STP
STP
1 Daya Tampung:
1. Motor 1.000 2.000
2. Mobil 1.000 13.000
Jumlah 15.000
Sirkulasi 17.160
Jumlah Total 32.160
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY
TOWER SOLO TECHNOPARK
-Tahun Anggaran 2013-
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Bab II : Analisis Lokasi dan Analisis Fisik Bangunan Tower Solo Technopark
2.1. Aspek Kebijakan......................................................................................................................................... : 20
2.2. Aspek Fisik Lahan ...................................................................................................................................... : 21
2.3. Aspek Sarana dan Prasarana..................................................................................................................... : 22
2.4. Analisis Kegiatan, Tata Fungsi dan Besaran Ruang ................................................................................... : 22
2.4.1. Analisis Kegiatan Utama (MICE) ...................................................................................................... : 23
2.4.2. Analisis Kegiatan Kelompok Penunjang ........................................................................................... : 27
2.4.3. Kebutuhan dan Besaran Ruangan.................................................................................................... : 30
2.5. Analisis Dasar Perencanaan Green Smart Building.................................................................................... : 31
EXECUTIVE SUMMARY i
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
EXECUTIVE SUMMARY ii
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
PENDAHULUAN
Sistem Inovasi Daerah yang dikembangkan melalui Solo Technopark bertujuan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Solo Technopark memberikan layanan
dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan
teknologi terapan, incubator bisnis dan teknologi serta memperluas lapangan kerja.
Saat ini telah dibangun berbagai fasilitas berupa gedung teaching factory, research
and development, bussiness and trade centre, gedung pusat peragaan IPTEK dan
rencana kedepan adalah pembangunan tower solo technopark.
Tower Solo Technopark merupakan salah satu fasilitas gedung, yang akan dibangun
dengan konsep “Green Smart Building”, yaitu bangunan gedung dengan arsitektur
tropis yang ramah lingkungan baik dari aspek penggunaan material bangunan, design
bangunan, sistem pengolahan limbah dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung
keamanan, kenyamanan dan efisiensi operasional dan pemeliharaan bangunan. Tower
Solo Technopark diharapkan dapat mendukung sinergi dan integrasi berbagai
stakeholder serta sekaligus sebagai ikon baru Kota Surakarta.
LAPORAN AKHIR 1 - 1
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
1.2.1. Maksud
Maksud dari penyusunan Feasibility Study Tower Solo Technopark ini adalah
mengkaji Kelayakan Pembangunan Tower Solo Technopark sebagai dasar
kerjasama dengan pihak investor untuk mempercepat terwujudnya
pembangunan infrastruktur kawasan Solo Technopark.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark ini adalah
sebagai berikut:
a. Tersusunnya Feasibility Study Pembangunan Tower Solo Technopark
b. FS Tower Solo Teknopark diharapkan lebih ekonomis atau profitable
1.2.3. Sasaran
Sasaran dari penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark ini adalah
tersedianya Feasibility Studi Tower Solo Technopark sebagai dokumen lelang
kerjasama investasi.
LAPORAN AKHIR 1 - 2
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah
j. Perda Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Surakarta Tahun 2011 – 2031
k. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan
Sesuai dengan KAK, Ruang lingkup Kegiatan Penyusunan FS Tower Solo Technopark
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Design Rancang Bangun Tower Solo Technopark yang memenuhi
konsep “Green Smart Building“ sebagai acuan untuk menentukan besaran nilai
investasi, perkiraan pendapatan dan biaya operasional (cash flow)
2. Melakukan survey pasar sesuai kebutuhan pengembangan bidang usaha yang
akan dilakukan di dalam Tower Solo Technopark.
3. Mengkaji kelayakan pembangunan Tower Solo Technopark antara lain meliputi :
a. Analisis Biaya Manfaat Sosial menggunakan Pendekatan :
1) Penentuan manfaat ekonomi, dilakukan dengan mengubah harga finansial
menjadi harga ekonomi (shadow price) untuk setiap masukan dan keluaran
berdasarkan factor konversi ekonomi yang sesuai;
2) Penilaian/pengukuran dampak manfaat proyek terhadap masyarakat secara
umum ;
b. Analisis Pasar, yang ditujukan untuk :
1) Menentukan tingkat pelayanan yang diharapkan dari calon tenant
(penghuni/pengguna tower)
2) Menentukan kebutuhan dari para calon tenant, yang nantinya akan
tercermin dalam desain tower. Misalnya, kebutuhan tempat parkir,
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang menunjang keberadaan calon tenant.
3) Melakukan analisis persaingan dengan fasilitas sejenis di Solo dan
sekitarnya, serta strategi untuk memenangkan persaingan
4) Menilai perkiraan kemampuan dan kemauan membayar penggunaan Tower
(willingness to pay) dan kinerja pembayaran;
5) Menentukan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan dengan berbagai
skenario untuk 30 tahun;
c. Analisis Keuangan, yang ditujukan untuk menentukan kelayakan financial proyek
Pembangunan Tower. Analisis keuangan dilakukan berdasarkan masukan dari
analisis ekonomi makro (nilai tukar, inflasi dan suku bunga); Analisis Pasar;
LAPORAN AKHIR 1 - 3
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Analisis Biaya Investasi (biaya proyek, asumsi bunga dan eskalasi); biaya
perijinan dan biaya tidak langsung.
Analisis keuangan dilakukan dengan cara :
1) Menentukan Net Present Value (NPV)
2) Menentukan tingkat Internal Rate of Return (IRR);
3) Menentukan Net B/C Ratio
4) Menentukan Pay Back Periode (PBP)
d. Analisis Resiko, ditujukan untuk mengidentifikasi resiko dan mengalokasikannya
kepada pihak yang paling mampu untuk mengatasinya (mitigasi resiko).
1.5. Keluaran
Dokumen yang harus diserahkan Konsultan dalam bentuk buku (dokumen) dan CD,
sebagai berikut:
1. Dokumen Laporan Pendahuluan sebanyak 20 buah (buku ukuran A4).
2. Dokumen Laporan Antara sebanyak 20 buah (buku ukuran A4).
3. Dokumen Laporan Akhir sebanyak 20 buah (buku ukuran A4)
LAPORAN AKHIR 1 - 4
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Berisi tentang analisis aspek biaya manfaat sosial dan analisis pasar dan
pemasaran Tower Solo Technopark
Berisi tentang gambar siteplan dan blockplan, serta gambar tampak dari
rancang bangun solo technopark
LAPORAN AKHIR 1 - 5
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 1 - 6
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
GAMBARAN EKSISTING
TOWER SOLO TECHNOPARK
Kota Surakarta terletak antara 7 36’ – 7 56’ Lintang selatan dan garis 110 45’ 15’’ –
110 45’ 35’’ Bujur Timur. Dibatasi oleh :
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Kota Surakarta memiliki suhu rata-rata pada tahun 2011 berkisar antara 25,30C
sampai dengan 27,70C. sedangkan kelembaban udara berkisar antara 67 persen
sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan februari dengan
jumlah hari hujan sebanyak 24 hari. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 459,70
mm jatuh pada bulan april. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan
terbesar jatuh pada bulan april sebesar 15,30 mm per hari.
2.1.1. Kependudukan
LAPORAN AKHIR 2 - 1
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Luas Kota Surakarta keseluruhan 44,04 km2 dengan elevasi rata-rata 92 meter
di atas permukaan laut (dpl) dengan penggunaan lahan 65% untuk permukiman
dan 16% untuk kegiatan perekonomian (Surakarta dalam Angka 2011).
Selain banyaknya pasar di atas, ekspor produk Kota Surakarta juga cukup
besar. Beberapa produk yang berpotensi antara lain batik, kantong plastik,
mebel dan produk tekstil.
2.1.4. Gambaran Umum Kota Surakarta Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa
Inflasi Kota Surakarta pada tahun 2011 mencapai angka yang cukup rendah
pada lima tahun terakhir. Pada tahun 2011 inflasi Kota Surakarta tercatat
sebesar 1,93%. Angka ini jauh lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 6,65%.
Bahkan biaya pada kelompok bahan makanan jadi terjadi deflasi sebesar
2,02%. Walaupun mengalami inflasi sebesar 3,34%, inflasi yang terjadi pada
kelompok kesehatan ini cukup tinggi dibanding inflasi yang terjadi pada tahun
sebelumnya yang besarnya 0,46%.
LAPORAN AKHIR 2 - 2
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kota Solo sebagai kota Daerah Tujuan Wisata di Jawa Tengah sangat berpotensi
sebagai kota penyelanggara Meeting, Intensive, Conference & Expo (MICE). Peluang
tersebut menjadikan fasilitas konferensi bertaraf internasional bermunculan bersamaan
dengan perkembangan hotel-hotel berbintang. Sebagai gambaran pada tahun 2012
ada sekitar 47 kegiatan konferensi dan even bertaraf nasional dan internasional (Aryo
Widyandoko, Sekretaris Disbudpar Kota Surakarta). Dengan adanya even tersebut
Disbudpar telah menyusun kalender event Kota Solo sebagai pegangan even tahunan.
Kota Surakarta yang sudah dipersiapkan menjadi Kota Mice sejak Pak Joko Wi, dari
tahun ke tahun tingkat kunjungan wisatawan ke Solo semakin meningkat. Berdasarkan
salah satu sumber dari media tabulasi nasional1, tahun lalu, Solo menduduki peringkat
8 tujuan wisata nasional dan sekarang telah bergeser ke peringkat 4. Selain itu
pertumbuhan eknomi Kota Solo dalam 5 tahun terakhir rata-rata 5.6% (Bappeda, Tk. II.
2007), dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% (BKPMD, 2007), pebisnis dan
investor lokal/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun
(PHRI, APINDO,Surakarta,2007).
Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam MICE didukung dengan
potensi seni budaya lokal, dengan adanya dua keraton yang bisa menjadi tujuan
turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian tradisional yang
masih aktif. Dari beberapa perhitungan bisnis bahwa biaya segala aktivitas MICE bila
diselenggarakan di Solo terhitung murah dibandingkan bila diselenggarakan di Jakarta
atau di Bali, mulai dari tarif hotel, harga makanan, biaya transportasi sampai tiket
rekreasi.
1
Statistical report on Visitor Arrival to Indonesia 2004-2006
LAPORAN AKHIR 2 - 3
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Di Kota Solo sudah sering diagendakan event bertaraf nasional dan internasional,
yang melibatkan berbagai pihak terkait. Even tersebut misalnya World Heritage Cities
Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Festival Pasar Kumandang, Munas
Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel Mart dan Munas Apeksi, yang
pada saat pelaksanaanya sering mengalami kesulitan dengan minimnya fasilitas MICE
seperti ruangan yang berkapasitas besar yang nyaman serta perlengkapan audio
visual yang memadai. Dengan demikian sudah saatnya Solo memiliki fasilitas
pendukung MICE bertaraf nasional bahkan bila perlu yang bertaraf internasional,
melengkapi convention hall yang sudah dimiliki sekarang seperti Ibis, Solo Paragon,
Centerpoint, Kusuma Mulia Tower, Hotel Sunan dan lain lain.
Convention hall bertaraf nasional tersebut tentu saja ideal perlu didukung dengan
adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang cukup, pasokan
listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam kebakaran, cargo dan
lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat, ruang sekretariat, panggung, ruang
VIP, restoran, dapur dan sebagainya. Perlu juga didukung dengan adanya SDM
berkualitas untuk mengelola, baik dari segi marketing, event organizer, security,
service attendance hingga kateringnya. Karena perlu adanya kepastian akan kualitas
managemen & operasional gedung secara keseluruhan dan juga konsistensi akan misi
dari convention hall itu sendiri.
Saat ini apabila terdapat event yang melibatkan lebih dari 3.000 orang, pasti akan di
tempatkan di Bali atau Jakarta, karena kesulitan mencarinya di Solo 2. Padahal bisa
dipastikan event semacam ini akan diadakan minimal enam kali dalam satu bulan, baik
berskala nasional ataupun internasional.
Pejabat humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta MSU
Adjie mengatakan pada saat tertentu tingkat hunian hotel memang terisi 100 persen.
2
Hasil FGD dengan Stakeholder terkait.
LAPORAN AKHIR 2 - 4
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
“Tapi jika dilihat secara keseluruhan sepanjang tahun, masih rendah. Pada 2012 di
kisaran 60 persen”. (tempo.com).
Kota Surakarta sebagai salah satu kota Tujuan Wisata di Jawa Tengah memiliki
sejumlah fasilitas hotel, yaitu sebanyak 253 hotel yang terdiri dari hotel bintang dan
non bintang.
Solo Technopark (STP) adalah pusat vikasi dan inovasi teknologi, Pusat riset teknologi
terapan di Kota Surakarta, yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh
antara dunia pendidikan, bisnis dan pemerintahan (the triple helix model of innovation)
serta komunitas masyarakat, STP memberikan layanan pendidikan bidang industri,
inkubator bisnis, jasa produksi dan penelitian, pengembangan teknologi untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Meningkatkan daya saing dan
kinerja dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,
serta memperluas lapangan pekerjaan melalui pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR 2 - 5
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
1. Fungsi
Workshop
STP merupakn sebuah bentuk baru dari balai pelatihan yang ada saat
ini. masyarakat atau peserta didik akan diperkenalkan kepada dunia
industri secara menyeluruh. Fasilitas didalam sama seperti dengan
yang ada di dunia industri yang sebenarnya. Peserta akan mendapat
simulasi tentang bagaimana menjalani sebuah mesin produksi secara
nyata.
Ekshibisi
STP mampu menjadi media yang memperkenalkan teknologi berkaitan
dengan dunia industri dan usaha kepada masyarakat. Sehingga
mereka akan mengerti tentang seluk beluk dunia industri dan usaha
termasuk dengan peralatannya. Diharapkan partisipan tidak hanya
mampu menjadi tenaga kerja terampil yang siap pakai tetapi bahkan
mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lain.
LAPORAN AKHIR 2 - 6
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
2. Tujuan
LAPORAN AKHIR 2 - 7
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Solo Techno Park (STP) menawarkan bidang layanan yang ditentukan dengan
pertimbangan ketersediaan sumber daya yang ada pada komponen pendukung
Solo Techno Park, yaitu ;
1. Mechanical industry (Mesin Industri)
2. Medical industry (Farmasi dan peralatan kedokteran)
3. Garment (Tekstil dan pakaian jadi)
4. Bangunan dan Konstruksi
5. Plastik dan Polymer
6. Furniture dan Meubelair
LAPORAN AKHIR 2 - 8
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Pendidikan dan pelatihan yang ada di Solo Techno Park saat ini antara lain :.
1. Mekanik Manufaktur
Mekanik manufaktur – solo technopark mengadakan pelatihan bagi siswa,
guru SMK dan karyawan industri. Peserta diklat yang dinyatakan lulus
dalam program pelatihan akan memperoleh sertifikat berstandar industri
ATMI Surakarta. Program trainning yang disediakan antara lain :
Benchwork
Turning-Basic Skill
Tool Grinding
2. Welding
Welding center adalah bagian dari kawasan solo technopark yang
menangani bidang pengelasan, meliputi bidang pendidikan dan pelatihan,
serta jasa teknis. Unit ini dikembangkan sebagai pusat rujukan
permasalahan di bidang pengelasan yang mencakup sumber daya manusia
(SDM), teknik standarisasi, dan proses pengerjaan untuk kawasan regional,
nasional maupun internasional. Program yang bisa dilaksanakan di welding
center meliputi :
Pendidikan dan pelatihan
Sertifikasi
Pengelasan bawah air (under wet welding)
LAPORAN AKHIR 2 - 9
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 2 - 10
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 2 - 11
ANALISIS PASAR TOWER
SOLO TECHNOPARK
LAPORAN AKHIR 3 - 1
tersebut disumbang oleh pertumbuhan subsektor industri non migas sebesar
2,2 persen dan subsektor industri migas sebesar minus 7,2 persen.
Tabel III.1
PDRB Jawa Tengah Sektor Ekonomi Triwulan I dan II 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 2
Tabel III.2
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi
(Persentase)
Jika kita bandingkan semester I tahun 2013 terhadap periode yang sama
tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai angka 5,9 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan, real estat dan jasa
perusahaan tumbuh 9,8 persen. Sedangkan sektor pertanian mengalami
pertumbuhan terendah pada periode ini sebesar 1,6 persen. Data rinci tentang
pertumbuhan PDRB Jawa Tengah berdasarkan periode penghitungannya
dapat dilihat pada tabel diatas.
3.1.2. Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2011-2012,
dan Triwulan II 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 3
Tabel III.3
Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2011-2012 dan Triwulan II 2012-2013
PDRB atas dasar harga berlaku triwulan II tahun 2013 senilai Rp 154.046,9
milyar, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar Rp
96.323,3 milyar. Komponen penggunaan lainnya meliputi pengeluaran
konsumsi lembaga non profit sebesar Rp 2.214,5 milyar, konsumsi
pemerintah sebesar Rp 16.413,8 milyar, pembentukan modal tetap bruto atau
investasi fisik sebesar Rp 29.934,2 milyar, transaksi ekspor sebesar Rp
70.299,2 milyar dan impor Rp 67.849,6 milyar. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (triwulan I tahun 2013) PDRB atas dasar harga berlaku
meningkat sebesar Rp 4.508,3 milyar. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan
beberapa komponen, seperti terlihat pada tabel berikut :
LAPORAN AKHIR 3 - 4
Tabel III.4
Nilai PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Triwulan I 2013 dan Triwulan II 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 5
tahun 2013 menjadi Rp. 96.323,3 milyar pada triwulan II tahun 2013 atau naik
sebesar 1,7 persen.
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mengalami
peningkatan dari Rp 28.057,9 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp
29.934,2 milyar pada triwulan II tahun 2013 atau naik sebesar 6,7 persen.
PMTB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun 2013 juga
mengalami peningkatan sebesar 5,3 persen bila dibandingkan dengan
triwulan I tahun 2013. Peningkatan PMTB atas dasar harga konstan 2000
tersebut terutama terjadi pada barang modal berupa bangunan.
Nilai impor Jawa Tengah atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan
dari Rp 62.116,5 milyar pada triwulan I tahun 2013 menjadi Rp 67.849,6
milyar pada triwulan II tahun 2013, atau naik sebesar 9,2 persen. Peningkatan
impor tersebut terjadi baik pada impor barang maupun jasa. Nilai impor Jawa
Tengah atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan, yaitu
sebesar 10,6 persen, dari Rp 25.037,1 milyar pada triwulan I tahun 2013
menjadi Rp 27.684,4 milyar pada triwulan II tahun 2013.
LAPORAN AKHIR 3 - 6
Tabel III.5
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Jika kita membandingkan semester I tahun 2013 dengan periode yang sama
di tahun 2012, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi
lembaga non profit sebesar 7,2 persen; disusul oleh komponen pembentukan
modal tetap bruto yang tumbuh 6,6 persen, komponen konsumsi rumah
tangga 5,0 persen dan komponen ekspor 4,7 persen. Pertumbuhan terendah
terjadi pada komponen impor dan konsumsi pemerintah, yaitu masing-masing
sebesar 3,7 persen dan 3,0 persen.
Dilihat dari pola distribusi PDRB penggunaan, tampak bahwa konsumsi rumah
tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDRB
Jawa Tengah akan tetapi porsinya mengalami penurunan dari 63,4 persen
pada triwulan I tahun 2013 menjadi sebesar 62,5 persen pada triwulanan II
tahun 2013.
