Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan
spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah
disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD
mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di
Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit
DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada
tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF)?
2. Apa etiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
3. Apa manifestasi klinis terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
5. Apa pemeriksaan penunjang pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
7. Bagaimana pencengahan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?

1
8. Apa komplikasi pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.
2. Untuk menegetahui Pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF).
3. Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic
Fever (DHF).
5. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever
(DHF).
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Dengue Hemorhargic Fever
(DHF).
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
8. Untuk mengetahui pencengahan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
9. Untuk mengetahui komplikasi pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF)

Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian
(Cristianti,1995).

DHF adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri demam dan manifestasi
perdarhan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian
(Mansjoer, Arif. 2000)

DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah, kapiler dan pada system pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan (Antoe. 2007)

DHF adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aides Aegepti
(betina). ( Perawatan Pasien DHF, 1995 )

Klasifikasi DHF ( menurut derajat beratnya penyakit : WHO, 1986 ) :


a. Derajat 1
Demam disertai dengan gejala klinis tanpa perdarahan sentral uji tourniquet ( + ),
trombositopenia dan homokonsentrasi. Panas 2 – 7 hari.
b. Derajat II
Derajat 1 disertai pendarahan sponta pada kulit
c. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis sekitar mulut,
hidung, ujung jari ( tanda dari renjatan ).
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

3
B. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya
sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor Virus
Dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita;
2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
(Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus

4
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

C. Manifestasi Klinis Infeksi Virus Dengue


1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri
tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto,
1990 ; 39).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita
(Soederita, 1995 ; 39).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

D. Patofisiologi
Fenomena pathofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan tejadinya perembesan plasma ke
ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (

5
petekie ), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomigali ) dan pembesaran limpa (
spenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, hemokosentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi rejatan (
syok ). Hemokosentrasi ( peningkatan hematokrit lebih besar 20 % ) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan.

6
Pathway

E. Komplikasi
Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok maupun
tanpa shok
2. Kejang : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini
mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal ditemukan
normal.
3. Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian
cairan.
4. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring
yang lama.
5. Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena terkontaminasi.
6. Dengue Syok Sindrom (DSS)

7
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
1. Laboratorium
Darah lengkap
a. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria à 40-48 %
b. Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
c. Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
Asidosis
a. Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia
2. Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama
lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm².
Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20
ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama
masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan
fase shok.
3. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena
adanya rembesen plasma.
4. Urine`: albuminuria ringan
5. Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
6. Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara
haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen
(complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
7. USG : hematomegali-splenomegali

8
G. Penatalaksanaan
1. Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1. Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the manis
dan gula, sirup, dan susu
2. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum
teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada
anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DHF dengan Renjatan


1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB ), warna kuning pekat
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2. Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2. Observasi intik output
3. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter
per hari, beri kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan

9
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
- Beri minum banyak
- Berikan kompres

H. Pencegahan Demam Berdarah Dengue


Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai berikut :
1. Pengelolaan Lingkungan
Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya
pencegahan atau mengurangi perkembengan vector dengan cara :
a. Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air / kebocoran di
ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak keran, dll akan menampung air dan
menjadi tempat perindukan larva Aedes Aegypti bila tidak dirawat.
b. Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga antara lain :
jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, bak mandi,
genthong, bak wc.
c. Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu sekali.
d. Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya yang tersebar disekitar
rumah harus dikubur di dalam tanah. Ban mobil bekas juga harus selalu ditutup
untuk mencegah tertampungnya air hujan. Lubang pada pagar yang terbuat dari
bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi
pasir untuk mengurangi perindukan aedes Aegypti.

2. Perlindungan diri
a. Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan permetrhirn efektif
melindungi gigitan nyamuk.
b. Obat nyamuk semprot atau baker
c. Obat oles anti nyamuk (repellent).
d. Tirai atau kelambu nyamuk.

