Anda di halaman 1dari 25

ALKILASI BENZEN DAN DODEKEN MENJADI DODEKILBENZEN

Diajukan sebagai Tugas Kuliah Proses Industri Kimia II


DOSEN PEMBIMBING:
Gita Indah Budiarti S.T.,M.T

Disusun Oleh
1. Safika Nur R 1600020017
2. Bella Amalia 1600020028
3. Firda Maghfiratul H 1600020047
4. Niken Dwi Astuti 1600020057
5. Olga Rahmayudhi 1600020058
6. Sinta Dewi A Said 1600020036
7. Bayu Adhitya 1600020026
8. Baiq Alma Nurma 1600020050
9. Mustika Sari 1600020066

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri


Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2018
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... .. i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... . ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. . 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... . 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... . 2

C. Tujuan ....................................................................................................... . 2

D. Manfaat ...................................................................................................... . 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ . 3

A. Pengertian Tenaga Surya ............................................................................ . 3

B. Potensi Tenaga Surya .................................................................................. . 4

C. Teknologi Tenaga Surya ............................................................................. ..6

D. Manfaat Tenaga Surya ................................................................................ .8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... ..9

A. Kesimpulan ............................................................................................... ..9

B. Saran .......................................................................................................... ..9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... ..10

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Yogyakarta, 19 Mei 2018

Penulis,

iii
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin pesat
mengakibatkan bertumbuhnya pula kebutuhan hidup masyarakat. Dalam
pemenuhannya pun manusia harus senantiasa memperhatikan kebersihan
lingkungan sekitar. Surfaktan menjadi salah satu komponen terpenting
dalam kebersihan lingkungan manusia. Salah satu karakter penting yang
dimiliki surfaktan adalah mengikat kotoran. Surfaktan yang sering
digunakan adalah SDS (Sodium Dodekil Sulfonat) yang terbuat dari bahan
baku LAB (Linear Alkil Benzen). Selain LAB, terdapat bahan baku lain
untuk pembuatan detergen seperti polydodecyl dan sintesis naftalen fenol.
Namun karena sifatnya yang mudah disulfonasi dan harganya yang lebih
murah dibanding bahan baku lain, dipilihlah LAB sebagai bahan baku
pembuatan detergen.
Linear Alkil Benzen adalah senyawa organik dengan rumus
molekul C6H5CnH2n+1. Pada umumnya, nilai n berkisar 10 hingga 16.
Untuk penggunaan pada detergen, umumnya digunakan C12-C15. LAB
merupakan produk menengah untuk memproduksi surfaktan. Sejak 1960
LAB telah digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan
biodegradable detergen. Jenis LAB yang kini sedang dikembangkan
adalah dodekilbenzen dimana bahan bakunya adalah dodeken dan benzen.
LAB nantinya akan diolah menjadi sodium dodekil sulfonat (SDS), yang
merupakan surfaktan pada berbagai produk seperti pembersih mesin
(engine degreaser), pembersih lantai, dan sampo mobil. SDS digunakan
dalam kadar rendah pada pasta gigi, sampo, dan busa pencukur. SDS
dipilih karena tidak bersifat karsinogenik dan bersifat biodegradable.

1
Melihat berbagai fungsi dan kebutuhan dodekilbenzen maka akan sangat
menguntungkan jika pabrik didirikan di Indonesia. Hal ini didukung oleh
produksi benzen yang melimpah di Indonesia sehingga dapat diolah untuk
memperoleh nilai jual yang lebih tinggi.