LAPORAN AKHIR 3 - 7
Tabel III.6
Distribusi PDRB Jawa Tengah Menurut Penggunaan
Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)
ITK di Jawa Tengah pada Triwulan II-2013 sebesar 108,14 artinya kondisi ekonomi
konsumen triwulan sekarang (Triwulan II) mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen triwulan
sekarang (Triwulan II) didorong oleh ketiga komponen penyusunnya yaitu indeks
pendapatan rumah tangga saat ini (nilai indeks 108,92), indeks pengaruh inflasi
terhadap tingkat konsumsi (nilai indeks 109,34, dan indeks tingkat konsumsi
beberapa komoditi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 104,81).
LAPORAN AKHIR 3 - 8
Tabel III.7.
Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2013 dan Triwulan II-2013 Berdasarkan Variabel
Pembentuknya di Jawa Tengah
Nilai indeks pengaruh inflasi terhadap konsumsi sebesar 109,34 artinya perubahan
harga tidak mengurangi konsumsi sehari-hari, baik konsumsi makanan maupun non
makanan. Tingkat konsumsi beberapa komoditas makanan dan non makanan lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya dengan nilai indeks sebesar 104,81. Pada
konsumsi non makanan indeks rata-ratanya sebesar 107,16, artinya terjadi
peningkatan konsumsi non makanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hampir
semua komoditas non makanan mengalami peningkatan konsumsi terutama
perumahan (bahan bakar, listrik dan gas), kesehatan dan pendidikan masing-masing
sebesar 109,98; 108,80 dan 107,96. Di sisi lain kelompok kebutuhan non makanan
yang mengalami penurunan konsumsi hanya rekreasi dengan nilai indeks 98,97.
LAPORAN AKHIR 3 - 9
Tabel III.8
Indeks Komoditas Makanan dan Non Makanan Triwulan II 2013
Komoditas Indeks
(1) (2)
Bahan Makanan 104,98
Makanan Jadi 101,26
Perumahan (listrik, gas, dan bahan
bakar) 109,98
Pakaian 102,4
Kesehatan 108,8
Pendidikan 107,96
Rekreasi 98,97
Tranportasi 106,74
Komunikasi 106,65
Total 104,81
Indeks Makanan 103,74
Indeks Non Makanan 107,16
Keterangan :
1) ITK berkisar antara 0 sampai 200, dengan indikasi sebagai berikut :
a. ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan
berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya.
b. ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen triwulan
berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan
sebelumnya.
c. ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen triwulan
berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Pasar dan pemasaran merupakan sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan
pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk
mencari atau menciptakan pasar.
LAPORAN AKHIR 3 - 10
Pengertian yang lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan
pembeli potensial atas suatu produk. Dari pengertian ini mengandung arti bahwa
pasar merupakan kumpulan atau himpunan dari para pembeli nyata maupun pembeli
potensial atas suatu produk atau jasa tertentu. Pasar juga dapat diartikan pula
sebagai mekanisme yang terjadi antar pembeli dan penjual atau tempat pertemuan
antara kekuatan permintaan dan penawaran.
Pengertian pemasaran oleh Kotler adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
Pemasaran dapat juga diartikan sebagi upaya untuk menciptakan dan menjual
produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha
menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang dan jasa kepada konsumen
dipasar. Penciptaan produk tentu saja didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan
pasar. Konsumen yang menginginkan dan membutuhkan produk adalah individu
(perorangan) dan kelompok tertentu (industri).
Kelompok pasar terdiri dari :
a. Pasar konsumen adalah pasar di mana individu dan rumah tangga dapat
membeli/memperoleh barang dan jasa untuk dikonsumsi sendiri.
b. Pasar industrial adalah dimana pihak-pihak yang membeli barang dan jasa
digunakan kembali untuk menghasilkan barang dan jasa lain atau disewakan
kepada pihak lain untuk mengambil untung.
c. Pasar reseller adalah suatu pasar yang terdiri dari individu dan organisasi yang
melakukan penjualan kembali barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan.
d. Pasar pemerintah adalah yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau
menyewa barang dan jasa untuk melaksanakan fungsi utama pemerintah.
LAPORAN AKHIR 3 - 11
terdapat banyak pembeli yang berbeda keinginan dan kebutuhannya. Oleh
karena setiap perbedaan memiliki potensi untuk menjadi pasar tersendiri.
Untuk melakukan segmentasi pasar terdiri dari beberapa variasi yang harus
diperhatikan. Tujuannya adalah agar segmentasi yang telah dilakukan tepat
sasaran. Salah dalam menentukan variabel segmen akan berdampak gagalnya
sasaran yang ingin dicapai. Variabel untuk melakukan segmentasi terdiri dari
segmentasi konsumen dan segmentasi pasar industrial.
Berikut ini adalah variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar konsumen
menurut Kotler yaitu :
LAPORAN AKHIR 3 - 12
d. Tanggap terhadap suatu produk
LAPORAN AKHIR 3 - 13
Kegiatan menetapkan pasar sasaran meliputi :
Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk
atau suatu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang
akan dimasuki, maka harus pula menentukan posisi mana yang ingin ditempati
dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang
didefinsikan oleh konsumen atas dasar atribut-atributnya. Tujuan penetapan
posisi pasar konsumen (market positioning) adalah untuk membangun dan
mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke dalam
benak konsumen.
Sebagai contoh :
Mobil Mercedes diposisikan sebagai mobil mewah
LAPORAN AKHIR 3 - 14
Mobil Kijang diposisikan sebagai mobil keluarga
Mobil Suzuki Carry diposisikan sebagai mobil angkutan
Diferensiasi produk
Diferensiasi jasa
Diferensiasi personel
Diferensiasi citra
b. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat
a. Strategi Produk
Pihak perusahaan harus lebih dahulu harus mendefinisikan, memilih, dan
mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen yang akan dilayaninya, agar investasi yang ditanam dapat berhasil
dengan baik. Produk menurut Kotler adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk dapat
berupa barang atau benda berwujud seperti buku, meja, mobil, dan lain-lain: serta
LAPORAN AKHIR 3 - 15
jasa (tidak berwujud) seperti jasa dokter, jasa perbankan, jasa perhotelan, dan
jasa lainnya.
LAPORAN AKHIR 3 - 16
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan atau peluang bagi produk adalah ;
1. Perubahan ekonomi
2. Perubahan sosial budaya
3. Perubahan tehnologi
4. Perubahan politik
5. Perubahan lainnya
1. Penentuan logo
Logo merupakan ciri khas suatu produk, sedangkan moto merupakan
serangkain kata-kata yang berisikan visi dan misi perusahaan dalam melayani
masyarakat. Baik logo maupun moto harus dirancang dengan benar.
Pertimbangan pembuatan logo dan moto antara lain :
a. Logo dan moto harus memiliki arti (dalam arti positif)
b. Logo dan moto harus menarik perhatian
c. Logo dan moto harus mudah diingat
2. Menciptakan merek
Merek merupakan suatu hal penting bagi kosnumen untuk mengenal barang
dan jasa yang ditawarkan. Pengertian merek sering diartikan sebagai nama,
istilah, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya. Agar merek mudah
dikenal masyarakat, maka penciptaan merek harus mempertimbangkan
faktor-faktor antara lain :
a. Mudah diingat
b. Terkesan hebat dan modern
c. Memiliki arti positif
d. Menarik perhatian
3. Menciptakan kemasan
Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Penciptaan kemasan pun
harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kualitas kemasan, bentuk,
warna, dan persyaratan lainnya.
4. Keputusan label
Label merupakan sesuatu yang direkatkan pada produk yang ditawarkan dan
merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label harus menjelaskan siapa
yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, cara menggunakannya, waktu
kadaluwarsanya, dan informasi lainnya.
LAPORAN AKHIR 3 - 17
b. Strategi harga
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga
adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan
suatu barang dan jasa. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap
produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk tersebut di pasar.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menetapkan harga yang tepat
terhadap suatu produk adalah :
1. Menentukan tujuan penetapan harga.
2. Memperkirakan permintaan, biaya, dan laba.
3. Memilih strategi harga untuk membantu menentukan harga dasar.
4. Menyesuaikan harga dasar dengan taktik penetapan harga.
LAPORAN AKHIR 3 - 18
1. Dekat dengan kawasan industri.
2. Dekat dengan lokasi perkantoran.
3. Dekat dengan lokasi pasar.
4. Dekat dengan pusat pemerintahan.
5. Dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat.
6. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi.
7. Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain).
Selanjutnya adalah memilih metode dan jalur distribsi yang akan dipakai dalam
menyalurkan produk ke pasar. Strategi distribusi digunakan untuk menentukan
bagaimana mencapai target pasar dan bagaimana untuk menyelenggarakan
fungsi-fungsi distribusi yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi distribusi antara lain :
1. Pertimbangan pembeli atau faktor pasar.
Karakteristik pelanggan mempengaruhi keputusan apakah menggunakan
suatu pendekatan distribusi langsung. Perusahaan harus mempertimbangkan
jumlah dan frekuensi pembelian. Juga perlu dipertimbangkan sasaran
pelanggan apakah sasarannya pasar konsumen atau pasar industri. Lokasi
geografis dan ukuran pasar juga penting dipertimbangkan.
2. Karakteristik produk.
Produk yang kompleks, dibuat khusus, dan mahal cenderung menggunakan
saluran distribusi yang pendek dan langsung. Contohnya, alat kedokteran.
Daur hidup produk juga menentukan pilihan saluran distribusi. Pada tahap
awal pembuatan produk dijual secara langsung tapi dalam perkembangannya
bisa menggunakan jasa perantara. Kepekaan produk-produk yang tidak tahan
lama memerlukan saluran distribsui yang pendek.
3. Faktor produsen atau pertimbangan pengawasan dan keuangan.
Produsen yang memiliki sumber daya keuangan, manjerial, dan pemasaran
yang besar dapat lebih baik menggunakan saluran langsung. Sebaliknya
perusahaan yang kecil dan lemah lebih baik menggunakan jasa perantara.
Suatu saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organsiasi dan funsgi-fungsi
yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir. Dasar penentuan
saluan distribusi untuk produk konsumen dan saluran distribusi untuk produk
industri yaitu :
1. Dasar saluran distribusi untuk produk konsumen terdiri dari :
a. Produsen -------- konsumen
b. Produsen -------- pengecer -------- konsumen
LAPORAN AKHIR 3 - 19
c. Produsen -------- grosir --------- pengecer ------- konsumen
d. Produsen --------- agen -------- grosir -------- pengecer --------- konsumen
2. Dasar saluran distribusi untuk produk insdustri terdiri dari :
a. Produen ------ pemakai barang industri
b. Produsen ------- dealer ------- pemakai barang industri
c. Produesen -------- agen -------- pemakai barang industri.
Adapun fungsi saluran distribusi yang dilaksanakan oleh perantara antara lain :
1. Fungsi transaksi.
Meliputi kegiatan menghubungi dan mengomunikasikan dengan calon
pelanggan untuk membuat mereka sadar terhadap produk yang telah ada dan
menjelaskan kelebihan dan manfaat dari produk tersebut.
2. Fungsi logistik.
Meliputi kegiatan pengangkutan dan menyortir barang untuk mengatasi
perbedaan sementara dan tempat. Menyimpan untuk memelihara dan
melindungi barang.
3. Fungsi fasilitas.
Meliputi penelitian dan pembiayaan. Penelitian yakni mengumpulkan informasi
tentang anggota-anggota saluran dan pelanggan lainnya. Pembiayaan adalah
memastikan bahwa anggota saluran tersebut memiliki uang yang cukup guna
memindahkan aliran barang melalui saluran distribusi sampai ke konsuem
akhir.
d. Strategi promosi
Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Kegiatan ini
merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan ketiga kegiatan di atas, baik
produk, harga, dan lokasi/distribusi. Dalam kegiatan ini perusahaan berusaha
untuk mempromosikan seluruh produk atau jasa yang dimilikinya baik langsung
maupun tidak langsung. Promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk
menarik dan mempertahankan konsumennya. Salah satu tujuan promsoi
perusahaan adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan
berusaha menarik calon konsumen yang bru. Paling tidak ada empat macam
sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan dalam
mempromosikan baik produk maupun jasanya.
LAPORAN AKHIR 3 - 20
3. Publisitas.
4. Penjualan pribadi.
Iklan adalah sarana promosi yang digunakan untuk perusahaan guna
menginformasikan, menarik,dan mempengaruhi calon konsumennya.
Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media
seperti lewat :
1. Pemasangan billboard di jalan-jalan strategis.
2. Pencetakan brosur baik disebarkan di setiap cabang atau pusat-pusat
perbelanjaan.
3. Pemasangan spanduk di lokasi tertentu yangs strategis.
4. Pemasangan iklan melalui koran.
5. Pemasangan iklan melalui majalah.
6. Pemasangan iklan melalui televisi.
7. Pemasangan iklan melalui radio.
Tujuan penggunaan dan pemilihan media iklan tergantung dari tujuan
perusahaan. Masing-masing media mempunyai tujuan dan segmentasi sendiri.
Terdapat paling tidak empat macam tujuan pengguna iklan sebagai media
promosi yaitu :
1. Untuk pemberitahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan produk
yang dimiliki oleh suatu perusahaan, dan kelebihan suatu produk atau
informasi lainnya.
2. Untuk mengingatkan kembali kepada pelanggan tentang keberadaan atau
keunggulan produk yang ditawarkan.
3. Untuk mendapatkan perhatian dan minat para konsumen dengan harapan
akan memperoleh daya tarik dari para calon.
4. Mempengaruhi pelanggan saingan agar berpindah ke perusahaan yang
mengiklankan.
Kemudian pertimbangan penggunan media yang akan diapakai untuk
pemasangan iklan di suatu media antara lain :
1. Jangkauan media yang akan digunakan.
2. Sasaran atau konsumen yang akan dituju.
3. Besarnya biaya yang akan dikeluarkan.
Di samping promosi lewat iklan, promosi lainnya dapat dilakukan melalui promosi
penjualan atau sales promotion. Tujuan promosi penjualan adalah untuk
meningkatkan penjualan atau meningkatkan jumlah pelanggan. Promosi
LAPORAN AKHIR 3 - 21
penjualan dilakukan untuk menarik pelanggan agar segera membeli maka perlu
dibuatkan promosi penjualan yang menarik.
Bagi perusahaan promosi penjualan dapat dilakukan melalui :
1. Pemberian harga khusus atau potongan harga (diskon) untuk produk
tertentu.
2. Pemberian undian kepada setiap pelanggan yang membeli dalam jumlah
tertentu.
3. Pemberian cendera mata serta kenang-kenangan lainya kepada
konsumen yang loyal.
4. Promosi dan penjualan lainnya.
Peramalan merupakan pengetahuan dan seni untuk memperkirakan apa saja yang
akan terjadi di masa yang akan datang pada saat sekarang. Dalam melakukan
peramalan, peramal harus mencari data dan informasi masa lalu. Data dan informasi
masa lalu merupakan perilaku yang terjadi di masa lalu dengan berbagai kondisi
pada saat itu.
Kondisi yang menyebabkan perilaku data dan informasi tersebut bisa dijadikan acuan
bagi kondisi sekarang dan di masa mendatang. Dalam melakukan peramalan kondisi
ini dapat dijadikan alat untuk melakukan peramalan, apa yang mungkin akan terjadi
di masa mendatang dengan asumsi-asumsi tertentu. Hal ini perlu dilakukan
mengingat di masa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian.
Dalam praktiknya ada beberapa jenis peramalan, hal ini tergantung dari sudut mana
kita memandangnya. Jenis –jenis peramalan dimaksud antara lain :
LAPORAN AKHIR 3 - 22
2. Dilihat dari segi sifat ramalan :
a. Peramalan kuallitatif merupakan peramalan yang ditawarkan atas kualitatif
dan biasanya peramalan ini didasarkan kepada hasil penyelidikan.
b. Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar data
kuantitatif masa lalu (dalam bentuk angka-angka).
3. Dilihat dari jangka waktu :
a. Peramalan jangka pendek merupakan peramalan yang didasarkan pada
waktu kurang dari satu tahun.
b. Peramalan jangka menengah merupakan peramalan yang didasarkan pada
rentang waktu dari satu tahun sampai tiga tahun.
c. Peramalan jangka panjang merupakan peramalan yang didasarkan pada
kurun waktu lebih dari tiga tahun.
Selanjutnya untuk meramalkan permintaan yang akan datang terdiri dari berbagai
cara. Masing-masing cara memiliki kelebihan tersendiri. Dalam praktiknya, untuk
melakukan peramalan permintaan di masa datang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Survei niat pembeli.
b. Gabungan pendapat tenaga penjual.
c. Pendapat ahli.
d. Metode tes pasar analisa deret waktu.
e. Analisis permintaan secara statistik.
Adapun penyusunan ramalan dapat dilakukan atas dasar :
a. Apa kata orang, penelitian atas pendapat pembeli, tenaga penjual, dan
pendapat para ahli.
b. Apa yang dilakukan orang, uji pasar, dan tanggapan orang.
c. Apa yang telah dilakukan orang, perilaku pembeli di masa lalu, dengan deret
waktu atau analisis regresi.
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada
berbagai tingkat harga pasa suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi
permintaan suatu barang dan jasa adalah :
a. Harga barang itu sendiri.
b. Harga barang lain yang memiliki hubungan (barang pengganti atau barang
pelengkap).
c. Pendapatan.
d. Selera.
e. Jumlah penduduk.
LAPORAN AKHIR 3 - 23
f. Faktor khusus (akses).
Pengertian penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen
pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah :
a. Harga barang itu sendiri.
b. Harga barang lain yang memiliki hubungan ( barang pengganti atau barang
pelengkap).
c. Teknologi.
d. Harga input (ongkos produksi).
e. Tujuan perusahaan.
f. Faktor khusus (akses).
Jumlah permintaan dan penawaran serta jenis barang yang ada di pasar ini dapat
dijadikan dasar untuk mengetahui struktur pasar atas produk atau jasa tersebut.
Dalam praktiknya terdapat berbagai struktur pasar yang ada. Salah satu cara
untuk mengenal struktur pasar adalah dengan melihat jumlah perusahaan yang
ada di dalam industrri yang menawarkan suatu barang dan jasa. Jenis struktur
pasar yang ada dapat dikelompokkan ke dalam :
a. Pasar persaingan sempurna.
b. Pasar persaingan monopolistik.
c. Pasar oligopoli.
d. Pasar monopoli.
LAPORAN AKHIR 3 - 24
5. ASITA
6. Perbarindo
7. Kadin
8. IHS
9. PHRI
FGD dilakukan dengan suasana santai dan teratur. Hal ini berguna untuk
membuat peserta FGD lebih tenang dalam menyampaikan berbagai usulan
dan kebutuhan bisnis apa saja yang dapat dilakukan dalam Tower STP. FGD
yang dilakukan mampu menjaring kebutuhan bisnis para pemangku
kepentingan ini sehingga dapat dijadikan landasan pembangunan Tower STP
sehingga aspek ekonomis pembangunan Tower STP dapat dipotret lebih
mendalam. Dalam kegiatan feasibility study ini akan melihat potensi pasar
yang ada dan bagaimana mengarap permintaan pasar ini.
Aspek pasar dan pemasaran atau oleh Gitinger diistilahkan sebagai
aspek komersil merupakan rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh
proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan
dan pelaksanaan proyek. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam aspek
pasar dan pemasaran terdapat dua sudut pandang yaitu sudut pandang
output dan sudut pandang input.
Aspek pasar dan pemasaran dari sudut pandang output setidaknya mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah terdapat pasar cukup atau permintaan yang cukup untuk produk
yang ditawarkan?
2. Berapa besar porsi (share) keseluruhan pasar yang akan dikuasai
proyek?
3. Apakah tersedia fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh konsumen ?
4. Apakah proyek menghasilkan kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh
pasar?
