Anda di halaman 1dari 78

PENGAMBILAN SAMPEL

PROGRAM DDHBC & TYPOID

Agus Joko P

Analis Group 1
HASIL PEMERIKSAAN BAIK

MENURUT PROSEDUR YANG BENAR

HASIL
- TELITI
- TEPAT
- CEPAT
- DAPAT DIPERCAYA
Analis Group 2
Analis Group 3
PERSIAPAN PUNKSI VENA

Peralatan punksi vena


• Sarung Tangan
• Tourniquet
• Tabung vakum
• Holder
• Jarum, 20 – 22 G
• Wing Needle
• Kapas alkohol 70%
• Kapas kering Steril
• Plester
Analis Group 4
IDENTIFIKASI
Formulir permintaan
• Nama pasien lengkap, Jenis kelamin, Usia, Alamat, No
telp, No Hp, Dokter yang meminta
• Tanggal / Jam pengambilan
• Jenis tes
• Nama pengambil bahan
• No MR
• untuk program DDHBC: inisial 4 karakter, nomor reg 6
digit, kode HB, kode pasien misal ibu hamil 19, kode
prov, kode puskesmas, misal ABCD123456HB164729001

Analis Group 5
PUNKSI VENA

Posisi pengambilan darah :


• berbaring
• duduk
Pembendungan :
 7-10 cm dari lipat siku
 1 menit / tekanan 60 mmHg
 terlalu lama:
hemokonsentrasi
kerusakan dinding vena
hipoksia jaringan
Analis Group 6
PROSEDUR PUNKSI VENA
Efek postural dan kesalahan tehnis
- Dianjurkan pasien duduk tenang
minimum 15 menit sebelum diambil
darah.
- Posisi pasien duduk atau berbaring.
- Torniquette terpasang tidak lebih
dari 1 menit.
- Pengambilan darah diutamakan pada
vena mediana cubiti lengan kanan.
- Pengambilan darah vena dengan tabung
vakum dan sesuaikan botol penampung
yang akan digunakan.
KESALAHAN-KESALAHAN
LAZIM DALAM CARA
MEMPEROLEH SAMPLE
DARAH
 Kualitas dan susunan darah yang diambil
untuk pemeriksaan mungkin berubah oleh
salah tindakan waktu mengambil sample
darah tersebut.

 Belum beku disentrifuge sehingga ada


bekuan, utk pemeriksaan CLIA dan
HBVDNA tidak bisa,
Potensi kesalahan
 Salahmenandai formulir
permintaan tes/pemeriksaan.

 Salah identifikasi pasien.


KOMPLIKASI FLEBOTOMI
DAN
PENANGANANNYA
KOMPLIKASI FLEBOTOMI
Hematom
Petechia
Kegagalan dalam pengambilan darah
Kejang
Muntah
Alergi
Pingsan (Syncope)
Cidera pada saraf
Infeksi
HEMATOMA
Hematoma disebabkan oleh darah yang
bocor ke dalam jaringan di sekitar
tusukan vena dan lalu membeku.

Hal ini bisa menimbulkan kegelisahan


atau kekhawatiran pada pasien.
Bila hematoma terjadi, tempat ini tidak
bisa dipakai sebagai titik masuk sampai
hematoma teratasi.
Jika ada hematoma, pilih tempat lain,
lakukan penusukan vena pada posisi
distal terhadap hematoma.
Hematome yg besar terasa nyeri,
bengkak
HEMATOMA
Pencegahan:
Penyebab:
 Pengambilan sampel darah
•Pengambilan sampel
sesuai prosedur
susah/insersi jarum tidak  Menanyakan obat yang
tepat dikonsumsi pasien, bila
•Pemakaian obat memakai antikoagulan.
antikoagulan  Penekanan tempat tusukan
•Vena rapuh (pd orang lebih lama (Lengan tdk
tua) boleh dilipat )
•Latihan setelah  Memakai ukuran jarum yg
pengambilan darah sesuai
•Bekas tusukan tidak  Tidak latihan terlalu berat
ditekan ( 1 menit) setelah venipuncture
HEMATOME
HEMATOMA
Penanganan:
•Penjelasan kepada pasien hematome akan hilang
sendiri, bila keluhan bertambah konsul ke dokter
•Pada umumnya tidak perlu terapi
•Kompres es ( Saat Akut)
•Kompres hangat ( Sudah tidak akut)
•Pemberian obat salep
Petechiae : titik perdarahan merah kecil tidak
PETECHIA
timbul yang muncul pada kulit pasien.

Petechiae bisa terjadi


*Saat hitung platelet rendah dan / atau fungsi
platelet abnormal.
* Dinding kapiler rapuh, namun jarang terjadi.

Pasien bisa sudah mengalami petechiae sebelum,


atau bisa muncul setelah dipasang tourniquet.
Adanya petechiae tidak berarti bahwa
phlebotomist telah melakukan tindakan yang
keliru.

PERHATIAN: Petechiae memberikan indikasi


bahwa pasien bisa mengalami perdarahan
panjang setelah penusukan vena.
KEGAGALAN DALAM PENGAMBILAN DARAH

Penyebab: Penanganan
•Tusukan jarum tidak
tepat  Perbaiki posisi jarum
sasaran
•Sudut jarum tidak 15
derajat
 Mencari vena yg
•Vena collaps besar
 Mengganti tabung
•Tabung vacutainer tidak vacutainer
vacum lagi
Venipuncture yang benar dan tidak benar

Bevel resting on vein wall


Collapsed vein
Needle too near vein valve
•Jarang terjadi KEJANG
•Biasanya ada kelainan sebelumnya
•Terjadi pada saat menusuk jarum
Penanganan:
* Jarum cepat ditarik
* Pasien ditidurkan, longgarkan ikat pinggang
* Cegah gigitan dengan memberi kain /kasa /
saputangan
* Bebaskan jalan nafas
MUNTAH

• Miringkan kepala ke samping untuk mencegah


aspirasi /tersedak

ALERGI

•Alergi terhadap plester atau antiseptik


•Penanganan :
- Pemakaian antiseptik yang lain
- Pemakaian plester hipoalergenik/ tanpa plester
PINGSAN
• Komplikasi pingsan/ syncope ini sering terjadi (No
2)
•Penyebabnya: - reaksi vasovagal
- Transient relative hypotension
•Sering terjadi pada Pengambilan darah donor
• Penanganan:
* Lepaskan tourniquette, cabut jarum segera
* Pasien ditidurkan posisi telentang, kaki diangkat
* Beri kompres dingin di belakang leher
* Bila perlu beri kapas amonia
A. Cabang saraf sensorik tertusuk jarum
•Jarang terjadi
•Gejalanya :
*Nyeri mendadak seperti tersengat listrik
*Nyeri dapat terjadi 1- 4 minggu
•Pencegahan:
* Hindari penusukan vena berulang
* Hindari area yg mengandung banyak saraf:
: 3-5 cm dr pergelangan tangan,Bgn dalam lengan
* Fiksasi kulit dibawah area tusukan
•Penanganan:
* Konsultasi ke dokter
CIDERA PADA
B. SARAF
Saraf tertekan oleh hematom
Gejala :
* Mati rasa di daerah terkena, kesemutan dan
nyeri
* Terjadinya setelah 24 – 96 jam setelah hematom
* Penyembuhan membutuhkan waktu lama
* Kadang ada gangguan sensorik yang permanen
Penanganan :
* Konsul ke dokter
INFEKSI

Pencegahan:
^ Pakailah sarung tangan dan labjas
^ Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan
dan setelah melepasnya
^ Cuci tangan dg sabun+ air / handsrub
^ Ganti sarung tangan setiap menangani satu
pasien/ bila terkena darah
^ Menutup jarum dengan tehnik satu tangan
^ Buang alat yang sudah dipakai pada tempatnya
Ilustrasi kasus

 Tomy, 30 th datang ke laboratorium untuk periksa


darah.
 Pengambilan darah di fossa antecubital berhasil dg
baik, bekas tusukan ditutup kapas kering dan plester
 30 menit , David mengeluh nyeri dan kaku di
lengannya, yg mulai terlihat bengkak dan membiru
 Petugas mengatakan : jangan takut karena gejala
akan membaik
Ilustrasi kasus

4 hari kemudian:
* Lengan masih bengkak dan biru
* Nyeri bertambah dan mati rasa di daerah ante
cubiti
* Px datang ke UGD: diagnosis: ekstravasasi darah (
hematom ) dalam penyembuhan
* Terapi: Obat nyeri dan beri handuk hangat pada luka
Ilustrasi kasus
 Dua minggu kemudian
• Pasien berobat ke ahli saraf, karena rasa nyeri
berlanjut
• Diagnosis : Ulnar nerve neuropraxia ( kerusakan saraf
ulnar ) karena kompresi dari hematom
• Pasien mengeluh mati rasa dan kesemutan di lengan
sehingga lengan kurang berfungsi dg baik
• Tomy berhasil menuntut petugas sampling telah
melakukan malpraktek
Ilustrasi kasus

Apa penyebabnya?

• Petugas sampling tidak melakukan penekanan


bekas luka setelah pengambilan darah
• Dokter UGD tidak jeli menilai keluhan pasien
Bila reagen Rapid Test bisa menggunakan “whole blood” dari
darah kapiler

 Melakukan penusukkan pada bagian ujung


jari secara aseptis untuk mendapatkan
sempel darah perifer.

 Alat – alat / bahan :


 Lancet steril.
 Kapas alkohol.
 Tabung penampung ukuran mikro.
 Kapas kering.
.
Cara kerja
1. Dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % bagian
yang akan ditusuk,biarkan kering dengan
sendirinya.
2. Bagian jari yang akan ditusuk dipegang agar tidak
bergerak dan jangan diremas.
3. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril dengan
posisi lancet tegak lurus.
4. Tetes darah pertama dilap dengan kertas kering,
tetes berikutnya diperlukan sebagai sempel sesuai
keperluan pemeriksaan.
5. Setelah selesai diambil darahnya, bekas luka
ditutup dengan kapas kering dan diplester
 Prosedur pemeriksaan disesuaikan
dengan keterangan pada Kit Insert.
www.standardia.com
K 3 Lab
 Kewaspadaan universal
 Pengolahan limbah
 Penanganan pasca pajanan
 P3K
spillkit

Isi spillkit: Isi spillkit:


goggles Label biohazard
Handscoon Plastik besar
Masker n95 kuning
Masker biasa Tisue /handuk
Duspan kecil/kertas koran
Lysol consentrat Penjepit plastik
Gelas ukur Bleach
Analis Group 35
Depan pintu lab ada pencuci
tangan tanpa bilas

Analis Group 36
STANDARD PELAYANAN
LAB PEMERIKSA HBV
DAN HCV
Pemeriksaan HBV dan HCV
dengan RDT
 Sarana dan prasarana sesuai PMK 37
tahun 2012 tentag standard minimal
pelayan lab puskesmas.
 Tenaga: penanggung jawab dokter.
 Pemeriksa DIII ATLM
 Admin minimal SMA
Enzyme Imunoassay /
Chemiluminesscent Immunoassay
 Sarana : suhu dan kelembaban harus
dikontrol dengan baik
 Ruangan cukup luas
 Penanggung jawab dokter Patklin
 Tenaga D III ATLM
 Admin SMA
Polymerase Chain Reaction
 Untuk mengetahui jumlah virus
 Sarana khusus
 Suhu dan kelembaban ruang terkontrol
 Ruangan Bersih
 Penanggung jawab : Patklin
 Pemeriksa : s 1 Biologi
 Admin DIII ATLM
MANAJEMEN
PENGELOLAAN SAMPLE
DDHBV
Pengolahan spesimen
dilakukan di ruang sampling
 biarkan darah beku dengan suhu kamar
selama (20-30) menit.
 sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit.
 serum sudah terpisah dari bekuan darah
dan dipisahkan pada tabung serum yang
berbeda dengan menggunakan
mikropipet atau pipet Pasteur.
 pemisahan serum dilakukan maksimum 6
jam sesudah pengambilan darah.(kuhus
umunologi) (disimpan 2-8 drajat 1 minggu
Pemeriksaan Skrining
Hepatitis B Virus (HBV)
dan
Anti-HCV (HCV)
pada Ibu hamil di Puskesmas
menggunakan
RDT (Rapid Diagnostic Test)
Deteksi antigen HBV (HBsAg) dan Antibodi (Anti-
HCV) dengan metode :

 EIA ( Enzyme Immunosorbent Assay).


Pemeriksaan berdasarkan Enzyme Immunosorbant Assay
untuk mendeteksi Antigen HBV spesifik dan antibodi.
Pemerksaan awal dan bila positif harus dikonfirmasi.

 RPHA (Reverse Passive Hemagglutination Assay).


Pemeriksaan ini dapat mendeteksi HbsAg melalui reaksi
aglutinasi dengan anti-HBs. Sensitifiti adalah 25ng/ml dan
spesifisity (95-98)%. Tetapi false positifnya (10-20)%.

 PHA ( Passive Hemagglutination Assay).


Digunakan untuk mendeteksi anti-HBs melalui reaksi
aglutinasi dari HbaAg dan HDP (high density particle).
Sensitifity adalah 80 mIU/ml dan spesifisity adalah (80-
90)%. False positifnya adalah (10 – 20)%.
www.standardia.com
 RIA (Radio Immuno Assay).
Dapat mengidentifikasi HbsAg atau anti-HBs
antibodi dengan reaksi antara radioisotop
menggantikan enzym.

 CLIA ( Chemoluminescence Immunoassay).


Menggunakan bahan kimia yang berluminesens dan
konsentrasi dibaca dengan alat CLIA analiser.

 ICA (Immunochromatography Assay )= Rapid


test.
Dibuat untuk deteksi kualitatif dari antigen HBV
(HBsAg) atau antibodinya menggunakan konjugasi
emas.
Waktu pemeriksaan hanya (5 – 20)menit.
www.standardia.com
Keuntungan dari rapid test
1. Akurat.
sensitivity dan specificity yang tinggi.
berkorelasi baik dengan ELISA, PHA, RIA dan CLIA

2. Hasil yang cepat diperoleh


dapat dibaca dalam waktu 20 menit.

3. Sederhana dan gampang digunakan dimana saja.


hanya selangkah saja mengerjakannya sesudah
pengumpulan sample. Tidak memerlukan peralatan
yang rumit di tempat pemeriksaan.

4. Biaya lebih irit.


biaya yang lebih murah dan waktu pemeriksaan yang lebih
cepat.
Prinsip Imunokromatografi deteksi HBsAg

Koloid emas

Antigen
Prinsip :
Sample Conjugate Patient Control
pad pad Window Window
Patient   Control
Serum Selenium colloid Recombinant
HBsAg antigen conjugate antibodi &
synthetic
peptides

 Serum pasien dengan HBsAg berikatan dengan Selenium colloid


antigen conjugate dan kemudian berikatan juga dengan antibodi
yang terdapat di jendela pasien sehingga terbentuk garis merah pada
jendela pasien

 Jika serum tidak mengandung HBsAg , Selenium colloid antigen


conjugate mengalir melewati jendela pasien sehingga tidak terbentuk
garis merah pada jendela pasien

 Pada jendela kontrol: selalu terbentuk garis merah


Cara melakukan pemeriksaan jenis Strip
Step 1 Step 2

Step 3
Result

10sec.

www.standardia.com
Device type/casette

Positive

20 mins.
Negative

www.standardia.com
SD BIOLINE HBsAg

One Step Hepatitis B Virus Test


SD BIOLINE Hepatitis tests are intended for professional use
as an aid in the diagnosis of hepatitis B.
SD BIOLINE HBsAg can identify HBsAg in plasma or serum
specimens with a high degree of sensitivity.
SD BIOLINE HBsAg WB can identify HBsAg in serum, plasma
or whole blood specimens with a high degree of sensitivity.

Specimen :
- HBsAg : Serum or Plasma (100 μl)
- HBsAg WB : Serum, plasma or whole blood (100 μl)
Performance :
- HBs Ag : Sensitivity : 100% Specificity : 100% (2003 WHO
Evaluation report)
- HBs Ag WB : Sensitivity : 100% Specificity : 100%
24 months at 1-30℃ (01FK11W: 1-40℃)

www.standardia.com
www.standardia.com
Apa yang menyebabkan hasil pemeriksaan
false negative (negatif palsu)
 Kondisi penyimpanan reagensia yang tidak normal atau tidak sesuai
dengan yang dianjurkan pada kit insert.

 Konsentrasi rendah dari HBV antigens


- Rapid : 1~5 ng/ml
(SD BIOLINE HBsAg Rapid – 2 ng/ml )
- jadi, bila pemeriksaan HBsAg rapid test dengan konsentrasi sangat rendah
antara 0.1~1ng/ml, maka hasil false negatif bisa terjadi.

 Walaupun garis hasil yang sangat halus warnanya dapat


diinterpretasikan sebagai hasil (+).
Apa yang menyebabkan hasil positif palsu?

Penyimpanan yang tidak dalam kodisi benar.

Bila kit tidak disimpan dalam temperatur yang dianjurkan


atau pembungkus aluminium rusak dan terpapar dengan
kelembaban yang tinggi, hasil false positif bisa terjadi.
Kit harus disimpan pada suhu 1~30℃ dan penutupnya
harus baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Gunakan kit yang belum kadaluarsa.
 Simpan kit reagen ditempat yang sesuai dengan anjuran
di kit insert dan jauhkan kit reagen dari cahaya matahari
.
 Teteskan volume serum sesuai prosedur dalam kit
insert.
 Baca hasil sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan
dalam kit insert.
 Jangan gunakan serum yang hemolisa  positif palsu.
 Gunakan 1 tip atau 1pipet Pasteur untuk satu sample.
PEMANTAPAN MUTU
LABORATORIUM
KESEHATAN
DDHBV
PEMANTAPAN MUTU
(QUALITY ASSURANCE)

Proses atau semua


tindakan yang diambil
untuk menjamin agar
semua hasil
pemeriksaan dapat
dipercaya
ADALAH KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
OLEH LABORATORIUM SENDIRI UNTUK
MEMANTAU DAN MENGENDALIKAN MUTU
HASIL PEMERIKSAAN SETIAP HARI
ADALAH KEGIATAN PERIODIK YANG
DILAKSANAKAN OLEH PIHAK LUAR UNTUK
MEMANTAU KETEPATAN HASIL PEMERIKSAAN
YANG DILAKSANAKAN OLEH SUATU
LABORATORIUM
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
 Setiap ganti no lot RDT harus melakukan
pemantapan mutu internal dengan
menggunakan masing-masing 1sample
HBsAg Reaktif/(+) dan Non Reaktif/(-) yang
sudah diketahui hasil pemeriksaan
sebelumnya.
 Bila dari 1 kotak/box RDT yang digunakan,
sesudah dilakukan pengulangan tetap hasil
invalid.
 Ada tehnisi baru yang mengerjakan
pemeriksaan.
Typoid test
Uji Tubex
 Uji semikuantitatif kolorimetrik yang cepat (menit)
 Mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09
 Dapat mendeteksi penyakit secara dini (hari ke 4-5 )
 Sensitifitas dan spesifisitas kuat

Skor Interpretasi Keterangan


<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi aktif
3 Borderline Tidak dapat disimpulkan  ulang
4-5 Positif Infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
Typhidot
 Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada
membran luar S typhi
 Hasil positif dapat ditemukan 2-3 hari
 Sensitifitas dan spesifitas baik
 Reinfeksi igG meningkat IgM sulit dideteksi
Uji Dipstick
 Khusus mendeteksi IgM spesifik yang ada
pada serum atau WB
 Mudah dan cepat (1 hari)
 Akurat bila pemeriksaan setelah 1 minggu
gejala
Kultur darah
 Hasil biakan positif  memastikan demam tifoid
 Hasil negatif tidak menyingkirkan
 Dipengaruhi oleh:
 Pemberian antibiiotik
 Volume darah kurang
 Darah mesti langsung dimasukkan ke dalam media
empedu
 Riwayat vaksinasi
 Pengambilan darah lebih dari 1 minggu 
aglutinin meningkat
Widal Test
Uji Widal
Deteksi antibodi dasarnya rx silang antara antigen
S.typhi dengan antibodi  aglutinin
Aglutinin O = badan kuman, H= flagel kuman, Vi =
simpai kuman
 Widal
untuk uji serologi terhadap
demam typoid

 Typhoid(Enteric) fever disebabkan oleh genus


Salmonella
 Salmonella adalah gram negative, batang

(Image from the Centers for Disease Control and Prevention.)


Normal habitat

 S. typhi and S. paratyphi odi temukan di


manusia : feses, urine , darah yang terinfeksi
lama
 Infeksi didapat dari organisme berada pada
makanan/air atau kontaminasi tangan

 S. typhi banyak tersebar di airdan S. paratyphi


pada makanan
Antibody appearance
 Anti-O antibody appears 8 days after the onset of
disease & mainly of IgM

 Anti-H antibody appears 12 days after the


beginning of disease & mainly of IgG

 Anti-Vi appears in 21 days


 Anti-O antibody disappear 3-6 monthes by
treatment, but Anti-H may remind more
Widal Test

 This tests is used for detection of


antibodies to O & H Ag of:

1. S. typhi (group D)
2. S. paratyphi A
3. S. paratyphi B
Serotype O H

S. Typhi (group D) D d

S. paratyphi A A a

S. paratyphi B B b
Widal test

 Slide method:
80μl, 40μl, 20μl, 10μl & 5μl
 Ditambah 1 tetes reagen, di rotator 100
RPM 1 menit.
 Dilihat adanya aglutinasi
Penyebab positif palsu
 imunisasi.
 Reaksi silang dengan bakteri lain famili
enterobacteriaceae
 Variasi produk reagen
 malaria
 Terlalu lama rotator
Penyebab negatif palsu
 Reagen masih belum pada kondisi suhu
ruangan
 Kadaluarsa
 Tidak dihomogenkan sebelum digunakan

Analis Group 75
Widal interpretation

 titer > 1:160 O antigen sedang terinfeksi


 titer > 1:160 against H antigen infeksi telah
lewat
Widal interpretation
 Typhoid aktif : jika diatas 1:160 O & 1:80 H
atau lebih

 acute infection, O antibody appears first * after


recovery decline & in 3-6 months disappears.

 H antibody appears slightly later but persists


longer and can be used to distinguish between
various types of enteric fever.

Anda mungkin juga menyukai