B. Rumusan Msalah
a. pengertian alkilasi?
b. apa saja bahan baku dan zat-zat dari alkilasi?
c. bagaimana kondisi operasi proses pembuatan dodekilbenzena dari
dodeken dan benzene?
d. Bagaimana proses pembuatan dodekilbenzena dari dodeken dan
benzene

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu alkilasi
b. Untuk mengetahui apa saja bahan baku dan zat zat dari alkilasi
c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan dodekilbenzena dari
dodeken dan benzene serta kondisi operasi dari proses tersebut

D. Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu alkilasi dan apa saja bahan baku
dan zat zat dari alkilasi
b. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan
dodekilbenzena dari dodeken dan benzene serta kondisi operasi dari
proses tersebut

2
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Alkilasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul
menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam
kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CR’R’------’ R-CH2-CHR’R
Reaksi alkilasi dengan katalis asam dimulai dengan pembentukan
ion karbonium (C+4H9 ) dengan mentransfer proton (H+) dari katalis asam
ke molekul umpan olefin, dan kemudian ion karbonium tersebut
berkombinasi dengan molekul jumpan isobutana untuk menghasilkan kation
tertier butil (iso C+ 8H9). Reaksi antara kation tertier butil tersebut dengan
umpan butilena-1 dan butilena-2 akan membentuk masing-masing ion
karbonium oktil (iso C+8H17) dengan dua cabang (dimetil) dan tiga cabang
(trimetil) yang selanjutnya akan bereaksi dengan molekul umpan isobutana
untuk menghasilkan produk alkilat isooktana yaitu masing-masing
bercabang dua dan tiga metal.

B. Bahan Baku Alkilasi


a. Zat-zat Pengalkilasi
1. Olefin : etilena, propilena, butilena
2. RH harus banyak karena olefin mudah mengalami polimerisasi
3. Alkohol ROH : metanol dan etanol
4. Digunakan pada pembuatan eter, isopropil eter, etil eter, naphtil metil
eter
5. Alkil Halogenida : R’X , sangat reaktif tetapi mahal
6. Alkil sulfat

3
Yang sering digunakan adalah dimetil sulfat, metil hydrogen sulfat dan
dietil sulfat.Alkil sulfat rantai panjang digunakan pada beberapa hal saja.
Dimetil sulfat sangat beracun dan harus ditangani secara hatihati. Alkil
sulfat digunakan untuk mendapatkan senyawa dialkil eter, alkil aril eter,
etil selulosa dan polivinil eter
b. Zat-zat yang Dialkilasi
1. Alkana
Pada umumnya alkana hanya dapat dialkilasi dengan olefin. Dalam
alkilasi alkana, perlu dibedakan dua kelompok :
 Alkana lurus : hanya bisa dilakilasi dengan mekanisme radikal
bebas, pada suhu tinggi
 Alkana bercabang : lebih mudah dialkilasi dengan mekanisme
ion.
2. Fase cair secara ionik
 Katalisator asam protonik sering digunakan jika isoparafin atau
aromatic cair dialkilasi dengan olefin
 Katalis berfungsi sebagai donor proton, untuk membentuk ion
karbonium
 Contoh: mekanisme reaksi isobutana dengan etilena
menggunakan katalis
 AlCl3

C. Kegunaan Dedokilbenzen
Dodekilbenzena (linier alkilbenzen) banyak digunakan sebagai bahan baku
industri sodium dodekilbenzena sulfonat, detergen, cleansing agents, dan
bahan dasar kosmetik sebagai surfactant kimia

4
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Proses Sintesis Dodekilbenzen

Proses Kelebihan Kekurangan


Dehidrogenasi n- Kemurnian dodeken Kemungkinan pelepasan
parafin yang dihasilkan dari HF (bahan beracun)
menjadi internal olefin dehidogrenasi Suhu tinggi (860 oF )
disertai dengan alkilasi Tinggi (98.2%) (US saat dehidrogenasi n-
benzene dengan katalis Patent No. prafin Konversi n-prafin
HF (UOP/HF n-Parafin 4000210) menjadi dodeken rendah
Process) (15.2-36.3%) (US
Patent No. 4000201)
Biaya operasi tinggi
Dehidrogenasi n- Kemungkinan Suhu tinggi ( 860 f)
parafin menjadi dodeken yang
internal olefin dihasilkan dari
dehidrogenasi

D. Deskripsi Proses
a. Spesifikasi Bahan baku

1. Benzen : Bentuk : cairan


Warna : tidak berwarna
Rumus kimia : C6H6
Berat molekul : 78,114 gr/mol
Titik didih normal : 80,1 0C
Densitas : 0,885 gr/cm3 (pada 20 0C)
Kemurnian : 99,96 %
Viskositas : 0,5312 cp
Komposisi bahan : 99,96 % C6H6

5
200 ppm C7H8
200 ppm H2O
(www.pertamina.com)
2. Dodeken
Bentuk : cairan
Warna : tidak berwarna
Rumus kimia : C12H24
Titik didih normal : 213,5 (°C)
Densitas pada : 0,75836 (gr/cm3)
20 °C
Kemurnian 18
: 96 % berat
Komposisi bahan : 96 % C12H24 ; 2 %C12H26; 2%
C14H28

b. Spesifikasi Bahan Pembantu

Hidrogen Fluorida (HF) :


Kenampakan : cair (pada 67 0 C, 1 atm)
Rumus kimia : HF
Berat molekul : 20,006 (gr/mol)
Titik didih normal : 67 0C
Densitas pada 250C : 0,958 gr/cm3

6
(http://ehs.unc.edu/pdf/HydrofluoricAcid)

c. Spesifikasi Produk

1. Dodekilbenzen
Wujud : cairan
Warna : tidak berwarna
Rumus kimia : C12H25C6H5
Berat molekul : 246,435 g/mol
Titik didih normal : 327,76 oC
Densitas : 0,88 g/cm3 ( pada
250C)
Komposisi bahan : 99,95 % C12H25
C6H5
2. Tetradekilbenzen
Bentuk : cairan, berkabut
Warna : jernih
Rumus kimia : C14H29C6H5
Berat molekul : 274,489 (g/mol)
Titik didih normal : 354,16 (oC)
Spesific gravity : 0,8565
(http://physchem.ox.ac.uk.MSDS)

7
E. Konsep Proses
a. Dasar Reaksi
Reaksi pembentukan dodekilbenzen dari benzen dan dodeken tergolong
dalam reaksi alkilasi benzen dan dodeken menggunakan katalis asam
fluoride (HF.) Reaksi utama yang terjadi adalah

Dengan yield (rasio mol dodekilbenzen terhadap dodeken) adalah 95 %

d. Kondisi Operasi
Reaksi pembentukan dodekilbenzen dari benzen dan dodeken dengan
katalis HF merupakan reaksi alkilasi, dijalankan di dalam reaktor alir
tangki berpengaduk (RATB) jenis mixer-settler, yang dioperasikan pada
tekanan 1 atm dan suhu ± 50 °C.( Black,A., 2004) Adapun kondisi operasi
sebagai berikut :
1. Perbandingan mol benzen/ dodeken mol dodeken = 8. Perbandingan ini
bertujuan agar dodeken dapat terlarut dengan baik dalam benzen.
Penurunan rasio di bawah 8 akan menurunkan yield (rasio mol
dodekilbenzen terhadap mol dodeken

8
2. Perbandingan volume HF/ (volume benzen dan dodeken)
Perbandingan volume HF/ (volume benzen dan dodeken) dalam reaktor
adalah sama dengan 1,5. Ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan asam
agar diperoleh rasio mol dodekilbenzen terhadap mol dodeken yang
optimal. c) Temperatur Reaksi berjalan pada temperature ± 500C d)
Tekanan Tekanan tidak terlalu berpengaruh terhadap reaksi. Tekanan
dijaga cukup ( ±1 atm ) untuk menjaga katalis HF tetap dalam kondisi cair.
e) Waktu Tinggal Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 13,3 menit.
Langkah proses pembuatan dodekilbenzene dari benzen dan dodeken dapat
dikelompokkan dalam tiga tahapan proses, yaitu:
1. Tahap penyiapan bahan baku
Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan benzen dan dodeken sebelum
direaksikan di dalam reaktor. Tahap penyiapan bahan baku meliputi : a.
Benzen segar dari tangki penyimpanan (T-01) pada temperatur 30°C,
dan tekanan 1 atm, dipompa dengan pompa (P-01), dicampur dengan
benzene recycle dari hasil atas kolom benzene (MD-02). b. Dodeken
yang disimpan dalam tangki penyimpan (T-02) pada temperatur 30°C
dan tekanan 1 atm, dipompa dengan pompa (P-02) ke dalam mixer (M-
01) yang dilengkapi dengan pengaduk.
2. Tahap pembentukan dodekilbenzen ( reaksi alkilasi )
Campuran reaktan yang keluar dari mixer dipompa dengan pompa (P-
08) untuk dimasukkan ke reaktor (R-01) jenis Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk (RATB) untuk direaksikan lebih lanjut, dibantu dengan
katalis HF. Katalis HF ini berasal dari hasil bawah settler (S-01) dan
hasil atas stripper distillation with open steam (MD-01). Sebagai hasil
bawah settler dan hasil atas (MD-01), HF ini dipompa dengan pompa
(P-03). Reaksi beroperasi secara eksotermis, dijaga konstan pada suhu
500C dengan jaket pendingin, pada tekanan 1 atm dan waktu tinggal
selama 13,3 menit. Reaktor dilengkapi dengan jaket pendingin untuk
mengambil panas yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Produk
yang keluar reaktor terdiri dari DDB sebagai produk utama, TDB

9
sebagai produk samping, serta kandungan C6H6, C7H8, C12H24,
C12H26, C14H28.
3. Tahap pemurnian produk
 Pemisahan katalis HF Tahap ini bertujuan untuk memisahkan HF
dari arus produk untuk dikembalikan ke reaktor. Produk reaktor yang
dihasilkan masuk ke dalam settler (S-01), yang beroperasi pada suhu
500C pada tekanan 1 atm. HF sebagai hasil bawah S-01
dikembalikan ke reaktor, sedangkan hasil atas terdiri atas DDB dan
komponen organik lainnya masuk ke dalam MD-01.Hasil atas MD-
01dikondensasikan dan diturunkan suhunya dari 67oC sampai 50oC
dalam CD-04. Kondensat ini kemudian dipisahkan dalam decanter
(DC-01) untuk memisahkan HF cair dari H2O. HF sebagai hasil atas
kemudian dipompa dengan pompa (P-04) untuk dikembalikan ke
reaktor, dan H2O dengan sedikit HF dibuang ke lingkungan. Hasil
bawah (MD-01), yaitu DDB beserta komponen organik lainnya
dimasukkan ke dalam kolom benzene (MD-02) menggunakan pompa
(P-05).
 Pemisahan benzene Tahap ini bertujuan untuk memisahkan benzene
dari produk utama, Hasil atas KB merupakan benzene campuran
antara air dan toluene pada suhu 353,39 K dan tekanan 1 atm.
Campuran dengan fase uap ini dikondensasikan dalam kondensor
(CD-01), akan berubah fase menjadi cair jenuh . Destilat yang keluar
dikembalikan lagi ke mixer, untuk dicampur dengan benzene segar.
Dan hasil bawah yaitu dodekilbenzen beserta impuritisnya pada suhu
586,43 K tekanan 1 atm, dipanaskan kembali dalam reboiler (RB-
01). Uap yang terbentuk dikembalikan ke MD-02, sedangkan cairnya
dipompa dengan pompa (P-06) menuju ke kolom parafin (MD-03) 3.
Pemisahan dodekan (paraffin) Tahap ini bertujuan untuk
memisahkan parafin dari produk utama, Hasil atas MD-03 adalah
campuran fase uap dengan komponen utama paraffin suhu 487,29 K
dan tekanan ± 1 atm. Campuran ini dikondensasikan dalam