A. Hasil FGD
FGD dengan stakeholder atau pemangku kepentingan dalam hal ini
asosiasi bisnis yang bekerja di Solo sekitarnya telah dilakukan dua kali
yaitu :
1. FGD 1
FGD ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai asosiasi bisnis yang
mempunyai banyak kepentingan bsinis dan mempunyai jangkauan
pasar yang besar bagi produk mereka. FGD kali ini dihadiri oleh
LAPORAN AKHIR 3 - 25
berbagai asosiasi bisnis yang biasa melakukan aktifitasnya di Solo
sekitarnya, antara lain :
a. Tanggapan dari HIPMI :
Hadir dalam acara ini HIPMI dari bidang pariwisata. Kebutuhan
HIPMI bidang pariwisata antara lain meeting room dengan
kapasitas 1.500 orang atau lebih. Selain itu ada saran untuk
membangun sarana pendukung dahulu seperti jalur transportasi,
jalan masuk, dukungan armada taxi yang memadai, bis yang layak
serta alat tranportasi lainnya yang layak untuk para tamu luar kota
sehingga even-even yang direncanakan dapat terealisasi dengan
baik. Dari HIPMi tercetus pula harapan dan informasi kapan
bangunan ini selesai dibuat. Hal ini akan disesuaikan jadwal
pelaksanaan even-even tahunan HIPMI sendiri.
Selain itu HIPMI berpendapat potensi MICE dianggap sudah
crowded. Seringkali terjadi kegiatan di kota Solo tetapi tamunya
bermalam di Yogyakarta karena semua hotel telah penuh. Untuk
melayani even dengan tamu 250 orang ke atas mengalami
kesulitan dalam hal akomodasi.
b. Tanggapan dari Apkomindo :
Kebutuhan Apkomindo adalah hall untuk expo. Luasan yang
dibutuhkan kira-kira dua kali hall gedung pertemuan Diamond jalan
Slamet Riyadi solo. Apkomindo melakukan expo di Solo minimal 4
kali dalam setahun.
Pengunjung total Apkomindo sekitar 14.000 sampai 16.000 pagi
sampai malam. Selain itu terdapat peserta pameran yang
memerlukan stand dan layout tata ruang yang cukup.
c. Tanggapan dari ASITA :
Kota Solo adalah kota pariwisata. Gedung yang akan dibangun
pemerintah diharap supaya holistic artinya mampu menanmpung
banyak kebutuhan tidak hanya dilihat dari MICE saja. Hal ini
disebabkan karena kota Solo sudah menjadi surga belanja atau
shooping. Aktifitas MICE akan menimbulkan banyak kebutuhan
antara lain orang luar kota yang meeting di Solo akan mencari
beragam oleh-oleh khas Solo untuk orang rumah. Konsep
pariwisata yang penting adalah what to see what to enjoy what to
LAPORAN AKHIR 3 - 26
do. Tower STP diharap mampu menambah fasilitas layanan
pariwisata Solo.
ASITA juga menyarankan Tower STP jangan hanya hidup dari
kegiatan meeting atau expo saja. Bangunan harus dibuat menarik
sehingga orang mau datang ke situ walau hanya sekedar berfoto
dan meng up date status di jaringan social seperti facebook atau
twiternya. Selain itu diharapkan Tower STP ada pojok kuliner yang
khas. Hal ini karena Solo adalah kota shopping. Wisata belanja di
Solo masih dianggap murah. Sekali mau berwisata di Tower STP
banyak lokasi sekitar Tower STP juga mengalami dampak
positifnya seperti kampus UNS, kampus ISI dan lainnya. Selain itu
food court yang akan ada perlu ditata supaya tidak terkesan
kumuh. Food court didirikan untuk dua tujuan yaitu untuk
pengunjung dan pegawai STP sendiri.
Simbol heritage yang diusulkan ASITA antara lain desain batik
atau keris. Selain itu desain tokoh wayang juga dapat dijadikan
pertimbangan.
Tower STP diharapkan mempunyai diferensiasi bukan hanya
luasan zona yang dipunyai yaitu 8 hektar. Konsep yang diusulkan
adalah tourism dan education. Pusat penelitian juga perlu didirikan
untuk menjembatani kebutuhan di lapangan dan pelatihan
ketrampilan yang diperlukan. Informasi tambahan even yang
diadakan oleh Apkomindo per hari bisa dikunjungi 10.000 orang
sehingga perlu dipikirkan luasan gedung yang akan dibangun.
MICE di Solo biasanya tidak ada ruang untuk sidang komisi
sehingga Tower STP diharapkan mampu memenuhi kebutuhan ini.
Bangunan ini harus bisa menjadi destinasi yang something to see,
something to do, something to buy.
d. Tanggapan dari PPGI :
Pameran yang diadakan oleh PPGI minimal dua kali setahun. Kota
Jogja juga sudah tertarik untuk acara ini. PPGI diminta
mengadakan even serupa di JEC Jogja. Asosiasi ini juga
memerlukan hotel dengan harga terjangkau. Hotel Diamond Solo
dianggap mahal. PPGI merasa senang pemerintah Kota Surakarta
sudah memikirkan pembangunan gedung pertemuan ini.
Walaupun demikian ada kendala lokasi pembangunan tower STP
LAPORAN AKHIR 3 - 27
untuk kegiatan PPGI yaitu letak geografis di Pedaringan dianggap
kurang strategis karena pameran mesin diangkut dengan truk
kontainer sehingga harus memperhatikan kontur tanah.
Analisis FGD
Dalam FGD pertama kali ini terlihat antusiasme asosiasi bisnis melihat
rencana pembangunan Tower STP. Beberapa harapan dan keinginan
kegiatan bisnis yang belum dapat dilakukan secara maksimal di kota
Solo dan sekitarnya adalah kegiatan Meeting Incentive Conference
Exhibition (MICE) skala besar. Bisnis pameran dan expo terlihat cukup
menjanjikan di kota Solo. Hal ini terlihat dari kegiatan rutin beberapa
asosiasi bisnis yang mampu menyerap banyak pengunjung. Masukan
ini dapat dijadikan dasar potensi pasar yang bagus untuk penggunaan
tower STP secara ekonomis. HIPMI Solo ingin tahu lebih banyak
kapan Tower STP selesai dibuat. Hal ini berguna untuk menyesuaikan
jadwal kegiatan bisnis tahunan HIPMI yang memerlukan ruangan yang
cukup memadai dan cukup representatif. Oleh karena itu kegiatan
HIPMI ini merupakan potensi pasar yang baik untuk Tower
STP.Apkomindo membutuhkan ruangan yang luasnya dua kali hall
gedung pertemuan Diamond jalan Slamet Riyadi. Kegiatan tahunan
Apkomindo minimal 4 kali dalam setahun. Pengunjung total
Apkomindo sekitar 14.000 sampai 16.000 pagi sampai malam. Selain
itu terdapat peserta pameran yang memerlukan stand dan layout tata
ruang yang cukup. Dengan demikian kebutuhan hall Apkomindo
merupakan potensi pasar bagi Tower STP. Konsep pariwisata bagi
ASITA adalah yang penting what to see what to enjoy what to do.
Tower STP diharap mampu menambah fasilitas layanan pariwisata
Solo. Dengan demikian tower STP dapat menjadi salah satu ikon
pariwisata terutama bagi tamu hotel di Solo. Tower STP dapat menjadi
daya tarik tersendiri ketika tamu hotel bermalam di kota Solo. Tower
STP diharapkan mempunyai diferensiasi bukan hanya luasan zona
yang dipunyai yaitu 8 hektar tetapi menjadi ikon buddaya di Solo selain
yang sudah ada.Hal ini dapat diwujudkan dengan desain bangunan
dan fungsi bangunan itu sendiri. Konsep yang diusulkan adalah
tourism dan education. Pusat penelitian juga perlu didirikan untuk
menjembatani kebutuhan di lapangan dan pelatihan ketrampilan yang
diperlukan. Konsep something to see, something to do, some thing to
LAPORAN AKHIR 3 - 28
buy dapat dicermati oleh pengelola Tower STP. Walaupun demikian
kekurangan dari Tower STP adalah lokasi yang berada di pinggir kota
dengan kontur tanah yang naik turun. PPGI berpendapat ruang expo
Tower STP mempunyai hambatan jika disewa PPGI karena pameran
mesin grafika selalu menggunakan truk container. Oleh karena itu
prasarana perlu dipersiapkan dengan baik seperti jalan diperlebar,
dukungan transportasi yang baik misal taxi dan bis yang dapat
melayani orang luar kota dengan baik, penerangan, lapangan parkir
yang luas, lapangan untuk docking barang pameran dan lainnya.
2. FGD 2
FGD ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai asosiasi bisnis yang
mempunyai banyak kepentingan bsinis dan mempunyai jangkauan
pasar yang besar bagi produk mereka. FGD kali ini dihadiri oleh
berbagai asosiasi bisnis antara lain :
a. Kadin :
Kadin memberikan info bahwa Solo belum punya balai lelang.
Space untuk kuliner juga diperhatikan supaya menjadi salah satu
daya tarik tersendiri. Kadin mengharapkan ada ruang pameran,
ruang lelang, ruang perform serta ruang kuliner. Kadin
mengusulkan supaya meniru PGS untuk menggratiskan beberapa
lantai selama sebulan sepaya menarik sembari mengingatkan Solo
adalah kota dengan karakter kuliner dan budayanya. Kadin
berharap pembangunan tower STP ini mempunyai trikcle down
effect bagi masyarakat sekitarnya.
b. Asmindo
Asmindo berpendapat perlu ada ruang exhibition hall yang
berskala nasional. Lokasi Tower STP dianggap terlalu jauh dan
kurang strategis. Walaupun demikian gedung atau hall di Solo
yang sudah ada dianggap belum memadai dengan kebutuhan
kegiatan expose hingga ide pembangunan tower STP ini masih
dianggap mempunyai potensi dalam memenuhi kebutuhan itu.
LAPORAN AKHIR 3 - 29
c. Solo Creative City Network
Solo Creative City Network mengusulkan konsep city creative
sebagai acuan dalam membangun Tower STP. SCCN
berpendapat bahwa perlu juga dilihat budaya kota Solo. Lokasi
Tower STP dianggap jauh sehingga perlu diperhatikan aspek
kenyamaan ketika berkunjung di sana. Kalau suasananya nyaman
masyarakat akan mau dengan senang hati berkunjung. Untuk
bentuk bangunan Tower STP perwakilan SCCN berpendapat
dibuat desain yang dapat menjadi ikon Kota Solo misal keris atau
desain batik.
d. Perbarindo
Perbarindo berharap Tower STP dapat menjadi sarana pelatihan
professional seperti pelatihan perbankan bagi para anggotanya.
Perbarindo saat ini sedang giat menggarap bisnis pertanian yang
memerlukan pemahaman mendalam mengenai pembiayaaannya.
Asosiasi ini juga menyoroti bagaimana caranya orang yang
mempunyai kemampuan bayar dapat dibiayai perbankan dengan
memperhatikan resiko yang ada.
e. IHS
IHS berpendapat Solo butuh landmark dan pembangunan Tower
STP ini cukup mampu memenuhi harapan itu. HIS sebaga
lembaga pendidikan mempunyai agenda wisuda yang teratur dan
membutuhkan gedung yang menampung banyaknya calon
wisudawan beserta undangan. Dalam waktu dekat HIS akan
mewisuda sekitar 700 siswanya beserta tamu undangan lainnya.
f. PHRI
PHRI mengaku kesulitan mencari MICE yang dapat menampung
8.000 orang. Ada peluang international event yang harusnya bisa
ditangkap oleh Solo. Lokasi kota Solo diuntungkan dengan segitiga
Solo-Jogja-Semarang karena menjadi centernya. Walaupun
demikian pada hari kedua banyak tamu di Solo menjadi agak
bingung untuk berkegiatan apa. Oleh karena itu Tower STP bisa
diharapkan menjadi salah satu destinasi bagi para tamu hotel.
g. Direktur STP
Secara desain direktur STP menginformasikan bentuk sebelumnya
adalah bunga teratai sehingga menara bisa dibentuk bunga teratai.
LAPORAN AKHIR 3 - 30
Multiplier effect dirasa bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar
misalnya usaha kos-kosan. Dampaknya bisa dirasakan sampai
daerah Mojosongo apalagi kalau mobil SMK bisa dikembangkan
lagi maka Mojosongo dan Subosuko bisa terangkat. Teknologi obat
herbal bisa juga dikembangkan dengan menggadeng tanaman
obat dari Tawangmangu. Materi bisa dibawa dari balai tanaman
obat ke STP sehingga tanaman herbal berbasis teknologi. Konsep
perkantoran berkonsep one stop service.
h. Bappeda Solo
Bappeda Solo juga melihat Solo sebagai destinasi wisata sehingga
harus ada bangunan untuk keperluan MICE skala besar.
Kegiatannya antara lain pameran alat kedokteran. Sky tower
monumental tetapi juga ada nilai ekonomisnya seperti bisa
dimanfaatkan sebagai stasiun televisi. Disamping itu juga dapat
dipakai wisata education tourism misal sebagai pusat peragaan
iptek. Teknologi bisa modern maupun lokal misal menjadi tempat
pembuatan keris.
Analisis FGD
Kadin menanggapi positif rencana pembangunan Tower STP ini. Lebih
lanjut Kadin mengusulkan adanya ruang pameran, ruang lelang,
ruang perform serta ruang kuliner. Informasi yang didapat dari Kadin
kota Solo belum mempunyai ruang lelang yang representatif.
Pembanguan Tower STP diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
ruang-ruang tersebut. Kapasitas ruang diharapkan lebih besar dari
yang sudah ada yaitu minimal 3.000 orang. Lahan parkir menjadi
perhatian yang krusial termasuk parkir loading. Luasan harus bisa
untuk putar truk gandeng. Dengan demikian terlihat kebutuhan akan
berbagai ruang dan lahan parkir yang memadai dengan berbagai
keperluan. Asmindo berpendapat bahwa lokasi yang dianggap jauh
dari keramaian. Oleh karena itu perlu dibangun juga infrastruktur yang
memadai. Konsep MICE harus bisa membuat orang tertarik dengan
dibangunnya restoran dan hotel untuk tamu-tamu luar kota. SCCN
berharap pembangunan Tower STP ini membawa landmark bagi kota
Solo. Tower STP harus bisa memikat kaum muda untuk sekedar
‘nongkrong’ dilokasi tersebut. Salah satu daya tariknya adalah café
untuk anak muda. SCCN menyoroti budaya kota Solo yang ‘manja’
LAPORAN AKHIR 3 - 31
dan enggan ‘dolan’ ke lokasi yang dianggap terlalu jauh dari pusat
kota. Untuk desain bangunan di usulkan bentuk keris atau motif batik.
Dengan demikian usulan ini merupakan dukungan pembangunan
Tower STP. Perbarindo berharap Tower STP dapat dijadikan pusat
pelatihan perbankan sehingga kemampuan para bankir dapat
berkembang. Oleh karena itu Perbarindo setuju dan mendukung
pembangunan Tower STP karena dapat membantu para anggota
Perbarindo. HIS mengungkapkan kebutuhan ruang untuk wisuda
dalam jumlah peserta wisuda yang besar. Oleh karena itu IHS
mendukung menyambut gembira rencana pembangunan Tower STP
yang akan berguna menyediakan ruang wisuda yang lebih luas. PHRI
menganggap kota Solo sebagai pusatnya segitiga Solo Jogja
Semarang. Lebih lanjut PHRI berharap pembangunan Tower STP
jangan sampai hanya bangunan saja tetapi mempunyai roh yang kuat
sehingga lebih mampu melayani kegiatan MICE dalam skala besar
dan nasional bahkan internasional. Direktur STP berpendapat akan
banyak multilplier effect bagi masyarakat sekitar. Bappeda Solo
mempunyai harapan bahwa pembangunan Tower STP ini akan
mendapatkan Sky tower monumental tetapi juga ada nilai
ekonomisnya seperti bisa dimanfaatkan sebagai stasiun televisi.
Disamping itu juga dapat dipakai wisata education tourism misal
sebagai pusat peragaan iptek.
Analisis ini untuk menentukan tingkat pelayanan yang diharapkan oleh calon
tenant/penghuni/pengguna Tower STP.
Dari dua FGD yang dilakukan di kantor Bappeda Surakarta terlihat beberapa
layanan yang diharapkan oleh calon pengguna Tower STP.
LAPORAN AKHIR 3 - 32
Tabel III.9
Tingkat pelayanan Yang diHarapkan oleh Calon Tenant
5. Kadin Biaya sewa yang murah supaya barang Bangunan Tower STP harus
dijual untuk keperluan shopping juga didukung sarana dan prasarana yang
murah lengkap
6. Asmindo Jalan menuju Tower STP supaya tidak Bangunan Tower STP harus
macet didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
7. Solo Creative Suasana yang nyaman Bangunan Tower STP harus
City Network didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
10. PHRI Layanan hotel minimal bintang 4 Bangunan Tower STP harus
didukung sarana dan prasarana yang
lengkap
Kesimpulan : layanan yang dibutuhkan oleh asosiasi bisnis adalah layanan standar yang harus ada.
Layanan ini akan mendukung kegiatan bisnis yang ada.
Dari tabel diatas terlihat beberapa layanan yang diharapakan oleh calon
tenant jika mereka menyewa Tower STP untuk kegiatan bisnisnya. Layanan
ini terlihat layanan standar yang mereka dapatkan ketika menyewa space
ruang untuk berbagai kegiatan. Hendaknya pengelola Tower STP melakukan
terobosan layanan sehingga menjadi lebih menarik misalnya program diskon,
program rescheduling, program kemitraan, dan lain sebagainya.
Dalam in depth interview yang dilakukan di Kota Semarang beberapa
perwakilan asosiasi mempunyai pendapat mengenai layanan yang perlu
disediakan oleh Tower STP. Beberapa layanan itu antara lain tercakup dalam
tabel dibawah ini.
LAPORAN AKHIR 3 - 33
Tabel III.10
Tingkat pelayanan Yang diHarapkan oleh Calon Tenant
Harapan layanan juga tidak jauh beda dari asosiasi bisnis di luar Kota Solo.
Mereka menginginkan layanan yang baik sehingga acara yang menjadi
tanggung jawab mereka dapat selesai dengan lancar dan memuaskan para
klien. Tabel diatas terlihat lebih terinci layanan yang diharapakan. Untuk kota
Semarang dan sekitarnya mereka mengaku kekurangan ruang untuk
melakukan kegiatan bisnisnya. Mereka berpendapat gedung yang bagus dan
repersentatif untuk kegiatan MICE di Semarang hanya dua yaitu Mall Ciputra
dan Mall Paragon. Akibatnya harga sewa tiap tahun selalu meningkat dan ini
tidak bagus untuk bisnis mereka.
Kesimpulan Tingkat Pelayanan Yang Diharapkan Calon Pengguna Tower
STP :
1. STP dapat dipakai perhelatan skala nasisonal (aktifitas MICE skala
besar).
2. Adanya fasilitas ATM dan ticketing.
3. Adanya layanan informasi.
LAPORAN AKHIR 3 - 34
4. Harga sewa yang wajar.
5. Akses ke lokasi yang nyaman.
6. Fasilitas perhotelan bintang 4.
LAPORAN AKHIR 3 - 35
Hal ini juga bisa dilihat semakin banyaknya permintaan dukungan dari
berbagai pihak kepada Pemerintah, mulai dari kegiatan bidding, promosi,
delegate boosting, site visit dan memperkaya program pada saat suatu
event MICE diselenggarakan.
Berbagai langkah strategis dalam pembangunan MICE di Indonesia
antara lain dengan Pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku
industri. Pendekatan Komunitas, yaitu mendukung penyelenggaraan
kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komunitas. Memanfaatkan
prominent persons/public figures sebagai ‘Ambassador’ untuk
mempromosikan MICE dan pariwisata Indonesia.
Keinginan Pasar
Faktor penentu dalam memilih Destinasi MICE yang dirilis Warta Ekspor
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2011) antara lain :
a. Keamanan
Semua konsumen MICE menginginkan adanya jaminan keamanan,
baik dari pemerintah maupun oleh penyelenggara. Dalam setiap event
internasional perlu adanya fasilitas pengamanan yang ketat khususnya
di venue dan akomodasi. Selain itu tempat yang menjadi bagian
pendukung kegiatan juga harus dijaga keamanannya misalnya di
bandara dan tempat hiburan malam selama acara berlangsung.
b. Harga
Harga yang bersaing dengan fasilitas yang lengkap menjadi salah satu
kriteria bagi para konsumen MICE dalam menentukan daerah tujuan
kegiatannya. Fasilitas hiburan yang memadai serta fasilitas pendukung
diluar kegiatan utama menjadi nilai tambah suatu daerah dalam
menarik konsumen MICE
c. Kemudahan Akses
Daerah destinasi MICE membutuhkan fasilitas aksesibilitas dan
transfer baik dari darat, laut maupun udara. Transportasi yang mudah
aman, efisien dan bebas hambatan mempermudah para konsumen
MICE dalam menjangkau kawasan tersebut.
d. Fasilitas Terpelihara
Fasilitas yang terjaga dengan baik pada venue pelaksanaan MICE
akan membuat konsumen MICE nyaman untuk tinggal lebih lama.
Berbagai fasilitas yang disediakan pada venue dengan standar
internasional, resort kelas dunia dan tempat hiburan yang menarik.
LAPORAN AKHIR 3 - 36
e. Infrastruktur
Dalam penyelenggaraan event internasional, dibutuhkan fasilitas
infrastruktur langsung seperti venue meeting dan konvensi yang
berstandar internasional dengan jumlah kapasitas yang memadai serta
terintegrasi dengan hotel dan tempat hiburan. Infrastruktur pendukung
bagi para konsumen untuk menuju ke venue penyelenggaraan sangat
penting. Selain mudah untuk di akses, infrastruktur berstandar
internasional sangat diperlukan diantaranya, bandara yang mampu
menampung pesawat besar dan adanya jalur langsung ke kota
internasional.
f. Atraksi waktu senggang
Program hiburan selama penyelenggaraan kegiatan menjadi daya tarik
tersendiri bagi para konsumen MICE. Untuk menghilangkan kejenuhan
mengikuti acara, pada umumnya diselingi dengan kegiatan hiburan,
diantaranya pertunjukan seni dan budaya maupun mengunjungi objek
wisata.
g. Bahasa
Untuk mempermudah para konsumen MICE dalam mengikuti agenda
kegiatannya, maka perlu adanya tourism hospitality and MICE staff
yang bisa berbahasa asing. Tergantung dengan asal konsumen MICE
tersebut. Penyedia jasa MICE sudah seharusnya menyediakan
profesional yang mampu berbahasa asing.
LAPORAN AKHIR 3 - 37
lebih rendah dan pengurangan variasi services. Akan tetapi pasar
pertemuan para Asosiasi justru berkembang karena ada kepentingan
untuk mencari solusi dan memperkuat kepentingan anggota. Para individu
juga lebih termotivasi untuk mendapatkan insentif travel karena kondisi
keuangan, mereka menghemat untuk perjalanan pribadi sedangkan untuk
insentif grup, harga tidak selalu menjadi pertimbangan utama, namun
keragaman penawaran yang sesuai dengan kebutuhan grup lebih utama.
Pasar MICE sangat demanding sehingga perlu menawarkan sesuatu yang
berbeda
Bulan Favorit Penyelanggaran MICE
Sedangkan bulan-bulan favorit penyelenggaraan kegiatan pertemuan
adalah pertengahan tahun seperti bulan Mei dan Juni serta bulan
September dan Oktober.
Tabel III.11
Jenis Tempat Pertemuan 2010
Jumlah
Tempat Pertemuan
Hotel 2.236
Conference/Exhibition Centre 1.367
Universitas 1.098
Lainnya 491
Sumber : ICCA Statistics Report
Tabel III.12
Subjek Pertemuan 2010
Tema Jumlah Pertemuan
Medical Sciences 2.026
Teknologi 1.626
Ilmu Pengetahuan 1.498
Industri 769
Pendidikan 649
LAPORAN AKHIR 3 - 38
Tema Jumlah Pertemuan
Ilmu Sosial 597
Ekonomi 449
Manajemen 414
Transportasi & 390
Telekomunikasi
Commerce 346
Sumber : ICCA Statistics Report
LAPORAN AKHIR 3 - 39
organizer dalam arti pantia raker adalah para karyawan selama 10 hari
termasuk 2 meal + 2 coffe break setiap harinya, kegiatan perekrutan
anggota Multi Level Marketing dengan waktu 5 hari akan digabungkan
dengan meal dari restaurant meeting 1 meal + 1 coffe break. Jadi yang
dipasarkan sebagai produk utama adalah aktifitas MICE yang nanti akan
mendorong penjualan semua produk di restauran, gardu pandang, ball
room.
Potensi Aktifitas Retail Marketing MICE difokuskan pada sewa kamar
hotel. Asumsinya kegiatan ini akan meningkatkan penjualan di bidang lain
misal meeting room dan restaurant
Tabel III.13
Tabel perkiraan pendapatan MICE Non Even
Perkiraan Pendapatan
No Bulan Keterangan kenaikan kenaikan kenaikan
0% 35% 45%
1. Januari bulan non even 81.900.000 - -
2. Februari bulan non even 81.900.000 - -
3. Maret bulan non even 81.900.000 - -
4. April bulan non even 81.900.000 - -
5. Mei bulan non even - 110.565.000 -
6. Juni bulan non even - 110.565.000 -
7. Juli bulan non even 81.900.000 - -
8. Agustus bulan non even 81.900.000 - -
9. September bulan non even - - 118.755.000
10. Oktober bulan non even - - 118.755.000
11. Nopember bulan non even 81.900.000 - -
12. Desember bulan non even 81.900.000 - -
SUB TOTAL 655.200.000 221.130.000 237.510.000
TOTAL POTENSI PENDAPATAN SETAHUN 1.113.840.000
Sumber : data primer, diolah 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 40
charge (FOC) dari jumlah kamar yang dipesan, misal pesan 9 kamar
gratis satu. Perhitungan memperlihatkan jumlah Rp 81.900.000 per bulan
dengan estimasi peningkatan permintaan 0 %, 35%, dan 45% . tabel
diatas dapat digunkan untuk benchmark kegiatan pemasaran dan
berpotensi mendapatkan konsumen non even.
Tabel III.14
Tabel Perkiraan Pendapatan MICE Even
Agenda Perkiraan Pendapatan
No Bulan
Even kenaikan 10% kenaikan 35% kenaikan 45%
1. Januari 12 - 4.597.256.250 -
2. Februari 26 - 4.597.256.250 -
3. Maret 13 - 4.597.256.250 -
4. April 7 3.745.912.500 - -
5. Mei 7 3.745.912.500 - -
6. Juni 31 - - 4.937.793.750
7. Juli 14 - 4.597.256.250 -
8. Agustus 21 - 4.597.256.250 -
9. September 46 - - 4.937.793.750
10. Oktober 50 - - 4.937.793.750
11. Nopember 32 - - 4.937.793.750
12. Desember 2 3.745.912.500 - -
SUB TOTAL 11.237.737.500 22.986.281.250 19.751.175.000
TOTAL POTENSI PENDAPATAN SETAHUN 53.975.193.750
Sumber : data primer, diolah 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 41
pendapatan dari kegiatan MICE lebih banyak dan memperlihatkan yang
siginifikan. Tabel diatas juga memperlihatkan puncak kegiatan even di
bulan oktober yaitu sebanyak 50 even. Oleh karena itu kegiatan MICE
dengan even akan semakin menambah potensi pendapatan.
Asumsi :
i. Hotel sebagai produk utama STP
ii. Terjadi multiplier effect antar produk STP
iii. Untuk produk STP yang dapat dipasarkan secara kontinyu oleh staf
pemasaran adalah hotel
Tabel III.15
Kebutuhan Calon Pengguna STP
Menurut Asosiasi Profesi dan Bisnis
LAPORAN AKHIR 3 - 42
No Asosiasi Kebutuhan TenantTower STP Komentar
7. Solo Creative Desain landmark yang mudah Interior dan eksterior ruang yang
City Network diingat dan indah. Hal ini penting menarik dan nyaman
untuk tamu asing
8. Perbarindo Sarana pelatihan untuk Ruang-ruang Tower STP
pengembangan profesi sebaiknya memadai untuk
Dukungan Tower STP untuk kebutuhan ini
legalitas dan uji coba mesin-mesin
baru yang menjadi agunan kredit
pengusaha
9. IHS GraduationRoom/ wisuda Ruang-ruang Tower STP
sebaiknya memadai untuk
kebutuhan ini
10. PHRI Ada bagian yang menjadi hotel Ruang-ruang Tower STP
Sebagai destinasi bagi tamu hotel sebaiknya memadai untuk
kebutuhan ini
11. Direktur STP Kantor dengan konsep one stop Ruang-ruang Tower STP
service sebaiknya memadai untuk
kebutuhan ini
12. Bappeda Solo Bangunan untuk kegiatan MICE Ruang-ruang Tower STP
skala besar sebaiknya memadai untuk
Stasiun televisi kebutuhan ini
Wisata education tourism
Sumber : data primer diolah, 2013
Dari tabel diatas animo dan perhatian asosiasi profesi dan bisnis yang banyak
melakukan kegiatan di Kota Solo cukup besar. Kebutuhan akan ruang
kegiatan yang lebih representative yang diungkapkan dalam kegiatan FGD ini
memperlihatkan potensi yang bagus baik untuk Tower STP dan untuk
pengembangan kota Solo. Potensi ekonomi yang ditimbulkan jika Tower STP
dapat memenuhi harapan peserta FGD akan menguntungkan kota Solo dan
masyarakatnya. Sektor riel di bidang MICE akan lebih maju sehingga kota
Solo menjadi lebih maju. Dibandingkan dengan kota-kota penting lainnya di
Jawa Tengah, kota Solo mempunyai keuntungan secara geografis karena
berada di tengah antara kota Jogjakarta dan Semarang.
Kesimpulan Kebutuhan Calon Tenant :
1. Tersedianya meeting room kapasitas lebih dari 1500
2. Tersedianya alat transportasi (bis, taxi).
3. Tersedianya ruang pameran.
4. Tersedianya ruang lelang.
5. Tersedianya ruang perform.
6. Tersedianya tempat shooping yang murah.
7. Tersedianya ruang wisuda / graduation.
8. Tersedianya ruang kantor one stop service.
LAPORAN AKHIR 3 - 43
9. Tersedianya kamar hotel minimal bintang 4.
LAPORAN AKHIR 3 - 44
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel III.16
Matrik Profil Kompetitif MICE Tower STP Solo
Jec (Jogja) Mcc (Semarang) Tower Stp (Solo) Balai Kartini Jakarta Interntl E Balai Sidang Jcc
Faktor
No Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
Strategis Rating Rating Rating Rating Rating Rating
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
LAPORAN AKHIR 3 - 44
Dari tabel diatas terlihat bahwa Balai Sidang JCC Jakarta memang
menempati rangking teratas karena memang sudah terkenal dan menjadi
lokasi yang representatif. Faktor strategis terutama product dan place yang
terlihat menonjol. Balai Sidang JCC termasuk skala regional yang sudah
dikenal di luar negeri. Gedung berikutnya adalah Jakarta Internasional Expo
yang menempati peringkat kedua. Faktor price menjadi patokan dalam
penentuan gedung ini. Selanjutnta JEC Jogjakarta menempati rangking
ketiga. JEC Yogyakarta mempunyai Bima Hall yang mampu menampung
3000 sampai 10.000 orang, Yudhistira Hall yang mampu 150 sampai 900
orang, Arjuna Hall dapat menampung 250 sampai 1250 orang. MCC
Semarang secara operasional belum begitu dilirik asosiasi bisnis karena
letaknya di semarang bawah dan harga yang belum kompetitif. Untuk
sementara kegiatan MICE di Semarang masih terpusat di mall yaitu Mall
ciputra dan Mall Paragon. Keduanya dianggap representatif dalam melakukan
kegiatan MICE. Oleh karena itu Tower STP dapat memakai JEC Jogjakarta
sebagai benchmark pengembangan lokasi untuk kebutuhan MICE berbagai
acara skala besar dan nasional di Solo.
Berikut ranking bobot skor untuk masing-masing gedung atau ruang expo
yang dapat dijadikan pegangan dalam menentukan strategi memenangkan
persaingan.
Tabel III.17
Rangking Bobot Skor
Bobot
No Nama Gedung/ Convention Centre Kota
Skor
1. Balai Sidang Jakarta Convention Center Jakarta 4
2. Jakarta Intenational Expo Jakarta 3,8
3. Balai Kartini Jakarta 3,55
4. Jogja Expo Center Jogja 3,3
5. Tower Solo Technopark Solo 2,3
6. Marina Convention Center Semarang 2,1
Sumber : data primer diolah, 2013
LAPORAN AKHIR 3 - 45
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel III. 18
Matrik Profil Kompetitif Hotel Tower STP di Solo
Kusuma Sahid
Hotel Tower STP Hotel Sahid Jaya The Sunan Hotel Novotel
Faktor Prince Hotel
No Bobot
Strategis Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
Rating Rating Rating Rating Rating
Skor Skor Skor Skor Skor
1. Product 0,2 3 0,6 4 0,8 4 0,8 4 0,8 4 0,8
2. Price 0,2 2 0,4 3 0,6 3 0,6 3 0,6 3 0,6
3. Place 0,3 3 0,9 4 1,2 3 0,9 2 0,6 4 1,2
4. Promotion 0,1 2 0,2 3 0,3 2 0,2 2 0,2 2 0,2
5. Process 0,1 2 0,2 2 0,2 2 0,2 2 0,2 2 0,2
6. People 0,05 2 0,1 2 0,1 2 0,1 2 0,1 2 0,1
Physical
7. 0,05 2 0,1 2 0,1 2 0,1 2 0,1 2 0,1
Evidence
TOTAL 1 2,5 3,3 2,9 2,6 3,2
Sumber : data primer diolah, 2013
Matrik diatas memperlihatkan kemungkinan peta persaingan yang akan terjadi jika hotel di Tower STP dioperasikan. Oleh
karena masih baru sebaiknya hotel Tower STP mencontoh dan menjadikan The Sunan Hotel sebagai pesaing terdekat serta
menjadikkanya ’lompatan’ dalam memasuki bisnis perhotelan di Solo. Seiring dengan perkembangan bisnis dan pariwisata di
Solo terdapat banyak hotel baru yang sudah mengajukan ijin membangun di Solo dan di dearh lain seperti di Solo baru
Sukoharjo.
LAPORAN AKHIR 3 - 46
Tabel III. 19
Matrik Profil Kompetitif Rental Office Tower STP Solo
Ruko Kawasan
Ruko Kawasan
Strategis (Jln Slamet
Office Tower STP SoloBaru
Faktor Riyadi, Radjiman,
No Bobot Sukoharjo
Strategis Nonongan,Klewer,dll)
Bobot Bobot Bobot
Rating Rating Rating
Skor Skor Skor
1. Product 0,3 4 1,2 4 1,2 4 1,2
2. Price 0,2 2 0,4 2 0,4 2 0,4
3. Place 0,3 2 0,6 4 1,2 3 0,9
4. Promotion 0,05 1 0,05 3 0,15 2 0,1
5. Process 0,05 1 0,05 3 0,15 1 0,05
6. People 0,05 1 0,05 3 0,15 2 0,1
Physical
7. 0,05 1 0,05 3 0,15 2 0,1
Evidence
TOTAL 1 2,4 3,4 2,85
Sumber : data primer diolah, 2013
Tabel diatas memperlihatkan posisi rental ofiice Tower STP. Jika dibanding
dengan kawasan lain misalnya kawasan rumah toko atau lokasi bisnis di
berbagai jalan strategis di Solo memang memperlihatkan kondisi persaingan
yang tajam. Produk rental office ini harus berhadapan dengan jenis rumah
toko di berbagai lokasi strategis di Kota Solo. Rumah toko masih dipandang
jauh lebih fleksibel penggunaanya serta mudah didapatkan di tingkat berbagai
tingkat harga. Demikian pula dilokasi Sukoharjo yang mengalami
perkembangan bisnis sangat pesat di derah Solo Baru. Oleh karena itu untuk
meningkatkan value added rental ofiice perlu dipersiapakan skema
penawaran yang bagus dan menguntungkan bagi pengguna jasa rumah
kantor. Untuk saat ini kawasan Tower STP sudah ada beberapa instansi
menggunakan jasanya seperti Garuda Inonesia Airways. Kawasan rental
office Tower STP harus diposisikan sebagai rental office yang terintegrasi
dengan banyak manfaat terutama pemanfaatan teknologi tinggi dan modern.
LAPORAN AKHIR 3 - 47
b. Segmentasi Pasar (market segmentation)
Segmentasi pasar artinya membagi pasar dengan beberapa kelompok
pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing
mix yang berbeda. Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat dalam
suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda keinginan dan
kebutuhannya. Oleh karena setiap perbedaan memiliki potensi untuk
menjadi pasar tersendiri.
Untuk melakukan segmentasi pasar terdiri dari beberapa variasi yang
harus diperhatikan. Tujuannya adalah agar segmentasi yang telah
dilakukan tepat sasaran. Salah dalam menentukan variabel segmen akan
berdampak gagalnya sasaran yang ingin dicapai. Variabel untuk
melakukan segmentasi terdiri dari segmentasi konsumen dan segmentasi
pasar industrial.
Segmen yang dapat dilihat dari rencana pembangunan tower STP ini
adalah segmen G to B atau Government to Business yaitu kebutuhan
asosiasi bisnis dan professional lainnya akan ruang pamer, runag lelang,
ruang perfom sampai ke ruang sidang komisi. Kebutuhan MICE skala
besar mendapat perhatian serius dari asosiasi binis dan profesional.
c. Pasar Sasaran (Market Target)
Setelah segmentasi pasar selesai dilakukan, maka terdapat beberapa
segmen yang layak untuk digarap karena dianggap paling potensial.
Secara umum pengertian menetapkan pasar sasaran adalah
mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari
segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran
dengan cara mengembangkan ukuran dan daya tarik segmen kemudian
memilih segmen sasaran yang diinginkan
Pasar sasaran pembangunan Tower STP adalah aktifitas MICE skala
besar yang selama ini belum cukup terlayani di Kota Solo sekitarnya.
Aktifitas MICE skala besar terlihat mempunyai agenda yang relatif rutin
dalam setiap kegiatan asosiasi bisnis.
d. Posisi Pasar (market positioning)
Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk
produk atau suatu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan
segmen mana yang akan dimasuki, maka harus pula menentukan posisi
mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah
bagaimana suatu produk yang didefinsikan oleh konsumen atas dasar
LAPORAN AKHIR 3 - 48
atribut-atributnya. Tujuan penetapan posisi pasar konsumen (market
positioning) adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan
keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke dalam benak konsumen.
Positioning Tower STP adalah sebagai penyedia aktifitas MICE skala
besar, nasional dan internasional.
