Anda di halaman 1dari 3

Senyawa organik bahan alam dapat berupa metabolit primer dan metabolit

sekunder. Ahli kimia organik berpendapat bahwa metabolit sekunder adalah


bahan alam yang terpenting dan berperan pada kelangsungan hidup. Sejak
permulaan abad ini, para peneliti kimia semakin tertarik dengan senyawa
organik bahan alam untuk diisolasi dan digunakan sebagai bahan untuk
keperluan makhluk hidup.
Bahan alam dapat didefinisikan sebagai substansi kimia golongan metabolit
sekunder yang dapat berupa senyawa tunggal maupun campuran beberapa senyawa
dalam bentuk ekstrak atau sediaan kering, yang berasal dari bagian tertentu atau
keseluruhan bagian suatu agen hayati (tumbuhan, mikroorganisme, maupun hewan)
yang dimanfaatkan karena mempunyai efek farmakologisnya. Menurut Agung
Nugroho (2017), pada era modern ini, bahan alam mempunyai potensi yang luar biasa
untuk dikembangkan menjadi produk yang bernilai tinggi baik sebagai produk
farmasetik, nutrasetik, makanan fungsional, maupun kosmetik.

Fenomena ini mampu meningkatkan pamor bahan alam sebagai pilihan karena
dinilai lebih aman atau memiliki efek negatif yang lebih rendah. Saat ini, bidang
penelitian dan industri bahan alam menjadi salah satu bidang yang mempunyai
prospektif yang cerah dan memiliki masa depan yang baik karena kebutuhan akan
bahan ini semakin meningkat. Salah satu karakteristik dari senyawa yang berasal dari
alam, yaitu struktrunya yang meruah serta memiliki lebih dari satu gugus
fungsi.Selain itu, sayoritas senyawa di alam, berada pada tingkat oksidasi paling
tinggi.

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka menarik halnya jika senyawa yang


berasal dari alam, diubah atau ditransformasi ke dalam gugus fungsi lainnya yang
tidak kalah memiliki potensi yang luas dalam kehidupan sehari-hari.

Senyawa amida merupakan salah satu kelompok senyawa yang sangat penting
dan banyak ditemui baik dalam senyawa organik alami maupun sintetik. Senyawa
amida merupakan salah satu senyawa turunan dari asam karboksilat yang banyak
dikembangkan dalam bidang farmasi maupun biokimia, karena senyawa ini memiliki
banyak aktivitas biologi
Sintesis amida yang dibuat dari asam karboksilat dengan amonia ataupun
turunannya, mempunyai beberapa kesulitan dalam proses sintesisnya, seperti halnya
produk sukar dicapai, hal ini dikarenakan kerekatifan asam karboksilat lebih rendah
dari pada senyawa amida, dengan hal itu sintesis senyawa amida sukar dilakukan
jika mereaksikan langsung antara asam karboksilat dengan amonia amupun
derivatnya, sehingga perlu kondisi spesifik untuk mensintesis senyawa amida.. Oleh
karena itu diperlukan metode yang efektif untuk membuat senyawa amida dari
starting material asam karboksilat yang tersedia.

Perlunya sintesis senyawa amida dikarenakan golongan senyawa amida memiliki


potensi yang besar untuk dijadikan komponen penting dalam bidang farmakologis.
Selain itu, senyawa amida dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki kegunaan
yang sangat luas, yakni diantaranya sebagai bahan awal dalam pembuatan polimer,
sebagai pelarut dalam reaksi organik, memperbaiki sifat-sifat dari tinta, serta dapat
digunakan untuk sintesis nilon
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu
metode difusi, dilusi dan bioautografi. Metode difusi dan bioautografi merupakan teknik
secara kualitatif karena metode ini hanya akan menunjukkan ada atau tidaknya aktivitas
antibakteri. Disisi lain, metode dilusi digunakan untuk kuantitatif yang akan menentukan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).

2.8.1 Metode difusi

Metode difusi yang sering digunakan adalah metode uji difusi cakram. Dimana
metode ini menggunakan kertas saring yang mengandung sejumlah tertentu senyawa
antibakteri dan ditempatkan di atas medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi dengan
bakteri uji. Kemudian diinkubasi, dan diamati timbulnya zona bening di sekitar cakram. Zona
bening menunjukkan ukuran kekuatan senyawa antibakteri untuk menginhibisi bakteri.

Metode difusi dipengaruhi oleh interaksi antara senyawa antibakteri dengan bakteri
uji, dda juga oleh faktor fisik dan kimia lain seperti ssifat media, kemampuan difusi, uuran
molekuler dan stabilitas obat (jawet et al., 2007).

2.8.2 Metode Dilusi

Dalam metode ini sejumlah zat antibakteri yang sudah diencerkan 2 kali lipat
dimasukkan ke dalam medium padat atau cair. Kemudian medium diinokulasi dengan bakteri
uji dan diinkubasi. Tujuan metode ini yaitu untuk mengetahui seberapa banyak jumlah zat
antibakteri yang dibutuhkan untuk menginhibisi pertumbuhan bakteri uji. Uji dilusi memiliki
keuntungan yaitu memungkinkan adanya hasil secara kuantitatif.

2.8.3 Metode biauografi

Betina (1972) menyatakan bahwa bioautografi adalah suatu metode pendeteksian


untuk menemuan suatu senyawa antibakteri yang belum teridentifikasi dengan cara
melokalisir aktivitas antibakteri pada suatu kromatogram. Metode ini meggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk pengerjaannya.

Prinsip kerja bioautografi berdasarkan pada teknik difusi agar, dimana senyawa
antibakterinya dipindahkan dari lapisan KLT ke medium agar yang telah diinokulasikan
dengan bakteri uji. Hasil inubasi pada suhu dan watu tertentu, akan terlihat zona hambat di
sekeliling titik dari KLT yang telah ditempelkan pada media agar. Aktivitas senyawa
antibakteri ditunjukkan dengan zona hambat pertumbuhan bakteri uji.

Anda mungkin juga menyukai