10
kondensor (CD- 02), akan berubah fase menjadi cair jenuh . Destilat
yang keluar dikirim ke unit Parafin Convert to Olefin (PACOL),
untuk diolah kembali menjadi dodeken. Dan hasil bawah yaitu
dodekilbenzen beserta impuritisnya pada suhu 605,69 K tekanan 1,1
atm, dipanaskan kembali dalam reboiler (RB-02). Uap yang
terbentuk dikembalikan ke MD-03, sedangkan cairnya dipompa
dengan pompa (P-07) menuju ke kolom deterjen (MD-04). 4.
Pemisahan DDB Tahap ini bertujuan untuk memisahkan
dodekilbenzen dari hasil samping (TDB). Hasil atas MD-04 adalah
campuran fase uap dengan komponen utama DDB pada suhu 599,76
K dan tekanan ± 1 atm. Campuran ini dikondensasikan dalam
kondensor (CD-03), sehingga berubah fase menjadi cair jenuh .
Destilat yang keluar adalah produk utama (DDB), yang didinginkan
dengan HE-02 untuk dikirim ke tangki penyimpanan (T-04). Dan
hasil bawah yaitu TDB sebagai hasil 10 samping pada suhu 629,2 K
tekanan 1,1 atm, dipanaskan kembali dalam reboiler (RB-03). Uap
yang terbentuk dikembalikan ke MD-04, sedangkan fase cair
didinginkan dengan HE-03 untuk dikirim ke tangki penyimpan (T-
05).

c. Diagaram alir

11
F. Alat Proses
a. MIXER Kode: M-01 Tugas : Mencampur benzene segar, benzene
recycle dengan dodeken yang akan menuju ke reactor Jenis : Tangki
silinder tegak berpengaduk Spesifikasi :
1. Kondisi Operasi
 Tekanan : 1atm
 Temperatur : 42,5 0 C
2. Dimensi :
A. Kolom
 Diameter : 0,976 m
 Tinggi : 1,952 m
 Tebal : 0,25 In
B. Head dan bottom
 Tinggi : 0,386 M
 Tebal : 0,25 In
 Jenis : Torispherical dished head
C. Pengaduk
 Jenis : turbine dengan 6 blade
 Jumlah : 2 buah
 Diameter : 0,325 m
 Kecepatan putar : 132 rpm
 Motor : 8 hp
3. Bahan : Carbon steel SA 283 grade C
 Daya : 3 HP
 Jumlah : 1 buah
 Harga : $. 7000

12
b. Reaktor
Kode : R-01
Tugas : Mereaksikan benzene segar, benzene recycle dan dodeken dengan
katalis HF
Jenis : Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB)
Spesifikasi :
1. Kondisi Operasi
 Tekanan : 1 atm
 Temperatur : 50 0 C
 Waktu tinggal : 13,3 menit
2. Dimensi :
A. Kolom
 Diameter : 1,593 m
 Tinggi : 3,186 m
 Tebal : 0,1875 in
B. Head dan bottom
 Tinggi : 0,3145 m
 Tebal : 0,25 in
 Jenis : Torispherical dished head
C. Pendingin
 Jenis : jaket
 Bahan : Carbon Steel 283 Grade C
 Lebar jaket : 20,5622 cm
 Media : air
D. Pengaduk
 Jenis : turbine dengan 6 blade 4 baffle
 Jumlah : 2 buah
 Diameter : 0,5229 m
 Kecepatan putar : 163,719 rpm
 Motor : 5 hp

13
E. Baffle
Jumlah : 4 buah
Lebar : 0,15689 m

Bahan : Stainless steel SA 316

Jumlah : 1 buah

Harga : $. 60.000

G. Pembuatan Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzene


Proses pembuatan dodekilbenzena dari dodeken dan benzena dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu thermal reaction dan catalytic reaction.
Thermal reaction dilakukan pada kondisi operasi yang cukup ekstrim,
yaitu pada suhu 950 oF dan tekanan 3500 psi. Kelebihan dari proses ini
adalah tidak dihasilkannya limbah berbahaya, hanya saja kekurangannya
adalah membutuhkan banyak energi dan material yang mampu menahan
tekanan tinggi sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal ini
membuat proses pembuatan dodekilbenzena dengan thermal reaction
menjadi tidak feasible jika dilakukan pada skala industri. Proses lainnya
adalah catalytic reaction yang dilakukan dengan bantuan katalis dalam
proses pembuatan dodekilbenzena (Anantaneni, 2000).
Untuk skala industri, proses catalytic reaction sudah digunakan
sejak tahun 1960-an. Katalis yang sering digunakan pada reaksi
pembuatan dodekilbenzena pada saat itu adalah katalis cair yang bersifat
asam, seperti hydrogen fluoride (HF) dan alumunium klorida (AlCl3).
Akan tetapi, katalis HF dan AlCl3 pada saat prosesnya sendiri akan
memberikan resiko korosif yang cukup besar pada alat-alat proses, selain
itu pada akhir proses akan menghasilkan limbah beracun ke lingkungan
yang sukar dipisahkan, sehingga perlu dilakukan banyak pengembangan
untuk menanggulangi masalah ini. Salah satunya adalah menggunakan
katalis padat, sehingga tidak menghasilkan limbah beracun ke lingkungan

14
dan tidak memerlukan pemisahan dengan produk utama. (Fellow et.al,
1992)

Dengan demikian, terdapat dua cara reaksi alkilasi benzena untuk


memproduksi dodekilbenzena dari dodeken dan benzena dengan
menggunakan katalis, yaitu:
1. Reaksi cair cair dengan katalis asam kuat (cair)
Proses reaksi homogen ini dilakukan dalam reaktor tangki
berpengaduk (RATB). Katalis asam kuat yang dapat digunakan antara

lain: hydrogen fluoride (HF) dan alumunium klorida (AlCl3). Reaksi


0
dijalankan pada kisaran suhu 50 C pada tekanan 1 atm. Proses ini

memberikan konversi mencapai 95%, akan teteapi menghasilkan


limbah beracun ke lingkungan. (F.H.Lewis,1981)

2. Proses cair-cair dengan katalis padat


Proses reaksi ini dilakukan dalam reaktor fixed bed. Ada dua macam
katalis padat yang dapat digunakan, yaitu katalis mordenite dan katalis
tungsten oksida dengan penyangga silika alumina. Untuk katalis
mordenite, dibutuhkan perbandingan mol benzena dan dodeken 9:1
(US Patent 6133492). Sedangkan perbandingan massa benzena dan
dodeken untuk katalis tungsten oksida dengan penyangga silika
alumina yakni 10:1 (US Patent 4358628). Reaksi dilakukan pada
0
kisaran suhu 150-180 C dan tekanan 10 atm.

PT. Unggul Indah Cahaya Tbk (IDX: UNIC) adalah produsen tunggal
Alkylbenzene(AB), salah satu bahan baku utama deterjen di Indonesia. Dalam
industri ini, UIC merupakan perusahaan dengan kapasitas produksi terpasang
terbesar dalam satu lokasi di kawasan Asia Pasifik.

15
Produksi utama UIC adalah dua jenis AB, Linear Alkylbenzene (LAB) dan
Branched Alkylbenzene (BAB), dengan produk sampingan Heavy Alkylate (HA)
dan Light Alkylate (LA).

16
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu
asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:

RH + CH2=CR’R’------’ R-CH2-CHR’R”
Zat zat yang dialkilasi
1. Alkana
Dalam alkilasi alkana, perlu dibedakan dua kelompok :
a. Alkana lurus
b. Alkana bercabang
2. Fase cair secara ionik
a. Katalisator asam protonik sering digunakan jika isoparafin atau
aromatic cair dialkilasi dengan olefin.
b. Katalis berfungsi sebagai donor proton, untuk membentuk ion
karbonium.
c. Contoh: mekanisme reaksi isobutana dengan etilena menggunakan
katalis
d. AlCl3.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap agar para
pembacadapat mengerti dan memahami apa itu alkilasi dan bagaimana
proses alkilasi benzen dan dodeken menjadi dodekilbenzen serta
kondisi operasinya.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Unggul_Indah_Cahaya

http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Anda mungkin juga menyukai