10
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saaat penderita pertama kali
masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit
yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk
mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah
yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :
a. Wawancara
b. Pemeriksaan fisik
c. Observasi dan pengamatan
d. Catatan atau status pasien
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Dengan data yang ada, perawat dapat menentukan aktivitas keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan atau masalah yang dialami pasien.
1) Data Subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut (Christianti Effendy,
1995) yaitu :
a) Lemah.
b) Panas atau demam.
c) Sakit kepala.
d) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
e) Nyeri ulu hati.
f) Nyeri pada otot dan sendi.
g) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
h) Konstipasi (sembelit)
2) Data obyektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi
pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
a) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

11
c) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
d) Hiperemia pada tenggorokan.
e) Nyeri tekan pada epigastrik.
f) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
g) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin,gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

2. Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
1.) IgE dengue ( + )
2.) Trombositopenia
3.) Hemoglobin menigkat lebih dari 20 %
4.) Hemokosentrasi ( hematokrit meningkat )
Hasil pemeriksaa kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokteremia pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi penderita DHF. Kenaikan atau
penurunan Hb sahli mencerminkan kenaika atau penurunan HT dalam
perjalanan penyakit.
5.) Pemeriksaan Serologi
Melakukan pengukuran titer anti bodi pasien dengan cara haymaglutination
inhibition test ( HI test ) atau dengan uji pengikatan komplemen ( komplemen
fiks ation test / cft ). Pada pemeriksaan ini dibutuhkan dua bahan pemeriksaan
yaitu pada masa akut atau demam dan pada masa penyembuhan ( 1-4 minggu
setelah gejala awal penyakit ). Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah
vena dua-lima ml.
b. Pemeriksaan Diagnosis yang Menunjang
Antara lain foto thorax yang mungkin dijumpai adnaya pleural effusion pada
pemriksaan USG hepatomegali dan spenomegali.

3. Diagnosa Keperawatan
Penyusunan diagnosa setelah data di dapatkan, kemudian dikelompokkan dan
difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul, diagnosa yang mungkin muncul
pada kasus DHF diantaranya:

12
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler dan ekstravaskuler
b. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah (
trombositopenia )
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
e. Resiko syok ( hypovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1. Kekurangan NOC Nic :
volume cairan a. Fluid balance Fluid management
berhubungan b. Hydration a. Timbang popok atau
dengan pindahnya c. Nutritional status ; pembalut jika
cairan intravaskuler food and fluid intake diperlukan
dan ekstravaskuler Kriteria hasil : b. Pertahankan catatan
a. Mempertahankan intake dan output yang
urine output sesuai akurat
dengan usia dan berat c. Monitor status dehidrasi
badan, bj urine ( kelembapan membran,
normal, HT normal mukosa, nadi adekuat,
b. Tekanan darah, nadi, tekanan darah ortostatik
suhu tubuh dalam ), jika diperlukan
batas normal d. Monitor vital sign
c. Tidak ada tanda-tanda e. Monitor masukan
dehidrasi, elastisitas makanan/cairan dan
turgor kulit baik, hidung intake kalori
membran mukosa harian
lembek, tisak ada rasa f. Kolaborasikan
haus yang berlebihan pemberian cairan IV
13
g. Monitor status nutrisi
h. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
i. Dorong masukan oral
j. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
k. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
l. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
m. Kolaborasi dengan
dokter
n. Atur kemungkinan
tranfusi
o. Persiapan untuk tranfusi

