan cara pemberian
obat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

4.3.7 Tanpa Efek Samping


Perubahan kondisi fisik pada pasien diabetes melitus seringkali terjadi,
namun hal ini belum dapat dipastikan akibat dari efek samping obat. Perubahan
kondisi fisik pasien kemungkinan dapat disebabkan karena penggunaan obat lain
atau kondisi fisiologi pasien itu sendiri. Selain itu, karena penelitian ini bersifat
retrospektif, yaitu hanya dapat melihat data dari kejadian yang sudah terjadi maka
mengharuskan peneliti hanya dapat melihat kondisi pasien melalui rekam medis,
tidak dapat melihat dan memantau perkembangan pasien secara langsung untuk
melihat apakah telah terjadi efek samping.

4.4 Evaluasi Analisis Kerasionalan


Analisis evaluasi kerasionalan dilakukan dengan memperhatikan evaluasi
hasil tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian, dan
tanpa interaksi oba. Kelima aspek ketepatan ini harus dapat memberikan nilai
tepat hingga hasil akhir evaluasi dinyatakan tepat seluruhnya. Sehingga dapat
diambil keputusan bahwa pemberian antidiabetik sudah dinyatakan rasional jika
sudah dinyatakan tepat pada setiap lima aspek ketepatan pada setiap pemberian
antidiabetik pada pasien. Hasil penilaian kerasionalan dapat dilihat pada Lampiran
9 berdasarkan jumlah pemberian antidiabetik. Analisis kerasionalan berdasarkan
individu setiap pasien dapat dilihat pada Lampiran 10. Evaluasi ketepatan pasien
dikatakan rasional jika semua kelima aspek memenuhi kriteria. Jika terdapat salah
satu dari kelima aspek yang tidak memenuhi kriteria maka dikatakan pasien
mendapatkan terapi antidiabetik yang tidak rasional.
Pada contoh kasus nomor 1, pemberian glimepirid pada pasien sudah
mendapatkan ketepatan pasien, ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan
indikasi. Namun, terjadi interaksi obat sehingga pada evaluasi ketepatan tidak
memenuhi syarat evaluasi ketepatan pemberian antidiabetik, maka pada kasus
nomor 1 dapat dikatakan tidak rasional.
Pada kelima aspek penilaian ketepatan dilakukan uji Contingency
Coefficient untuk mengetahui aspek ketepatan yang paling berpengaruh terhadap
pemberian jenis antidiabetik. Maka hasil yang diuji dapat dilihat pada Lampiran
11 – Lampiran 15. Pada lampiran terlihat bahwa hanya interaksi obat yang dapat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

dilakukan uji Contingency Coefficient. Angka Contingency Coefficient interaksi


obata adalah 0,552 (<0,700). Sehingga dapat dikatakan interaksi obat memiliki
pengaruh yang lemah terhadap penggunaan obat antidiabetes terhadap pasien.
Pada ketepatan indikasi dan ketepatan pasien menunjukkan angka H0 > 0,05, yang
menyebabkan nilai H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh dengan penggunaan
antidiabetik. Hal ini menyebabkan ketepatan tersebut tidak dapat dilakukan uji
Contingency Coefficient. Pada ketepatan obat, ketepatan cara pemberian dan
ketepatan dosis tidak terdapat hasil dari uji kai kuadrat dikarenakan hasil analisis
yang sudah mencapai angka yang konstan. Maka dari hasil analisis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemberian obat antidiabetes kepada pasien rawat inap
RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mencapai angka 100% untuk ketepatan dosis,
ketepatan obat, dan ketepatan cara pemberian, namun jika dilihat dari keseluruhan
kerasionalan obat pada pasien, hanya 5 pasien yang telah memenuhi kerasionalan
obat.

4.5 Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi


Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis (Kemenkes, 2004).
Biaya perbekalan farmasi merupakan 50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit
berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainita, 2005). Akibat besarnya
pembiayaan perbekalan farmasi, maka RUMKITAL Dr. Mintohardjo
mengevaluasi pengeluaran yang mencakup perbekalan farmasi, dalam hal ini
peneliti hanya mengevaluasi pengeluaran biaya obat dan bahan medis habis pakai
dikarenakan banyaknya pasien yang tidak menggunakan perbekalan farmasi
seperti gas medis dan radiofarmasi, selain itu karena keterbatasan peneliti, dan
keterbatasan data biaya perbekalan farmasi lainnya (gas medis, ragensia, alat
kesehatan, bahan obat, dan radiofarmasi) yang tersedia di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo.

4.5.1 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes


Peneliti melakukan penelusuran dokumen resep ke apotek RUMKITAL
Dr. Mintohardjo untuk mengetahui jumlah penggunaan obat antidiabetes yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

digunakan oleh pasien rawat inap yang merupakan pasien KJS RUMKITAL Dr.
Mintohardjo. Adapun profil penggunaan obat antidiabetes tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes

No Obat Antidiabetes Jumlah Pemberian Persentase


1 Metformin 9 20%
2 Glimepirid 8 17,78 %
3 Gliklazid 2 4,44 %
4 Glibenklamid 1 2,22 %
5 Glikuidon 3 6,67 %
6 Akarbosa 1 2,22%
7 Novorapid 12 26,67 %
8 Lantus 5 11,11 %
9 Levemir 2 4,44 %
10 Actrapid 2 4,44 %
Total 45 100,00%

4.5.2 Profil Bahan Medis Habis Pakai


Bahan medis habis pakai merupakan salah satu dari perbekalan farmasi
sebagai penunjang dalam pengobatan diabetes melitus. Berikut profil penggunaan
bahan medis habis pakai pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Profil Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai

Bahan Medis Habis Pakai Jumlah Penggunaan


Vasofix No 20 20
Infuset 33
Spuit 1 cc (insulin) 15
Spuit 2,5 cc 159
Spuit 3 cc 55
Spuit 5 cc 144
Spuit 10 cc 125
Spuit 20 cc 9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Bloodset 16
Vasofix No 18 1
Silk 1 Tap 1
Spinocan 26 1
Buvanest Spnal 1
Hansaplast Plester 1
Handscoen No 7,5 3
Handscoen No 8 1
Kasa Gulung 40 x 80 1
Topi Operasi Sigma 3
Masker 3
Mess No 20 1
Folly Catheter 11
Vasofix No 22 3
Vasofix No 24 1
Urine Bag 13
Nedle No 23 19
Kanul O2 7
Cathy 2
Microdrip 2
Feeding Tube (NGT) 4
Catheter Tip 2
Pumpitor Injeksi 2
Mask Non Breathing 4
Threeway Catheter 3
Venflon 20 1

Peneliti mengevaluasi biaya perbekalan farmasi yang digunakan sesuai


dengan kriteria inklusi yaitu pasien rawat inap penderita diabetes melitus yang
memiliki Kartu jakarta sehat. Terdapat 24 pasien yang termasuk ke dalam kriteria
inklusi tersebut. Namun, terdapat 1 pasien yang tidak memiliki dokumen biaya
pengeluaran pengobatan selama rawat inap, hal ini dikarenakan pasien KJS
tersebut sudah beralih ke jaminan kesehatan BPJS sehinga data pasien sulit untuk
ditemukan. Biaya perbekalan farmasi (obat dan BMHP) yang dikeluarkan oleh
masing-masing pasien dapat dilihat pada Lampiran 16.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Dari lampiran tersebut dapat terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh
RUMKITAL Dr. Mintohardjo untuk persediaan perbekalan farmasi pada pasien
diabetes melitus seperti yang telah dirangkum dalam Tabel 4.11.

Total Biaya Total Obat Total Biaya Total Biaya


Obat Non Bahan Perbekalan
Total Tarif
Diabetes Diabetes Medis Farmasi
INA CBG’s
Melitus Melitus Habis Pakai (Obat dan
(BMHP) BMHP)
Total Rp 13.171.344 Rp Rp Rp
2,209,770 5,770,140 21.151.254 85,380,276
Persentase 10% dari 63 % dari 27% dari 25% dari
total biaya total biaya total biaya total tarif
perbekalan perbekalan perbekalan INA CBG’s
farmasi farmasi farmasi yang
secara secara secara dikeluarkan
keseluruhan keseluruhan keseluruhan untuk pasien
KJS diabetes
melitus
Tabel 4.11 Total Biaya Perbekalan Farmasi

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persentase biaya obat
diabetes melitus yang dikeluarkan oleh 23 pasien ialah sebanyak 10% dan
pemakaian bahan medis habis pakai sebanyak 27% dari total biaya perbekalan
farmasi (obat dan BMHP). Sedangkan penggunaan obat non DM sebanyak 63%.
Sehingga dari keseluruhan total biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan farmasi
pasien rawat inap diabetes melitus KJS, dapat dihitung persentase biaya
perbekalan farmasi (obat dan BMHP). Total biaya perbekalan farmasi yang
dikeluarkan oleh seluruh pasien dibandingkan dengan total biaya yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI khusus untuk pasien yang memiliki KJS.
Maka hasil yang diperoleh ialah sebesar 25 % biaya perbekalan farmasi yang
harus dikeluarkan oleh rumah sakit, yaitu untuk pembiayaan obat DM, obat non
DM, dan bahan medis habis pakai.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

4.6 Keterbatasan Penelitian


4.6.1 Kendala
1. Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang
lengkap, sehingga tidak dapat diambil sebagai data. Selain itu
banyaknya data yang tidak ada dan hilang karena banjir dan
perubahan pasien KJS ke BPJS sehingga menyebabkan sampel
menjadi semakin sedikit.
2. Diagnosis data
Diagnosis yang diberikan oleh dokter dan catatan perawat diberikan
secara umum sehingga data yang didapatkan tidak lengkap.

4.6.2 Kelemahan
Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya :
1. Penelitian deskriptif retrospektif-cross sectional
Pada penelitian secara deskriptif hanya dapat dilakukan demografi
berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui kerasionalan
penggunaannya. Selain itu dengan metode retrospektif, dimana waktu
kejadian sudah terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara
langsung pada pasien.
2. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sangat sedikit karena
ada beberapa data yang tidak terdapat pada rekam medik dan kurang
lengkap.
3. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan
penilaian diagnosis pasien tidak dilakukan secara langsung,
melainkan menarik kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di rekam
medis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

4.6.3 Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo. Maka, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan
gambaran kerasionalan penggunan obat antidiabetes yang tepat serta mendapatkan
gambaran mengenai biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan oleh pasien rawat
inap diabetes melitus yang merupakan pasien kartu jakarta sehat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah pasien rawat inap penderita diabetes melitus kartu
jakarta sehat, maka dapat dilihat aspek ketepatan sebagai berikut :
a. Ketepatan dosis didapatkan 100 % pasien mendapatkan dosis yang
tepat.
b. Ketepatan indikasi, didapatkan 68,89 % pasien mendapatkan terapi
antidiabetik yang sesuai dengan indikasi.
c. Ketepatan obat, didapatkan 100 % pasien mendapatkan obat yang
tepat.
d. Ketepatan pasien, didapatkan 84,44 % pasien mendapatkan terapi
antidiabetik yang sesuai dengan masing-masing kondisi pasien.
e. Ketepatan cara pemberian obat, didapatkan 100% pasien
mendapatkan terapi antidiabetik sesuai dengan cara pemberian.
f. Selain itu, terdapat 56,66 % pasien tidak mengalami interaksi obat
antidiabetik dengan obat antidiabeatik ataupun dengan obat lainnya
yang diberikan.
2. Dari jumlah total sampel 24 pasien, yang memenuhi keenam aspek
ketepatan hanya berjumlah 5 pasien. Maka dapat disimpulkan hanya 5
pasien rawat inap DM KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang
mendapatkan terapi pengobatan antidiabetik yang rasional.
3. Persentase beban biaya perbekalan farmasi obat DM sebesar 10%, bahan
medis habis pakai 27%, dan obat non DM 63%, sedangkan persentase
perbekalan farmasi secara keseluruhan (obat DM, obat non DM, dan
BMHP) yang dikeluarkan untuk pengobatan pasien rawat inap dabetes
melitus kartu jakarta sehat sebesar 25 % dari total pembiayaan yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI untuk pasien kartu jakarta sehat.

70
71

5.2 Saran
1. Perlu adanya monitoring dan evaluasi penggunaan antidiabetik secara
sistematis yang dilaksanakan secara teratur untuk mengatasi penggunaan
antidiabetik yang kurang tepat.
2. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi
yang tepat, efektif, dan aman.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

DAFTAR PUSTAKA

American College of Clinical Pharmacy. 2013. Pharmacotherapy Review


Programfor Advanced Clinical Pharmacy Practice.and Impaired Glucose
Tolerance in Indonesia.
Andayani, Tri Murti. 2006. Analisis Biaya Terapi Diabetes melitus di Rumah
Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia 17 (3) 2006.
Annisa. 2004. Komplikasi Diabetes. Terdapat dalam
http:/annisalaboratories.com/komplikasi/diabetes
Arifin, Ibrahim, Prasetyaningrum, Erna, Murti, Tri. Evaluasi Kerasionalan
Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2006. Jurnal Ilmu Farmasi
dan Farmasi Klinik Vol . 4 No. 1 Juni 2007. Hal 23-29.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Laporan Nasional 2007. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Cheng AYY, Zinman B, han CR. 2005. Joslin’s Diabetes Melitus. 4 th. Lipincott
Williams & Wilimns. Philadelphia.
Davis, N. Stephen et al. Exploring the Substitution of Exenatide for Insulin in
Patients With Type 2 Diabetes Treated With Insulin in Combination With
Oral Antidiabetes Agents. Diabetes Care Volume 30 Number 11.
November 2007.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal
BinaKefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2005
Handoko, T., dan Suharto B. 1995. Insulin Glukagon dan Antidiabetik Dalam
Farmakologi dan Terapi, edisi IV, editor: Sulistia G. Ganiswara, Jakarta,
Gaya Baru. Halaman 469, 471-472.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73

Hardman, Joel G, Lee E. Limbird. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi


Terapi. Edisi 10 Volume 4. Jakarta : EGC.
Hilary, King, Sicree Richard, Green Anders, Roglic Gojka, Wild Sarah. 2004.
Global Prevalence of Diabetes: Estimates for the year 2000 and
projections for 2030. Diabetes care vol 27 number 5 : 1047 –
1053
http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_DM.pdf diakses
pada 24 Juni 2014 jam 14.45
http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_DM.pdf diakses
pada 25 juni 2014 pukul 20.06
http://eprints.undip.ac.id/7467/1/FARMAKOLOGI_%26_TERAPEUTIK_1_FK_
UNDIP_SEM_IV.pdf diakses pada 24 Juni 2014 jam 14.53

http://webkesehatan.com/komplikasi-diabetes-melitus/# diakses pada 25 Juni


2014 pukul 17.14
http://www.academia.edu/4053787/Revisi_final_KONSENSUS_DM_Tipe_2_Ind
onesia_2011 diakses pada 21 Januari 2014 pukul 15.03 WIB.
http://www.tanyadok.com/kesehatan/komplikasi-diabetes-melitus diakses pada 25
Juni 2014 pukul 17.19
http://www.who.int/medicines/publications/responsible_use/en/index.html diakses
pada 17 Februari 2014 pukul 23.05 WIB.
International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. Belgia
: IDF. Hal 13.
Joseph, T. Dipiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gry R. Matzkee, Barbara G.
Wells, L. Michael Polsey (Eds.). 2008. Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach. Edisi ke-7, New York : Mc Graw-Hill
Medical Publishing Division.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
440/MENKES/SK/XII/2012.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/
2013. Tentang Daftar Esensial Obat Nasional 2013.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74

King H, Aubert RE, Herman WH. 1998. Global Burden of Diabetes, 1995–2025:
Prevalence, Numerical Estimates, and Projections.Diabetes Care vol.
21:1414–1431..
Kurniawan,Indra. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut. Majalah
Kedokteran Indonesia Vol 60.
Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.
Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mihardja, Laurentia dkk. 2009. Prevalence and Determinants of Diabetes Melitus
(A Part of Basic Health Research/Riskesdas). Acta Med Indones-
Indones J. Intern Med.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincottt’s Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah
Azwar Agoes. Edisi II. Jakarta. Widya Medika. H
Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.
Naditha Arun, Ramachandran Ambady, Snehalatha Chamukuttan, Shetty Ananth
Samith. 2012. Trends In Prevalence of Diabetes In Asian CountriesWorld
Journal of Diabetes vol 3 issue 6. Baishideng.
Nita Yunita, Yuda Ana, Nugraheni Gesnita. 2012. Pengetahuan Pasien Tentang
Diabetes dan Obat Anti Diabetes Oral.Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6
No.1 Januari 2012: 38-47.
PERKENI. 2007. Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: PERKENI.
Permatasari, Rezky. 2012. Kualitas Pelayanan Kesehatan DalamTinjauan
Pengguna JAMKESMAS (Studi Mengenai Persepsi Pengguna
Jamkesmas di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang). Palembang
: Universitas Sriwijaya.
Price, Sylvia A. 1995. Edisi 4. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2011. Data dan
Informasi.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Soegondo S. 2005. Prinsip Pengobatan Diabetes, Obat Hipoglikemik Oral dan
Insulin. Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, Aru W, Dr.dr. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Surat Edaran Pelaksanaan Program JAMKESMAS 2013 tentang INA-CBG nomor
JP.01.01/I.1/1994/2013.
Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.
Swandari, Swestika. 2013. Penggunaan Obat Rasional (POR) 8 Tepat 1 Waspada
Efek Samping. http:bppkmalang.com diakses pada 12 Februari 2014 pukul
02.03 WIB.
Tatro, David S. 2009. Drugs Interaction Facts. Wolters Kluwer Health, Inc. San
Carlos, California.
Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
www.bumn.go.id diakses pada 24 November 2013 jam 11.22.
www.jakarta.go.id diakses pada 24 November 2013 jam 11.30.
www.ptaskes.com diakses pada 24 November 2013 jam 11.22.
Yusmainita. 2005. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah
(Bagian I), Medika, No 12 tahun ke XXVIII,Desember 2002, ISSN. 0216-
0910,799-801
Zahtamal, Chandra, F., Suyanto, dan Restuastuti, T. 2007. Faktor-Faktor
Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23,
No. 3. Hal. 142-147.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Dari RUMKITAL Dr.


Mintohardjo Jakarta Pusat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lampiran 3. Rekapitulasi Data Sampel

Hasil Laboratorium
Lama Rentang Analisis
Tanggal Tanggal Riwayat Tindakan Tanggal Obat yang Rute Dosis Waktu Laboratorium
No L/P Usia Inap Diagnosis Lain Jenis Diabetes Nama Generik Ket Waktu Fungsi hati Tanggal Status Pasien
Masuk Keluar Penyakit Tambahan Tindakan Digunakan Obat Obat Penggunaan
(hari) (hari) Darah
dan ginjal

1 L 60 3/9/2013 10/9/20 8 DM Orchitis DM Orchiditis 8/9/2013 Glimepirid Glimepirid Antiabetik Oral 1x2 mg 3/9/2013 – 8 L : 14.500 Ureum : 33 1/9/2013 SEMBUH
13 Dextra. oral (pagi) 10/9/2013
Hernia sejak 3 Kreatinin :
hari yang lalu. 1,2 TD masuk : 120/70
Bengkak di
leher hingga E : 3,89 TD keluar : 120/70
bahu > 2 Hb : 10,4
minggu. Nyeri Ht : 35
T : 736.000
leher dan tidak
GDS : 320
bisa Ranitidin Ranitidin Lambung Oral 2x1 3/9/2013- 1 GDH : 255 3/9/2013
ditegakkan. 100 mg 3/9/2013
Demam. Novorapid Insulin Insulin SC 3x12 ui 3/9/2013- 6 L : 8200 4/9/2013
Pasien tidak 8/9/2013 E : 3,16
makan selama
Hb : 7,8
4 hari
Ht : 27
T : 167.000
GDS : 121
Lantus Insulin Insulin Iv 1x12 ui 3/9/2013- 6 L : 8700 5/9/2013
8/9/2013 E : 3,43
Hb : 9,6
Ht : 30
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

T : 150.000
Ceftriaxon Ceftriaxon Antibiotik Oral 2x1 gr 3/9/2013 – 1 GDS : 125 6/9/2013
3/9/2013
Gentamisin Gentamisin Antibiotik SC 2x80 3/9/2013 – 1 GDS : 103 8/9/2013
gr 3/9/2013
Novalgin Antalgin Analgesik/ Oral 2x1 3/9/2013 – 1 GDS : 199 9/9/2013
NSAID 3/3/2013
Metformin Metformin Antiabetik Oral 3x500 3/9/2013 – 8
oral mg 10/9/2013
2 P 57 18/11/13 25/11/1 8 DM Lemas, tidak DM Tipe 2. Amlodipin Amlodipin Antihipertens Oral 1x10 18/11/13 – 8 GDS : 293 Ureum : 57 18/11/13 BELUM SEMBUH
3 Tipe kuat berjalan, Hiperglikem i mg 25/11/13
Hiperten BAB cair, ik L : 16.400 Kreatinin :
si, badan keringat E : 3,81 1,7

78
Asma, dingin dan Hb : 10,6
Alergi gemetaran. Ht : 33
T : 313.000 TD masuk : 200/110
GDS :235 19/11/13 TD keluar: 140/80
Neulin PS Neulin Neuroprotekt SC 2x1 18/11/25 – 6 GDS : 120 20/11/13
an 21/11/25
(Stop)

Lsnjut >
24/11/13 –
25/11/13
Glaucon Glaucon Antiglaukom Oral 3x500 18/11/13 – 8 GDS : 159 21/11/13
a mg 25/11/13 L : 9.100
E : 3,48
Hb : 9,6
Ht : 31
T : 255.000
Clobazam Clobazam Antiansietas Oral 1x10 18/11/13 – 8 GDS : 85 22/11/13
mg 25/11/13
Metformin Metformin Antiabetik Oral 3x500 18/11/13 – 8 GDS : 184 24/11/13
oral mg 25/11/13
Diaversa Glimepirid Antiabetik Oral 1x2 mg 18/11/13 – 8
oral 25/11/13
Ceftriaxon Ceftriaxon Antibiotik Iv 2x1 23/11/13 – 3
25/11/13
Citicolin Citicolin Neuroprotekt Iv 2x500 23/11/13 – 3
if mg 25/11/13
3. L 43 7/5/13 28/5/13 22 DM, Luka di DM Ro 9/5/13 Ceftriaxon Ceftriaxon Antibiotik Iv 2x1 13/5/13 – 8 L : 17.500 8/5/13 TD Masuk : 120/80
Hiperten telapak kaki Gangren + THorax 20/5/13 E : 3,80
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

si dirasakan Pedis Hb :9,4 TD Keluar : 130/90


sudah 1 bulan, sinistra Ht : 31
bengkak di T : 568.000
kaki kiri sudah Ro Pedis 9/5/13
berlangsung 6 Bilatera Ketorolac Ketorolac NSAID, Orsl 3x1 13/5/13 – 8 GDS : 204 Kreatinin 11/5/13
bulan. analgesik 20/5/13 darah : 2,76

Kreatinin
Urin : 39,8
Amlodipin Amlodipin Antihipertens Oral 1x10 13/5/13 – 8 L : 9.500 Ureum : 48 13/5/13
i mg 20/5/13 E : 3,55
Hb : 9,6 Kreatinin :
Ht : 29 1,1

79
T : 400.000
Novorapid Insulin Insulin SC 3x4 ui 21/5/13 – 8 GD : 168 14/5/13
28/5/13
Levofloxacin Levofloxacin Antibiotik Oral 2x100 21/5/13 – 8 GD : 153 15/5/13
mg 28/5/13
Glucodex Gliclazid Antiabetik Oral 3x 100 21/5/13 – 8
oral mg 28/5/13
Cilostazol Cilostazol Inhibitor Oral 2x100 21/5/13 – 8
phosphodies mg 28/5/13
terase tipe 3,
dengan
memperlamb
at arteri,
menyuplai
darah ke
kaki,
mengurangi
kemampuan
platelet.
4. P 53 18/6/13 1/7/13 15 DM Sesak nafas DM Tipe 2 Valsartan Valsartan Angiotensin Oral 1x160 15/6/13 - 18 GDS : 235 Ureum : 126 18/6/13 SEMBUH
Tipe 2, sejak 3 hari + CKD + reseptor mg 1/7/13 L : 6200
Jantung, yang lalu, Hipertensi blocker E : 2,82 Kreatinin : TD Masuk : 150/90
Maag sakit dada Hb : 8,1 5,7
yang menjalar Ht : 26 TD Keluar : 140/80
ke punggung, T : 242..000
sakit perut jika ISDN Isorbid Anti angina Oral 3x10 18/6/13 - 15 GDS : 132 19/6/13
telat makan. Dinitrat mg 1/7/13
Inj Lasix Furosemide Anti diuretik Iv 2x1 18/6/13 – 15 GDS : 137 21/6/13
amp 1/7/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Inj Omeprazole Lambung Iv 1x1 18/6/13 – 1 Ureum : 95 24/6/13


Omeprazole (Proton amp 18/6/13
Pump Kreatinin :
Inhibitor) 3,9
Tanapress Imidapril Anti Oral 1x5 mg 18.6.13 – 8 Ureum : 100 27/6/13
hipertensi 25/6/13
Kreatinin :
3,9
Furosemide Furosemide Antihipertens Oral 3x10 18/6/13 - 1
i mg 18/6/13
Aldacton Spironolakton Antihipertens Oral 1x2 18/6/13 – 1
i 18/6/13
Asam Folat Asam Folat Vitamin Oral 3x100 19/6/13 – 14

80
mg 1/7/13
Gliquidone Gliquidone Antidiabetk Oral 2x15 19/6/13 - 14
Oral mg 1/7/13
Letonal Spironolakton Anti Oral 1x50 21/6/13 - 11
hipertensi mg 1/7/13
Concor Bisopronol Obat jantung Oral 1x25 24/6/13 – 9
Kumarat dan mg 1/7/13
antihipertensi
Amlodipine Amlodipine Antihipertens Oral 1x5 mg 26/6/13 - 6
i 1/7/13
Hydralazine Hydralazine Antihipertens oral 3x12,5 26/6/13 – 4
i mg 26/6/13
Bicnat Natrium Obat gagal Oral 3x1 23/6/13 – 10
Bikarbonat ginjal 1/7/13
Mestigo Betahistin Obat vertigo Oral 3x1 30/6/13 – 3
1/7/13
Ondansetron Ondancetron Antiemetik Oral 3x1 30/6/13 – 3
1/7/13
Ranitidin Ranitidin Lambung Oral 2x1 30/6/13 – 3
1/7/13
Enzyplex Enzyplex Enxim Oral 3x1 27/6/13 – 6
Pencernaan 1/7/13
Rhynatiol Karbosistein Mukolitik, Oral 3x1 23/6/13 – 10
syrup obat mual 23/6/13
5. P 65 25/5/13 28/5/13 4 DM Muntah DM Tipe 2 Ranitidin Ranitidin Lambung Iv 2x1am 25/5/13 – 4 GDS : 124 Ureum : 53 25/5/13 SEMBUH
75x/hari, p 28/5/13 L : 7.800
pusing seperti E : 4,11 Kreatinin : TD Masuk : 120/80
diremas- Hb : 11,9 0,8
remas, Ht : 34 TD Keluar :
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

dispepsia T : 455.000
Glibenclamid Glibenclamid Antidiabetik Oral 1x2,5 28/5/13 – 1
Oral mg 28/5/13
Primperon Metoclopropa Antiemetik Iv 3x1am 25/5/13 – 4
mid p 28/5/13
Antasida Antasida Obat Oral 3x1 25/5/13 – 4
lambung Sendok 28/5/13
6. P 57 7/8/13 15/8/13 9 DM , Merasa lemas, DM Inj Novorapid Insulin Insulin SC 3x20 iu 7/8/13 – 7 GDS : 542 Ureum : 114 7/8/13 TD Masuk : 160/60
Asma adanya rasa Hiperglikem 13/8/13
gemetar yang ia Kreatinin : 4 TD Keluar : 140/80
sulit Inj. Lantus Insulin Insulin Iv 1x12 iu 7/8/13 – 7 L : 20.700 8/8/13
dikendalikan, 13/8/13 Hb : 9,4
sulit berjalan. Ht : 30

81
E : 3,41
T : 290.000
Inj. Cefoperazone Antibiotik Iv 2x1 gr 7/8/13 – 5 GDS : 205 10/8/13
Cefoperazon 11/8/13
Omeprazole Omeprazole Lambung Oral 2x1 15/08/13 – 1 GDS : 201 11/8/13
(Proton 15/08/13
Pump
Inibitor)
Novalgin Analgin Analgetik Oral 2x1 12/8/13 – 2 GDS : 175 12/8/13
13/8/13
Neurodex Neurodex Multivitamin Oral 1x1 12/8/13 – 2 GDS : 133 13/8/13
13/8/13
Inj. Ceftriaxon Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 12/8/13 – 2 E :3,24 Ureum : 20 15/8/13
13/8/13 L : 15.400
Hb : 8,1 Kreatinin :

Ht : 28 2,2

T :490.000

Alprazolam Alprazolam Anti ansietas Oral 1x1 13/8/13 – 2


14/8/13
Inj Ranitidin Ranitidin Lambung Iv 2x1 13/8/13 – 2
14/8/13
Dexanda Lambung Oral 3x1 15/8/13 – 1
Syrup 15/08 /13
7. P 51 27/12/13 30/12/1 4 DM, Kesulitan DM Tipe 2 IVFD RL Iv 20 tpm 27/12/13 – 2 L : 7.500 27/12/13 SEMBUH
3 Hiperten BAB sejak 3 28/12/13 E : 4,18
si, hari yang lalu, Hb ; 12,4 TD Masuk : 140/80
Vertigo badan lemas, Ht : 133
kaki kanan TD Keluar : 170/110
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

T : 167.000
berat diangkat,
pusing
berputar.
Ranitidin Ranitidin Lambung Oral 2x1 29/12/13 - 2 GP : 109 Ureum : 14 28/12/13 Pengobatan Lanjutan :
30/12/13 • Valsartan 160 mg 2x1
Mecobalamine Mecobalamin Anemia Oral 2x1 29/12/13 - 2 Kreatinin: • Amlodipin 2x10 mg
30/12/13 0,6 • Metformin 2x500 mg
Metilprednisol Metilpredinos Anti Oral 2x1 29/12/13 - 2 • Glimepirid 1x2 mg
one lon inflamasi 30/12/13
Curcuma Curcums Suplemen Oral 3x1 29/12/13 - 2
Menambah 30/12/13
energi
Metformin Metformin Antidiabetik Oral 3x500 29/12/13 - 2

82
Oral mg 30/12/13
KSR Kalium Obat Oral 2x1 29/12/13 - 2
Chlorida Hipokalemia 30/12/13
Glimepirid Glimepirid Antidiabetik Oral 2x2 mg 29/12/13 – 2
Oral 30/12/13
8. P 53 4/6/13 10/6/13 7 DM Pusing DM Inj. Teracef Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 gr 4/6/13 - GDS : 166 Ureum : 25 4/6/13 MENINGGAL
berputar dan L : 19.900
mengalami E : 3,73 Kreatinin : TD Masuk : 100/70
pingsan. Hb : 10,2 0,7
Mual, muntah Ht : 2,1
dan batuk. T : 116.000

Inj Ranitidin Ranitidin Lambung Iv 2x1 4/6/13 – 7 GDS : 165 5/6/13


amp 10/6/13
Inj Ondansetron Antiemetik Iv 3x1 4/6/13 - 7 GDS : 147 7/613
Ondansetron amp 10/6/13
Sukralfat Sukralfat Lambung Oral 3x1 C 4/6/13 - 7 GDS : 219 9/6/13
10/6/13
Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x4 iu 8/6/13 - 3
10/6/13
Lasix Furosemide Antihipertens 8/6/13 - 3
i 10/6/13
Liver care Suplemen 3x1 8/6/13 - 3
hati 10/6/13
9. L 65 28/11/13 2/12/13 6 DM, Penurunan DM Tipe 2, Inj. Neulin Neulin Neuroprotekt Iv 2x500 28/11/13 – 2 GDS : 567 30/11/13 MENINGGAL
Hiperten kesadaran Hpertensi an mg 29/12/13 Kolesterol :
si, tiba-tiba, Grade I, 331 TD Masuk : 150/110
Stroke pusing SNH Amlodipine Amlodipine Antihipertens Oral 1x10 28/11/13 – 2 GDS : 225 2/12/13
berputar, i mg 29/12/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

L : 21.400
terjadi E : 4,49
kelemahan Hb : 12,5
pada tubuh
Ht : 41
sisi sebelah
T : 350.000
kanan.
Manitol Oral 4x25 28/11/13 – 1 L : 13.800 Ureum : 28 29/12/13
mg 28/12/13 E : 4,66
Hb : 13,3 Kreatinin :

Ht : 40 2,4

T : 413.000
Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x10 iu 28/11/13 – 6
2/12/13
Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotk Iv 2x1 gr 28/11/13 – 6
2/12/13

83
Livercare Suplemen Oral 3x1 28/11/13 – 2
hati 29/12/13
Inj. Transamin Asam Menghentika Obat 3x1 28/11/13 – 2
traksenamat n pendarahan Iv 29/12/13
Inj. Vit K Vit K Menghentuk Iv 3x1 28/11/13 – 2
an 29/12/13
pendarahan
Parasetamol Parasetamol Antipiretik Oral 3x1 29/11/13 – 2
30/12/13
Simvastatin Simvastatin Antikolestero Oral 1x10 30/11/13 – 4
l mg 2/12/13
Prorenal Prorenal Insufisiensi Oral 1x1 30/11/13 - 3
ginjal 1/12/13
Hepabalance Memelihara Oral 2x1 30/11/13 – 4
kesehatan 2/12/13
fugsi hati
Ascardia Aspirin Antiplatelet Oral 1x80 30/11/13 - 3
mg 1/12/13
Placta Ckopidogrel Anti platelet Oral 1x75 30/11/13 – 3
mg 1/12/13
Dobutamin Dobutamin Obat jantung 1x7,5 2/12/12 – 1
meq 2/12/13
Lantus Insulin Insulin Iv 1x10 ui 2/12/13 – 1
glargine 2/12/13
KSR KCL Obat Oral 3x1 2/12/13 – 1
Hipokalemia 2/12/13
10. P 76 3/12/13 4/12/13 2 DM, Pasien tidak DM Tipe 2 Glurenorm Gluronerm Antidiabetik Oral 1x15 3/12/13 – 2 GDS : 280 Ureum : 162 2/12/13 MENINGGAL < 48 Jam
Hiperten sadar SMRS, ensefalopati Oral mg 4/12/13
si BAB cair, Cefoperazone Cefoperazone Antibiotik Inj 2x1 3/12/13 - 2 GDS : 40 Kreatinin : 3/12/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

tidak mau 4/12/13 4,3


makan dan Omeprazole Omeprazole Lambung Inj 2x1 3/12/13 - 2
minum. (PPI) 4/12/13
Inj Transamin Asam Menghentika Iv 3x1 3/12/13 - 2
traksenamat n pendarahan 4/12/13
Inj Vit K VIt K Menghentika Iv 3x1 3/12/13 - 2
n pendarahan 4/12/13
Inj Citicolin Citicolin Neuroprotekt Iv 2x500 3/12/13 - 2
if mg 4/12/13
11 P 54 26/6/13 30/6/13 5 Krisis Sesak sudah 3 DM Tipe 2/ Inj Lasix Furosemide Antihipertens Iv 2 x1 26/6/13 – 3 GDS : 389 Ureum : 65 26/6/13 SEMBUH
Hiperten hari, lemas, Hiperglikem i amp 28/6/13 L : 13.100
si DM ia Reaktif Hb : 8,8 Kreatinin : TD Masuk : 190/100