Tabel III.20
Segmenting, Targeting dan Positioning Tower STP
LAPORAN AKHIR 3 - 49
3.7.7. Analisis Kemampuan dan Kemauan Tenant Dalam Penggunaan Tower
STP
Tabel III.21
Kemampuan dan Kemauan Tenant dalam Penggunaan Tower STP
Kinerja
NO Tenant Tower STP Character Capacity Pembayaran
CH Rp. 25.000/meter
asosiasi bisnis atau BL Rp. 50.000/orang tunai dan
1. profesi termasuk jasa baik Menara Pandang penggunaan
EO pakai tiket termin
Sewa per meter Rp
100.000 dan service tunai dan
penyewa kantor
2. baik charge per meter Rp penggunaan
(misal perbankan)
50.000 termin
Sewa per meter Rp
instansi (misal 100.000 dan service tunai dan
3. sekolah, MLM, kantor baik charge per meter Rp penggunaan
perbankan) 50.000 termin
Sumber : data primer diolah 2013
Character untuk tenant Tower STP dapat diartikan kemauan secara moral
untuk melakukan kewajban pembayaran sewa Tower STP. Bisnis tentunya
atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan,
yaitu adanya keyakinan dari pihak pengelola STP bahwa calon tenant
memiliki moral, watak dan sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif.
Disamping itu mempunyai tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi
sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat, maupun dalam
menjalankan usahanya. Karakter merupakan faktor yang dominan, sebab
walaupun calon tenant tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
kewajibannya, kalau tidak mempunyai itikad yang baik tentu akan membawa
kesulitan bagi pengelola Tower STP dikemudian hari. Walaupun demikian
resiko tenant tidak membayar kewajiban dipandang kecil karena mudah untuk
dikomunikasikan segala sesuatunya.
Capacity untuk tenant Tower STP diartikan merupakan suatu penilaian
kepada calon mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari
kegiatan usaha yang dilakukannya. Jadi jelaslah maksud penilaian dari
terhadap capacity ini untuk menilai sampai sejauh mana hasil usaha yang
LAPORAN AKHIR 3 - 50
akan diperolehnya tersebut akan mampu untuk melunasinya tepat pada
waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Mulyono,1993)
Pengukuran capacity dari calon debitur dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan antara lain pengalaman mengelola usaha (business record) nya,
sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa
tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity merupakan ukuran dari
ability to pay atau kemampuan dalam membayar. Capacity calon tenant
Tower STP dipandang cukup mampu membayar harga yang ditawarkan
pengelola Tower STP.
Tabel III.22
Produk Yang Dapat Dibuat/Dipasarkan Di Tower STP
LAPORAN AKHIR 3 - 51
Tabel III.23
Perkiraan Permintaan dan Kebutuhan
Asosiasi Bisnis dan Profesional di Kota Surakarta Terhadap Tower STP
Dari tabel diatas juga terlihat beberapa kebutuhan calon tenant yang dapat
ditindaklanjuti dalam pembuatan desain dan gedung nantinya. Beberapa
kebutuhan calon tenant yang muncul dari hasil FGD antara lain :
a. Tower STP sebagai tempat kegiatan pameran atau kegiatan MICE skala
besar
Beberapa asosiasi memberikan masukan untuk pemanfaatan STP
nantinya yaitu ruang pameran yang memadai dalam artian skala besar.
Konsep skala besar adalah dapat menampung lebih dari 8.000 orang.
Usulan lain adalah tentang desain interior yang menyarankan untuk
pengaturan pilar yang tinggi sehingga ketika kegiatan pameran yang
memerlukan pemasangan stan dan back drop akan lebih mudah. Untuk
Kota Solo tempat pameran yang dapat menampung lebih dari 8.000 orang
belum ada sehingga menjadi potensi pasar yang baik.
b. Tower STP sebagai tempat wisata belanja baru yang representatif
ASITA sebagai asosiasi yang juga berkiprah di Kota Solo mengajukan
STP dapat menjadi lokasi yang menarik tamu-tamu hotel yang menginap
di Solo lebih dari dua hari dua malam. Bentuk yang paling memungkinan
LAPORAN AKHIR 3 - 52
antara lain adalah sebagi tempat belanja baru. Konsep ini tentunya perlu
di fokuskan pada produk unggulan Solo atau produk bermerek dengan
harga diskon. Keduanya akan dapat menarik penghuni hotel-hotel di Solo
untuk mau diajak mengunjungi STP terutama di malam hari. STP akan
menjadi pilihan tempat wisata belanja baru terjadwal yang dapat
dimasukakan dalam agenda tour leader yang mendampingi para
pelancong yang akan berlibur ke daerah Tawangmangu (misalnya Candi
Sukuh) sampai Sarangan atau yang mau keluar Kota Solo melanjutkan
wisata di daerah Jawa Timur dan Bali.
c. Tower STP sebagai tempat pelatihan berbagai ketrampilan profesi
Kegiatan STP sekarang ini yang menonjol adalah sebagai pusat pelatihan
ketrampilan terutama lulusan SMK dan sederajat. Usulan Pebarindo
antara lain STP dapat menjadi pusat pelatihan profesional bagi beberapa
asosiasi yang berada di Solo sekitarnya. Beberapa asosiasi memang
mensyaratkan pelatihan berkelanjutan bagi anggotanya untuk
pengembangan profesionalisme sesuai kompetensinya. Efek STP menjadi
tempat pelatihan profesi bagi beberapa asosiasi akan berdampak positif
bagi pengembangan daerah tesebut sebagai tempat mencari ilmu. Dua
kampus yang cukup dikenal masyarakat yang terletak didekat lokasi STP
adalah UNS dan ISI. Kedua kampus ini tiap tahunnya didatangi ribuan
anak muda berbagai daerah untuk menuntut ilmu dan gelar kesarjanaan.
d. Tower STP sebagai tempat kegiatan selain MICE skala besar
STP dapat juga menjadi tempat perhelatan kegiatan selain kategori MICE.
Kegiatan ini misalnya wisuda (graduation room) yang memerlukan tempat
yang cukup representatif. Kegiatan wisuda baik untuk pendidikan tinggi
formal atau informal di daerah Solo ini cukup banyak.
LAPORAN AKHIR 3 - 53
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
A. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Surakarta yang terkait
dengan Lokasi Solo Technopark
Selain itu, terdapat pula kawasan strategis lainnya yang akan berkembang
di Kota Surakarta adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan ilmu
pengetahuan, yang ditetapkan dengan kriteria:
Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
Memiliki sumber daya strategis;
Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan ilmu
pengetahuan; atau
Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi.
LAPORAN AKHIR 4 - 1
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 2
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 3
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 4
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 5
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 6
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 7
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 8
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Bangun guna serah dan bangun serah guna barang milik negara/
daerah dapat dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut (pasal 27):
pengguna barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraari pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi; dan
tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.
Persyaratan lain bangun guna serah dan bangun serah guna (pasal 29) :
Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna paling lama
tiga puluh tahun sejak perjanjian ditandatangani.
Penetapan mitra bangun guna serah dan mitra bangun serah guna
dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-
kurangnya lima peserta /peminat.
LAPORAN AKHIR 4 - 9
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Mitra bangun guna serah dan mitra bangun serah guna yang telah
ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi
kewajiban sebagai berikut:
o membayar kontribusi ke rekening kas umum negara/daerah setiap
tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan
tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;
o tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan objek
bangun guna serah dan bangun serah guna;
o memelihara objek bangun guna serah dan bangun serah guna.
Dalam jangka waktu pengoperasian, sebagian barang milik
negara/daerah hasil bangun guna serah dan bangun serah guna harus
dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi pemerintah.
Bangun guna serah dan bangun serah guna dilaksanakan berdasarkan
surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat:
o pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
o objek bangun guna serah dan bangun serah guna;
o jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna;
o hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;
o persyaratan lain yang dianggap perlu.
Izin mendirikan bangunan hasil bangun guna serah dan bangun serah
guna harus diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia/
Pemerintah Daerah.
Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan bangun
guna serah dan bangun serah guna tidak dapat dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.
LAPORAN AKHIR 4 - 10
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Sewa
Barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang
belum dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, dapat disewakan kepada
Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan daerah.
Barang milik daerah yang disewakan, tidak merubah status
kepemilikan barang daerah.
Penyewaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Daerah.
Penyewaan barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau
bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan
oleh pengguna, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat
persetujuan dari pengelola.
Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang.
Pinjam Pakai (pasal 35):
Barang milik daerah baik berupa tanah dan/atau bangunan maupun
selain tanah dan/atau bangunan, dapat dipinjampakaikan untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
Pinjam pakai barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
maupun selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengelola
setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah;
Barang milik daerah yang dipinjampakaikan tidak merubah status
kepemilikan barang daerah;
Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua)
tahun dan dapat diperpanjang;
Kerjasama Pemanfaatan (Pasal 36)
Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak lain
dilaksanakan dalam rangka:
Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah;dan
Meningkatkan penerimaan daerah
Setelah berakhir jangka waktu kerjasama pemanfaatan, Kepala Daerah
menetapkan status penggunaan/pemanfaatan atas tanah dan/atau
bangunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bangun Guna Serah (Pasal 40)
Bangun Guna Serah barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 4 - 11
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 12
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
4.1.2.1. Geografi
4.1.2.2. Topografi
Kondisi topografi lahan Solo Technopark adalah bergelombang
rendah, dan semakin ke arah utara, yaitu mendekati Sungai (Kali
Anyar) lahan semakin rendah. Perbedaan tinggi antara jalan utama
(Jl. Ki Hajar Dewantara) dengan tanah yang paling utara adalah
sekitar 15 meter.
Kondisi lahan saat ini di kawasan Solo Technopark telah berdiri
beberapa bangunan yaitu :
1. Bangunan Under Water Wet Welding
2. Bangunan Teaching Factory
3. Bangunan Research and Development
4. Bangunan Expo Centre (baru setengah jadi)
LAPORAN AKHIR 4 - 13
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
4.1.2.3. Vegetasi
Saat ini di kawasan Solo Technopark telah cukup banyak ditemui
vegetasi yang tersebar di seluruh kawasan. Walaupun beberapa dari
vegetasi tersebut masih berumur muda atau belum rimbun. Namun
ke depan diharapkan akan menjadi kawasan yang hijau. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat kondisi vegetasi di kawasan Solo Technopark
pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Kondisi Vegetasi di Kawasan Solo Technopark
Aspek sarana dan prasarana berkaitan dengan sarana prasarana jalan, air
bersih, drainase, listrik dan transportasi.
Infrastruktur Jalan
Akses menuju Solo Technopark melalui Jl. Ki Hajar Dewantoro yang
merupakan jalan kolektor sekunder selebar 8 m. Jalan ini merupakan akses
utama menuju kawasan Solo Technopark yang juga menjadi jalan utama bagi
kampus-kampus yang berada di sekitar Solo Technopark yaitu UNS dan ISI.
LAPORAN AKHIR 4 - 14
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Selain itu juga menjadi jalan utama bagi masyarakat yang bermukim di sekitar
kawasan Solo Technopark. Oleh karena itu volume kendaraan disana cukup
padat.
Selain jalan utama, terdapat jalan lokal yang menghubungkan kawasan STP
dengan pusat pemukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.2
Jalan di sekitar Kawasan Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 15
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
a. Bagian utara wilayah kota dilayani oleh IPA Jebres dengan kapasitas 50
liter per detik dan Sistem Pengembangan Air Minum Regional melalui IPA
Mojosongo;
b. Bagian tengah wilayah kota dilayani oleh mata air Ingas Cokrotulung
dengan kapasitas 400 liter per detik, IPA Fiber dengan kapasitas 50 liter
per detik dan IPA Jurug dengan kapasitas 200 - 300 liter per detik; dan
c. Bagian selatan wilayah kota dilayani dengan IPA Semanggi dengan
kapasitas 300 liter per detik.
Drainase
Sistem drainase di kawasan Solo Technopark terpadu dalam system drainase
Kota Surakarta. Sistem drainase tersebut meliputi:
a. Sistem drainase perkotaan yang terdiri dari jaringan sungai atau kali dan
saluran primer penuntasan permukiman berfungsi untuk mengalirkan
limpasan air hujan;
b. Jaringan sungai atau kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sungai bengawan solo, kali jenes, kali anyar, kali gajah putih, kali pepe
hulu, kali pepe hilir, kali wingko, kali brojo, kali boro, kali pelem wulung, dan
kali tanggul; dan
c. Pengaturan mengenai jaringan saluran primer penuntasan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui peraturan
walikota
Peristiwa bencana yang pernah terjadi di Kota Surakarta yaitu bencana banjir
sebagai akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu
pengelolaan serta perencanaan Wilayah Kota Surakarta perlu
memperhitungkan bencana sebagai salah satu aspek yang mempengaruhinya.
LAPORAN AKHIR 4 - 16
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kegiatan yang akan ditampung di Tower STP berdasarkan potensi Kota Surakarta dan
hasil FGD adalah kegiatan utama MICE yang berupa Meeting, Incentive, Conference,
dan Exhibition yang venue utama berupa Convention Hall serta kegiatan penunjang
MICE dengan fasilitasnya berupa Hotel, Restauran, Kantor Sewa, ICT dan Menara
Pandang. Sedangkan untuk mendukung lokasi STP tersebut menjadi icon baru di
Surakarta agar masyarakat tertarik mendatangi lokasi ini, perlu disediakan juga
sebuah sarana hiburan alternatif yang murah bagi masyarakat Kota Surakarta dan
sekitarnya. Hiburan murah ini dapat diwujudkan berupa sebuah public space yaitu
Pelataran STP (STP Square) yang di tempat itu masyarakat dapat datang tanpa
membayar dan menikmati pemandangan sekitar lokasi sambil menikmati berbagai
fasilitas hiburan yang disediakan, seperti mainan anak-anak, taman bermain, kuliner
LAPORAN AKHIR 4 - 17
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
dan lain-lain. Fasilitas ini dapat direncanakan pada salah satu bagian Tower STP yang
mudah dijangkau tanpa mengganggu fungsi bangunan utama yang lain seperti
Convention Hall, Hotel, Kantor Sewa. Bahkan fasilitas ini memungkinkan untuk
menjadi bagian menarik dari keseluruhan fungsi yang disediakan. Pola hubungan dari
keseluruhan fungsi bangunan tersebut dapat digambarkan secara ringkas sebagai
berikut:
CONVENTION
HALL
DATANG/
PARKIR MASYARAKAT
UMUM
Gambar 4.3.
Pola Hubungan Ruang Antar Fungsi Bangunan Dalam Tower STP
a. Jenis Kegiatan
1). Konvensi
Merupakan kegiatan pertemuan sekelompok orang, seperti:
kegiatan konfrensi yang dilakukan oleh sekelompok orang seperti
kelompok industri, pelaku bisnis, dan staf pemerintahan
LAPORAN AKHIR 4 - 18
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
2). Pameran
Exhibition center mempunyai kegiatan dalam hal melakukan suatu
pergelaran pameran yang mana memamerkan beberapa bentuk objek
contohnya :
Pameran dagang, seperti furniture expo, pameran komputer,
pameran buku, pameran otomotif.
Pameran seni, seperti pameran lukisan, pameran foto.
Pameran jasa, seperti pameran pendidikan, bursa tenaga kerja.
Pada umumnya pameran terdiri dari beberapa bagian yaitu :
pameran konvensi yaitu pameran yang digelar bersamaan dengan
kegiatan konfrensi dalam waktu dan tempat yang sama.
pameran umum yaitu pameran yang diselenggarakan terbuka untuk
umum
pameran khusus yaitu pameran yang memamerkan satu jenis
produk
pameran tunggal pameran yang diadakan oleh satu orang ataupun
satu perusahaan kepada calon konsumen
Berdasarkan skala pelaksanaannya pameran dibagi atas :
pameran skala internasional
pameran skala nasional
LAPORAN AKHIR 4 - 19
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
3). Pergelaran
Yaitu kegiatan berupa persembahan yang bersifat menghibur seperti
pergelaran seni, drama, konser, dan lain-lain.
b. Pengguna
Pengguna/ pelaku kegiatan pada Convention Hall di STP Surakarta ini dapat
dikelompokkan antara lain:
Pengunjung:
1. Pengunjung bersifat umum yaitu pengunjung yang datang untuk
bersifat rekreasi, tertarik menikmati pameran untuk memuaskan
rasa keingintahuannya. Kegiatannya melihat-lihat objek yang
dipamerkan dan jika cocok akan membeli objek yang dipilih
2. pengunjung bersifat khusus yaitu pengunjung baik domestik
maupun manca negara yang mempunyai tujuan bisnis biasanya
para pengusaha
Penyelenggara/penyewa yaitu orang yang mengorganisir pelaksanaan
kegiatan.
Pengelola yaitu pihak yang mengawasi, mengelola, dan memberikan
pelayanan fasilitas yang dibutuhkan penyelenggara
Materi dari pameran itu sendiri yaitu produk ataupun peralatan yang
ditampilkan
LAPORAN AKHIR 4 - 20
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Pengertian Hall adalah Ruangan, Ruang depan, Aula, Balai ruang (John M
Echols and Hasan shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia).
LAPORAN AKHIR 4 - 21
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Untuk lebih jelasnya, kebutuhan ruang untuk MICE adalah sebagai berikut:
1. Convention Hall/Exhibition Hall dengan daya tampung tertentu
2. Parkir tamu dan parkir peserta konverensi
3. Tempat loading unloading
4. Gudang
Fasilitas utama MICE yang berupa Convention Hall dan Exhibition hall
akan menempati lahan seluas lebih kurang 14.800 m2, dan direncanakan
akan menampung 8.000 orang.
Tabel IV.1
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Convention Hall
Kelompok
Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Pameran Mencari Informasi R. Informasi
Mengikuti Pameran R. Pameran
Pengunjung Transaksi R. Transaksi
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Menerima Produksi Loading Dock
Memamerkan Produk R. Pameran
LAPORAN AKHIR 4 - 22
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Menyimpan Barang R Gudang Sewa
Peserta Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Ganti Pakaian R. Ganti
Menginap Hotel
Merancang Stand R. Kerja
Install dan membongkar R. Pameran
stand
Perancang Stand Menyimpan Barang Gudang Sewa
Istirahat R. Tidur/Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
Memberi informasi R. Informasi
Operasional R. Kantor
Mencatat keluar masuk R. Penerimaan barang
barang
Penyelenggara Menyimpan Barang Gudang
Penyediaan Loading dock
Perlengkapan Pameran
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Mencari informasi R. Informasi
Meliput kegiatan R. Pameran
Wawancara R. Press
Wartawan Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Mengontrol Lampu, Tata R. Kontrol
Suara, AC
Menyimpan Barang Gudang
Teknisi Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Teater/Konser Pengunjung Mencari Informasi R.Informasi
Membeli tiket R. Tiket
Menonton Konser R Pameran/hall
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Penyelenggara Memberi informasi R. Informasi
Mencatat keluar masuk R Penerimaan Barang
barang
Menyimpan barang Gudang
Menyediakan Loading dock
perlengkapan panggung
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Peserta Menungu Manggung R. Tunggu
MelakukanPagelaran Panggung Theater
Menyimpan Barang Gudang
Berhias R. Rias
Ganti kostum R. Ganti
Istirahat Kantin/Toilet
LAPORAN AKHIR 4 - 23
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
Wartawan Mencari informasi R. informasi
Meliput kegiatan R. theater
Wawancara R. Press
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Teknisi Mengontrol Lampu, Tata R. Kontrol
Suara, AC
Menyimpan Barang Gudang
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Perancang Merancang Panggung R. Kerja
Panggung Memasang dan bongkar Theater
panggung
Menyimpan Barang Gudang
Istirahat Toilet/Kantin
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
KONVENSI Pembicara Menungu Pidato R. Tunggu
Memberikan Pidato R. Konferensi
Menyimpan Barang Gudang
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
Peserta Menungu Pidato R. Lobby
Mengikuti Konvensi R. Konferensi
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
Penyelenggara Memberi informasi R. Informasi
Menyimpan barang Gudang
Operasional Konvensi R. Konvensi
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Wartawan Mencari informasi R. informasi
Meliput kegiatan R. Konvensi
Wawancara R. Press
Istirahat Kantin/Toilet
Teknisi Mengontrol Lampu, Tata R. Kontrol
Suara, AC
Menyimpan Barang Gudang
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
PERJAMUMAN PENGUNJUNG Mencari informasi R. Informasi
Mengikuti kegiatan R. Konvensi/Resepsi
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Penyelenggara Memberi informasi R. Informasi
LAPORAN AKHIR 4 - 24
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Menyimpan barang Gudang
Operasional Perjamuan R. Konvensi/Resepsi
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Peserta Menunggu Resepsi Lobby
Melakukan Resepsi R. Resepsi
Berhias R. Rias
Ganti kostum R. Ganti
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
Menginap Hotel
Wartawan Mencari informasi R. informasi
Meliput kegiatan R. Resepsi
Wawancara R. Press
Istirahat Kantin/Toilet
Teknisi Mengontrol Lampu, Tata R. Kontrol
Suara, AC
Menyimpan Barang Gudang
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
DAPUR Koki Menenerima dan Gudang
menyimpan barang
Menyediakan menu Dapur
Ganti Pakaian R. Ganti
Ibadah Mushola
Pelayan Menerima dan Gudang
Menyimpan barang
Mencuci peralatan R. Cuci
Menyiapkan pesanan Dapur
Ganti pakaian R. Ganti
Istirahat R. Karyawan/Toilet
Ibadah Mushola
PENGELOLA Direksi Bekerja R. Direksi
GEDUNG Menerima Tamu R. Tamu
Rapat R. Rapat
Istirahat R. Direksi/toilet
Ibadah Mushola
Staff Bekerja R. Kerja Staff
Menerima Tamu R. Tamu staff
Rapat R. Rapat
Istirahat Kantin/Toilet
Ibadah Mushola
SERVICE TeknisI ME Merawat sistem ME R. Utiitas
Menjalankan R. Kerja Teknisi
operasional bangunan
Menyimpan alat Gudang
Istirahat Kantin/toilet
Ibadah Mushola
LAPORAN AKHIR 4 - 25
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
PERGUDANGAN Kepala gudang Mencatat keluar masuk R. Kepala Gudang
barang
Loading dock
Ganti Pakaian R. Ganti
Istirahat Kantin/.toiler
Ibadah Mushola
Karyawan Mengangkut barang Gudang
Menyimpan alat Gudang
Istirahat Kantin/Mushola
Ibadah Mushola
d. Pola Aktivitas
LAPORAN AKHIR 4 - 26
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
RESTAURANT HOTEL
SECURITY R. PENGELOLA
R. PERENC/
R. INFORMASI R. LOBI-LOBI PERSIAPAN
RUANG KONTROL
PRESS ROOM R. TUNGGU LOADING
DOCK
LAVATORI DAPUR/SERVICE
TRUCK/
CONTAINER
: Peserta/PE
: Pengelola
: Pengunjung
Gambar 4.4.
Pola Aktivitas Convention Hall
e. Karakteristik Ruang
Tabel IV.2.
Karakteristik Ruang Convention Hall
LAPORAN AKHIR 4 - 27
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
f. Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang dan kriteria yang harus diperhatikan dalam
merencanakan dan merancang sebuah exhibition hall adalah fleksibilitas
ruang pameran, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan
keadaan termal, pencahayaan terhadap objek yang di pamerkan, serta
sirkulasi, baik sirkulasi dari pengunjung maupun sirkulasi dari kegiatan
pergudangan.
LAPORAN AKHIR 4 - 28
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
2). Lighting/pencahayaan
Tujuan dari perancangan pencahayaan adalah memberikan suatu
suasana lingkungan yang menyenangkan dan nyaman terhadap
visual. Cahaya yang baik dapat membuat atmospehere dan mood
suatu ruangan menjadi lebih efektif. Banyak pameran yang menjadi
kurang menarik akibat pencahayaan yang tidak didesain sejalan
dengan desain dari pameran.
Menurut sumbernya cahaya dibagi atas dua bagian yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Cahaya buatan
merupakan cahaya yang bersumber dari alam yaitu matahari,
sedangkan buatan berasal dari penerangan buatan seperti lampu
yang digunakan pada ruangan-ruangan dalam kondisi tertentu.
Penggunaan efek pencahayaan akan menjadi penerima yang baik
dengan pengunaan peralatan spesial seperti lampu sorot (spot light)
atau peralatan optikal lainnya.
3). Sirkulasi
Exhibition mesti memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
melihat dan memberikan kenikmatan, stimulasi, dan pengetahuan.
Perencanaan dan sistem sirkulasi pameran ditekankan pada pola
pengaturan pencapaian, sirkulasi pengunjung dan servis bangunan
LAPORAN AKHIR 4 - 29
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
a. Hotel
1) Pengertian
LAPORAN AKHIR 4 - 30
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Dengan asumsi jumlah kamar yang tersedia di Kota Solo pada saat
event adalah 1.813 kamar. Kekurangan daya tampung hotel yang
telah ada di Kota Solo dari peserta kegiatan mice adalah sebanyak
861 orang. Asumsi single room butuh 86 kamar, sedangkan double
room butuh 387 kamar. Dengan pertimbangan akan tumbuhnya hotel-
hotel baru di Kota Solo, maka diperkirakan akan dibutuhkan sebanyak
300 kamar.
2) Pengguna
Pengguna/ pelaku kegiatan pada Hotel di STP Surakarta ini dapat di
kelompokkan antara lain:
Tamu Hotel:
LAPORAN AKHIR 4 - 31
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 32
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel IV.3.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Hotel
Kelompok
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Hotel Pengunjung/tamu Datang/Parkir kendaraan R. Parkir
Check in/Out Reception/Lobby
Menitipkan Barang Safety Deposit Box
Menginap Kamar Hotel
Meeting Convention
Makan Restaurant
Renang Kolam Renang
Fitness Fitness Center
Bertemu Tamu Lounge/r duduk
Melihat pameran Exhibition Hall
Kondangan Convention Hall
Seminar Convention Hall
Ibadah Mushola
Menjamu rekanan Restoran
Menara pandang
LAPORAN AKHIR 4 - 33
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Cofee Shop
Mencari informasi ICT
Manager Bekerja R. Manager
Menerima tamu Lounge
Menyimpan barang Gudang
Rapat R. rapat
Parkir kendaraan r. parkir
Istirahat Kantin/lavatory
Ibadah Mushola
Accounting Bekerja R. Accounting
Menerima tamu Lounge
Menyimpan R. gudang
Rapat r. rapat
Istirahat Kantin/lavatory
Ibadah Mushola
Parkir Tempat parkir
LAPORAN AKHIR 4 - 34
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelompok
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Service Pemeliharaan/pemantauan R. ME
R. Genset
R. IPAL
R. sampah
Gudang BBM
Boiler
R. Air Bersih
R Pendingin
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2013
4) Pola Aktivitas
Pola Aktivitas para pelaku di Hotel ini dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini:
SERVICE
ROOM
LAUNDRY
CONVENTION HALL RESTAURAN DAPUR
Keterangan :
: Tamu/pengunjung
: Staf administrasi
: Pengelola
LAPORAN AKHIR 4 - 35
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
1) Pengertian
Rental Office atau kantor sewa yaitu suatu bangunan yang di dalamnya
terjadi interaksi bisnis dan pelayanan serta profesional. Di dalamnya
terdiri dari ruang – ruang dengan fungsi yang sama, yaitu fungsi kantor
dengan status pemakai sebagai penyewa atas ruang yang digunakaan-
nya. Atau dapat juga diartikan sebagai bangunan atau wadah bagi
kegiatan pekerja kantor yang dapat dipergunakan oleh siapapun yang
berminat dengan cara membayar harga.
LAPORAN AKHIR 4 - 36
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Kelebihan jenis ini adalah pihak penyewa lebih leluasa dalam memilih
kantor sewa yang lebih sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan
kelemahannya adalah sering timbul kesulitan–kesulitan dalam
pelayanan dan tata tertib karena terdapat bermacam–macam
perusahaan dengan jenis yang berbeda–beda.
LAPORAN AKHIR 4 - 37
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
1. Faktor Ekonomi
a. Analisis kebutuhan ruang kantor
Sebelum membangun sebuah kantor sewa, terlebih dahulu
diawali dengan analisis kebutuhan pasar, termasuk di dalamnya
jenis usaha yang akan diwadahi, kebutuhan ruang, dan harga
sewa ruang-ruang tersebut. Kebutuhan ruang kantor di suatu
wilayah berbeda-beda tergantung perkembangan serta potensi-
potensi yang ada di wilayah tersebut. Perlu juga dilihat tren
perkembangan usaha di masa yang akan datang pada suatu
wilayah. Hal ini sering kali terkait dengan potensi wilayah
tersebut, baik yang berupa hasil bumi maupun sektor-sektor lain
yang berkembang di suatu wilayah. Seringkali suatu jenis
usaha tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga regional yang
melayani wilayah-wilayah sekitarnya. Oleh karenanya tren jenis
usaha ini juga perlu mempertimbangkan potensi wilayah
regionalnya.
LAPORAN AKHIR 4 - 38
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 39
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
2. Faktor Konstruksi
Dua hal penting yang perlu diperhatikan terkait dengan konstruksi
kantor sewa adalah :
1) Teknologi
Bangunan kantor sewa memerlukan rancangan yang dapat
mengakomodasi perkembangan teknologi karena bangunan ini
identik dengan kemudahan dan kenyamanan layanan. Untuk
memfasilitasi hal tersebut, perlu direncanakan berbagai
infrastruktur bangunan yang semakin ke depan semakin maju
dan berkembang sangat cepat.
LAPORAN AKHIR 4 - 40
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
2) Pengguna
Pengguna/pelaku kegiatan pada Kantor Sewa di STP Surakarta ini
dapat dikelompokkan antara lain:
Kebutuhan Ruang dalam Solo Techno Park secara garis besar dapat
diutarakan sebagai berikut :
1. Ruang / bangunan resepsionis
Elemen-elemen ruang resepsionis seperti antara lain : ruang
penerima, ruang tunggu, ruang eksibis dan display, hall.
2. Ruang / bangunan rapat/ pertemuan
Ukuran dan alokasi ruang rapat / pertemuan berdasarkan pada
perhitungan besaran ruang yang tergantung pada :
a) Besarnya organisasi / perusahaan
b) Tingkat birokrasi
c) Jumlah peserta dari luar maupun dalam perusahaan
d) Macam pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan.
LAPORAN AKHIR 4 - 41
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 42
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel IV.4.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Rental Office
4) Persyaratan
LAPORAN AKHIR 4 - 43
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Lokasi menjadi peranan penting agar kantor sewa dapat diminati oleh
pihak pasar. Lokasi yang baik akan menunjang fungsi bangunan itu
sendiri. Dalam pemilihan lokasi kantor, terdapat beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.
LAPORAN AKHIR 4 - 44
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
5) Pola Aktivitas
RUANG-RUANG
SERVICE
RO
PENGELOLA
R. INFORMASI RO
DATANG/
HALL/LOBBY RO
PARKIR
SECURITY RO
CONTROL ROOM
RESTAURANT HOTEL RO
Keterangan :
: Penyewa
: Pengelola
Gambar 4.6.
Pola Aktivitas Rental Office
LAPORAN AKHIR 4 - 45
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
c. Restoran
1) Pengguna
Pengguna/pelaku kegiatan pada Restaurant di STP Surakarta ini dapat
dikelompokkan antara lain:
Pengunjung/Tamu
Tamu atau pengunjung restaurant adalah tamu hotel, tamu
pengunjung convention hall, exhibition hall, rental office maupun
tamu yang memang sengaja datang dari luar gedung untuk makan.
Tabel IV.5.
Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Restaurant
LAPORAN AKHIR 4 - 46
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Selain restoran, terdapat pula ruang meeting room yang merupakan fungsi
penunjang bagi hotel. Restaurant dan meeting room direncanakan pada lantai
yang sama yaitu lantai 18 seluas 1.620 m2.
LAPORAN AKHIR 4 - 47
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
1) Up Feed System
Pada Up Feed System (system distribusi ke atas), arah aliran air
direncanakan dengan arah ke atas sehingga sumber/tampungan air
harus berada lebih rendah daripada lubang distribusi. Pada
bangunan bertingkat, biasanya system ini direncanakan dengan
pengambilan air langsung dari sumur/sumber air yang terletak di
bagian bawah (tanah) dengan menggunakan alat bantu pompa.
LAPORAN AKHIR 4 - 48
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Secara umum, jenis zat buangan dari dalam bangunan atau suatu
lingkungan digolongkan menjadi 2, yaitu zat padat dan zat cair. Zat
buangan padat adalah kotoran yang berasal dari kloset yang berupa
tinja, sedangkan zat buangan cair adalah air kotor yang berasal dari
lavatory, urinoir, bak mandi, wastafel dan bak cuci piring.
LAPORAN AKHIR 4 - 49
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 50
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 51
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Perlengkapan pencegahan
Misalnya CCTV sebagai upaya memonitor keadaan termasuk
kemungkinan terjadinya kebakaran
LAPORAN AKHIR 4 - 52
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Fire detector
Merupakan sistem pendeteksi bahaya kebakaran. Ada
beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi bahaya api
yaitu smoke detector, heat detector, CCTV camera
Punch register
Fire hydrant
Tangga darurat
Helipad
Unit ladder
LAPORAN AKHIR 4 - 53
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 54
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 55
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel IV.6.
Kebutuhan Ruang
Untuk lahan parkir, selain parkir indoor yang menempati 2 lantai terbawah, juga
terdapat parkir outdoor seluas 3.800 m2. Dari keseluruhan lahan parkir, dapat
menampung 1.000 mobil dan 1.000 motor.
LAPORAN AKHIR 4 - 56
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Pengurangan suara/kebisingan
Langkah langkah nyata yang dapat dilakukan adalah: mencegah Sick Building
Syndrom dengan selalu memelihara peralatan pengkondisian udara dan
kebersihan dalam bangunan
Sedangkan Sistem bangunan pintar (Inteligent Building System) adalah suatu sistem
yang mengintegrasikan empat unsur bangunan secara erat. Sistem bangunan pintar
merupakan suatu konsep yang ada dalam konsep sistem bangunan pintar secara
keseluruhan. Keempat unsur tersebut meliputi :
a) Sistem Orientasi Bangunan, terdiri atas: sistem manajemen bangunan yang
mencakup optimasi pemanasan dan tata udara dan pengontrol jadwal.
b) Tata Penghematan Energi, meliputi tata lampu dan kontrol otomatis dan
pengelolaan kebutuhan energi.
c) Sistem Keamanan meliputi pengamatan dengan video dan kontrol akses dan
penguncian jarak jauh,
d) Sistem telekomunikasi yaitu konfirmasi jarak jauh dan penulisan jarak jauh,
e) Sistem Otomsi Perkantoran meliputi pemprosesan dokumen, dukungan dalam
membuat proses dan kontrol dan dukungan terhadap rencana kerja
LAPORAN AKHIR 4 - 57
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Besar kecilnya subsistem dalam integrasi ini bersifat relatif, bergantung kepada
besarnya kebutuhan dan kemampuan.
Sistem Bangunan Pintar ( SPB ) Intelligent Smart Building ( ISB ) adalah perluasan
dari konsep sistem otomasi bangunan dalam mengelola suatu bangunan. Ada
beberapa definisi Sistem Bangunan Pintar yang terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Di Amerika Serikat, IBS memberi definisi terhadap SBP sebagai be-
rikut: Intelligent Bulding atau bangunan pintar adalah gedung yang memberikan
lingkungan produktif dan efektif melalui optimasi keempat unsur gedung, yaitu bentuk,
sistem pelayanan, manajemen dan kesalingterkaitan diantara Unsur - unsur tersebut,
bangunan pintar membentuk pemilik gedung, manajer gedung, dan para pengguna
gedung untuk mencapai tujuan mereka dalam cakupan biaya, manajemen energi,
kenyamanan, keamanan, kemampuan pemasaran dan perubahan jangka panjang.
2) Tuntutan pelanggan akan kecanggihan teknologi pada bangunan yaitu dalam hal
pengolahaan informasi, proteksi terhadap keamanan dan keselamatan bangunan
yang akan memberikan rasa aman dan nyaman pada penggunaanya.
3) Perkembangan teknologi yang mengakibatkan tuntutan pelanggan akan
kemudahan, kelengkapan atau fasilitas dalam sebuah bangunan komersial.
2. Thermal Control
Membentuk mikro klimat
1
Hakim, EVALUASI SISTEM BANGUNAN PINTAR PADA PUSAT PERBELANJAAN SENAYAN CITY DI JAKARTA, Arsitron Vol. 1 No. 2 Desember
2010
LAPORAN AKHIR 4 - 58
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
3. Eco Friendly
Pemilihan material secara tepat
Meminimalkan material alami
Memilih produk finishing yang poreus
Menyediakan dan melengkapi sarana bagi pejalan kaki (termasuk
penyandang cacat)
Ilustrasi dari penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
LAPORAN AKHIR 4 - 59
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 4.7.
Konsep Green Environment
LAPORAN AKHIR 4 - 60
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
pencahayaan sekitar (60%), maka dari itu diupayakan untuk menekan dan
menerimakan proses pemanasan yang masuk kedalam bangunan (heat gain
process) baik secara internal dan eksternal dan memaksimalkan proses
pengeluaran panas dari bangunan (head loss process). Selanjutnya adalah
mengatur proses masuknya cahaya alami yang sekaligus dapat
meminimalkan panas yang masuk kedalam bangunan.
A. Pendekatan Arsitektural
Pada saat proses perancangan, ada dua aspek yang harus dihentikan,
pertama yang berkaitan dengan lingkungan, dimulai dari analisa tapak,
berkaitan dengan analisa tapak ini erat kaitanya terhadap bangunan
hemat energi, mulai analisa arah matahari, orientasi bangunan, yang
dapat berpengaruh terhadap proses pemasukan panas bangunan
terutama dari sisi pemanasan eksternal yang dapat direduksi melalui
strategi arah, hadap bangunan yaitu dengan menempatkan dinding-
dinding yang lebar, jendela, juga ventilasi pada sisi-sisi yang tidak
berhadapan secara langsung dengan sinar matahari, penempatan
tanaman-tanaman yang rindang untuk memberikan efek peneduhan pada
lingkungan bangunan (terutama pada sisi Timur dan Barat), sehingga
proses pemasukan panas dan pelepasan panas dalam bangunan dan
proses pemasukan cahaya alami dan sekaligus dalam proses
pengurangan panasnya dapat dicapai keseimbangan perbandingan,
antara daerah yang ditutupi bangunan dengan daerah hijau (Building
Coverage). Analisa lingkungan juga harus memperhitungkan
perbandingan antara total luas lantai terhadap luasan tapak (floor area
ratio), dan ketinggian bangunan, hal ini akan berpengaruh pada daerah
yang tertutupi pada bangunan sekitarnya. Bahkan bangunan hijau
mensyaratkan layout desain bangunan (10%), konsumsi dan pengelolaan
air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30%), bahan bangunan
LAPORAN AKHIR 4 - 61
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
B. Pendekatan Teknis
Pendekatan secara teknis, lebih difokuskan pada kemajuan teknologi
dibidan utilitas bangunan. Titik beratnya pada penggunaan teknologi yang
memanfaatkan waktu edar matahari sepanjang hari, kelebihan panas
didaerah tropis ini menjadi potensi tinggi dalam pengolahanya menjadi
energi. Aplikasinya penggunaan teknologi panel surya (photovoltanic
Panel), yaitu sebuah panel, yang ditempatkan di bidang atap (Building
Integrated Photovotaics), yang dapat menjadi bagian dari desain
bangunan itu sendiri. Salah satu banguan yang landasan konsepnya
adalah juga penghematan energi, adalah Eco Mall di Singapore yang
merupakan Mall pertama yang dirancang dengan konsep Eco
Architecture.
Energi panas yang tersimpan oleh panel surya diubah menjadi energi
listrik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyalakan alat-alat
elektrikal, pencahayaan buatan dan penghawaan buatan terutama
penggunaan dalam malam hari. Pada siang hari sistem penghawaan dan
pencahayaan lebih difokuskan pada pendekatan alami (natural cooling
and lighting).
Permasalahannya adalah pengadaan panel surya tidak murah. Namun
untuk jangka panjang panel surya ini sangat efektif untuk penghematan
energi. Sedangakan pencahayaan dapat dikombinasikan antara
pencahayaan alami dengan pemasangan kaca yang dapat mereduksi
panas, pencahayaan buatan, menggunakan lampu-lampu hemat energi
dapat dipertimbangkan untuk pengurangan energi.
LAPORAN AKHIR 4 - 62
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 63
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 4 - 64
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.1.
Site Eksisting Solo Technopark
Dari site eksisting di atas, diketahui bahwa di bagian depan kawasan Solo Technopark
apabila dilihat dari Jl. Ki Hajar Dewantoro, telah berdiri beberapa bangunan yang telah
selesai dibangun dan telah difungsikan antara lain gedung Teaching Factory, Gedung
LAPORAN AKHIR 5 - 1
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Research and Development, serta gedung welding bawah air. Terdapat bangunan lain
yaitu Solo Expo Center saat ini masih berupa bangunan pondasi, sehingga belum bisa
difungsikan.
Gambar 5.2.
Kajian Site Eksisting Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 2
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.3.
Analisa Site Solo Technopark
Solo Technopark merupakan pusat riset teknologi terapan di Kota Surakarta, yang
dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antara dunia pendidikan, bisnis dan
pemerintahan (the triple helix model of innovation) serta komunitas masyarakat. Oleh
karena itu solo technopark tower direncanakan tidak mengganggu fungsi utama dari
solo technopark itu sendiri, yaitu merupakan sebuah wadah yang diperuntukkan bagi
pengembangan sumber daya manusia terutama dalam hal teknologi yang berkaitan
dengan dunia industri; bisnis untuk menciptakan tenaga kerja yang handal
LAPORAN AKHIR 5 - 3
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.4.
Konsep Skyline dan Fungsi Kawasan Solo Technopark
Di depan bangunan tower terdapat jembatan sebagai jalur utama yang menggunakan
teknologi tinggi dengan bentuk modern. Jembatan ini terletak di atas kolam retensi
yang berfungsi sebagai penampung sementara air hujan pada kawasan Solo
Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 4
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.5.
Konsep Penataan Site Kawasan Solo Technopark
Konsep penataan site kawasan Solo Technopark merespon sumbu imajiner kawasan
(garis merah). Main entrance berada di sisi barat sumbu, dan pintu keluar kawasan
berada di sisi timur sumbu.
LAPORAN AKHIR 5 - 5
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.6.
Konsep Fasade Solo Technopark Tower
Konsep fasade Solo Technopark Tower terdiri dari gabungan beberapa konsep budaya
setempat, dengan tujuan menjadi icon bagi Kota Solo dan sekitarnya. Bentuk fasade
tersebut merupakan gabungan dari keris, motif batik truntum dan motif kain lurik
seperti terlihat pada gambar di atas.
LAPORAN AKHIR 5 - 6
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.7.
Site Plan Solo Technopark
Dari gambar di atas terlihat bahwa jalur kendaraan dibedakan menjadi jalur kendaraan
pribadi dan jalur kendaraan barang.
Jalur kendaraan pribadi
Jalur kendaraan pribadi (panah berwarna merah) masuk kawasan STP melalui
main entrance kawasan, kemudian terbagi menjadi dua jalur, yaitu:
1). Jalur kendaraan pribadi yang langsung menuju lokasi convention hall untuk
drop off penumpang. Jalur ini setelah memasuki main entrance langsung lurus
melalui jalan atas jembatan, kemudian drop off penumpang di depan
convention hall, kemudian selanjutnya untuk mengakses lokasi parkir dapat
LAPORAN AKHIR 5 - 7
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
memilih beberapa kantong parkir yang tersedia antara lain parkir indoor (lantai
1 dan basement) serta parkir outdoor di sisi utara tower.
2). Jalur kendaraan pribadi yang langsung menuju tempat parkir di lantai 1 dan
basement. Jalur ini setelah memasuki main entrance langsung menuju lokasi
parkir indoor melalui jalur di sisi kiri jembatan (bawah) langsung dapat
mengakses parkir indoor di lantai 1. Untuk penumpang dari lokasi parkir dapat
mengakses convention hall melalui tangga dan escalator yang disediakan.
Jalur kendaraan pribadi ini terbagi menjadi kendaraan roda dua dan roda
empat. Jalur kendaraan roda dua dapat masuk dan keluar lokasi parkir indoor
melalui jalan di sisi kanan jembatan. Untuk lebih mencermati detail sirkulasi
dapat dilihat pada denah lantai convention hall pada lampiran.
Pintu keluar dari jalur kendaraan pribadi ini terpisah dari main entrance, berada di
sisi timur main entrance.
Jalur kendaraan barang
Jalur kendaraan barang (panah berwarna biru) masuk kawasan STP melalui side
entrance di sisi timur kawasan (samping Badan Pertanahan Surakarta), kemudian
menyusuri jalur di sepanjang sisi timur, berbelok di sisi utara gedung welding
bawah air, kemudian melalui jalur tengah untuk kemudian drop off barang. Pintu
masuk dan keluar dari jalur kendaraan barang ini berada pada satu pintu yaitu
side entrance. Untuk kantong parkir kendaraan besar berada di parkir outdoor sisi
barat kawasan seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Jalur side entrance ini
semula memiliki lebar eksisting + 4 m. Namun untuk dapat menampung
kendaraan barang dan kendaraan besar untuk mengakomodir kegiatan MICE di
solo technopark tower direkomendasikan untuk melebarkan jalan menjadi + 12 m.
Dari gambar di atas diketahui bahwa F (berwarna kuning) merupakan rencana tower
Solo Technopark. Kondisi saat ini bangunan gedung diklat yang berada di belakang
gedung teaching factory belum berupa fisik bangunan, namun telah ada perencanaan
DED (Detail Engineering Design) untuk bangunan di lokasi tersebut.
LAPORAN AKHIR 5 - 8
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
5.4. Tampak
1. Alternatif 1
Bentuk bangunan terinspirasi dari bentuk keris yang merupakan masukan dari hasil
FGD. Keris dipandang sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Kota Surakarta
yang patut dilestarikan. Tampak bangunan alternatif 1 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 5.8.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 1
2. Alternatif 2
Bentuk bangunan alternatif 2 merupakan gabungan dari bentuk gapura dan bentuk
buku, yang mengandung arti Solo Technopark merupakan gerbang menuju ilmu
pengetahuan. Tampak bangunan alternatif 2 dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
LAPORAN AKHIR 5 - 9
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.9.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 2
3. Alternatif 3
Bentuk bangunan alternatif 3 merupakan bentuk regol atau pintu gerbang. Regol
merupakan pintu gerbang yang berbentuk paduraksa yaitu gapura yang memiliki
atap dan daun pintu. Konon regol merupakan pintu gerbang untuk memasuki suatu
tempat yang di anggap sakral, contoh yang diambil disini adalah gerbang baluwarti.
Tampak bangunan alternatif 3 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
LAPORAN AKHIR 5 - 10
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.10.
Tampak Tower Solo Technopark Alternatif 3
LAPORAN AKHIR 5 - 11
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.11.
Tampak Tower Solo Technopark Terpilih
LAPORAN AKHIR 5 - 12
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar tampak di atas memperlihatkan rencana bangunan tower Solo Technopark yang
memperlihatkan fungsi perlantai bangunan, dengan perincian sebagai berikut :
Lantai basement : parkir
Lantai 1 : parkir
Lantai 2 : convention hall
Lantai 3 : public space, shopping arcade, rental office
Lantai 4 : rental office
Lantai 5 : restaurant, meeting room
Lantai 6 : swimming pool, sport centre
Lantai 7-19 : hotel
Lantai 20 : menara pandang dan ICT
Lantai 21 : ballroom
Untuk mencermati denah bangunan perlantai dapat dilihat pada lampiran.
5.5. Potongan
RAM JALAN
(NAIK)
MICE
parkir
parkir
Kolam retensi
Gambar 5.12.
Potongan Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 13
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Dari gambar potongan di atas diketahui posisi rencana bangunan Tower Solo
Technopark terhadap kawasan Solo Technopark. Dari gambar terlihat bahwa kontur
kawasan terdapat cekungan dan bukit. Pada masterplan kawasan Solo Technopark
terdapat perencanaan kolam retensi yang posisinya berada di depan bangunan Tower
yang direncanakan (bawah jembatan).
Dari potongan tersebut dapat dilihat pula posisi gedung Research and Development
(RND) yang saat ini telah difungsikan dan gedung Solo Trade & Expo Centre yang
saat ini baru berupa struktur. Pencapaian bangunan tower yang direncanakan, dari
bangunan research and development, melalui jembatan di atas kolam retensi
kemudian langsung menuju convention hall.
5.6. Perspektif
LAPORAN AKHIR 5 - 14
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.13.
Perspektif Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 5 - 15
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar perspektif tersebut menggambarkan tower solo technopark apabila dilihat dari
bagian depan kawasan, yang membentuk sumbu imajiner dari bagian depan menuju
tower solo technopark melalui jalan dan jembatan.
5.7. Sequence
Gambar 5.14.
Sequence Tower Solo Technopark (1)
Gambar di atas memperlihatkan tower solo technopark dilihat dari jalan masuk yang
merupakan akses utama di dalam kawasan solo technopark. Untuk menuju tower solo
technopark, dari jalan utama kawasan kemudian melewati jembatan untuk kemudian
langsung menuju tempat parkir.
LAPORAN AKHIR 5 - 16
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.15.
Sequence Tower Solo Technopark (2)
Gambar 5.16.
Sequence Tower Solo Technopark (3)
LAPORAN AKHIR 5 - 17
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.17.
Sequence Tower Solo Technopark (4)
Gambar 5.18.
Sequence Tower Solo Technopark (5)
LAPORAN AKHIR 5 - 18
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.19.
Sequence Tower Solo Technopark (6)
Gambar 5.20.
Sequence Tower Solo Technopark (7)
LAPORAN AKHIR 5 - 19
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Gambar 5.21.
Sequence Tower Solo Technopark (8)
Gambar 5.22.
Sequence Tower Solo Technopark (9)
LAPORAN AKHIR 5 - 20
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
TOTAL
NO. PEKERJAAN BIAYA BIAYA BOBOT
( Rp.) ( Rp.)
LAPORAN AKHIR 5 - 21
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
5. Pekerjaan Dinding
Pekerjaan dinding diawali dengan memasang batu bata kemudian dilanjutkan
pekerjaan plesteran. Pekerjaan dinding dilakukan setelah pekerjaan kolom, balok,
dan plat selesai.
Pemasangan pasangan batu bata dilakukan diatas sloof. Pemasangan harus lurus,
tegak, tidak siar dan tidak ada batu bata yang pecah melebihi 5 % dan
pemasangan batu bata maksimal 1 m per hari.
Pekerjaan plester yaitu bagian yang akan diplester disiram dengan air terlebih
dahulu dan plesteran harus menghasilkan bidang yang rata dan sponeng yang
lurus. Semua dinding harus diplester dengan 1pc : 3ps untuk pasangan.
6. Pekerjaan Kusen, Pintu, Dan Jendela
Pekerjaan kayu merupakan pekerjaan kering harus dipisahkan dari pekerjaan
pasangan dan pekerjaan beton yang merupakan pekerjaan basah. Pemisahan ini
untuk memperjelas jenis pekerjaannya dan tidak saling menggaggu pekerjaan dan
pengangkutan material.
7. Pekerjaan Penutup Atap
Pekerjaan penutup atap diawali dengan pemasangan kuda-kuda, kemudian
pemasangan rangka atap, gording, reng, usuk, dan terakhir pemasangan genteng.
8. Pekerjaan Sanitasi
Pekerjaan sanitasi dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bouwplank
atau setelah pemasangan plafond dan sebelum pemasangan lantai. Pekerjaan ini
meliputi pembuatan septictank, pemasangan pipa-pipa, pemasangan kloset dan
bak mandi. Pemasangan kloset dan pipa perlu diperhatikan agar semuanya
berfungsi dengan baik dan tidak ada yang bocor.
9. Pekerjaan Keramik
Pekerjaan keramik terdiri dari lantai keramik dan dinding keramik.Bahan lantai
keramik 30 x 30 cm dan keramik 20 x 20 cm. Sedang bahan dinding keramik
adalah keramik 20 x 20 cm. Keramik yang akan dipasang menggunakan spes dan
harus disetujui terlebih dahulu oleh direksi. Pemasangan nat sesuai dengan warna
keramik dan lantai tidak boleh bergelombang.
10. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan instalasi listrik dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan
Bowplank atau sebelum pemasangan plafond dan sebelum pengecatan dinding.
Pekerjaan ini meliputi pemasangan titik lampu pada tempat yang telah ditentukan
dan pemasangan saklar dan stop kontak. Pemasangan kabel pada dinding
menggunakan pipa sebagai selubung kabel. Penyelesaian dinding sebagai akibat
LAPORAN AKHIR 5 - 22
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
dari pemasangan saklar perlu diperhatikan dan permukaan dinding harus tetap
rapi.
11. Pekerjaan Kunci Dan Teralis Tangga
Pekerjaan memasang kunci terdiri dari kunci tanam biasa dan kunci tanam kamar
mandi.
12. Pekerjaan Finishing
Setelah semua pekerjaan selesai kemudian mengecat bangunan dan terakhir
merapikan dan membersihkan bangunan kembali.
LAPORAN AKHIR 5 - 23
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
ANALISIS KEUANGAN
Analisis keuangan diperlukan untuk menghitung perkiraan nilai investasi yang dibutuhkan
untuk membangun Tower Solo Technopark di kota Surakarta, perkiraan biaya pokok dan
biaya operasional serta perkiraan pendapatan yang dapat diperoleh dari perbagai potensi
bisnis yang ditawarkan Tower Solo Technopark Surakarta. Perkiraan nilai investasi, biaya
dan pendapatan selanjutnya akan menjadi acuan bagi perhitungan net cash flow (Proceed)
yang merupakan dasar bagi penentuan tingkat pay back period, Internal Rate of Return
(IRR), Net present value (NPV), serta index profitabilitas (PI) sebagai patokan bagi
penentuan kelayakan aspek financial dari proyek pembangunan Tower Solo Technopark
Surakarta.
LAPORAN AKHIR 6 - 1
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
LAPORAN AKHIR 6 - 2
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Harga bangunan:
1. Harga bangunan per m2 dan indeks multiplier untuk bangunan bertingkat
mengikuti ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 33 Tahun 2013, Tanggal 11 Juni 2013 Tentang
Standarisasi biaya kegiatan dan standarisasi harga pengadaan barang
kebutuhan pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, Kota Surakarta.
2. Koefisien harga bangunan khusus diperlukan karena Solo Technopark
Tower merupakan bangunan hotel berbintang dan convention hall bertaraf
international yang memerlukan desain interior khusus bagi kenyamanan
tamu hotel dan peserta konferensi.
LAPORAN AKHIR 6 - 3
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
Tabel 6.1.
Perkiraan Biaya Investasi Bangunan Solo Technopark Tower Surakarta
Koef. Koef. 2
No. Uraian Pekerjaan Volume Sat. Harga/m Juml. Biaya
B. Tingkat B. Khusus
A PEMBANGUNAN TOWER SOLO TECHNOPARK SURAKARTA
1 PARKIR (2LT) 28.360,00 M2 1.090 1,100 3.923.000,00 133.396.279.720,00
2
2 CONVENTION HALL 14.800,00 M 1.120 1,100 3.923.000,00 71.530.412.800,00
2
3 PUBLIC SPACE 10.245,00 M 1.135 0,500 3.923.000,00 22.808.469.112,50
2
4 SHOPPING ARCADE 1.930,00 M 1.135 1,100 3.923.000,00 9.452.880.415,00
2
5 RENTAL OFFICE 2.715,00 M 1.135 1,100 3.923.000,00 13.297.704.832,50
2
6 RENTAL OFFICE 2.715,00 M 1.162 1,100 3.923.000,00 13.614.037.899,00
2
7 HOTEL (13 LT) 19.210,00 M 1.410 1,100 3.923.000,00 116.884.647.330,00
2
8 RESTAURAN DAN MEETING ROOM 1.620,00 M 1.584 1,100 3.923.000,00 11.073.405.024,00
2
9 SW IMMING POOL DAN SPORT CENTER 1.620,00 M 1.642 1,100 3.923.000,00 11.478.870.612,00
2
10 MENARA PANDANG 600,00 M 1.671 0,700 3.923.000,00 2.753.239.860,00
2
11 ICT 715,00 M 1.671 1,100 3.923.000,00 5.155.769.404,50
2
12 BALLROOM 875,00 M 1.700 1,200 3.923.000,00 7.002.555.000,00
418.448.272.009,50
B KOMPONEN NON STANDART
1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA 10% Ls - 0.650 40.781.507.466,15 27.199.137.680,62
2 ELEVATOR / ESCALATOR 8% Ls - 0.650 32.625.205.972,92 21.759.310.144,49
3 TATA SUARA ( Sound Sytem ) 3% Ls - 0.650 12.234.452.239,85 8.159.741.304,19
4 TELEPONE DAN PABX 3% Ls - 0.650 12.234.452.239,85 8.159.741.304,19
5 INSTALASI IT (Informasi & Teknologi ) 8% Ls - 0.650 32.625.205.972,92 21.759.310.144,49
6 ELEKTRIKAL (Termasuk Genset ) 7% Ls - 0.650 28.547.055.226,31 19.039.396.376,43
7 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 7% Ls - 0.650 28.547.055.226,31 19.039.396.376,43
8 SISTIM PENANGKAL PETIR KHUSUS 2% Ls - 0.650 8.156.301.493,23 5.439.827.536,12
9 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 2% Ls - 0.650 8.156.301.493,23 5.439.827.536,12
10 INTERIOR (Termasuk Furniture ) 15% Ls - 0.650 61.172.261.199,23 40.798.706.520,93
11 PENCEGAHAN BAHAYA RAYAP 1% Ls - 0.650 4.078.150.746,62 2.719.913.768,06
12 PONDASI DALAM 7% Ls - 0.650 28.547.055.226,31 19.039.396.376,43
13 SARANA / PRASARANA LINGKUNGAN 3% Ls - 0.650 12.234.452.239,85 8.159.741.304,19
14 PENINGKATAN MUTU *) 15% Ls - 0.650 61.172.261.199,23 40.798.706.520,93
15 LANSEKAP 1.00 Ls - 0.001 407.815.074.661,50 418.448.272,01
16 KOMPONEN SMART BUILDING 10% Ls - 1.000 41.844.827.200,95 41.844.827.200,95
289.775.428.366,58
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
LAPORAN AKHIR 6 - 4
Dari hasil perhitungan maka nilai investasi untuk pembangunan gedung Solo
Technopark Tower Surakarta diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp
708.223.700.376,08.
LAPORAN AKHIR 6 - 5
Jenis Investasi Ratio jumlah
Perabot Operasional 1,86% 13.172.960.827,00
Mesin dan Peralatan Listrik 4,96% 35.127.895.538,65
Kendaraan 0,80% 5.665.789.603,01
Tabel 6.2.
Kebutuhan Investasi Tower Solo Technopark Surakarta
6.2.1. Hotel
LAPORAN AKHIR 6 - 6
hasil perhitungan perkiraan pendapatan dari bisnis hotel Solo Technopark
Tower Surakarta dapat dilihat ditabel berikut:
Tabel 6.3.
Perkiraan Pendapatan Hotel Tower Solo Technopark Surakarta
Perkiraan biaya hotel dibedakan dalam dua kelompok yaitu biaya pokok
dan biaya operasional. Dari hasil analisis beberapa laporan keuangan
perusahaan hotel yang dipublikasikan diperoleh kisaran biaya pokok
sebesar 29% 32% dan biaya operasional sebesar 48%-59%. Sebagai
sebuah judgement penelitian dengan mempertimbangkan margin laba
20% dan konsep smart and green bulding yang melekat di desain Solo
Technopark Tower, maka perhitungan perkiraan biaya hotel akan
mengacu pada tingkat rate biaya pokok sebesar 30% dan tingkat biaya
operasional sebesar 40%, Sedang 10% akan digunakan untuk biaya
pajak.
Tabel 6.4.
Perkiraan Biaya Hotel Tower Solo Technopark Surakarta
LAPORAN AKHIR 6 - 7
6.2.2. Rental Office
Pendapatan yang dapat diharapkan dari Rental Office adalah hasil dari Rental
charge dan service charge. Perkiraaan space efektif yang bisa disewakan
adalah 75% dari luasan bangunan rental office, sedangakan 25% dari luasan
bangunan akan digunakan sebagai public space dan penyekat. Acuan harga
rental offfice per M2 didasarkan pada harga terendah rental office di jakarta
sebesar Rp. 100.000 per M2, sedangakan service charge dihitung
berdasarkan ratio 50% dari harga rental office. Target opportunity tingkat
penjualan adalah 30% dari potensi pendapatan dalam full capacity.
Sedangkan perkiraan tingkat biaya mengacu pada besaran biaya pokok hotel
sebesar 30% dari pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan perkiraan
pendapatan dan biaya dari rental office dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6.5.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Rental Office
Tower Solo Technopark Surakarta
Biaya
Operasional 0,30 659.745.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
LAPORAN AKHIR 6 - 8
pendapatan dan biaya dari restaurant dan meeting room dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 6.6.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Restauran dan Meeting Room
Tower Solo Technopark Surakarta
Biaya
Operasional 0,30 218.700.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
6.2.4. Parkir
Tabel 6.7.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Parkir Tower Solo Technopark Surakarta
LAPORAN AKHIR 6 - 9
6.2.5. Convention Hall
Tabel 6.8.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Convention Hall Tower Solo Technopark
Surakarta
Biaya
Operasional 0,3 5.994.000.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
Perkiraan pendapatan dan biaya shopping arcade mengacu pada harga per
m2 sebesar Rp. 50.000 per m2 ditambah biaya sevice charge sebesar 50%
dari biaya sewa rental charge. Perkiraan space efektif yang bisa disewakan
adalah 75% dari luas bangunan keseluruhan shopping arcade. Adapun target
opportunity tingkat penjualan adalah 60% dari potensi pendapatan dalam full
capacity. Sedangkan perkiraan tingkat biaya mengacu pada besaran biaya
pokok hotel sebesar 30% dari pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan
perkiraan pendapatan dan biaya dari shopping arcade dapat dilihat dalam
tabel berikut:
LAPORAN AKHIR 6 - 10
Tabel 6.9.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Shopping Arcade Tower Solo Technopark
Surakarta
Swimming poll dan sport center merupakan bagian dari fasilitas hotel
berbintang. Namun demikian sebagian dari kapasitas swimming pool dan
sport center dapat dijual untuk umum. Luasan bangunan swimming pool dan
sport center sebesar 1.530 m2 dengan perkiraan kapasitas pengunjung
sebesar 200 orang. Perkiraan harga jual tiket swimming pool dan sport center
sebesar Rp. 25.000 per pengunjung. Target opportunity tingkat penjualan
adalah 25% dari potensi pendapatan dalam full capacity. Sedangkan
perkiraan tingkat biaya mengacu pada besaran biaya pokok hotel sebesar
30% dari pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan perkiraan pendapatan
dan biaya dari swimming pool dan sport center dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 6.10.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Swimming Pool dan Sport Center
Tower Solo Technopark Surakarta
Biaya
operasional 0,30 135.000.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
LAPORAN AKHIR 6 - 11
sebesar Rp. 10.000 per orang. Target opportunity tingkat penjualan adalah
25% dari potensi pendapatan dalam full capacity. Sedangkan perkiraan
tingkat biaya mengacu pada besaran biaya pokok hotel sebesar 30% dari
pendapatan yang diterima. Hasil perhitungan perkiraan pendapatan dan biaya
dari menara pandang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6.11.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Menara Pandang
Tower Solo Technopark Surakarta
Marketable Qty Kap. Harga Potensi Opp. Total
0,5 600 200 10.000 720.000.000 0,25 180.000.000
Biaya
operasional 0,30 54.000.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
Tabel 6.12.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya ICT
Tower Solo Technopark Surakarta
Marketable Qty Harga Potensi Opp. Total
0,75 715 150.000 965.250.000 0,50 482.625.000
LAPORAN AKHIR 6 - 12
6.2.10. Ballroom
Tabel 6.13.
Perkiraan Pendapatan dan Biaya Ballroom
Tower Solo Technopark Surakarta
Biaya
operasional 0,3 1.417.500.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2013
Untuk menghitung Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Return, dan
Profitability Index. maka semua penerimaan (revenue) yang diperkirakan akan
diterima dari aktivitas pembangunan dan pengelolaan Solo Technopark Tower Kota
Surakarta akan dimasukkan dalam model analisis untuk menentukan tingkat
kelayakan investasi, khususnya penerimaan dari unit bisnis hotel, convntion hall,
LAPORAN AKHIR 6 - 13
office rental, shopping arcade, ball room, menara pandang, swimming pool, dan
parkir. Demikian juga dengan pengeluaran. Semua bentuk pengeluaran yang
diperkirakan akan diperlukan untuk aktivitas pengembangan dan pengelolaan Solo
Technopark Tower Kota Surakarta akan digunakan untuk menentukan tingkat
kelayakan investasi, khususnya:
Periode analisis kelayakan yang digunakan adalah 30 tahun. Hal ini disesuaikan
dengan umur ekonomis bangunan. Artinya semua penerimaan dan pengeluaran yang
diperkirakan akan terjadi selama 30 tahun mendatang digunakan sebagai variabel
untuk menentukan tingkat kelayakan investasi. Dalam perhitungan seluruh
pengeluaran dan penerimaan digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Tingkat discount rate sebesar 7%. Tingkat discount rate ini disesuaikan dengan
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulan nopember 2013
sebagai free risk investment.
2. Tingkat inflasi sebesar 6%. Meskipun tingkat inflasi tahun 2013 diperkirakan
mencapai 9%, tetapi dalam kondisi perekonomian yang normal tingkat inflasi di
surakarta berkisar antara 4% sampai dengan 7% selama tiga tahun terakhir.
4. Komponen biaya yang rentan terhadap inflasi sebesar 70% dari biaya secara
keseluruhan.
LAPORAN AKHIR 6 - 14
pembangunan dan pengelolaan Solo Technopark Tower Kota Surakarta diperoleh
hasil seperti disajikan dalam di bawah ini.
LAPORAN AKHIR 6 - 15
Tabel 6.14.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark
Pengeluaran
THN Total Revenue Total Biaya Net Cash Flow
Investasi Biaya
LAPORAN AKHIR 6 - 16
Tabel di atas menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan model analisis
kelayakan pembangunan Tower Solo Technopark Kota Surakarta. Sesuai rencana
untuk menentukan apakah rencana investasi pembangunan Tower Solo Technopark
kota Surakarta layak dilaksanakan atau tidak maka dipakai empat indikator
keuangan, yaitu Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Return, dan
Profitability Index
LAPORAN AKHIR 6 - 17
mengindikasikan bahwa rencana investasi pembangunan dan pengelolaan Solo
Technopark Tower Surakarta di Kota Surakarta dinyatakan layak untuk
dilaksanakan.
Hasil ini secara agregat, dalam kondisi normal investasi Solo Technopark Tower
dapat dilaksanakan. Indikasi yang kuat untuk dapat dilaksanakannya investasi bisnis
Solo technopark juga dapat dilihat dari opportunity yang termanfaatkan baru sebesar
40,25% dari kapasitas bisnis secara keseluruhan. Artinya masih terdapat 59,75%
opportunity perusahaan untuk mendapatkan profit lebih tinggi dari hasil analisis
kelayakan solo Technopark Tower ini.
LAPORAN AKHIR 6 - 18
unit bisnis yang lain akan ditentukan setara dengan peningkatan tingkat occupansi
hotel. Hasil analisis terhadap cash flow dapat dilihat dalam tabel berikut:
LAPORAN AKHIR 6 - 19
Tabel 6.15.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark kondisi perekonomian decline
Pengeluaran
THN Total Revenue Total Biaya Net Cash Flow
Investasi Biaya
LAPORAN AKHIR 6 - 20
Tabel 6.16.
Kelayakan Investasi Tower Solo Technopark kondisi perekonomian increase
Pengeluaran
THN Total Revenue Total Biaya Net Cash Flow
Investasi Biaya
LAPORAN AKHIR 6 - 21
Dari hasil perhitungan cash flow seperti yang terlihat di atas diperoleh nilai IRR untuk
kondisi perekonomian decline sebesar 3,63% dan kondisi perekonomian increase
sebesar 9,71%. Artinya dalam kondisi ekonomi decline investasi Solo technopark
Tower tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena menghasilkan tingkat IRR lebih
rendah dari tingkat discount rate sehingga nilai Net present value (NPV) menjadi
negatif sebesar Rp. (298.242.703.321,44). Kondisi ekonomi decline ini mentargetkan
kapasitas terjual hanya 26,84% dari full capacity bisnis Solo Technopark Tower.
Dalam kondisi ekonomi increase investasi Solo Technopark Tower menghasilkan
tingkat IRR sebesar 9,71% dengan tingkat kapasitas terjual hanya 48,99% dari total
kapasitas bisnis Solo Technopark Tower. Angka ini melebihi tingkat discount rate
sebesar 7% dan nilai Net Present Value sebesar Rp. 310.320.225.384,22, artinya
investasi ini layak untuk direalisasi. Melihat fenomena ini maka dari aspek risiko
bisnis, Solo Technopark Tower merupakan bisnis dengan tingkat risiko yang
tergolong tinggi. Tingginya risiko ini sangat terkait dengan bisnis utama yaitu hotel,
mice dan rental space. Gambaran tentang tingkat koefisien risiko yang menunjukkan
tingkat sensitivitas internal bisnis dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 6.17.
Tingkat Sensitivitas Internal Bisnis STP Tower
NO. UNIT BISNIS S*
1 HOTEL (13 LT) 1,02%
2 RENTAL OFFICE 0,11%
3 RESTAURAN DAN MEETING ROOM 0,02%
4 PARKIR (2LT) 0,02%
5 CONVENTION HALL 12,12%
6 SHOPPING ARCADE 0,02%
7 SW IMMING POOL DAN SPORT CENTER 0,03%
8 MENARA PANDANG 0,01%
9 ICT 0,01%
10 BALLROOM 0,24%
S*: Sensitivitas internal
LAPORAN AKHIR 6 - 22
memberikan tingkat korelasi 80% terhadap tingkat hunian sebuah hotel swasta di
Jakarta. Sedangkan koefisien / slope besaran pengaruh terhadap tingkat hunian hotel
tersebut sebesar 0,6%. Namun data tersebut belum cukup valid sebagai dasar
judgement dalam penelitian ini untuk menjadi benchmark bagi perhitungan
keterkaitan unit-unit bisnis di Solo Technopark Tower. Secara logika awam maka
mice dan tingkat hunian hotel serta penggunaan fasilitas yang lain mempunyai
keterkaitan yang sangat erat, sehingga perlu ada strategi menjual agar kemampuan
untuk diserap oleh pasar semakin tinggi. Apalagi data menunjukkan dari jumlah
pertemuan yang yang terseleggara diseluruh dunia dari tahun 2001 sampai dengan
2010 hampir 70% mengambil tempat penyelenggaraan di hotel dan
conference/exhibition hall. Sedangkan berdasarkan subyek pertemuan bidang
technologi berada pada urutan kedua yang mendominasi. Tingkat pertumbuhan mice
di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mempunyai pertumbuhan
l0,57%. Fakta ini memberikan gambaran bahwa secara financial peningkatan bisnis
Solo Technopark Tower masih sangat terbuka.
LAPORAN AKHIR 6 - 23
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis dalam aspek pasar dan hasil FGD bersama pemangku
kepentingan yang ada di Surakarta, menunjukan bahwa di Kota Surakarta
dibutuhkan sebuah venue untuk mendukung kegiatan MICE (meeting incentive
converence exhibition) dengan daya tampung 8.000 yang dilengkapi dengan
fasilitas pendukung berupa :
1) Hotel minimal bintang 4
2) Kantor sewa (rental office)
3) Menara pandang
4) ICT (Information Communication Technology)
5) Ballroom untuk kegiatan ekslusif
6) Restaurant
2. Agar tower STP mampu menjadi icon baru bagi masyarakat Kota Surakarta dan
sekitarnya maka akan dilengkapi dengan fasilitas publik yang bisa digunakan
secara gratis berupa public space, yang di dalamnya terdapat shopping arcade dan
berbagai permainan anak-anak.
3. Hasil analisis terhadap kelayakan pembangunan Solo Technopark Tower
Surakarta di kota Surakarta menunjukkan tingkat Payback period (PP) sebesar
11,127 dengan tingkat Internal Rate of Return (IRR) sebesar 7,25% dan tingkat Net
present Value (NPV) positif sebesar Rp 4.524.355.234,50 serta profitbility index
sebesar 2,7883 kali, dengan tingkat discount rate 7,00%. Hasil ini secara agregat,
dalam kondisi ekonomi normal, investasi Solo Technopark Tower dapat
dilaksanakan. Indikasi yang kuat untuk dapat dilaksanakannya investasi bisnis Solo
technopark juga dapat dilihat dari tingkat opportunity yang termanfaatkan baru
sebesar 40,25% dari kapasitas bisnis secara keseluruhan. Artinya masih terdapat
59,75% opportunity perusahaan untuk mendapatkan profit lebih tinggi dari hasil
analisis kelayakan solo Technopark Tower ini.
LAPORAN AKHIR 7- 1
4. Dari hasil analisis risiko diperoleh nilai IRR untuk kondisi perekonomian decline
sebesar 3,63% dan kondisi perekonomian increase sebesar 9,71%. Artinya dalam
kondisi ekonomi decline investasi Solo technopark Tower tidak dianjurkan untuk
dilakukan, karena menghasilkan tingkat IRR lebih rendah dari tingkat discount rate
sehingga nilai Net present value (NPV) menjadi negative sebesar Rp.
(298.242.703.321,44). Kondisi ekonomi decline ini mentargetkan kapasitas terjual
hanya 26,84% dari full capacity bisnis Solo technopark Tower. Dalam kondisi
ekonomi increase investasi Solo technopark Tower menghasilkan tingkat IRR
sebesar 9,71% dengan tingkat kapasitas terjual hanya 48,99% dari total kapasitas
bisnis Solo Technopark Tower. Angka ini melebihi tingkat discount rate sebesar 7%
dan nilai Net Present Value sebesar Rp. 310.320.225.384,22, artinya investasi ini
layak untuk direalisasi. Melihat fenomena ini maka dari aspek risiko bisnis, Solo
Technopark Tower merupakan bisnis dengan tingkat risiko yang tergolong tinggi.
Karena rentang besarnya kerugian dan potensi untuk mendapatan keuntungan
sangat lebar.
LAPORAN AKHIR 7- 2
Ballroom seluas 875 m2
7.2. Rekomendasi
Secara analisis pasar, analisis tata ruang, analisis rancang bangun dan analisis
keuangan, pembangunan Tower Solo Technopark layak dilaksanakan dengan
beberapa persyaratan-persyaratan yaitu :
1. Diperlukan peningkatan aksesibilitas dari pusat bisnis Kota Surakarta menuju ke
lokasi Solo Technopark maupun sebaliknya.
2. Diperlukan penambahan rute transportasi publik (bus kota maupun angkutan
umum) yang melalui kawasan Solo Technopark
3. Perlunya meninghidupkan kawasan Solo Technopark dengan cara secara berkala
menggelar event-event kesenian, pameran, pagelaran atau lomba-lomba di
kawasan Solo Technopark dengan menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait
4. Perlu diberikan kemudahan-kemudahan dalam pengembangan kawasan Solo
Technopark dalam hal penyederhanaan prosedur perijinan.
5. Perlu optimalisasi promosi melalui berbagai media promosi baik cetak, elektronik
maupun internet
6. Perlu ada sinergi dan kerjasama yang baik dengan operator hotel, biro-biro
perjalanan, serta asosiasi terkait (PHRI, AEOC, Kadin, HIMPMI, Apindo, Asita,
Apkomindo, Asmindo, Perabarindo, PPGI, dll)
7. Memperhatikan aspek-aspek regulasi dalam proses perencanaan serta
pembangunannya yang sesuai dengan peraturan daerah, terkait dengan koefisien
lantai bangunan (KLB) dan koefien dasar bangunan (KDB)
8. Dalam pelaksanaan DED selanjutnya hendaknya memperhatikan konsep smart
dan green building
9. Karena tower solo technopark merupakan bagian dari kawasan solo technopark,
maka dalam pembangunannya harus memperhatikan penandaan atau rambu
terkait akses jalan masuk maupun jalan keluar
10. Pada site plan terlihat sirkulasi kendaraan barang melalui side entrance di sisi timur
kawasan. Pada kondisi eksisting jalan ini hanya mempunyai lebar + 4 m, dalam
pengembangannya untuk dapat mengakomodir kendaraan besar untuk
mendukung kegiatan mice, maka diperlukan pelebaran jalan menjadi + 12 m.
LAPORAN AKHIR 7- 3
11. Setelah pengelolaan bangunan tower selesai masa pakainya oleh investor, maka
bangunan diserahkan kembali pada Solo Technopark. Pada proses serah terima,
dilaksanakan pula proses transfer knowledge mengingat bangunan solo
technopark tower merupakan mix use building dengan pengelolaan yang
professional.
12. Dalam pengembangan bangunan solo technopark tower selanjutnya harus
memperhatikan amdal lalu lintas yang ada, untuk menghindari terjadinya
kemacetan dan beban jalan yang terlalu besar di sekitar kawasan solo technopark.
LAPORAN AKHIR 7- 4
Penyusunan Feasibilty Study Tower Solo Technopark
UTARA
SITE RENCANA
DENAH BASEMENT
(PARKIR)
10983
I 1000 I 6750
CONVENTION HALL
GEOUNG
SOLO TRADE&
EXPO CENTER
·� .·:
HALL/
HOTEL STANDART ROOM HOTEL STANDART ROOM
SITIINGAREA
����������������������������������D�EN�A�H 5
. 07 - LT. 18
(HOTEL)
6750
1500 I 675 6 5 6 65 5 6 5 65 5 I 500
HOTEL SUITE ROOM SITIINGAREA HOTEL SUITE ROOM & PRESIDENT SUITE =
DENAH LT. 19
(HOTEL)
jumlah 3.672
Sirkulasi 20% 734
Total 4.406
II KELOMPOK UTAMA