2. Hipertermia NOC NIC


berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan proses Kriteria hasil : a. Monitor suhu sesering
infeksi virus a. Suhu tiubuh dalam mungkin
dengue rentang normal b. Monitor warna dan suhu
b. Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal c. Monitor tekanan darah,
c. Tidak ada perubahan nadi, dan RR
warna kulit dan tidak d. Monitor penurunan
pusing tingkat kesadaran
e. Monitor intake dan
output
f. Berikan pengobatan
untuk mengatasi demam
g. Selimuti pasien
h. Kompres Pasien pada
lipat paha dan axila
14
i. Tingkatkan sirkulasi
udara
j. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
3. Resiko perdarahan NOC NIC
berhubungan a. Blood lose severity Bleeding precaution
dengan penurunan b. Blood coagulation a. Monitor ketat tanda-
faktor pembekuan tanda perdarahan
darah ( b. Catat nilai Hb dan Ht
trombositopenia ) sebelum dan sesudah
terjadinya perdarahan
c. Monitor nilai lab (
koagulasi ) yang
meliputi PT, PTT,
Trombosit
d. Pertahankan bedrest
selama perdarahan aktif
e. Kolaborasi dalam
pemberian produk darah
f. Lindungi pasien dari
trauma yang dapat
menyebabkan
perdarahan
g. Hindari mengukur suhu
lewat rektal
h. Hindari pemberian
aspirin dan antikoagulan
i. Hindari terjadinya
konstipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan intake
cairan adekuat dan
pelembut feses
15
4. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional status : Nutrition management :
kebutuhan tubuh a. Nutritional status : a. Kaji adanya alergi
berhubungan food and fluid intake makanan
dengan intake b. Nutritiona status : b. Kolaborasi dengan ahli
nutrisi yang tidak nutrien intake gizi untuk menunjukan
adekuat akibat c. Weight control jumlah kalori dan nutrisi
mual dan nafsu Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien
makan yang a. Adanya peningkatan c. Anjurkan pasien untuk
menurun BB sesuai dengan meningkatan protein
tujuan dan vitamin C
b. Berat badan ideal d. Berikan substansi gula
sesuai dengan tinggi e. Yakinkan dia yang
badan dimakan mengandung
c. Mampu tinggi serat untuk
mengidentifikasi mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi f. Berikan makanan yang
d. Tidak ada tanda terpilih ( sudah di
malnutrisi konsultasikan dengan
e. Menunjukan tingkatan ahli gizi )
fungsi pengecapan dan g. Ajarkan pasien
menelan bagaimana membuat
f. Tidak terjadi catatan makanan harian
penurunan berat badan h. Monitor jumlah nutrisi
yang berarti dan jumlah kalori
i. Berikan informasi
tentang kebutuuhan
nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
5. Resiko syok ( NOC NIC
hypovolemik ) Syok prevention Syok prevention
berhubungan Syok management a. Monitor tanda in
16
dengan perdarahan Kriteria hasil : adekuat oksigenasi
yang berlebihan, a. Nadi dalam batas yang jaringan
pindahnya cairan di harapkan b. Monitor suhu dan
intravaskuler ke b. Irama jantung dalam pernapasan
ekstravaskuler batas yang diharapkan c. Monitor tanda awal
c. Frekuensi napas dalam syok
batas yang diharapkan d. Ajarkan keluarga dan
d. Irama pernapasan pasien tentang tanda
dalam batas yang dan gejala datangnya
diharapkan syok
e. Ajarkan keluarga dan
pasien dalam mengatasi
gejala syok
Syok management
a. Monitor fungsi renal
b. Monitor tekanan nadi
c. Monitor status cairan
input output

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DHF adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam dan manifestasi perdarhan,
serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian. Klasifkasi DHF
ada 4 yaitu derajat I, derajat II, derajat III, dan derajat IV. Tanda dan gejala penyakit
DHF ini yaitu demam, perdarahan, hepatomegali, dan renjatan

18
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2000). Kapita selekta kedokteran edisi 3, medica auskulpulus. Jakarta : FKUI

Arif, M & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta: Media Aescula

Christantie, E. ( 1995 ). Perawatan pasien DHF. Jakarta : EGC.

Girsang, D. (2014). Pemeriksaan penunjang demam berdarah


https://www.academia.edu/4201416/. Duindul tanggal 25 September 2016 pukul 20.00
Soedarto. (1990). Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia.Jakarta: Widya Medika
Soegijanto, S. (2007). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia, Jilid 6.
Surabaya: Airlangga University Press.

WHO. 1999.Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorragic Fever. Comprehensive
Guidelines 2000.Climate Change and Human Health. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan
Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Buku Kedokteran: Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai