Anda di halaman 1dari 2

Berita seputar Natal di Indonesia yang

kubaca di internet, menumbuhkan rasa prihatin


dalam diriku. Beberapa artikel yang
memprihatinkan adalah mengenai larangan yang
dikeluarkan MUI bagi umat Muslim untuk
mengucapkan selamat Natal bagi umat Kristiani.
Rasa ingin tahu mendorongku untuk mencari tahu alasan larangan ini. Ada banyak alasan, ini
salah satu kutipan alasan tersebut: Ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya
kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah
lulus dari kuliahnya saat di wisuda. Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan
selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan
kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari
kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Ketika kita mengucapkan
selamat natal, hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada mereka. Mungkin
sebagian kita mengingkari, yang diucapkan hanya sekedar di lisan saja. Padahal seorang muslim
diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan orang kafir (dari artikel ‘Alasan
Terlarangnya Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim, Muslim.Or.Id). Kalimat-kalimat
tersebut agak aneh bagiku yang menghayati hukum cinta kasih bagi sesama manusia, bahkan
diajarkan untuk mencintai musuh-musuhku. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu.” (Mat. 5:44). Negara Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk
yang menganut beberapa agama, bagaimanapun kelompok minoritas juga menjadi bagian dari
negeri tercinta ini. Meski diskriminasi sudah biasa dirasakan oleh kelompok minoritas dengan
pembakaran gedung Gereja, tidak diijinkan untuk merayakan ibadat di daerah tertentu, dan
sebagainya. Tapi rasanya sedih juga setiap kali membaca berita-berita seperti ini.

Gagagasan Pokok : Berita seputar Natal di Indonesia


Ringkasan : Umat muslim melarang kita mengucapkan selamat natal
kepada kaum nasrani Seakan-akan orang yang mengucapkannya,
menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka.

Di tengah rasa prihatin ini, ada berita yang menyejukkan yang kuterima dari Indonesia.
Salah seorang sahabat menceritakan pengalaman Natal di salah satu Gereja Katolik di Yogyakarta.
Saat perayaan Natal dimulai, tiba-tiba datang seorang ibu tampil di mimbar dan mengantar
rombongan yang terdiri dari beberapa kyai, haji, pemuka agama dan wakil pejabat pemerintah
daerah yang datang khusus untuk mengucapkan selamat Natal bagi umat yang sedang merayakan
perayaan Natal saat itu. Mereka menjelaskan kedatangan mereka sebagai tanda bahwa di kota
Yogyakarta setiap orang dari kebudayaan atau agama manapun “welcome”. Tidak ada
diskriminasi dan menyatakan harapan mereka semoga kerukunan umat di Yogya menjadi terang
bagi seluruh Indonesia! Lalu mereka meneruskan perjalanan ke Gereja yang lain. Di Jakarta,
Gubernur hadir ke Katedral dan beberapa Gereja lainnya untuk mengucapkan Selamat Natal
langsung kepada umat Kristiani yang saat itu sedang merayakan perayaan malam Natal. Sungguh
sharing yang mengharukan, menghibur dan memberi pengharapan yang indah. Aku mengutip
harapan dari sahabat yang mensharingkan pengalamannya tersebut: Semoga semangat kerukunan
ini dapat semakin menyebar ke daerah-daerah lain, khususnya yang kini masih dilanda kekerasan
melawan kelompok minoritas.

Gagagasan Pokok : ada berita yang menyejukkan dari salah seorang


sahabat.
Ringkasan : Seorang ibu tampil di mimbar dan mengantar
rombongan yang terdiri dari beberapa kyai, haji, pemuka agama
dan wakil pejabat pemerintah daerah yang datang khusus untuk
mengucapkan selamat Natal bagi umat yang sedang merayakan
perayaan Natal.

Peristiwa ini mengingatkanku akan peristiwa indah ketika aku mengikrarkan prasetia
kekalku 9 th yang lalu. Aku berasal dari keluarga yang mayoritas beragama Islam. Selama ini
kami rukun dan saling menghargai. Ketika aku merayakan prasetya kekalku, beberapa saudara
yang muslim juga hadir dalam perayaan tersebut. Bahagia rasanya saat itu bahwa saudari-
saudaraku yang muslim juga menyaksikan peristiwa penting dalam hidupku ini. Selesai upacara
di kapel, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama. Waktu itu kebetulan
bersamaan dengan bulan puasa. Tidak kuduga, ternyata para suster panitia perayaan kaul kekal ini
sudah memesankan makanan khusus yang bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa. Hanya sebuah
perhatian kecil, tetapi menjadi tanda bahwa kita saling menghargai satu dengan yang lain.

Gagagasan Pokok : peristiwa indah ketika mengikrarkan prasetia


kekal 9 th yang lalu.
Ringkasan : hadirnya saudara-saudari muslim dalam acara prasetya
kekal yang membuat penulis bahagia.

Aku percaya bahwa setiap kepercayaan dan keyakinan mengajarkan hal-hal yang baik bagi
umatnya. Alangkah indahnya jika perbedaan itu bisa menjadi hal untuk saling melengkapi dan
memperkaya satu dengan yang lain, seperti bunga-bunga yang beraneka warna yang terangkai
indah dalam suatu rangkaian.

Gagagasan Pokok : kepercayaan dan keyakinan mengajarkan hal-


hal yang baik bagi umatnya.
Ringkasan : saling melengkapi dan memperkaya satu dengan yang
lain antar umat beragama.

Anda mungkin juga menyukai