Ht : 28 2,3

84
T : 297.000 TD Keluar :
E : 3,23 140/110
Amlodipin Amlodipine Antipertensi Oral 1x10 26/6/13 – 5 GDS : 261 27/6/13
mg 30/6/13 L : 9.300
E : 3,8
Hb : 10,1
Ht : 33
T : 268.000
Valsartan Valsartan Angiotensin Oral 1x160 26/6/13 – 5 GDS : 208 28/6/13
reseptor mg 30/6/13
locker
Aldosteron Aldosteron Obat diuretik Oral 1x25 26/6/13 – 5 GD : 120 29/6/13
mg 30/6/13
ISDN Isorbid Anti angina Iv 3x10 26/6/13 – 1
Dinitrat ug 26/6/13
Inj Novorapid Novorapid Insulin SC 3x12 iu 27/6/13 – 4
30/6/13
Inj. Ranitidin Ranitidin Lambung Iv 2x1 29/6/13 – 2
amp 30/6/13
Inj. Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 gr 29/6/13 – 2
Ceftriaxone 30/6/13
Inj. Levemir Insulin Insulin Iv 1x10 ui 29/6/13 – 2
detemir 30/6/`13
Laxadin Syrup Laxadin Pencahar Oral 1x1 27/6/13 – 4
30/6/14
12 P 69 4/9/13 17/9/13 19 HIperten Lemas sudah DM Tipe 2, Foto Infus Lasix Furosemide Anti Iv 1x1 4/9/13 – 19 GDS : 134 Ureum : 88 4/9/13 TD Masuk : 90/70
si, 1 bulan Hipoalbumi Abdomen hipertensi amp 17/9/13
Stroke SMRS, susah nemia, Foto 9/9/13 L : 11.800 Kreatinin : TD Keluar : 100/70
Ringan BAB, hanya Hipokalemi Thorax 1,4
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

bisa berbaring a, Distensi EKG E : 4,06


dengan Abdomen,
punggung Ulkus Hb : 11,2
korengan, Dekubitus
perut Ht : 35
membesar,
bengkak pada T : 189.000
tangan kanan Glucodex Glicazide Antidiabetik Oral 1x40 4/9/13 – 2 GD : 96 5/9/13
dan kaki kiri, Oral mg 5/9/13 L : 12.800
perut E:4
kembung, sulit Hb : 10,3
menelan, Ht : 36
BAK seperti
Kolesterol :

85
air teh. 115
Glucobay Acarbose Terapi diet Oral 2x100 4/9/13 – 2 L : 8.100 10/9/13
utk penderita mg 5/9/13 E : 2,87
diabetes Hb : 7,4
Ht : 25
KSR KCL Obat Oral 3x1 4/9/13 – 19 L : 10.200 Ureum : 230 12/9/13
hipokalemia 17/9/13 Hb : 9,4
Ht : 31 Kreatinin :

E : 3,67 2,1

T : 208.000
Heptasan Heptasan Antialergi Oral 1x1 4/9/13 – 9 L : 11.000 13/9/13
12/9/13 E : 3,98
Hb : 10,3
Ht : 34
T : 212.000
Cefixime Cefixime Antibiotik Oral 2x100 4/9/13 – 1 E : 3,99 14/9/13
mg 4/9/13 L : 10.600
Hb : 11
Ht ; 32
T : 220.000
Inj Bifotik Cefoperazone Antibiotik Iv 2x1 6/9/13 - 12 L : 11.600 15/9/13
17/9/13 E : 3,80
Hb : 9,5
Ht : 33
T : 184.000
Pankreoflat Pankreoflat Kolelitolitik 3x1 7/9/13 - 11 L : 10.200 16/9/13
Hepatoprotek 17/9/13 E : 3,67
tif Hb : 9,3
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Ht : 31
T : 219.000
Kalnex Asam Menghentika 3x1 7/9/13 - 11 L : 10.400 17/9/13
traksenamat n pendarahan 17/9/13 E : 3,43
Hb : 9,6
Ht : 28
T : 159.000
Alinamin Alinamin Suplemen Iv 2x1 9/9/13 - 9
amp 17/9/13
Inj. Vit K Vit K Menghentika Iv 2x1 12/9/13 - 6
n pendarahan amp 17/9/13
Inj. Omeprazole Lambung Iv 2x1 12/9/13 - 6
Omeprazole (PPI) amp 17/9/13

86
Musyn Syrup Musyn Obat Oral 3x1 C 12/9/13 - 6
pencernaan 17/9/13
13 P 55 3/6/13 7/6/13 5 DM Luka yang Diabetes Inj Novorapid Novorapid Insulin SC 3x10 iu 3/6/13 - Ureum : 152 3/6/13 BELUM SEMBUH
tidak sembuh, Nefropati, 7/6/13
sekitar pedis Diabetes Kreatinin : TD Masuk : 160/90
merasa Gangren 7,9
kesemutan Pedis Metformin Metformin Antii Oral 3x500 3/6/13 – 5 GDS : 145 4/6/13 TD Keluar : 160/90
Sinistra diabetik Oral mg 7/6/13
Ambroxol Ambroxol Obat asma, Oral 3x1 3/6/13 - 5 GD :182 5/6/13
batuk 7/6/13
Inj. Ceftriaxon Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 gr 3/6/13 - 5 GDS : 214 6/6/13
7/6/13
Inj. Tramadol Tramadol Analgesik Iv 2x100 3/6/13 - 5 GDS : 214 7/6/13
mg 7/6/13
Captopril Captopril Anti Oral 2x12,5 4/6/13 - 4
hipertensi mg 7/6/13
Aminoral Aminoral Insufisiensi Oral 3x2 4/6/13 - 4
ginjal 7/6/13
Asam Folat Asam folat Vitamin Oral 3x1 4/6/13 - 4
7/6/13
Bicnat Natrium Obat gagal Oral 3x1 4/6/13 - 4
Bikarbonat ginjal 7/6/13
Ketorolac Ketorolac NSAID Iv 2x1 4/6/13 - 4
7/6/13
14 P 47 27/9/13 3/10/13 7 DM Lemas SMRS DM Tipe 2 Metformin Metformin Antidiabteik Oral 3x500 27/9/13 – 4 GDS : 86 27/9/13 TD Masuk : 130/90
Oral mg 30/9/13
Cefriaxone Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 gr 30/9/13 – 1 GDS : 91 1/10/13
30/9/13
Tramadol Tramadol Analgesik Oral 3x1 30/9/13 – 1 GDS : 94 Ureum : 36 2/10/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

30/9/13
Cefadroxil Cefadrocil Antibiotik Oral 3x500 2/10/13 - 2 GDS: 163 Kreatinin : 3/10/13
mg 3/10/13 1,6
Asam Asam Analgesik Oral 3x500 3/12/13 – 1 L : 8.500 4/10/13
Mefenamat mefenamat mg 3/10/13 E : 3,56
Hb : 10,6
Ht : 23
T : 435.000
15 P 51 26/6/13 28/6/13 3 DM, Sesak nafas, DM Inj. Primperan Metoclopropa Antiemetik Iv 3x1 26/6/13 - GDS : 104 Ureum : 79 26/6/13 SEMBUH
Maag batuk, pusing, Nefropati mide L : 10.800
mual, sulit E : 2,72 Kreatinin : TD Masuk : 120/80
tidur. Hb : 8,1 2,7

Ht : 25 TD Keluar :110/60

87
T : 196.000
Inj. Cefotaxim Cefotaxime Antibiotik Iv 2x1 gr 26/6/13 – 3 L : 9.600 27/6/13
28/6/13 E : 2,82
Hb : 8,0
Ht : 26
T : 196.000
Amdixal Amdixal Anti angina Oral 1x5 mg 26/6/13 - 3
28/6/13
Inj. Ondansetron Anti emetik Iv 1x1 26/6/13 - 3
Ondansetron amp 28/6/13
Glimepirid Glimepirid Anti diabetik Oral 1x2 mg 27/6/13 - 2
Oral 28/6/13
OBH Syrup OBH Antibatuk Oral 3x1 27/6/13 - 2
28/6/13
Bicnat Na Obat gagal Oral 3x1 27/6/13 - 2
Bikarbonat ginjal 28/6/13
Asam Folat Asam folat Vitamin Oral 3x1 27/6/13 - 2
28/6/13
Cardicap Cardicap Antihipertens Oral 1x20 27/6/13 - 2
i mg 28/6/13
Letonal Spironolakton Antihipertens Oral 1x25 27/6/13 - 2
i mg 28/6/13
16 P 58 14/4/13 26/4/13 13 DM, Penurunan DM Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x20 iu 14/4/13 – 13 GDS : 11 14/4/13 TD Masuk : 163/93
Hiperten kesadaran, Hipoglikemi 26/4/13 L : 20.200
si mual dan E : 4,29 TD Keluar : 130/60
muntah Hb : 13,2
Ht :37
T : 521.000
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Amlodipin Amlodipin Antihipetensi Oral 1x5 mg 14/4/13 – 13 GDS : 261 15/4/13


26/4/13 L : 24.300
E :3,52
Hb : 11,5
Ht : 33
T : 152.000
Valsartan Valsartan Angiotensin Oral 1x8 mg 14/4/13 - 12 GDS : 174 16/4/13
respetor 25/4/13 L : 16.900
blocker E : 3,94
Hb : 11,2
Ht : 34
T : 505.000
GD : 94 19/4/13

88
Inj, Vit K Vit K Menghentika Iv 3x1 16/4/13 – 5 GDS : 139 17/4/13
n Pendarahn amp 20/4/13 L : 20.600
E : 3,81
Hb : 11,5
T : 484.000
Ht : 33
Transamin Asama Menghentika Iv 3x1 16/4/13 – 5 GDS : 161 20/4/13
traksenamat n pendarahan amp 20/4/13
Musin Syrup Musyn Obat Oral 3x1 C 16/4/13 – 5 GDS : 229 23/4/13
pencernaan 20/4/13
Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik Oral 2x1 gr 17/4/13 – 9 GDS : 207 Ureum : 39 24/4/13
25/4/13
Kreatinin :
1,2
Lactulac Lactulac Konstipasi, Oral 3x1 C 23/4/13 – 3 GDS : 161 25/4/13
Syrup pencahar 25/4/13
Neulin PS Neulin Neuroprotekt Oral 2x1 26/6/13 – 2 GDS : 180 26/4/13
if 26/6/13 L ; 11,700
E : 299
Hb : 8,0
Ht : 26
T : 443.000
Metformin Metformin Anti diabetik Oral 3x500 26/6/13 – 1 GDS : 261
Oral mg 26/6/13 L : 24.300
E : 3,52
Hb : 11,5
Ht : 33
T : 182.000
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Glimepirid Glimepirid Anti diabetik Oral 1x2 mg 26/6/13 – 1 GDS : 125 18/4/13
oral 26/6/13 L : 14.200
E : 3,90
Hb : 11,2
Ht : 35
T : 534.000
GDS : 241 22/4/13
L : 12.000
E : 3,74
Hb : 10,3
Ht : 32
T : 374.000
17 P 42 14/5/13 17/5/13 4 - Bengkak dan DM Tipe 2 Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x12 iu 14/5/13 – 4 GDS : 496 Ureum : 50 15/5/13 BELUM SMEBUH

89
nyeri di post 17/5/13 L : 15.800
punggung Debridemen E : 3,66 Kreatinin : TD Masuk : 90/60
kanan atas. t Hb : 9,8 1,4
Tidak dapat Ht : 29
mennengok T : 399.000
Inj. Lavemir Insulin Insulin Iv 1x12 iu 14/5/13 - 4 GDS : 233 16/5/13
detemir 17/5/13
Inj. Ceftriaxone Antibiotik Iv 2x1 gr 14/5/13 - 4 GD : 193 17/5/13
Ceftriaxone 17/5/13
Tramadol Tramadol Analgesik Oral 2x1 15/5/13 - 3 L : 13.100 14/5/13
17/5/13 E:4
Hb : 10,6
Ht :33
T : 506.000
18 P 51 16/12/13 19/12/1 4 DM, Lemah SNH + DM Inj. Novorapid Novorapide Insulin SC 3x20 iu 16/12/13 – 3 GDS : 422 16/12/13 BELUM SEMBUH
3 Hiperten tungkai kiri Hiperglikem 18/12/13 L : 8,300
si bawah, susah ia E:5 TD Masku : 210/110
bicara, kedua Hb : 13,9
kaki Ht : 40 TD Keluar : 130/80
kesemutan T : 218.000
dan terasa Lantus Insulin Insulin Iv 1x12 iu 16/12/13 – 3 GDS : 174 17/12/13
kebas Glargine 18/12/13
Amlodipine Amlodipine Anti Oral 1x5 mg 16/12/13 – 3 GDS : 225 18/12/13
hipertensi 18/12/13
Neulin Neulin Neuroprotekt Iv 2x500 16/12/13 - 1 GDS : 204 19/12/13
an mg 16/12/13
Clopidogrel Clopidogrel Pengencer Oral 1x75 1612/13- 3
darah mg 18/12/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Miniaspi Asam asetil Anti Oral 2x80 16/12/13 – 3


salisilat koagulan mg 18/12/13
Glimepirid Glimepirid Antidiabetik Oral 1x2 mg 19/12/13 - 1
oral 19/12/13
Metformin Metformin Antidiabetik Oral 3x500 19/12/13 - 1
oral mg 19/12/13
Gemfibrozil Gemfibrozil Anti Oral 1x20 18/12/13 – 1
kolesterol mg 18/12/13
19 L 55 17/6/13 21/6/13 5 DM. Sesak nafas, DM Tipe 2 Gluronerm Gluronerm Antidiabetik Oral 1x15 18/6/13 – 4 GDS :239 17/6/13 SEMBUH
Hiperten batuk, pilek, oral mg 21/6/13
si, TB merasa tubuh GDS : 137 18/6/13 TD Masuk : 130/80
Kejang bengkak. Concor Bisopronol Antihipertens Oral 1x2,5 g 18/6/13 – 4 GDS : 186 19/6/13
kumarat i 21/6/13 TD Keluar : 150/90
Letonal Spironolakton Antihipertens Oral 1x50 18/6/13 – 4 GDS : 166 20/6/13

90
i mg 21/6/13
Lasix Furosemid Anti diuretik Iv 1x1 18/6/13 – 4 GDS : 170 21/6/13
amp 21/6/13 L : 5.000 Ureum : 48 17/6/13
E : 3,36
Hb : 9,9 Kreatinin :
Ht : 30 2,1

T : 247.000
20 L 52 20/4/13 3/5/13 13 DM Lemas, pucat, DM Tipe 2 , Cefotaxime Cefotaxime Antibiotik Iv 2x1 gr 20/4/13 – 1 GDS : 257 20/4/13 TD Masuk : 200/112
sesak nafas, Anemia 20/4/13 GDS : 142 23/4/13
lidah penuh L : 26.800 TD keluar : 130/80
jamur dan E : 3,51
berat badan Hb : 9,8
turun tanpa Ht : 30
disadari
T : 697.000
Ranitidine Ranitidin Lambung Iv 2x1 gr 20/4/13 – 10 GDS : 104 24/4/13
29/4/13
Dramamin Dymenhydrat Antiemetik Oral 2x1 25/4/13 – 5 GDS : 122 25/4/13
29/4/13 L : 18.400
E : 3,39
Hb : 9,3
Ht : 29
T : 618.000
Inj. Ceftriaxon Antibiotik Iv 2x1 gr 23/4/13 – 13 GDS : 86 26/4/13
Ceftriaxone 3/5/13 L ; 27.50E :
3,650
Hb : 10
Ht : 31
T : 559.000
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x8 iu 23/4/13 – 13 GDS : 106 27/4/13


3/5/13
Betahistine Betahistine Vertigo Oral 3x1 25/4/13 – 5 GDS: 192 29/4/13
29/4/13
Omeprazole Omeprazole Lambung Oral 2x20 25/4/13 – 5 GDS : 211 28/64/13
mg 29/4/13 L : 19.100
E : 4,14
Hb : 11,2
Ht : 31
T : 591.000
GDS : 257 20/4/13
L : 24.100

91
E : 2,28
Hb : 6,2
Ht : 12
T : 837.000
L : 28.100 22/4/13
GDS : 98
E : 2,85
Hb: 7,8
Ht : 24
T : 648.000
GDS : 87 1/5/13
L : 17.600
E:4
Hb : 11
Ht : 35
T : 682.000
21 L 58 10/5/13 14/5/13 5 DM, Pusing, DM Tipe 2, Ranitidin Ranitidine Lambung Iv 2x1 10/5/13 – 1 GD : 254 Ureum : 44 11/5/13 MENINGGAL
Hiperten muntah, tidak Stroke Amp 10/5/13
si bisa bicara, Hemoragik Citicolin Citicolin Neuroprotekt Iv 2x500 10/5/13 - 2 GD : 339 12/5/13 TD Masuk : 140/80
pingsan if mg 11/5/13
Ceftriaxon Ceftriaxon Antibiotik Iv 2x1 gr 11/5/13 – 4 GD : 235 14/5/13 TD Keluar : 150/80
14/5/13 L : 13.100
E : 4,93
Hb : 15,6
Ht : 48
T : 260.000
Inj. Novorapid Novorapid Insulin SC 3x4 iu 11/5/13 - 4
14/5/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Inj. Sanmol Parasetamol Antipiretik Iv 3x500 12/5/13 - 3


mg 14/5/13
Inj. Lantus Insulin Insulin Iv 1x16 iu 12/5/13 - 3
glargin 14/5/13
Simvastatin Simvastatin Anti Oral 1x10 12/5/13 – 2
kolesterol mg 13/5/13
22 L 41 27/8/13 30/8/13 4 - Mual, batuk DM dengan Rontgen Ciprofloxaxin Ciprofloxaxin Antibiotik Oral 2x500 27/8/13 – 2 GD : 283 30/8/13 TD Masuk : 110/80
kerimg, berat vomitus Thorax mg 28/8/13 L : 11.400
badan E : 5,32 TD Keluar : 120/80
menurun Hb : 14
Ht : 45
T : 268.000
Ondancetron Ondansetron Antiemetik Iv 3x1 27/8/13 – 2

92
Amp 28/8/13
Ranitidin Ranitidin Lambung Iv 2x1 27/8/13 – 2
Amp 28/8/13
Domperidon Domperidone Dispepsia Oral 3x1 29/8/13 – 1
29/8/13
Glimepirid Glimepirid Antidiabetik Oral 1x2 mg 29/8/13 – 2
Oral 30/8/13
Glumin Metformin Antidiabetik Oral 3x 500 30/8/13 – 1
oral mg 30/8/13
23 L 59 2/8/13 3/8/13 2 DM, Lemas, Anemia, Inj. Ranitidin Ranitiidin Lambung Iv 2x1 2/8/13 – 2 GD : 174 3/8/13 TD Masuk : 90/60
Alergi pusing, mual, DM Tipe 2 3/8/13 L : 14.700
muntah, Hiperglikem E : 1,39 TD keluar : 100/60
demam, mata ia Hb : 3,9
kunang- Ht : 13
kunang, badan T : 233.000
menggigil.
Inj. Domperidone Obat mjual, Iv 3x1 2/8/13 – 1 L : 16.600 Ureum : 59 2/8/13
Domperidon muntah, 2/8/13 E : 1,61 Kreatinin :
dispepsia Hb : 4,7 1,1
Ht : 15
T : 321.000
Inj. Ceftriaxon Ceftrixone Antibiotik Iv 2x1 2/8/13 – 2
3/8/13
Inj. Actrapid Insulin Insulin SC 4 iu 2/8/13 – 2
3/8/13
24 L 50 7/12/13 13/12/1 7 DM, TB Sesak nafas, Efusi Pleura Inj. Actrapid Insulin Insulin SC 3x12 iu 7/12/13 – 3 GD : 480 7/12/13 SEMBUH
3 Berkeringat Dextra + 9/12/13
pada malam DM Tipe 2 As. Asam Analgesik Oral 3x500 9/12/13 – 2 GD : 211 8/12/13 TD Masuk : 110/70
hari Mefenamat mefenamat mg 10/12/13
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Glimepirid Glimepirid Antidiabetik Oral 1x2 mg 12/12/13 – 2 GD : 104 10/12/13 TD Keluar : 120/80
Oral 13/12/13
Metformin Metformin Antidiabetik Oral 3x500 12/12/13 – 2 GD : 218 13/12/13
Oral mg 13/12/13 GDP : 457
Levofloxacin Levofloksasin Anibiotik Oral 1x500 12/12/13 – 2 GDP : 289 9/12/13
mg 13/12/13 GDP : 457 11/12/13

93
94

Lampiran 4. Analisis Penilaian Ketepatan Indikasi

Kadar Gula
Penilaian
No Jenis Darah Obat Tepat
Diagnosis Per
Kasus Diabetes Antidiabetes Indikasi
Pasien
Awal Akhir
1 DM Tipe 2 Orchitis 320 199 Glimepirid 1 1
Dextra. Hernia Inj.Novorapid 1
sejak 3 hari Inj. Lantus 1
yang lalu. Metformin 1
Bengkak di
leher hingga
bahu > 2
minggu. Nyeri
leher dan tidak
bisa
ditegakkan.
Demam.
Pasien tidak
makan selama
4 hari

2 DM Tipe 2 Lemas, tidak 293 184 Metformin 1 1


Hiperglikemia kuat berjalan, Glimepirid 1
BAB cair,
badan keringat
dingin dan
gemetaran.
3 DM Gangren Luka di 204 155 Inj.Novorapid 1 1
+ Pedis telapak kaki Gliklazid 1
sinistra dirasakan
sudah 1 bulan,
bengkak di
kaki kiri sudah
berlangsung 6
bulan.
4 DM Tipe 2 Sesak nafas 235 137 Glikuidon 1 1
sejak 3 hari
yang lalu, sakit
dada yang
menjalar ke
punggung,
sakit perut jika
telat makan.
5 DM Tipe 2 Muntah 124 Glibenklamid 0 0
75x/hari,
pusing seperti
diremas-remas,
dispepsia
6 DM Tipe 1 Merasa lemas, 542 133 Inj.Novorapid 1 1
adanya rasa Inj. Lantus 1
gemetar yang
sulit
dikendalikan,
sulit berjalan
7 DM Tipe 2 Kesulitan BAB 109 Metformin 0 0
sejak 3 hari Glimepirid 0
yang lalu,
badan lemas,
kaki kanan
berat diangkat,
95

8 DM Tipe 1 Pusing 166 219 Inj.Novorapid 0 0


berputar dan
mengalami
pingsan. Mual,
muntah dan
batuk
9 DM Tipe 2 Penurunan 567 225 Inj.Novorapid 1 1
kesadaran tiba- Inj. Lantus 1
tiba, pusing
berputar,
terjadi
kelemahan
pada tubuh sisi
sebelah kanan.
10 DM Tipe 2 Pasien tidak 280 40 Glikuidon 1 1
sadar SMRS,
BAB cair,
tidak mau
makan dan
minum.
11 DM Tipe 2 Sesak sudah 3 389 120 Inj.Novorapid 1 1
Hiperglikemia hari, lemas, Inj. Levemir 1
DM
12 DM Tipe 2 Lemas sudah 1 134 96 Gliklazid 0 0
bulan SMRS, Acarbose 0
susah BAB,
hanya bisa
berbaring
dengan
punggung
korengan,
perut
membesar,
bengkak pada
tangan kanan
dan kaki kiri,
perut
kembung, sulit
menelan, BAK
seperti air teh
13 DM Nefropati Luka yang 145 214 Inj.Novorapid 0 0
tidak sembuh, Metformin 0
sekitar pedis
merasa
kesemutan
14 DM Tipe 2 Lemas SMRS 86 163 Metformin 1 1
15 DM Nefropati Sesak nafas, 104 Glimepirid 0 0
batuk, pusing,
mual, sulit
tidur.
16 DM Penurunan 11 180 Inj.Novorapid 0 0
Hipoglikemia kesadaran, Metformin 0
mual dan Glimepirid 0
muntah
17 DM Tipe 2 Bengkak dan 496 193 Inj.Novorapid 1 1
nyeri di Inj. Levemir 1
punggung
kanan atas.
Tidak dapat
menengok
18 DM Tipe 2 Lemah tungkai 422 174 Inj.Novorapid 1 1
Hiperglikemia kiri bawah, Inj. Lantus 1
susah bicara, Metformin 1
kedua kaki
96

kesemutan dan Glimepirid 1


terasa kebas
19 DM Tipe 2 Sesak nafas, 239 170 Glikuidon 1 1
batuk, pilek,
merasa tubuh
bengkak.
20 DM Tipe 2 Lemas, pucat, 142 87 Inj.Novorapid 0 0
sesak nafas,
lidah penuh
jamur dan
berat badan
turun tanpa
disadari
21 DM Tipe 2 Pusing, 254 239 Inj.Novorapid 1 1
muntah, tidak Inj. Lantus 1
bisa bicara,
pingsan
22 DM Tipe 2 Mual, batuk 283 Glimepirid 1 1
kerimg, berat Metformin 1
badan
menurun
23 DM Tipe 2 Lemas, pusing, 174 Inj. Actrapid 0 0
mual, muntah,
demam, mata
kunang-
kunang, badan
menggigil
24 DM Tipe 2 Sesak nafas, 480 214 Inj. Actrapid 1 1
Berkeringat Metformin 1
pada malam Glimepirid 1
hari

Penilaian Ketepatan Indikasi :

1 = Tepat Indikasi
0 = Tidak Tepat Indikasi

Penilaian Ketepatan Indikasi Per Pasien :


1 = Sudah mendapatkan obat anti diabetes yang tepat indikasi
0 = Tidak mendapatkan obat anti diabetes yang tepat indikasi
97

Lampiran 5. Analisis Penilaian Ketepatan Dosis

Penilaian
No Obat Dosis Dosis Tepat
Rute Ketepatan
Kasus Antidiabetes Standar Pemberian Dosis
Dosis
1 Metformin 500 -2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 1x2 mg Oral 1
Novorapid 1-2 mg/hr 3x12 iu SC 1
Lantus 0,5-1 U/kg 1x12 iu IV 1
BB/hr
1x/hr
2 Metformin 500-2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 1x2 mg Oral 1
1-2 mg/hr
3 Novorapid 0,5 – 1 U/kg 3x4 iu SC 1 1
Gliklazid BB/hr 3x100 mg Oral 1
40-80 mg
Max 320 mg
(dosis terbagi)
4 Glikuidon 15mg/hr , 45- 2x15 mg Oral 1 1
60 mg (dosis
terbagi)
5 Glibenklamid 2,5-5 mg/hr 1x2,5 mg Oral 1 1
6 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x20 iu SC 1 1
Lantus BB/hr 1x12 iu IV 1
1x/hr
7 Metformin 500-2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 2x2 mg Oral 1
1-2 mg/hr
8 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x4 iu SC 1 1
BB/hr
9 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x10 iu SC 1 1
Lantus BB/hr 1x10 iu IV 1
1x/hr
10 Glikuidon 15mg/hr , 45- 1x15 mg IV 1 1
60 mg (dosis
terbagi)
11 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x12 iu SC 1 1
Levemir BB/hr 1x10 iu IV 1
0,2-1 U/kg
BB/hr
12 Gliklazid 40-80 mg 1x40 mg Oral 1 1
Max 320 mg Oral 1
(dosis terbagi)
Akarbosa 50 mg, dapat 2x100 mg
ditingkatkan
100-200 mg/hr
13 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x10 iu SC 1 1
Metformin BB/hr 3x500 mg Oral 1
98

500 -2250
mg/hr
14 Metformin 500 -2250 3x500 mg Oral 1 1
mg/hr
15 Glimepirid 1-2 mg/hr 1x2 mg Oral 1 1
16 Metformin 500 -2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 1x2 mg Oral 1
Novorapid 1-2 mg/hr 3x20 iu SC 1
0,5-1 U/kg
BB/hr
17 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x12 iu SC 1 1
Levemir BB/hr 1x12 iu IV 1
0,2-1 U/kg
BB/hr
18 Metformin 500 -2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 1x2 mg Oral 1
Novorapid 1-2 mg/hr 3x20 iu SC 1
Lantus 0,5-1 U/kg 1x12 iu IV 1
BB/hr
1x/hr
19 Glikuidon 15mg/hr , 45- 1x15 mg Oral 1 1
60 mg (dosis
terbagi)
20 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x8 iu Oral 1 1
BB/hr
21 Novorapid 0,5-1 U/kg 3x4 iu SC 1 1
Lantus BB/hr 1x16 iu IV 1
1x/hr
22 Metformin 500 -2250 3x500 mg Oral 1 1
Glimepirid mg/hr 1x2 mg Oral 1
1-2 mg/hr
23 Actrapid 0,5-1 U/kg 1x4 iu IV 1 1
BB/hr
24 Actrapid 0,5-1 U/kg 3x12 iu IV 1 1
Metformin BB/hr 3x500 mg Oral 1
Glimepirid 500 -2250 1x2 mg Oral 1
mg/hr
1-2 mg/hr

Penilaian Ketepatan Dosis :

1 = Tepat Dosis
0 = Tidak Tepat Dosis

Penilaian Ketepatan Dosis Per Pasien

1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat dosis


0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat dosis
Lampiran 6. Analisis Penilaian Ketepatan Pasien

Data Laboratorium
Penilaian
L/ Jenis Riwayat Kadar Obat Anti Tepat
No Usia Diagnosis Lain Fungsi Tekanan Kontraindikasi Rute Per
P Diabetes Penyakit Gula Diabetes Pasien
Ginjal Darah Pasien
Darah
1 L 60 DM Tipe 2 Orchitis Dextra. DM Awal : Ureum :33 120/70 – Hipoglikemia, DM Novorapid SC 1 1
Hernia sejak 3 320 Kreatinin : 120/70 Tipe 1, diabetik Lantus IV 1
hari yang lalu. Akhir : 1,2 ketoasidosis, prekoma Metformin Oral 1
Bengkak di leher 129 atau koma Glimepirid Oral 1
hingga bahu > 2 diabetikum. Gangguan
minggu. Nyeri fungsi hati dan ginjal
leher dan tidak berat. Hamil dan
bisa ditegakkan. laktasi.
Demam. Pasien
tidak makan
selama 4 hari
2 P 57 DM Tipe 2 Lemas, tidak kuat DM, Awal : Ureum : 200/110 DM Tipe 1, diabetik Metformin Oral 0 0
Hiperglike berjalan, BAB Hipertensi, 293 57 – 140/80 ketoasidosis, prekoma Glimepirid Oral 0
mia cair, badan Asma, Akhir : Kreatinin : atau koma
keringat dingin Alergi 184 1,7 diabetikum. Gangguan
dan gemetaran. fungsi hati dan fungsi
ginjal. Hamil dan
laktasi.
Gagal jantung, infark
miokardium,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alkoholisme, hipoksia

3 L 43 DM Luka di telapak DM, Awal : Ureum : 120/80 – Hipoglikemia, DM Novorapid SC 1 1


Gangren + kaki dirasakan Hipertensi 204 48 130/90 Tipe 1. Diabetes Gliclazid Oral 1
Pedis sudah 1 bulan, Akhir : Kreatiin : ketosis dan asidosis,
Sinistra bengkak di kaki 155 1,1 pasien diabetes yang
kiri sudah menjalani operasi atau
berlangsung 6 infeksi atau luka
bulan. parah, hipersensitif,
hamil, laktasi,
neonatus, anak.

99
4 P 53 DM Tipe 2 CKD + DM Tipe Awal : Ureum : 150/90 – DM Tipe 1, koma, Gliquidone Oral 1 1
Hipertensi, Sesak 2, jantung, 235 126 140/80 prekoma diabetes &
nafas sejak 3 hari maag Akhir : Kreatinin : gangguan
yang lalu, sakit 137 5,7 keseimbangan
dada yang metabolik yang
menjalar ke ekstrim dengan
punggung, sakit kecenderungan terjadi
perut jika telat asidosis. Diabetes
makan. dengan komplikasi
asidosis, ketosis, atau
stres akibat
pembedahan atau
infkesi akut. Hamil
dan laktasi.
5 P 65 DM Tipe 2 Muntah 75x/hari, DM Awal : Ureum : 120/80 Ketoasidosis diabetik, Glibenclamide Oral 1 1
pusing seperti 124 53 gangguan ginjal dan
diremas-remas, Kreatinin : hati atau
dispepsia 0,8 adrenokortikal. Hamil,
laktasi, IDDM. DM
dengan komplikasi,
bedah.
6 P 57 DM Tipe 2 Merasa lemas, DM, Asma Awal : Ureum : 160/60 – Hipoglikemia Novorapid SC 1 1
Hiperglike adanya rasa 542 114 140/80 Lantus IV 1
mia gemetar yang sulit Akhir: Kreatinin :
dikendalikan, sulit 133 4
berjalan.
7 P 51 DM Tipe 2 Kesulitan BAB DM, Awal : Ureum : 140/80 – DM Tipe 1, diabetik Metformin Oral 1 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sejak 3 hari yang Hipertensi, 109 14 170/110 ketoasidosis, prekoma Glimepirid Oral 1
lalu, badan lemas, Vertigo Kreatinin : atau koma
kaki kanan berat 0,6 diabetikum. Gangguan
diangkat, fungsi hati dan ginjal
fungsi ginjal. Hamil
dan laktasi.
Gagal jantung, infark
miokardium,
alkoholisme, hipoksia

8 P 53 DM Tipe 2 Pusing berputar DM Awal : Ureum : 100/70 Hipoglikemia Novorapid SC 1 1

100
dan mengalami 166 25
pingsan. Mual, Akhir : Kreatinin :
muntah dan batuk 219 0,7
9 L 63 DM Tipe 2 SNH, Hipertensi DM, Awal : Ureum : 150/110 Hipoglikemia Novorapid SC 1 1
grade 1, Hipertensi, 567 28 Lantus IV 1
Penurunan Stroke Akhir : Kreatinin :
kesadaran tiba- 225 2,4
tiba, pusing
berputar, terjadi
kelemahan pada
tubuh sisi sebelah
kanan.
10 P 76 DM Tipe 2 Pasien tidak sadar DM, Awal ; Ureum : DM Tipe 1, koma, Gliquidone Oral 1 1
SMRS, BAB cair, Hipertensi 280 162 prekoma diabetes &
tidak mau makan Akhir : Kreatinin : gangguan
dan minum. 40 4,3 keseimbangan
metabolik yang
ekstrim dengan
kecenderungan terjadi
asidosis. Diabetes
dengan komplikasi
asidosis, ketosis, atau
stres akibat
pembedahan atau
infkesi akut.. Hamil
dan laktasi.
11 P 54 DM Tipe 2 Sesak sudah 3 Hipertensi Awal : Ureum : 190/100– Hipoglikemia, Hamil, Novorapid SC 1 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hiperglike hari, lemas, DM 389 65 140/110 laktasi, Levemir IV 1


mia Akhir : Kreatinin : hipoalbuminemia
120 2,3 berat.
12 P 69 DM Tipe 2 Hipoalbunemia, Hipertensi, Awal : Ureum : 90/70 – DM Tipe 1. Diabetes Gliclazide Oral 0 0
Hipokalemia, Stroke 134 88 110/70 ketosis dan asidosis, Acarbose Oral 0
ulkus dekubitus, ringan Akhir : Kreatinin : pasien diabetes yang
distensi abdomen. 96 1,4 menjalani operasi atau
Lemas sudah 1 infeksi atau luka
bulan SMRS, parah, hipersensitif,
susah BAB, hanya hamil, laktasi,
bisa berbaring neonatus, anak.

101
dengan punggung Gangguan intestinal
korengan, perut kronik yang
membesar, berhubungan dengan
bengkak pada gangguan pencernan
tangan kanan dan dan asorpsi,
kaki kiri, perut kembhung. Gangguan
kembung, sulit ginjal berat.
menelan, BAK
seperti air teh
13 P 55 DM Tipe 2, Luka yang tidak DM Awal : Ureum : 160/90 – Hipoglikema. Metformin Oral 0 0
gangren sembuh, sekitar 145 152 160/70 Gangguan fungsi hati Novorapid SC 1
pedis pedis merasa Akhir : Kreatinin : dan fungsi ginjal.
sinistra kesemutan 214 7,9 Hamil dan laktasi.
Gagal jantung, infark
miokardium,
alkoholisme, hipoksia

14 P 47 DM Tipe 2 Lemas SMRS DM Awal : Ureum : 130/90 Gangguan fungsi hati Metformin Oral 0 0
86 36 dan fungsi ginjal.
Akhir : Kreatinin : Hamil dan laktasi.
163 1,6 Gagal jantung, infark
miokardium,
alkoholisme, hipoksia

15 P 51 DM Tipe 2 Sesak nafas, DM, Maag Awal : Ureum : 120/80 - DM Tipe 1, diabetik Glimepirid Oral 0 0
Nefropati batuk, pusing, 104 79 110/70 ketoasidosis, prekoma
mual, sulit tidur. Kreatinin : atau koma
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2,7 diabetikum. Gangguan


fungsi hati dan fungsi
ginjal. Hamil dan
laktasi.

16 P 58 DM Tipe 2 Penurunan DM, Awal : Ureum : 163/93 – Hipoglikemia, DM Novorapid SC 0 0


Hipoglikem kesadaran, mual Hipertensi 11 39 130/60 Tipe 1, diabetik Metformin Oral 1
ia dan muntah Akhir : Kreatinin : ketoasidosis, prekoma Glimepirid Oral 1
180 1,2 atau koma
diabetikum. Gangguan
fungsi hati dan ginjal

102
berat. Hamil dan
laktasi. Gagal jantung,
infark miokardium,
alkoholisme, hipoksia

17 P 42 DM Tipe 2 Bengkak dan nyeri Awal : Ureum : 90/60 Hipoglikemia, Hamil, Novorapid SC 1 1
di punggung 496 50 laktasi, Levemir IV 1
kanan atas. Tidak Akhir : Kreatinin : hipoalbuminemia
dapat menengok 193 1,4 berat
18 P 51 DM Tipe 2 SNH, Lemah DM, Awal : 210/110 Hipoglikemia, DM Novorapid SC 1 1
Hiperglike tungkai kiri Hipertensi 422 – 130/80 Tipe 1, diabetik Lantus IV 1
mia bawah, susah Akhir : ketoasidosis, prekoma Gimepirid Oral 1
bicara, kedua kaki 174 atau koma Metformin Oral 1
kesemutan dan diabetikum. Gangguan
terasa kebas fungsi hati dan ginjal
berat. Hamil dan
laktasi. Gagal jantung,
infark miokardium,
alkoholisme, hipoksia

19 L 55 DM Tipe 2 Sesak nafas, DM, Awal : Ureum : 130/80 – DM Tipe 1, koma, Gliquidone Oral 0 0
batuk, pilek, Hipertensi, 239 48 150/90 prekoma diabetes &
merasa tubuh TB Kejang Akhir : Kreatinin : gangguan
bengkak. 170 2,1 keseimbangan
metabolik yang
ekstrim dengan
kecenderungan terjadi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asidosis. Diabetes
dengan komplikasi
asidosis, ketosis, atau
stres akibat
pembedahan atau
infkesi akut. Gagal
hati atau ginjal berat,
porfiria. Hamil dan
laktasi.
20 L 52 DM Tipe 2 Lemas, pucat, DM Awal : 200/112 Hipoglikemia Novorapid SC 1 1
sesak nafas, lidah 142 – 130/80

103
penuh jamur dan Akhir :
berat badan turun 87
tanpa disadari
21 L 58 DM Tipe 2 Stroke DM, Awal : Ureum : 140/80 – Hipoglikemia Novorapid SC 1 1
Hemoragik, Hipertensi 254 44 150/80 Lantus IV 1
Pusing, muntah, Akhir :
tidak bisa bicara, 239
pingsan
22 L 41 DM Tipe 2 Mual, batuk Awal : 110/80- DM Tipe 1, diabetik Glimepirid Oral 1 1
kerimg, berat 285 120/80 ketoasidosis, prekoma Metformin Oral 1
badan menurun atau koma
diabetikum. Gangguan
fungsi hati dan ginjal
fungsi ginjal. Hamil
dan laktasi.
Gagal jantung, infark
miokardium,
alkoholisme, hipoksia

23 L 59 DM Tipe 2 Anemia, Lemas, DM, Awal : Ureum : 90/60- Hipoglikemia Actrapid IV 1 1


Hiperglike pusing, mual, Alergi 174 59 110/60
mia muntah, demam, Kreatinin :
mata kunang- 1,1
kunang, badan
menggigil
24 L 50 DM Tipe 2 Sesak nafas, DM, TB Awal : 120/70- Hipoglikemia, DM Actrapid IV 1 1
Berkeringat pada 480 120/80 Tipe 1, diabetik Glimepirid Oral 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

malam hari Akhir : ketoasidosis, prekoma Metformin Oral 1


214 atau koma
diabetikum. Gangguan
fungsi hati dan ginjal
fungsi ginjal. Hamil
dan laktasi.
Gagal jantung, infark
miokardium,
alkoholisme, hipoksia

104
Penilaian Ketepatan Pasien :

1 = Tepat Pasien

0 = Tidak Tepat Pasien

Penilaian Per Pasien :

1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes yang tepat

0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes yang tepat


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

105
106

Lampiran 7. Analisis Penilaian Ketepatan Obat

No Jenis Obat Anti Rute Status Ketepatan Penilaian Per-


Kasus Diabetes Diabetes Pemberian Pasien Obat Pasien
1 DM Tipe 2 Novorapid SC Sembuh 1 1
Lantus IV 1
Metformin Oral 1
Glimepirid Oral 1
2 DM Tipe 2 Metformin Oral Belum 1 1
Hiperglikemia Glimepirid Oral Sembuh 1
3 DM Tipe 2 Novorapid SC - 1 1
Gangren + Gliclazid Oral 1
Pedis Sinistra
4 DM Tipe 2 Glikuidon Oral Sembuh 1 1
5 DM Tipe 2 Glibenklamid Oral Sembuh 1 1
6 DM Tipe 2 Novorapid SC - 1 1
Hiperglikemia Lantus IV 1
7 DM Tipe 2 Metformin Oral Sembuh 1 1
Glimepirid Oral 1
8 DM Tipe 2 Novorapid SC Meninggal 1 1
Hiperglikemia
9 DM Tipe 2 Novorapid SC Meninggal 1 1
Lantus Oral 1
10 DM Tipe 2 Glikuidon Oral Meninggal 1 1
11 DM Tipe 2 Novorapid SC Sembuh 1 1
Hiperglikemia Levemir IV 1
12 DM Tipe 2 Gliklazid Oral - 1 1
Acarbose Oral 1
13 DM Metformin Oral Belum 1 1
Nefropati, Novorapid SC Sembuh 1
Gangren +
Pedis Sinistra
14 DM Tipe 2 Metfromin Oral - 1 1
15 DM Tipe 2 Glimepirid Oral Sembuh 1 1
16 DM Tipe 2 Novorapid SC - 1 1
Hipoglikemia Metformin Oral 1
Glimepirid Oral 1
17 DM Tipe 2 Novorapid IV Belum 1 1
Levemir SC Sembuh 1
18 DM Tipe 2 Glimepirid Oral Belum 1 1
Hiperglikemia Metformin Oral Sembuh 1
Lantus 1
Novorapid 1
19 DM Tipe 2 Glikuidon Oral Sembuh 1 1
20 DM Tipe 2 Novorapid SC - 1 1
21 DM Tipe 2 Novorapid SC Meninggal 1 1
Lantus IV 1
22 DM Tipe 2 Metformin Oral - 1 1
Glimepirid Oral 1
23 DM Tipe 2 Actrapid IV - 1 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


107

24 DM Tipe 2 Actrapid IV Sembuh 1 1


Glimepirid Oral 1
Metformin Oral 1

Analisis Ketepatan Obat :


1 = Tepat Obat
0 = Tidak Tepat Obat

Penilaian Per Pasien :


1 = Sudah Mendapatkan Terapi Obat Anti Diabetes Tepat Obat
0 = Tidak Mendapatkan Terapi Obat Anti Diabetes Tepat Obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


108

Lampiran 8. Analisis Penilaian Interaksi Obat

Penilaian
Nilai Interaksi
No Obat Interaksi Mekanisme Interaksi
Obat Lain Interaksi Obat
Kasus Antidiabetes Obat Obat
Obat per-
pasien
1 Glimepirid Ranitidin 0 0 • Glimepirid • Efek antagonis
Lantus Ceftriaxone 0 + Novalgin novalgin dapat
Novorapid Gentamisin 0 menurunkan efek
Metformin Novalgin 1 glimepirid (minor)

• Lantus + • Kombinasi keempat


Glimepirid obat tersebut dapat
+ meningkatkan
Metformin penurunan gula
+ Novorapid darah.

• Metformin • Ranitidin mengurangi


+ Ranitidin pembersihan ginjal
metformin dengan
menghambat sekresi
metformin di tubular
ginjal sehingga kadar
plasma metformin
dapat meningkat dan
dapat meningkatkan
efek
farmakologisnya

2 Glimepirid Amlodipin 0 0 • Glimepirid • Efek aditif


Metformin Neulin 1 + (glimepirid dan
Glaucon Metformin metformin) dapat
Clobazam meningkatkan efek
Citicolin hipoglikemia..
Ceftriaxone

• Amlodipin • Amlodipin dapat


+ menginhibisi sekresi
Glimepirid insulin dan
menghambat sekresi
glukagon, terjadi
perubahan ambilan
glukosa dari hati dan
sel-sel lain,
menyebabkan kadar
glukosa dalam darah
meningkat
3 Novorapid Ceftriaxone 0 0 • Novorapid + • Penggunaan
Gliclazid Ketorolac 1 Gliclazid novorapid dan
Amlodipin gliclazid dapat
Levofloxacin menyebabkan
Cilostazol peningkatan kadar
glukosa darah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


109

• Amlodipin • Amlodipin dapat


+ Giclazid menginhibisi sekresi
insulin dan
menghambat sekresi
glukagon, terjadi
perubahan ambilan
glukosa dari hati dan
sel-sel lain,
menyebabkan kadar
glukosa dalam darah
meningkat
4 Glikuidon Valsartan 0 0 • Glikuidon + • Amlodipin dapat
ISDN Amlodipin menginhibisi sekresi
Lasix insulin dan
Omeprazole menghambat sekresi
Tanapress glukagon, terjadi
Furosemide perubahan ambilan
Aldacton glukosa dari hati dan
Asam FOlat sel-sel lain,
Letonal menyebabkan kadar
Concor glukosa dalam darah
Hydralazine meningkat.
Bicnat
Mestigo
Ondansetron

5 Glibenklamid Ranitidin 0 0 • Glibenkla • Ranitidin dapat


Primperon mid + menghambat
Antasida Ranitidin metabolisme hepatik
sulfonilurea dengan
menghambat enzim
sitokrom P450 hati.
sehingga
meningkatkan efek
sulfonilurea.

• Glibenkla • Peningkatan pH
mid + lambung yang
Antasida disebabkan oleh
antasida dapat
meningkatkan
kelarutan sulfonilurea
dan karenanya dapat
meningkatkan
absorpsi sulonilurea.

6 Novorapid Cefoperazone 1 1
Lantus Omeprazole 1
Novalgin
Neurodex
Ceftriaxoen
Alprazolam
Ranitidn
Dexanda syrup
7 Metformin Ranitidin 1 0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


110

Glimepirid Mecobalamine 0 • Glimepirid • Efek aditif


Metilprednisol + Metformin (glimepirid dan
on metformin) dapat
Curcuma meningkatkan efek
KSR hipoglikemia.

• Glimepirid • Efek antagonis


+ metilprednisolon
Metilprednis dapat menurunkan
olon efek glimepirid
(minor)

• Glimepirid • Ranitidin dapat


+ Ranitidin menghambat
metabolism hepatik
sulfonilurea dengan
menghambat enzim
sitokrom P450 hati.
sehingga
meningkatkan efek
sulfonilurea.
8 Novorapid Teracef 1 1
Ranitidin
Ondancetron
Sukralfat
Lasix
Liver Care
9 Novorapid Neulin 0 0 • Novorapid + • Efek aditif (Ascardia /
Lantus Amlodipine 0 Lantus + Fibrat salisilat dalam
Ascardia Ascardia dosis yang besar
Ceftriaxone dapat menurunkan
Liver Care kadar gula darah)
Transamin yang menyebabkan
Vit K hipoglikemia.
Parasetamol
Simvastatin
Proreal
Hepabalance
Plasta
Dobutamin
KSR
10 Glikuidon Cefoperazone 1 1
Omeprazole
Transamin
Vit K
Citicolin
11 Novorapid Lasix 1 1
Levemir Amlodipin 1
Valsartan
Aldosteron
ISDN
Novorapid
Ranitidin
Ceftriaxone
Laxadin Syrup
12 Gliklazid Lasix 1 1 • Gliklazid + • Adanya acarbose,
Acarbose KSR 0 Acarbose akan memperlambat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


111

Heptasan absorpsi dan


Cefixime penguraian disakarida
Bifotik menjadi monosakarida
Pankreoflat sehingga
Kalnex meningkatkan efek
Alinamin hipoglikemi.
Vit K
Omeprazole
Musyn Syrup
13 Novorapid Ambroxol 0 0 • Novorapid + • Penggunaan bersama
Metformin Ceftriaxone 1 Metformin novorapid dan
Tramadol metformin dapat
Captopril meningkatkan efek
Aminoral penurunan kadar gula
Asam Folat darah
Bicnat
• Novorapid + • Captopril dapat
Captopril meningkatksn efek
novorapid yaitu dapat
meningkatkan
penurunan kadar gula
darah
14 Metformin Ceftriaxone 1 1
Tramadol
Cefadroxil
Asam
Mefenamat
15 Glimepiride Primperas 1 1
Cefotaxim
Amdixal
Ondansetron
OBH
Bisnat
Asam Folat
Cardicap
Letonal
16 Novorapid Amlodipin 0 0 • Novorapid + • Kombinasi ketiga
Metformin Valsartan 1 Glimepirid obat tersebut dapat
Glimepiride Vit K 0 + menyebabkan efek
Transamin Metformin yang sinergis yaitu
Musyn Syrup dapat meningkatkan
Ceftriaxone penurunan kadar gula
Lactulac darah
Neulin
• Glimepirid • Amlodipin dapat
+ menginhibisi sekresi
Amlodipin insulin dan
menghambat sekresi
glukagon, terjadi
perubahan ambilan
glukosa dari hati dan
sel-sel lain,
menyebabkan kadar
glukosa dalam darah
meningkat
17 Novorapid Ceftriaxone 1 1
Levemir Tramadol 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


112

18 Novorapid Amlodipin 0 0 • Glimepirid • Kombinasi keempat


Lantus Neulin 0 + obat tersebut dapat
Glimepiride Clopidogrel 0 Metformin meningkatkan
Metformin Miniaspi 1 + Lantus + penurunan gula
Gemfibrozil Metformin darah.

• Glimepirid • Efek antagonis


+ Novalgin novalgin
menyebabkan
penurunan efek
glimepirid

• Glimepirid • Amlodipin dapat


+ menginhibisi sekresi
Amlodipin insulin dan
menghambat sekresi
glukagon, terjadi
perubahan ambilan
glukosa dari hati dan
sel-sel lain,
menyebabkan kadar
glukosa dalam darah
meningkat

• Novorapid + • Efek aditif (Miniaspi/


Lantus + Fibrat salisilat dalam
Miniaspi dosis yang besar
dapat menurunkan
kadar gula darah)
yang menyebabkan
hipoglikemia

19 Glikuidon Concor 1 1
Letonal
Lasix
20 Novorapid Cefotaxim 1 1
Ranitidin
Dramamine
Ceftriaxone
Betahistine
21 Novorapid Ranitidin 1 1
Lantus Citicolin 1
Ceftriaxone
Sanmol
Simvastatin
22 Glimepirid Ciprofloxacin 0 1 • Glimepirid • Kombinasi glimepirid
Metformin Ranitidin 1 + dan metformin dapat
Ondancetron Metformin meningkatkan efek
Domperidone hipoglikemia

• Glimepirid • Ranitidin dapat


+ Ranitidin menghambat
metabolism hepatik
sulfonilurea dengan
menghambat enzim
sitokrom P450 hati.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


113

sehingga
meningkatkan efek
sulfonilurea.

• Glimepirid • Ciprofloxacin dapat


+ meningkatkan efek
Ciprofloxaci glimepirid dengan
n berinteraksi secara
farmakodinamik dan
bersifat sinergi

23 Actrapid Ranitidin 1 1
Domperidone
Ceftriaxone
24 Actrapid Asam 0 0 • Actrapid + • Kombinasi ketiga
Glimepirid Mefenamat 0 Glimepirid obat tersebut dapat
Metformin Levofloxacin 1 + menurunkan
Metformin kebutuhan insulin

• Glimepirid • Levofloxacin dapat


+ meningkatkan efek
Levofloxaci glimepirid dengan
n berinteraksi secara
farmakodinamik dan
bersifat sinergi.

Penilaian Interaksi Obat :

1 = Tanpa interaksi obat


0 = Terdapat interaksi obat

Penilaian Interaksi Obat Per Pasien

1 = Mendapatkan obat anti diabetes tanpa interaksi obat


0 = Mendapatkan obat anti diabetes yang terdapat interaksi obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


114

Lampiran 9. Analisis Penilaian Ketepatan Cara Pemberian

Penilaian
No Obat Aturan Aturan Tepat Ketepatan
Rute
Kasus Antidiabetes Standar Pemberian Cara Cara
Pemberian
1 Metformin 3x /hr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x /hr 1x/hr Oral 1
Novorapid 3x12 iu 3x/hr SC 1
Lantus 1x12 iu 1x/hr IV 1
2 Metformin 3xhr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1
3 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Gliklazid 3x/hr 1x/hr Oral 1
4 Glikuidon 1-2x/hr, dapat 2x/hr Oral 1 1
ditingkatkan 3-
4x/hr
5 Glibenklamid 1-2x/hr 1x/hr Oral 1 1
6 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Lantus 1x/hr 1x/hr IV 1
7 Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1
8 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
9 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Lantus 1x/hr 1x/hr IV 1
10 Glikuidon 1x/hr 1x/hr IV 1 1
11 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Levemir 1x/hr 1x/hr IV 1
12 Gliklazid 1x/hr 1x/hr Oral 1 1
Akarbosa 2-3x/hr 3x/hr Oral 1
13 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Metformin 3x/hr 1x/hr Oral 1
14 Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
15 Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1 1
16 Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1
Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1
17 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Levemir 1x/hr 1x/hr IV 1
18 Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1
Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1
Lantus 1x/hr 1x/hr IV 1
19 Glikuidon 1-2x/hr, dapat 2x/hr Oral 1 1
ditingkatkan 3-
4x/hr
20 Novorapid 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
21 Novorapid 3x/hr 3x/hr SC 1 1
Lantus 1x/hr 1x/hr IV 1
22 Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


115

23 Actrapid 1x/hr 1x/hr IV 1 1


24 Actrapid 3x/hr 3x/hr IV 1 1
Metformin 3x/hr 3x/hr Oral 1
Glimepirid 1x/hr 1x/hr Oral 1
Penilaian Ketepatan Cara Pemberian :

1 = Tepat Cara Pemberian


0 = Tidak Tepat Cara Pemberian

Penilaian Ketepatan Dosis Per Pasien


1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat cara pemberian
0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat cara pemberian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


116

Lampiran 10. Hasil Analisis Ketepatan dan Kerasionalan Berdasarkan Pemberian


Antidiabetik pada Pasien Rawat Inap

No L/P Usia Antidiabetik Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Interaksi Evaluasi Kerasionalan
Dosis Obat Indikasi Pasien Cara Obat Kerasionalan
Pemberian

1 L 60 Novorapid 1 1 1 1 1 0 0 0

Lantus 1 1 1 1 1 0 0 0

Metformin 1 1 1 1 1 1 0 0

Glimepirid 1 1 1 1 1 0 0 0

2 P 57 Metformin 1 1 1 0 1 1 0 0

Glimepirid 1 1 1 0 1 0 0 0

3 L 47 Novorapid 1 1 1 1 1 0 0 0

Gliklazid 1 1 1 1 1 1 0 0

4 P 53 Glikuidon 1 1 1 1 1 0 0 0

5 P 65 Glibenklamid 1 1 0 1 1 0 0 0

6 P 57 Novorapid 1 1 1 1 1 1 1 1

Lantus 1 1 1 1 1 1 1 1

7 P 51 Metformin 1 1 0 1 1 1 0 0

Glimepirid 1 1 0 1 1 0 0 0

8 P 53 Novorapid 1 1 0 1 1 1 0 0

9 L 63 Novorapid 1 1 1 1 1 0 0 0

Lantus 1 1 1 1 1 0 0 0

10 P 76 Glikuidon 1 1 1 1 1 1 1 1

11 P 54 Novorapid 1 1 1 1 1 1 1 1

Levemir 1 1 1 1 1 1 1 1

12 P 69 Gliklazid 1 1 0 0 1 1 0 0

Acarbose 1 1 0 0 1 0 0 0

13 P 55 Novorapid 1 1 0 1 1 0 0 0

Metformin 1 1 0 0 1 1 0 0

14 P 47 Metformin 1 1 1 0 1 1 0 0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


117

15 P 51 Glimepirid 1 1 0 0 1 1 0 0

16 P 56 Novorapid 1 1 0 0 1 0 0 0

25Glimepirid 1 1 0 1 1 0 0 0

Metformin 1 1 0 1 1 1 0 0

17 P 42 Novorapid 1 1 1 1 1 1 1 1

Levemir 1 1 1 1 1 1 1 1

18 P 51 Glimepirid 1 1 1 1 1 0 0 0

Metformin 1 1 1 1 1 1 1 1

Lantus 1 1 1 1 1 0 0 0

Novorapid 1 1 1 1 1 0 0 0

19 L 55 Glikuidon 1 1 1 0 1 1 0 0

20 L 57 Novorapid 1 1 0 1 1 1 0 0

21 L 56 Novorapid 1 1 1 1 1 1 1 1

Lantus 1 1 1 1 1 1 1 1

22 L 41 Metformin 1 1 1 1 1 1 1 1

Glimepirid 1 1 1 1 1 0 0 0

23 L 59 Actrapid 1 1 0 1 1 1 0 0

24 L 50 Actrapid 1 1 1 1 1 0 0 0

Glimepirid 1 1 1 1 1 0 0 0

Metformin 1 1 1 1 1 1 0 0

TOTAL 45 45 31 36 45 25 11 11

0 = Terdapat Interaksi Obat


Penilaian Ketepatan :
1 = Tepat Kerasionalan :
0 = Tidak Tepat 1 = Rasional
0 = Tidak Rasional
Penilaian Evaluasi Ketepatan :
1 = Memenuhi penilaian ketepatan
0 = Tidak memenuhi penilaian ketepatan

Tanpa Interaksi Obat :


1 = Tanpat Interaksi Obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


118

Lampiran 11. Hasil Penilaian Kerasionalan Berdsarkan Jumlah Pasien Diabetes


Melitus

No L/ Usia Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat cara Interaksi Evaluasi Kerasionalan
P dosis indikasi pasien obat pemberian obat

1 L 60 1 1 1 1 1 0 0 0

2 P 57 1 1 0 1 1 0 0 0

3 L 47 1 1 1 1 1 0 0 0

4 P 53 1 1 1 1 1 0 0 0

5 P 65 1 0 1 1 1 0 0 0

6 P 57 1 1 1 1 1 1 1 1

7 P 51 1 0 1 1 1 0 0 0

8 P 53 1 0 1 1 1 1 0 0

9 L 63 1 1 1 1 1 0 0 0

10 P 76 1 1 1 1 1 1 1 1

11 P 54 1 1 1 1 1 1 1 1

12 P 69 1 0 0 1 1 0 0 0

13 P 55 1 0 0 1 1 0 0 0

14 P 47 1 1 1 1 1 0 0 0

15 P 51 1 1 0 1 1 0 0 0

16 P 56 1 0 0 1 1 0 0 0

17 P 42 1 1 1 1 1 1 1 1

18 P 51 1 1 1 1 1 0 0 0

19 L 55 1 1 0 1 1 1 0 0

20 L 57 1 0 1 1 1 1 0 0

21 L 56 1 1 1 1 1 1 1 1

22 L 41 1 1 1 1 1 0 0 0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


119

23 L 59 1 0 1 1 1 1 0 0

24 L 50 1 1 1 1 1 0 0 0

TOTAL 5

Penilaian Ketepatan :
1 = Tepat
0 = Tidak Tepat

Penilaian Evaluasi Ketepatan :


1 = Memenuhi penilaian ketepatan
0 = Tidak memenuhi penilaian ketepatan

Tanpa Interaksi Obat :


1 = TanpaInteraksi Obat
0 = Terdapat Interaksi Obat

Kerasionalan :
1 = Rasional
0 = Tidak Rasional

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


120

Lampiran 12. Hasil Analisis Ketepatan Indikasi Menggunakan Contingency


Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan indikasi terhadap pemberian antidiabetik


pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara tepat indikasi dan pemberian antidiabetik. Untuk itu
tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun,
jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency
Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan
indikasi terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.

Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi- 9.811a 9 .366 .384
Square
Likelihood Ratio 12.935 9 .166 .297
Fisher's Exact Test 9.166 .382
Linear-by-Linear .698b 1 .403 .427 .219 .030
Association
N of Valid Cases 45
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .31.
b. The standardized statistic is .835.

Kesimpulan : Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai
nilai harapan kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat
dinyatakan sahih. Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,366. Hal ini berarti p >
0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan pengaruh bermakna
antara jenis antidiabetik dengan ketepatan indikasi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


121

Lampiran 13. Hasil Analisis Ketepatan Dosis Menggunakan Contingency


Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan dosis terhadap pemberian


antidiabetik pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara ketepatan dosis dan pemberian antidiabetik. Untuk
itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun,
jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency
Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan
dosis terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 45
a. No statistics are computed because Ketepatan_Dosis is a constant.

Kesimpulan :
Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan dosis sudah konstan
mencapai 100 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


122

Lampiran 14. Hasil Analisis Ketepatan Pasien Menggunakan Contingency


Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan pasien terhadap pemberian antidiabetik


pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara tepat pasien dan pemberian antidiabetik. Untuk itu
tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun,
jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency
Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan
pasien terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.

Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi- 13.914 9 .125 .134
Square
Likelihood Ratio 13.967 9 .123 .124
Fisher's Exact Test 11.831 .123
Linear-by-Linear 1.828b 1 .176 .200 .103 .022
Association
N of Valid Cases 45
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.16.
b. The standardized statistic is 1.352.

Kesimpulan : Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai
nilai harapan kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat
dinyatakan sahih. Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,134. Hal ini berarti p >
0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan pengaruh bermakna
antara jenis antidiabetik dengan ketepatan pasien

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


123

Lampiran 15. Hasil Analisis Ketepatan Obat Menggunakan Contingency


Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan obat terhadap pemberian antidiabetik


pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara ketepatan obat dan pemberian antidiabetik. Untuk
itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun,
jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency
Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan obat
terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 45
a. No statistics are computed because Ketepatan_Obat is a constant.

Kesimpulan :
Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan obat sudah konstan
mencapai 100 %.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


124

Lampiran 16. Hasil Analisis Ketepatan Cara Pemberian Menggunakan


Contingency Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan cara pemberian terhadap pemberian


antidiabetik pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara ketepatan cara pemberian dan pemberian
antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency
Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji
Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara
ketepatan cara pemberian terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value >
0,700.

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 45
a.statistics are computed because Ketepatan_Cara pemberian is a constant.

Kesimpulan :
Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan cara pemberian sudah
konstan mencapai 100 %.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


125

Lampiran 17. Hasil Analisis Interaksi Obat Menggunakan Contingency


Coefficient

Tujuan : Mengetahui pengaruh interaksi obat terhadap pemberian antidiabetik


pada pasien diabetes melitus

Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0
< 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada
hubungan berpengaruh antara interaksi obat dan pemberian antidiabetik. Untuk itu
tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun,
jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency
Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara tanpa interaksi
obat terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.

Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi- 19.721a 9 .020 .004
Square
Likelihood Ratio 25.841 9 .002 .003
Fisher's Exact Test 19.870 .002
Linear-by-Linear .651b 1 .420 .429 .226 .029
Association
N of Valid Cases 45
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.44.
b. The standardized statistic is -.807.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


126

Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency .552 .020 .004
Coefficient
N of Valid Cases 45

Kesimpulan :

Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai nilai harapan
kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat dinyatakan sahih.
Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,020. Hal ini berarti p < 0,05, sehingga H0
ditolak. Maka, terdapat hubungan yang bermakna antara jenis antidiabetik dengan
interaksi obat, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficent. Dari hasil
value nominal uji didapatkan angka 0,552 (< 0,700). Sehingga interaksi obat
memiliki pengaruh yang tidak begitu kuat terhadap penggunaan obat antidiabetik
terhadap pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


127

Lampiran 18. Total Pembiayaan Perbekalan Farmasi Pasien Diabetes Melitus


KJS periode April-Desember 2013

Biaya Obat Biaya Total Penggunaan Tarif INA


No DM BMHP Obat & BMHP CBG's Persentase
1 178,000 254,795 742,700 3,460,527 21%
2 3,000 226,319 553,500 2,259,199 24%
3 177,000 169,957 589,000 5,869,671 10%
4 16,000 159,699 292,000 2,259,199 13%
5 2,800 132,242 177,000 5,869,671 3%
6 4,100 95,487 314,000 2,259,199 14%
7 0 384,000 561,000 3,460,527 16%
8 381,000 386,294 1,037,550 2,259,199 46%
9 10,000 1,038,120 7,089,700 5,869,671 121%
10 1,400 474,260 815,500 2,259,199 36%
11 12,400 21,780 91,500 2,259,199 4%
12 0 65,899 143,000 1,670,142 9%
13 399,000 389,359 1,080,700 8,199,906 13%
14 19,600 0 124,000 6,579,238 2%
15 66,700 161,466 398,200 3,857,272 10%
16 17,200 289,806 1,034,304 5,366,225 19%
17 16,000 238,806 1,023,900 5,325,357 19%
18 381,000 438,237 862,000 2,004,736 43%
19 7,900 95,400 109,600 3,137,344 3%
20 47,200 331,355 2,623,000 2,785,456 94%
21 270 139,616 206,500 1,940,223 11%
22 47,200 86,526 549,600 2,968,589 19%
23 422,000 190,717 733,000 3,460,527 21%
TOT
AL 2,209,770 5,770,140 21,151,254 85,380,276 25%

Keterangan :
• Biaya obat DM : Biaya yang dikeluarkan hanya untuk penggunaan obat
diabetes melitus
• Biaya BMHP : Biaya yang dikeluarkan hanya untuk penggunaan bahan medis
habis pakai
• Total penggunaan obat & BMHP : Biaya keseluruhan (obat DM, obat lain, dan
BMHP)
• Tarif INA CBG’s : tarif standar yang telah ditentukan MENKES RI untuk
pasien KJS
• Persentase : Perbandingan total biaya yang dikeluarkan terhadap tarif INA
CBG’

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lampiran 19. Rekapitulasi Biaya Perbekalan Farmasi

No No RM Tanggal Perbekalan Farmasi


Obat/BMHP Jumlah Biaya Obat/BMHP Total Obat/BMHP Subtotal Obat Total
1 92027 12/5/2013 Vasofix No 18 1 30,250 30,250
Blood Set (TERUMO) 1 25,410 25,410
Ceftriaxone 2 11,344 22,689
Spuit 10 Cc 2 5,022 10,043 88,392 88,400

13/5/13 Ceftriaxone 2 11,344 22,689


Spuit 10 Cc 2 5,022 10,043
Candesartan 8 Mg 2 4,840 9,680
Bloodset 1 25,410 25,410
Asam Mefenamat 9 232 2,089
Amlodipine 3 1,760 5,280 75,191 76,000

14/5/13 Cefadroxil 4 1,109 4,435


Asam Mefenamat 4 232 928
11,344 22,689
Ceftriaxone 2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tramadol 100 Mg 2 8,450 16,900


Silk 1 Tap 1 58,564 58,564
Ketesse Inj 50 Mg 1 50,820 50,820
RL (Euromed) 1 10,980 10,980
NACL 500 Cc 1 10,010 10,010
Spinocan 26 1 37,510 37,510
Buvanest Spnal 0,5% 1 65,340 65,340
Hansaplast Plester 1 220 220

128
Spuit 2,5 Cc 1 3,207 3,207
Spuit 5 Cc 1 4,259 4,259
Spuit 10 Cc 1 5,022 5,022
Hibiscrub 5 L 1 306 306
Betadine 1 L 4,538 4,538
Handscoen No 7,5 3 16,335 49,005
Handscoen No 8 1 16,335 16,335
Kasa Gulung 40 X 80 16,940 16,940
Topi Operasi Sigma 3 1,331 3,993
Masker 3 1,331 3,993
Mess No 20 1 2,778 2,778 388,772 388,800

15/5/13 Ceftriaxone 2 11,344 22,688


Spuit 10 Cc 2 5,022 10,044
Tramadol 100 Mg 3 8,450 25,350
Aminoral 6 6,655 39,930 98,012 98,000

16/5/13 Aminoral 6 6,655 39,930


Amlodipin 5 Mg 2 1,760 3,520 43,450 43,500
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21/5/13 Acarbose 50 Mg Tab 9 1,186 10,674


Cilostazol 100 Mg 6 4,034 24,204
Levofloxacin 500 Mg 3 2,115 6,345 41,223 41,300

28/5/13 Cefadroxil 5 1,109 5,545

129
Asam Mefenamat 5 232 1,160 6,705 6,700

742,700
2 93627 3/6/2013 Infuset Terumo 18 17,303 17,303
Folly Catheter Fr18 1 21,296 21,296
Ringer Dextrose(Rd) Infus 1 12,013 12,013
Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689
Tramadol 100 Mg Inj 2 8,450 16,900
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,417 4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Metformin 500 6 240 1,439
Ambroxol 30 Mg 6 165 990 111,978 112,000

4/6/2013 Stesolid 5 Mg 8 1,910 15,277 15,277 15,500

4/6/2013 Vasofix No. 22 1 30,250 30,250


Vasofix No.24 1 30,250 30,250 60,500 61,000

5/6/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ambroxol Syrup 1 9,075 9,075


Metformin 500 6 240 1,439
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 4 10,890 43,560
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,022 20,086 119,537 120,000

6/6/2013 Ketorolac Inj 30 Mg 6 17,642 105,851

130
Prorenal 6 7,260 43,560
Asam Folat 1 Mg(Anelat) 6 174 1,043
Bic. Natric 500 Mg 6 275 1,650
Caco3 500mg 6 507 3,043
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,207 19,239 174,385 175,000

6/6/2013 Vasofix No. 22 1 30,250 30,250 30,250 31,000

7/6/2013 Folly Catheter Fr16 1 27,225 27,225


Urine Bag 1 6,050 6,050
Spuit 10 Cc 1 5,022 5,022 38,297 39,000

3 93555 4/6/2013 Ondansentron Inj 4 Mg 6 8,470 50,820 553,500


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,207 19,239
Ambroxol Syrup 1 9,075 9,075 79,134 80,000

5/6/2013 Rl Widatra 500 Ml 4 5,720 22,880


Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ranitidin injeksi 4 3,392 13,570


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826
Vasofix No 20 1 30,250 30,250 146,780 147,000

7/6/2013 Dextrose 10%500ml 3 11,369 34,106


Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377

131
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Ondansentron Inj 4 Mg 6 8,470 50,820
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,207 19,239
Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826 192,974 193,000

8/6/2013 Furosemida Inj 2 2,420 4,840


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Spironolactone 25 Mg Tab 2 382 763
Captopril 12,5 Mg 3 99 297
Digoxin 0.25 Mg 2 157 315 12,628 13,000

9/6/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377


Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Vasofix No 20 1 30,250 30,250 92,664 93,000

9/6/2013 Azithromycin 500 Mg Tab 2 12,100 24,200


Laktulosa 120 Ml 1 38,720 38,720 62,920 63,000

589,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 94357 17/6/13 Dextrose 10 % 3 5,700 17,100


Spuit 3 Cc 3 3,233 9,699
Ondancetron 2 12,700 25,400
Ranitidine 2 3,400 6,800
Spuit 3 Cc 2 3,500 7,000
Infus Dekstrose 10 % 3 11,666 35,000

132
Ondansetron Inj 4 8,250 33,000
Ranitidin Inj 3 3,666 10,998
Ceftriaxone Inj 2 11,500 23,000
Aquadest 2 1,500 3,000
Infus D 40 2 2,000 4,000
Spuit 3 Cc 5 3,200 16,000
Spuit 5 Cc 5 4,400 22,000
Infus Set 1 18,000 18,000
Cathy 1 30,000 30,000
Kanul O2 1 19,000 19,000 279,997 280,000

18/6/13 OBH Syr 1 7,000 7,000


Ranitidin 2 300 600
Amlodipin 2 2,200 4,400 12,000 12,000

292,000
5 94422 17/6/13 Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 1 5,720 5,720
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lodem 30 Tab (Bpjs) 2 1,210 2,420


Furosemida Inj 2 2,420 4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Bisoprolol Fumarat 1 2,688 2,688
Spironolactone 25 Mg Tab 2 382 763 95,808 96,000

133
18/6/13 Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 2 5,720 11,440
Furosemida Inj 2 2,420 4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413 22,693 23,000

20/6/13 Rl Widatra 500 Ml 4 5,720 22,880


Furosemida Inj 2 2,420 4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Bisoprolol Fumarat 1 2,688 2,688
Spironolakton 100 Mg Tab 1 1,161 1,161 37,982 38,000

20/6/13 Inh 300 Mg 3 94 281


Rifampicin 450 Mg 3 871 2,614
Pyrazinamide 500 Mg 6 257 1,544 4,439 5,000

21/6/13 Inh 300 Mg 10 935


Rifampicin 450 Mg 10 8,712
Pyrazinamide 500 Mg 20 5,148 14,795 15,000

177,000
6 44331 2013/6/12 Gliquidone 30 Mg 3 711 2,132
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bic. Natric 500 Mg 9 275 2,475


Caco3 500mg 9 507 4,564
Asam Folat 1 Mg(Anelat) 9 174 1,564
Ondansentron 4 Mg Tab 9 1,694 15,246
Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 6 290 1,742
Spironolactone 25 Mg Tab 3 382 1,145

134
Valsartan 80 3 4,400 13,200 42,068 43,000

2013/6/26 Rl(Euromed/Otsuka)500ml 1 10,890 10,890


Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Ondansentron Inj 4 Mg 1 8,470 8,470
Piralen Inj 2 6,655 13,310
Cefotaxim 1 Gr Inj 2 9,149 18,297
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,417 4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,207 9,620
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Amlodipin 5 Mg 5 1,760 8,800 129,875 130,000

2013/6/27 Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 2 5,720 11,440


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,207 19,239
Cefotaxim 1 Gr Inj 4 9,149 36,595
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Hyperil 2.5 Mg 2 5,344 10,688
Spironolactone 25 Mg Tab 2 382 763 95,762 96,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013/6/27 Obh 100 Ml Syr 1 6,050 6,050


Glimepiride 1 Mg 2 956 1,912
Bic. Natric 500 Mg 6 275 1,650

Asam Folat 1 Mg(Anelat) 6 174 1,043 10,655 11,000

135
2013/6/28 Hyperil 2.5 Mg 3 5,344 16,031 16,031 17,000

2013/6/28 Amlodipin 5 Mg 3 1,760 5,280 5,280 6,000

2013/6/28 Ondansentron 4 Mg Tab 6 1,694 10,164 10,164 11,000

314,000
7 96941 3/8/2013 Adrenalin 1 Mg 3 3,666 10,998
SA 1 4,000 4,000
Spuit 4 3,250 13,000
Threeway 1 28,000 28,000
Nacl 0.9 % 4 5,500 22,000
Microdrip 1 94,000 94,000
Catheter 1 28,000 28,000
Aquadest 2 2,500 5,000
Spuit 1 5,000 5,000
Xilocain 1 73,000 73,000
Urine Bag 1 4,000 4,000
Dextrose 5 % 5 10,200 51,000
3,333 9,999
Spuit 3 Cc 3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ranitidine 4 3,500 14,000


Spuit 3 Cc 4 3,250 13,000
Ceftriaxone 4 11,500 46,000
Spuit 5 Cc 2 9,000 18,000
Paracetamol 6 166 996
Ranitidine Inj 2 3,500 7,000

136
Ceftriaxone Inj 2 11,500 23,000
Aquadest 1 3,000 3,000
Nacl Infus 3 5,666 17,000
Venflon No 20 1 30,000 30,000
Infus Set 1 18,000 18,000
Spuit 1 Cc 1 5,000 5,000
Spuit 3 Cc 2 7,000 7,000
Spuit 5 Cc 2 9,000 9,000
Domperidone Tab 5 400 2,000
560,993 561,000
8 97110 8/8/2013 Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 2 10,890 21,780
Sod Chlor (Nacl) 500cc Eur/Ots 3 10,010 30,030

Cefoperazone+Sulbactam Inj 2 133,100 266,200


Urine Bag 1 6,050 6,050
Xylocain Gel 30 Gr 1 72,600 72,600
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,022 5,022
Aquabidest 25 Cc Inj 1 2,420 2,420
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161 1 19,360 19,360

Aminoral 6 7,260 43,560


Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,417 4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518 542,029 543,000

137
2013/8/8 Folly Catheter Fr16 1 27,225 27,225 27,225 28,000

2013/8/8 Rl(Euromed/Otsuka)500ml 3 10,890 32,670


Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689 62,143 63,000

2013/8/8 Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043
Spuit 1 Cc Insulin 1 4,417 4,417 25,713 26,000

2013/8/9 Novalgin Inj 2 13,915 27,830 27,830 28,000

2013/8/10 Rl(Euromed/Otsuka)500ml 4 10,890 43,560


Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037 132,370 133,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013/8/10 Aminoral 6 7,260 43,560 43,560 44,000

2013/8/12 Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 4 5,720 22,880


Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826

138
Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Aminoral 6 7,260 43,560 155,250 156,000

2013/8/12 Alprazolam 0,5 Mg 1 644 644 644 650

2013/8/13 Omeprazole 20 Mg 4 483 1,932


Antasida Syr 1 4,235 4,235 6,167 6,200

2013/8/16 Meloxicam 7.5 10 913 9,130


Paracetamol 500 Mg 5 77 385

1,037,550
Diazepam 2 Mg 5 29 143 9,658 9,700

9 98571 2013/9/4 Aminofluid Infus 500 Ml 1 131,769 131,769


Furosemida Inj 1 2,420 2,420
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 1 3,207 3,207
Pedab 80 Mg 3 1,634 4,901
Acarbose 100 Mg Tab 4 1,912 7,647
Ksr 3 2,948 8,844
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Heptasan 3 224 673


Cefixime 100 Mg 4 3,161 12,646
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 2 10,890 21,780 241,439 242,000

139
2013/9/5 Rl(Euromed/Otsuka)500ml 3 10,890 32,670
Kcl 25meg 6 2,640 15,840
Sod Chlor (Nacl) 100cc 3 11,011 33,033
Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043
Furosemida Inj 2 2,420 4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Aminofluid Infus 500 Ml 1 131,769 131,769 443,456 444,000

2013/9/5 Ksr 4 2,948 11,792


Pronicy 2 212 425
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410 37,627 38,000

2013/9/5 Albuman 20% 100 Ml (Gakin) 1 990,000 990,000 990,000 990,000

2013/9/6 Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848


Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,022 20,086
Pankreonflat 6 3,158 18,949
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dexamethason 0.5 Mg 6 55 330 256,731 257,000

2013/9/7 Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848


Spuit 10 Cc 2 5,022 10,043
Spuit 10 Cc 2 5,022 10,043
Asam Traneksamat 500 Mg 6 1,150 6,897 235,831 236,000

140
2013/9/8 Antasida Syr 1 4,235 4,235 4,235 5,000

2013/9/8 Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848


Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518 217,367 218,000

2013/9/8 Aminofluid Infus 500 Ml 1 131,769 131,769


Bifotik 1 Gram (Bpjs 4 104,424 417,696
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Pankreonflat 6 3,158 18,949
Asam Traneksamat 500 Mg 6 1,150 6,897
58,922
2013/9/8 Kcl 25meg 3 2,640 7,920
Spuit 20 Cc (Terumo ) 3 9,680 29,040
Feeding Tube [Ngt] Fr20 1 21,962 21,962 710,191 711,000

2013/9/10 Antasida Syr 1 4,235 4,235


Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,509 14,036
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Feeding Tube [Ngt] Fr16 1 21,780 21,780


Catheter Tip 1 39,930 39,930 93,551 94,000

2013/9/10 Albuman 20% 100 Ml (Gakin) 1 990,000 990,000 990,000 990,000

2013/9/11 Ulsicral 100ml Syr 1 45,375 45,375

141
Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs) 3 3,377 10,131

Spuit 5 Cc (Terumo) 3 4,259 12,778


Vit K3 Inj 3 3,449 10,346
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,509 10,527
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410
Sod Chlor (Nacl) 500cc Eur/Ots 1 10,010 10,010

Vasofix No 20 1 30,250 30,250 154,826 155,000

2013/9/12 Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,627 22,506


Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Furosemida Inj 2 2,420 4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,509 7,018
Ksr 6 2,948 17,688
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,509 14,036 297,024 298,000

2013/9/12 Enzyplex Tab 6 902 5,412 5,412 5,500


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013/9/12 Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 2 5,720 11,440


Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs) 6 3,377 20,262

Spuit 5 Cc (Terumo) 6 4,259 25,555


Vit K3 Inj 6 3,449 20,691
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,509 21,054

142
Omeprazole Inj 2 96,800 193,600
Spuit 10 Cc 2 5,627 11,253 303,855 304,000

2013/9/13 Vitazym 6 486 2,917 2,917 3,000

2013/9/14 Kcl 25meg 3 2,640 7,920


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,627 16,880
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 3 10,890 32,670
Aminofluid Infus 500 Ml 1 131,769 131,769
Asam Traneksamat 250 Injeksi 3 7,260 21,780
Spuit 5 Cc (Terumo) 3 4,259 12,778
Omeprazole Inj 2 96,800 193,600
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253 428,649 429,000

2013/9/14 Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,627 22,506


Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,509 14,036
Bifotik 1 Gram 2 174,041 348,082
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Furosemida Inj 2 2,420 4,840


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,509 7,018 421,304 422,000

2013/9/15 Urine Bag 2 6,050 12,100


Folly Catheter Fr16 1 27,225 27,225
Xylocain Gel 30 Gr 1 72,600 72,600

143
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,627 5,627
Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Kcl 25meg 2 2,640 5,280
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410 183,332 184,000

2013/9/15 Pumpitor Injeksi (Kjs) 2 86,321 172,643


Spuit 10 Cc 2 5,627 11,253
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,509 7,018
Kcl 25meg 1 2,640 2,640
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,627 5,627
Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848
Spuit 10 Cc 3 5,627 16,880 431,693 432,000

2013/9/16 Enzymplex Tab 50 9 902 8,118 8,118 8,200

2013/9/16 Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 3 5,720 17,160


Vasofix No 20 1 30,250 30,250
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs) 9 3,377 30,393

Spuit 5 Cc (Terumo) 9 4,259 38,333


Vit K3 Inj 9 3,449 31,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 9 3,509 31,581
Pumpitor Injeksi 2 86,321 172,643
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253 362,649 363,000

144
2013/9/16 Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,627 16,880
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,509 7,018
Bifotik 1 Gram (Bpjs 2 104,424 208,848
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Furosemida Inj 1 2,420 2,420
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,509 10,527 260,996 261,000

7,089,700
10 103243 2013/12/2 Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Dextrose 40% 2 1,980 3,960
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 2 10,890 21,780
Dextrose 10%500ml 1 11,369 11,369
Feeding Tube [Ngt] Fr16 1 23,958 23,958
Folly Catheter Fr18 1 21,296 21,296
Urine Bag 1 7,744 7,744
Xylocain Gel 30 Gr 1 72,600 72,600
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161 1 19,360 19,360
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mask Non Rebrething [1059] 1 78,650 78,650


Dextrose 500cc Euromed 1 10,010 10,010
Aquabidest 25 Cc Inj 1 2,420 2,420 320,700 321,000

2013/12/2 Asam Traneksamat 250 Injeksi 1 7,260 7,260


Vit K3 Inj 1 3,449 3,449

145
Ranitidin Injeksi 1 3,392 3,392
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo ) 1 3,509 3,509
Spuit 5 Cc (Terumo) 1 4,259 4,259
Dopamin Guilini 200 Mg 1 67,397 67,397
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,627 5,627
Microdrip 1 93,533 93,533
Threeway Catheter Stop Cock 1 27,951 27,951 216,377 217,000

2013/12/3 Asam Traneksamat 250 Injeksi 1 7,260 7,260


Vit K3 Inj 1 3,449 3,449
Ranitidin Injeksi 1 3,392 3,392
Omeprazole Inj 1 96,800 96,800
Cefoperazone+Sulbactam Inj 1 133,100 133,100
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,840 4,840
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo ) 3 3,509 10,527 276,405 277,000

815,500
11 104519 28/12/13 Metformin 500 Mg 2 240 480 480 500
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29/12/13 Ranitidin 150 Mg 2 290 581


Mecobalamin 250 Mg 2 635 1,269
Methyl Prednisolon 2 646 1,291
KSR 6 2,948 17,688
Metformin 500 Mg 6 240 1,439
RL (Buromed) 2 10,890 21,780

146
Glimepiride 2 Mg 3 1,896 5,689 49,738 50,000

Valsartan 160 Mg 4 6,710 26,840


Amlodipin 10 Mg 4 2,329 9,315
Metformin 500 Mg 4 240 959
Glimepiride 2 Mg 2 1,896 3,793 40,907 41,000

91,500
12 91103 2/5/2013 Cefotaxim 2 9,150 18,300
Disposable Set 2 4,300 8,600
Ranitidine Tab 4 300 1,200
Betahistin 6 1,150 6,900
Omeprazole 4 500 2,000
Dramamin 6 1,100 6,600
Dextrose 5% 3 3,800 11,400
55,000 55,000
1/5/2013 Cefotaxim 2 9,150 18,300
Spuit 5 Cc 2 4,300 8,600
Aquades 25 Ml Vial 1 6,100 6,100
RL 3 5,733 17,199
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NACL 500 Ml 1 5,400 5,400


Bloodset 1 25,400 25,400 80,999 81,000

3/5/2013 Asam Mefenamat 6 333 1,998


Dramamin 6 500 3,000 4,998 5,000

147
5/5/2013 Ciprofloxacin 10 200 2,000 2,000 2,000

143,000
13 94952 26/6/13 Folly Catheter Fr18 1 21,296 21,296

Xylocain Gel 30 Gr 1 72,600 72,600


Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,022 5,022
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 3 10,890 32,670
Amlodipin 10 Mg 1 2,329 2,329
Valsartan 160 Mg Tab 1 6,710 6,710
Isosorbid Dinitrat 5 Mg 6 107 640
Spironolactone 25 Mg Tab 1 382 382
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo ) 5 3,207 16,033
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Novorapid Flexpen Inj 1 176,091 176,091
Novopen Nedle 3 2,420 7,260
Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161 1 19,360 19,360
Urine Bag 1 6,050 6,050
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Infuset Terumo 1 17,303 17,303


Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Furosemida Inj 3 2,420 7,260 464,087 465,000

26/6/13 Laxadine 110 Ml Syr 1 41,745 41,745 41,745 42,000

148
26/6/13 Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410
Sod Chlorida 500 Ml (Widatra) 2 5,390 10,780 36,190 37,000

27/6/13 Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377


Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840 67,254 68,000

27/6/13 Novopen Nedle 4 2,420 9,680


Spironolactone 25 Mg Tab 2 382 763
Valsartan 80 2 4,400 8,800
Furosemida Inj 4 2,420 9,680
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo ) 4 3,207 12,826
Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826 68,145 69,000

27/6/13 Novopen Nedle 1 2,728 2,728 2,728 3,000

27/6/13 Levemir Flex Phen Inj 1 213,163 213,163 213,163 214,000


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28/6/13 Amlodipin 10 Mg 2 2,329 4,657 4,657 4,700

28/6/13 Rl(Euromed/Otsuka)500ml 4 10,890 43,560


Vasofix No 20 1 30,250 30,250 73,810 74,000

29/6/13 Furosemide 40 Mg 2 72 143

149
Amlodipin 10 Mg 2 2,329 4,657 4,800 5,000

30/6/13 Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 4 290 1,162


Amlodipin 10 Mg 2 2,329 4,657
Valsartan 80 2 4,400 8,800
Spironolactone 25 Mg Tab 2 382 763
Furosemide 40 Mg 3 72 215 14,597 15,000

5/7/2013 Valsartan 80 5 4,400 22,000


Bisoprolol Fumarat 4 2,688 10,754
Spironolactone 25 Mg Tab 5 382 1,909
Glimepiride 2 Mg 5 1,896 9,482 44,145 45,000

8/7/2013 Candesartan 16mg Tab 5 7,260 36,300


Furosemide 40 Mg 5 72 358
Isosorbid Dinitrat 5 Mg 15 107 1,601 38,259 39,000

1,080,700
14 65535 1/7/2013 Lodem 30 Tab (Bpjs) 4 1,210 4,840
Amlodipin 5 Mg 4 1,760 7,040
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asam Folat 1 Mg(Anelat) 9 174 1,564


Isosorbid Dinitrat 5 Mg 24 107 2,561
Valsartan 80 4 4,400 17,600 33605 34,000

1/7/2013 Spironolakton 100 Mg Tab 3 1,161 3,482


Bisoprolol Fumarat 4 2,688 10,754

150
Bic. Natric 500 Mg 9 275 2,475
Noverty Tab (Bpjs) 9 418 3,762 20833 21,000

1/7/2013 Ondansentron 8 Mg Tab 9 6,050 54,450


Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 6 290 1,742
Furosemide 40 Mg 4 72 286 56478 57,000

2/7/2013 Lansoprazole 2 1,982 3,964 3964 4,000

5/9/2013 Furosemide 40 Mg 20 72 1,430


Isosorbid Dinitrat 5 Mg 60 107 6,402 7832 8,000

124,000
15 098124 27/8/2013 Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Rl 500ml 1 10,890 10,890
Ondansentron 8 Mg Inj 1 8,800 8,800
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 5 3,207 16,033 90,060 91,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26/8/2013 Selang O2 Dws 1 19,360 19,360


Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410
Rl 500ml 2 10,890 21,780 96,800 97,000

28/8/2013 Glimepiride 2 Mg 2 1,896 3,793

151
Metformin 500 4 240 959
Domperidon 10 Mg 6 458 2,746
Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 4 290 1,162 8,659 8,700

28/8/2013 Ambroxol 30 Mg 6 165 990 990 1,000

30/8/2013 Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 4 290 1,162


Domperidon 10 Mg 6 458 2,746 3,907 4,000

30/8/2013 Rifampicin 450 Mg 10 871 8,712


Pyrazinamide 500 Mg 20 257 5,148
Vit B6 10mg 10 11 110
Metformin 500 20 240 4,796
Inh 100 Mg 30 107 3,201 21,967 22,000

6/9/2013 Rifampicin 450 Mg 10 871 8,712


Inh 300 Mg 10 94 935
Pyrazinamide 500 Mg 20 257 5,148
Glimepiride 2 Mg 10 1,896 18,964
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metformin 500 20 240 4,796


Domperidon 10 Mg 9 458 4,118 42,673 43,000

18/9/2013 Rifampicin 450 Mg 10 871 8,712


Inh 300 Mg 10 94 935
Pyrazinamide 500 Mg 15 257 3,861

152
Metformin 500 20 240 4,796
Glimepiride 1 Mg 10 956 9,559 27,863 28,000

4/10/2013 Rifampicin 450 Mg 28 871 24,394


Inh 300 Mg 28 94 2,618
Pyrazinamide 500 Mg 42 257 10,811
Asam Mefenamat 9 232 2,089 39,911 40,000

4/10/2013 Glimepiride 1 Mg 4 956 3,824


Glumin Xr 500 Mg 8 1,876 15,004 18,828 19,000

8/10/2013 Asam Mefenamat 500 15 232 3,482 3,482 3,500

8/11/2013 Rifampicin 600 Mg 15 1,023 15,345


Inha 400 Mg 15 666 9,983 25,328 26,000

29/11/13 Rifampicin 600 Mg 10 1,023 10,230


Inh 300 Mg 10 94 935
Inh 100 Mg 10 107 1,067
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asam Mefenamat 10 232 2,321 14,553 15,000

398,200
16 082417 1/9/2013 Trichodazole Inf 500 2 99,811 199,623
Ketesse Inj 50mg 3 57,288 171,864
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 2 4,979 9,957
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,661 16,982

153
Nonflamin 10 4,592 45,917 444,343 445,000

2/9/2013 Rl 500ml 4 12,276 49,104 49,104 49,104

2/9/2013 Glimepiride 3 Mg 3 2,586 7,758


Metformin 500 9 240 2,158 9,917 10,000

2/9/2013 Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,022 15,065


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,207 9,620
Omeprazole Inj 1 96,800 96,800
Nedle 23g 3 1,331 3,993
Rl 500ml 2 10,890 21,780
Sod Chlor (Nacl) 2 10,010 20,020
Ketesse Inj 50mg 3 50,820 152,460 319,737 32,000

3/9/2013 Novopen Nedle 5 2,420 12,100 12,100 12,100

3/9/2013 Ketesse Inj 50mg 3 50,820 152,460


Metronidazole Inf 3 38,843 116,530
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,022 15,065


Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,207 9,620
Spuit 5 Cc (Terumo) 3 4,259 12,778
Rl 500ml 3 10,890 32,670
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410 394,781 395,000

154
4/9/2013 Ketesse 25 Mg 6 7,865 47,190 47,190 48,000

7/9/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Trichodazole 500mg 2 34,508 69,016
Ketorolac Inj 30 Mg 3 17,642 52,925
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,207 9,620
Nedle 23g 3 1,331 3,993 168,286 169,000

8/9/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Metformin 500 9 240 2,158
Trichodazole 500 2 34,508 69,016 93,863 94,000

8/9/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253
Asam Mefenamat 500 9 232 2,089 36,031 37,000

10/9/2013 Metformin 500 6 240 1,439


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepiride 2 Mg 3 1,896 5,689 7,128 7,200

10/9/2013 Asam Mefenamat 500 9 232 2,089 2,089 2,100

12/9/2013 Ciprofloxacin 500 6 399 2,396


Viliron 6 230 1,379 3,775 3,800

155
1,034,304
17 98419 11/9/2013 Glimepiride 2 Mg 5 1,896 9,482
Metformin 500 15 240 3,597 13,079 13,100

23/9/13 Diazepam 2 Mg 5 34 171 171 200

27/9/13 Vasofix No 20 1 30,250 30,250


Levofloxacin Infus 4 99,825 399,300
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,627 22,506
Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 2 10,890 21,780
Metformin 500 2 240 480 491,619 492,000

29/9/13 Metformin 500 10 240 2,398 2,398 2,400

29/9/13 Ciprofloxacin Inf 2 75,240 150,480


Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Bloodset (Terumo) 1 25,410 25,410 206,140 207,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30/9/13 Ceftriaxone 1 Gr Inj 4 11,344 45,377


Asam Traneksamat 250 Injeksi 3 7,260 21,780
Pronalges Supp 6 12,705 76,230 67,157 68,000

30/9/13 Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,840 4,840


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 4 5,627 22,506

156
Spuit 5 Cc (Terumo) 3 4,259 12,778
Dextrose 500cc Euromed 2 10,010 20,020
Sod Chlorida 500 Ml (Widatra) 2 5,390 10,780 70,924 71,000

1/10/2013 Haenostop 500mg/5ml (Bpjs) 3 4,719 14,157


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,627 16,880
Spuit 5 Cc (Terumo) 3 4,259 12,778
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,840 4,840
Vasofix No 20 1 30,250 30,250 78,904 79,000

2/10/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253
Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840 38,782 39,000

3/10/2013 Cefadroxil 500 Mg 6 1,109 6,653


Asam Mefenamat 500 Mg Gen 6 232 1,393 8,045 8,100

7/10/2013 Ciprofloxacin 500 Mg 6 399 2,396


Asam Mefenamat 500 Mg Gen 6 232 1,393
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dulcolax 4 1,076 4,303 8,092 8,100

11/10/2013 Ciprofloxacin 500 Mg 10 399 3,993


Ketesse 25 Mg 4 7,865 31,460 35,453 36,000

1,023,900
18 088616 28/11/2013 Citicholin Inj 250 Mg 2 18,150 36,300

157
Rl(Euromed/Otsuka)500ml 2 10,890 21,780
Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161 1 19,360 19,360
Feeding Tube [Ngt] Fr18 1 21,962 21,962
Folly Catheter Fr18 1 21,296 21,296
Urine Bag 1 7,744 7,744
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 1 5,627 5,627
Aquabidest 25 Cc Inj 1 2,420 2,420
Manitol 20% Inf (Ots) 1 83,331 83,331
Asam Tranexamat 500 Mg Inj 1 8,470 8,470
Vit K3 Inj 1 3,449 3,449
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo ) 2 3,509 7,018
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518 294,826 295,000

29/11/2013 Ceftriaxone 1 Gr Inj 5 11,344 56,722


Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm) 1 4,840 4,840
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Novopen Nedle 5 2,892 14,460
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Citicholin Inj 250 Mg 4 18,150 72,600


Catheter Tip 1 39,930 39,930
Manitol 20% Inf 1 79,541 79,541
Paracetamol 500 Mg 6 182 1,089
Amlodipin 10 Mg 2 2,329 4,657 290,875 291,000

158
29/13/2013 Rl 500ml 3 10,890 32,670
Vasofix No 20 1 30,250 30,250 62,920 63,000

30/11/2013 Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,627 11,253


Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
Simvastatin 10 Mg 2 678 1,355 21,127 22,000

30/11/2013 Meylon Inj 25 Ml 3 6,820 20,460


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 3 5,627 16,880
Rl 500ml 3 10,890 32,670 70,010 71,000

30/11/2013 Simvastatin 10 Mg 6 678 4,066


Ketosteril 6 7,986 47,916
Microdrip (Hospira) 1 64,372 64,372 116,354 117,000

30/11/2013 Ascardia 80 Mg 2 908 1,815


Paracetamol 500 6 182 1,089 2,904 3,000

862,000
19 103496 10/12/2013 Rl 500ml 6 10,890 65,340
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dextrose 500cc 3 10,010 30,030 95370 95,400

Levofloxacin 500 3 2,115 6,346


Glimepiride 2 Mg 3 1,896 5,689
Metformin 500 9 240 2,158 14,193 14,200

109,600

159
20 92265 10/5/2013 Citicholin Inj 250 Mg 4 18,150 72,600
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518 81,118 82,000

Piracetam Inj 3 Gr 2 22,579 45,157


Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043 55,200 56,000

Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Spuit 1 Cc Insulin 100 1 4,417 4,417
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043
Paracetamol 500 Mg 9 77 693 44,626 45,000

Novorapid Flexpen Inj 1 176,091 176,091


Novopen Nedle 2 2,420 4,840 180,931 181,000

Rl Widatra 500 Ml 1 5,720 5,720


Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Vasofix No 20 1 27,830 27,830
Xylocain Gel 30 Gr 1 72,600 72,600
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Folly Catheter Fr18 1 21,296 21,296


Urine Bag 1 6,050 6,050 150,799 151,000

Citicholin Inj 250 Mg 2 18,150 36,300


Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785

160
Piracetam Inj 3 Gr 4 22,579 90,314
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs) 3 5,720 17,160
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 2 3,207 6,413
Spuit 20 Cc (Terumo ) 4 9,650 38,601
Nedle 23g 4 1,331 5,324 240,623 241,000

Folavit 400 10 774 7,744


Novorapid Flexpen Inj 1 176,091 176,091
Lantus Solostar 1 204,522 204,522
Novopen Nedle 10 2,420 24,200 412,557 413,000

Paracetamol Infus 3 54,450 163,350 163,350 164,000

Ulsicral 100ml Syr 1 45,375 45,375 45,375 46,000

Rl Widatra 500 Ml 3 5,720 17,160


Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689
Paracetamol Infus 3 54,450 163,350 203,199 204,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Furosemida Inj 2 2,420 4,840 4,840 4,900

Simvastatin 10 Mg 3 678 2,033 2,033 2,100

Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689

161
Paracetamol Infus 4 54,450 217,800
Citicholin Inj 250 Mg 8 18,150 145,200
Spuit 10 Cc ( Terumo ) 2 5,022 10,043
Spuit 5 Cc (Terumo) 4 4,259 17,037
Aquabidest 25 Cc Inj 2 2,420 4,840
Rl Widatra 500 Ml 3 5,720 17,160 434,768 435,000

Sanmol Infus 2 69,850 139,700 139,700 140,000

Ceftriaxone 1 Gr Inj 2 11,344 22,689


Citicholin Inj 250 Mg 8 18,150 145,200
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 3 3,207 9,620 177,508 178,000

Sanmol Infus 4 69,850 279,400 279,400 280,000

2,623,000
21 8422 25/5/2013 Rl Widatra 500 Ml 3 5,720 17,160
Ranitidin Injeksi 2 3,392 6,785
Piralen Inj 3 6,655 19,965
Spuit 5 Cc (Terumo) 2 4,259 8,518
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antasida Syr 1 4,235 4,235


Infuset Terumo 1 17,303 17,303
Vasofix No 20 1 30,250 30,250
104,216 105,000
Rl Widatra 500 Ml 6 5,720 34,320
Ranitidin Injeksi 4 3,392 13,570

162
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 4 3,207 12,826
Clopramel 10mg Inj 6 2,530 15,180
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc 6 3,207 19,239
Antasida Syr 1 4,235 4,235 99,370 100,000

Glibenclamid 5 Mg 4 65 260
Ranitidin 150 Mg (Bpjs) 4 290 1,162 1,421 1,500

206,500
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

163
164
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
165
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
166
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai