Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan


pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terkahir ini munculah istilah akreditasi
untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Secara umum
akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang
untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya. Pada tahun 1955 Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik menetapkan keputusan dimulainya program akreditasi rumah sakit.
Pada tahun 1979 proses akreditasi mulai direalisasikan. Persyaratan untuk lulus
akreditasi rumah sakit di Indonesia secara umum adalah memiliki program
pengendalian mutu yang baik.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah pada manajemen rumah sakit karena telah memenuhi standar yang
ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang
semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu. Undang-Undang
No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi
bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan
perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan
rumah sakit sebagai institusi. Dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri. Untuk
menghadapi dinamika masyarakat yang semakin kritis, pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan mewajibkan
dilaksanakannya akreditasi rumah sakit di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada
pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Proses
akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di

4
rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanannya.
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan harus
lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal ini
pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat diperlukan
dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau instansi seperti
rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak yang memiliki
kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit, hasil penilaian
kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang kinerja manajemen atau
pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk mengelola sumber daya rumah
sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan
sebagai acuan atau bahan pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka akan
mempercayakan perawatan kesehatannya.
Akreditasi rumah sakit menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit
untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi
risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan
sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus
berperan sebagai sarana manajemen. Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi
bagi para masyarakat, mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai sistem akreditasi
rumah sakit, khususnya di RSUD Kota Surakarta.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Akreditasi Rumah Sakit

5
Berdasarkan Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi rumah sakit, selanjutnya
disebut akreditasi, adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi
standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.

B. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit


Berdasarkan Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit, akreditasi bertujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit;
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit;
3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi;
4. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

C. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit


Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Dewi (2010) manfaat
akreditasi rumah sakit diantaranya :
1. Bagi rumah sakit
a. Akreditasi sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara rumah
sakit dan badan akreditasi.
b. Dengan self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan
yang berada dibawah standar atau perlu ditingkatkan.
c. Penting untuk rekruitmen dan membatasi turn over staf rumah
sakit.
d. Status akreditasi menjadi alat untuk negosiasi.
e. Status akreditasi menjadi alat pemasaran kepada msyarakat.
f. Suatu saat pemerintah akan mempersyaratkan akreditasi sebagai
kriteria untuk memberi izin rumah sakit pendidikan.

6
g. Status akreditasi merupakan status simbol bagi rumah sakit dan
dapat meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat kepada
rumah sakit.
2. Bagi pemerintah
a. Salah satu pendekatan untuk mengingkatkan dan membudayakan
konsep mutu pelayanan rumah sakit.
b. Memberikan gambaran keadaan perumahsakitan di Indonesia
dalam pemenuhan standar yang ditentukan.
3. Bagi perusahaan asuransi
a. Negosiasi klaim asuransi kesehatan dengan rumah sakit.
b. Memberi gambaran rumah sakit yang dapat dijadikan mitra kerja.
4. Bagi masyarakat
a. Masyarakat dapat mengenal dan memilih rumah sakit yang
dianggap baik pelayanannya.
b. Masyarakat akan merasa lebih aman.
5. Bagi pemilik rumah sakit
a. Pemilik mempunyai rasa kebanggaan.
b. Dapat menilai seberapa baik pengelolaan sumber daya rumah sakit
(efisiensi) sehingga misi dan program rumah sakit dapat lebih
mudah tercapai (efektifitas).
6. Bagi pegawai/petugas di rumah sakit
a. Petugas rumah sakit merasa lebih senang dan aman serta terjamin
bekerja.
b. Biasanya pada unit pelayanan yang mendapat nilai baik sekali akan
mendapat imbalan (materi/non materi) dalam usahanya memenuhi
standar.
c. Self assessment akan menambah kesadaran akan pentingnya
pemenuhan standar dan peningkatan mutu sehingga dapat
memotivasi pegawai.

D. Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia

7
Akreditasi rumah sakit di Indonesia baik tingkat nasional maupun
internasional diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang maupun
peraturan tertulis lainnya, yaitu: UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit pasal 40 ayat 1. “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun
sekali”, ayat 2. “Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari
luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku”, ayat 3.
“Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri”, ayat 4 “Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi rumah
sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) diatur dengan Peraturan
Menteri”.

E. Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS


1. Definisi KARS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417 Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) adalah lembaga independen pelaksana akreditasi rumah
sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan bertanggung jawab
kepada Menteri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk pertama kali pada
tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang
terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417
Tahun 2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan
fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia (Luwinarsih, 2012).

2. Fungsi KARS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417 Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, KARS mempunyai fungsi
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pembimbingan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah

8
sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan perkembangan akreditasi rumah sakit secara
internasional.
3. Tugas KARS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417 Tahun 2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, untuk melaksanakan
fungsinya, KARS mempunyai tugas :
a. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi RS.
b. Menyusun Renstra Akreditasi RS.
c. Menyusun Peraturan Internal KARS.
d. Menyusun standar akreditasi.
e. Menetapkan status akreditasi RS.
f. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta
pengembangan di bidang akreditasi dan mutu pelayanan RS.
g. Mengangkat dan memberhentikan surveyor.
h. Membina kerjasama dg institusi di dlm maupun di luar negeriyang
berkaitan dg bid akreditasi dan peningkatan mutu pelayanan RS.
i. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi.
j. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi RS.
k. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi RS.

F. Standar Akreditasi Rumah Sakit


Standar akreditasi rumah sakit merupakan suatu pedoman yang
dapat digunakan untuk (Suroto, 2012) :
1. Memandu manajemen rumah sakit agar efektif dan efisien.
2. Memandu rumah sakit dalam upaya memperbaiki mutu, keselamatan
dan efisiensi pelayanan pasien.
3. Meninjau ulang fungsi-fungsi penting rumah sakit.
4. Mengetahui dan memahami standar akreditasi yang harus dipenuhi
rumah sakit.
5. Meninjau ulang pemenuhan harapan standar dan persyaratan
tambahannya.
6. Menjadi terbiasa dengan istilah yang digunakan di dalam standar.

9
Kementerian Kesehatan RI (2011) bekerjasama dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) menetapkan Standar Akreditasi Rumah
Sakit, yang meliputi :
1. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien
a. Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
b. Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
c. Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
d. Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
e. Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
f. Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
g. Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
a. Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b. Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
c. Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
d. Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
e. Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
f. Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
3. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
a. Sasaran I : Identifikasi pasien dengan tepat
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
e. Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
f. Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
4. Sasaran MDGs
a. Sasaran I : Penurunan angka kematian bayi dan peningkatan
kesehatan ibu
b. Sasaran II : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
c. Sasaran III : Penurunan angka kesakitan TB

G. Elemen Penilaian Akreditasi


Dalam akreditasi rumah sakit versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok
kerja (Pokja), 323 standar dan 1218 elemen penilaian (EP), antara lain :
Tabel 2.1. Akreditasi RS
NO BAB/POKJA Standar EP

10
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 6 24

2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 30 100


3 Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 7 28

4 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien 23 88


(PMKP)
5 Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) 3 19

6 Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan 23 85


(APK)
7 Asesmen Pasien (AP) 44 184

8 Pelayanan Pasien (PP) 22 74


9 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 14 51

10 Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 21 84

11 Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 28 109

12 Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 24 99

13 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 24 83

14 Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan 27 98


(TKP)
15 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 27 92

(Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012)

H. Akreditasi Rumah Sakit Program Khusus


Berdasarkan Keputusan KARS nomor: 1666/KARS/X/2014
tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, terdapat program
khusus akreditasi bagi Rumah Sakit Umum Kelas C tanpa pelayanan
subspesialistik, Kelas D dan D Pratama, serta Rumah Sakit Khusus Kelas
C. Kelompok RS ini tidak harus memenuhi 14 bab dan MDGs, tetapi
cukup memenuhi 4 bab, diantaranya :
1. Bab Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
2. Bab Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
3. Bab Kualifikasi Pendidikan Staf (KPS)
4. Bab Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

11
Sistem penilaian kelulusanya harus memenuhi minimal 80% untuk
ke empatnya. Rumah sakit akan mendapatkan predikat “Perdana” apabila
berhasil memenuhi keempat standar tersebut. Bila ada yang berada pada
nilai 60-80%, diberikan kesempatan mengajukan survei ulang bab yang
belum lulus dalam waktu secepat-cepatnya 3 bulan dan selambat-
lambatnya 6 bulan. Akreditasi program khusus hanya dapat dilaksanakan
pada RS tipe C dan D yang untuk pertama kali menggunakan standar
akreditasi 2012, kemudian selanjutnya wajib mengikuti pelaksanaan
akreditasi regular.

Jenis kegiatan pada akreditasi program khusus antara lain:


1. Workshop:
a. WS KARS
b. WS Kerja sama
c. WS internal RS
2. Bimbingan:
a. On line
b. Site visit
3. Survei simulasi
4. Survei
5. Survei Remedial:
a. Bila ada capaian skor 60 % – 79 %
b. Batas 3 bulan(tanggal ditetapkan KARS)
c. RS diberi waktu persiapan 2 bulan, bulan ke 6 dilaksanakan survei
remedial.
d. Bila RS dinyatakan tidak lulus,RS harus survei ulang.
Setelah suatu rumah sakit mendapat predikat Pratama, rumah sakit
tersebut harus siap menjalani survei verifikasi. Survei verifikasi dilakukan
dalam 2 tahap yaitu pada tahun pertama dan pada tahun kedua. Pada tahun
pertama, rumah sakit harus siap dengan tambahan 6 bab yaitu APK, AP,
PP, PAB, MPO, dan MDGs sedangkan pada tahun kedua rumah sakit
harus siap dengan tambahan 5 bab yaitu PMKP, TKP, MFK, PPK, dan
MKI.

I. Proses Penilaian Akreditasi


Proses penilaian akreditasi meliputi (Rustiyanto, 2010) :

12
1. Sumber data
a. Wawancara : Pada pimpinan RS, staf RS, pasien dan keluarga
(minimal 4).
b. Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll.
c. Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur
operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan kegiatan, program
kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
2. Cara penilaian
a. Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang
terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan).
b. Pimpinan RS kemudian mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS.
c. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah
rekam medik terbuka serta survey lapangan.
d. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
e. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi
juga di observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
f. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu
pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat rekomendasi
surveyor.
g. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit.
h. Telusur KPS.
i. Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
j. Wawancara Pimpinan.
k. Exit Conference.
3. Hasil penilaian
Terdapat 4 kriteria hasil penilaian terhadap Elemen Penilaian (EP) :
a. Tercapai penuh ( skor 10)

13
1) Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
ditemukan jawaban “ya” atau “selalu”, atau dapat menjawab
sesuai dengan konteks pertanyaan.
2) Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10
dokumen yang diminta atau 90 % dokumen lengkap.
3) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan minimal 4 bulan terakhir dari masa penilaian.
b. Tercapai sebagian (skor 5)
1) Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf

ditemukan jawaban “tidak selalu” atau “kadang-kadang”.


2) Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 %

dokumen yang diminta.


3) Bukti dipenuhinya persyaratan hanya dapat ditemukan di
sebagian daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.
4) Kebijakan/prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak dapat
dipertahankan.
5) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah

berjalan 1 - 3 bulan terakhir dari masa penilaian


c. Tidak tercapai (skor 0)
1) Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf

ditemukan jawaban “jarang” atau “tidak pernah”.


2) Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari dokumen
yang diminta.
3) Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di

daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.


4) Kebijakan/proses ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan.
5) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah

berjalan hanya ≤1 bulan terakhir dari masa penilaian.


d. Tidak dapat diterapkan
Sebuah EP dinilai “tidak dapat diterapkan” jika persyaratan dari EP
tidak dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak melakukan riset,
tidak ada donasi organ).
Nilai skor kemudian akan diakumulasikan pada masing-masing
standar yang terdapat dalam bab untuk menentukan apakah suatu standar
telah mencapai batas yang telah ditentukan. Elemen Penilaian (EP) dinilai

14
dalam skor, sedangkan standard dan bab/grup dinilai dalam persen (%)
(Sutoto, 2012).

J. Kriteria dan Kategori Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit


Bagi RS yang telah lulus akreditasi nantinya akan di kategorikan ke
dalam 4 tingkatan (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012) :
Tabel 2.2 Kategori Lulus Akreditasi
Pokja Pratama Madya Utama Paripurna
SKP Tiap Tiap Tiap Tiap BAB
HPK
BAB dan BAB BAB dan rata-rata
PPK
PMKP Rata-rata dan Rata- dan Rata- Grup Mayor
Grup rata Grup rata Grup dg Nilai ≥
MAYOR MAYOR MAYOR 80%
dg Nilai ≥ dg dg
80% Nilai ≥ Nilai ≥
MDGs Tiap BAB
80% 80%
APK
dan Rata-
AP
PP rata Grup
PAB MINOR Tiap
MPO
dg Nilai≥ BAB dan
MKI
KPS 20% Rata-rata
PPI Grup Grup
TKP
MINOR MINOR
MFK
dg dg

Nilai ≥ Nilai ≥

20% 20%

K. Faktor–Faktor yang Mendukung Keberhasilan Program Akreditasi


RS
1. Akreditasi diwajibkan dalam UU RS.
2. Akreditasi diwajibkan dalam perizinan RS.
3. Adanya komitmen stake holder (Kemenkes, Pemda,Pemilik RS &
seluruh jajaran di RS) untuk melaksanakan akreditasi.

15
4. Adanya sikap proaktif dari Dinkes Propinsi untuk pembinaan ke RS
dalam persiapan akreditasi.
5. Pemberdayaan surveiyor yang ada di daerah untuk efisiensi biaya
(Rustiyanto, 2010)

PERPANJANGAN PENINGKATAN
RS PERPANJANGAN
IZIN PENINGKATAN
KELAS
RS IZIN KELAS

L. Alur
STUDI Pelaksanaan
KELAYAKAN & Akreditasi Rumah Sakit:
STUDI KELAYAKAN
TATA RUANG &
TATA RUANG AKREDITASI
(PelayananAKREDITASI
bermutu - Kemkes)
(Pelayanan bermutu - Kemkes)

IZIN MENDIRIKAN
(2 thn –IZIN MENDIRIKAN
Pemda Prop/Kab/Kota)
(2 thn – Pemda Prop/Kab/Kota) MEMENUHI STANDAR INPUT,
MEMENUHI
PROSES, STANDAR INPUT,
OUTPUT/OUTCOME
PROSES, OUTPUT/OUTCOME

MEMENUHI STANDAR INPUT


MEMENUHI
(blm STANDAR
dpt memenuhi INPUT
semuanya)
(blm dpt memenuhi semuanya)
REGISTRASI
REGISTRASI
(Pencatatan resmi - Kemkes)
(Pencatatan resmi - Kemkes)
IZIN OPERASIONAL SEMENTARA
IZIN OPERASIONAL
(1 thn SEMENTARA
– Pemda Prop/Kab/Kota)
(1 thn – Pemda Prop/Kab/Kota)

IZIN OPERASIONAL TETAP


IZIN
(5 thnOPERASIONAL TETAP
– Pemda/Kab/Kota)
(5 thn – Pemda/Kab/Kota)
PENETAPAN KELAS
PENETAPAN
(pengelompokan KELAS
RS berdasarkan 16
Fas & kmampuan yan berdasarkan
(pengelompokan RS - Kemkes)
Fas & kmampuan yan - Kemkes)
Gambar 2.1. Alur Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012)

M. Profil RSUD Kota Surakarta


RSUD Kota Surakarta merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang berkedudukan sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah Kota
Surakarta yang merupakan unsur pendukung tugas pemerintah daerah di
bidang pelayanan kesehatan. RSUD Kota Surakarta juga memiliki status
sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yaitu SKPD di
lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
1. Sejarah RSUD Kota Surakarta
a. Pada Tahun 2001, RSUD Kota Surakarta merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta.

17
b. Melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta,
RSUD ditetapkan menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD),
c. Pada saat itu (tahun 2008-2011) berlokasi di Jalan Lumban
Tobing No.10 Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari.
Bangunan tersebut berdiri diatas tanah seluas 2.215 m2 dan luas
bangunan ± 1.010 m2.
d. Melalui Keputusan Walikota Surakarta Nomor : 445/84-
D/1/2008 tanggal 25 September 2008 tentang Penetapan
Lokasi Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Surakarta ditetapkan lokasi pembangunan RSUD menggunakan
lahan milik Pemerintah Kota Surakarta sertifikat Hak Pakai
(HP) Nomor 18 di desa Ngipang, Kelurahan Kadipiro,
Kecamatan Banjarsari dengan luas lahan 8.508 M 2.
e. Pada tahun 2010, RSUD Kota Surakarta mulai dibangun oleh
Pemerintah Daerah Kota Surakarta, dengan melakukan Pinjaman
di Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
f. Pada bulan Oktober tahun 2012 RSUD Kota Surakarta pindah
pada Bangunan Baru di Jl. Lettu Sumarto No. 1 desa Ngipang,
Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari Surakarta.
2. Visi RSUD Kota Surakarta
RSUD Kota Surakarta memiliki visi menjadi rumah sakit
kebanggaan Kota Surakarta dengan pelayanan yang bermutu. Untuk
mencapai visi tersebut disusunlah misi RSUD Kota Surakarta sebagai
berikut : meningkatkan motivasi dan kinerja sumber daya manusia,
meningkatkan sarana dan prasarana, meningkatkan manajemen rumah
sakit, dan meningkatkan mutu pelayanan. Semua hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas tugas pemerintah dan/atau
pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan

18
mencerdaskan kehidupan bangsa. RSUD Kota Surakarta memiliki
motto andalan yaitu “care, smile and smart” atau disingkat CSS.
3. Tujuan RSUD Kota Surakarta
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang paripurna, komprehensif
dan bermutu, menjangkau dan terjangkau oleh pelanggan.
b. Menjadikan RSUD Kota Surakarta sebagai unit pelayanan
kesehatan yang memenuhi standar akreditasi.
c. Meningkatkan status Rumah Sakit dari kelas C menjadi kelas B
Non Pendidikan dengan menerapkan sistem pengelolaan keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

4. Maklumat Kebijakan Mutu


Pemimpin Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Pejabat
Struktural dan Staf pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Surakarta
berkomitmen untuk :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima.
b. Meningkatkan kepuasan dan keselamatan pelanggan.
c. Melakukan perbaikan melalui sistem manajemen mutu.
5. Landasan Hukum RSUD Kota Surakarta
a. Melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran
Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun
2011 Nomor 14).

19
b. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pola
tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Surakarta.
c. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 449/0749/B-
01/IORS/XII/2014 tentang Izin Operasional Rumah Sakit.
6. Bangunan RSUD Kota Surakarta
RSUD Surakarta terletak di Jl. Lettu Sumarto No. 1 Ngipang,
Kadipiro, Banjarsari, Surakarta dengan luas tanah 8.508 m2 dan luas
bangunan 9.000 m2. Terdiri dari 3 lantai dengan kapasitas tempat tidur
150 bed.

Gambar 2.2. Bangunan RSUD Kota Surakarta


7. Pelayanan RSUD Kota Surakarta
a. Pelayanan Kelompok Dokter Spesialis/ Umum/ Gigi
RSUD Kota Surakarta saat ini terdiri dari 14 kelompok staff
medis sebagai berikut :
1) KSM Penyakit Dalam
a) dr. Vivin Hudiyati, Sp.PD.
b) dr. Agus Nurohman, Sp.PD.
c) dr. Restu Farida, Sp.PD.
2) KSM Bedah
a) dr. Rusmawan Sumarwoto, Sp.B.
b) dr. Hermawan, Sp.B.

20
3) KSM Anak
a) dr. Cahalafa Shinta, M.Sc., Sp.A.
b) dr. Murniati Rahayu, M.Sc., Sp.A.
4) KSM Kandungan & Kebidanan
c) dr. Bima Suryantara, Sp.OG.
d) dr. Setyo Budi Bawono, Sp.OG.
e) dr. Ronny Adhi Nurcahyo, Sp.OG.
f) dr. Trisno Didi Mahendro, Sp.OG.
5) KSM Mata
dr. Lelyana Bambang, Sp.M.
6) KSM Kulit & Kelamin
dr. A. Endah, Sp. KK, M.Kes.
7) KSM Saraf
dr. Aria Chandra Gunawan, Sp.S.
8) KSM THT – KL
dr. Netty Widiandari, Sp. THT-KL.
9) KSM Kesehatan Jiwa
dr. Susy Suryaningsih, Sp.KJ, M.Kes.
10) KSM Radiologi
dr. Yenny Christiana, Sp. Rad.
11) KSM Anestesi
a) dr. Elfi Husaini, Sp.An.
b) dr. Sugeng, Sp.An., KM.
12) KSM Patologi Klinik
Dr. dr. Nining Sri W., Sp.PK
13) KSM Gigi Spesialis
drg. Silwanus Jan, Sp.Pros.
14) KSM Umum
a) dr. Niken Yuliani Untari
b) dr. Muh. Fikri
c) dr. Lilik Prabowo

21
d) dr. Indah Budi Susilowati
e) dr. Ellya Latifah Ilyas
f) dr. Sri Mulyani
g) dr. Herlina Nindyastuti
h) dr. Deanita Puspitasari
15) KSM Gigi
a) drg. Sri Rahayu
b) drg. Diana Purnami
c) drg. Arny Try Kartinawanty
b. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas yang terdapat di RSUD Surakarta saat ini terdiri dari
beberapa unit antara lain Unit Gawat Darurat 24 Jam/7 hari; Unit
Rawat Jalan yang terdiri dari 12 poliklinik yaitu : Klinik Penyakit
Dalam, Bedah Umum, Anak, Kandungan dan Kebidanan, Mata,
Kulit & Kelamin, Telingan Hidung Tenggorokan, Kepala Leher,
Saraf, Jiwa, Umum, Gigi, dan Gizi; Unit Rawat Inap untuk anak
dan dewasa yang mencakup kelas 1 sampai 3 serta terdapat ruang
isolasi; Unit Perawatan Intensif atau ICU; Unit Hemodialisa; Unit
Kamar Bedah; Unit Farmasi; Unit Rekam Medis; Unit
Laboratorium; Unit Radiologi terdiri dari CT Scan, USG 4
Dimensi, Rontgen; Unit Rehabilitasi Medik (Fisioterapi); Unit
Gizi; Unit Laundry dan Sterilisasi serta Unit Ambulance dan
Pemalazaraan Jenazah.
8. Struktur Organisasi RSUD Kota Surakarta
Terhitung sejak 15 Desember 2014, RSUD Surakarta telah
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C dengan struktur
organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin (karena direktur
berasal dari non PNS) yang dibantu oleh kelompok jabatan fungsional
dan sub bagian tata usaha, serta membawahi empat seksi yaitu Seksi
Pelayanan Medis, Seksi Penunjang Medis, Seksi Sarana, Prasarana
dan Logistik, serta Seksi Keuangan. Kepala tata usaha membawahi

22
tiga bagian yaitu: pengelolaan kepegawaian, pengelolaan surat dan
dokumen, serta bagian umum dan rumah tangga. Kepala seksi sarana
prasarana dan logistik membawahi pengelolaan barang dan aset, serta
hospital service. Sedangkan kepala seksi keuangan membawahi
bendahara pemasukan dan bendahara pengeluaran. Kepala seksi
pelayanan dan penunjang medik membawahi pelayanan rawat jalan
dan rawat inap, serta pelayanan penunjang dan klaim.

Gambar 2.3. Struktur Organisasi RSUD Kota Surakarta

23
BAB III
PEMBAHASAN

Pada Tahun 2001, RSUD Kota Surakarta merupakan Unit Pelaksana


Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang merupakan
gabungan dari RS Bersalin dan beberapa poli rawat jalan yang beralamat di
Jalan Lumban Tobing No.10 Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari.
Melalui Perda No 6 tahun 2008, RSUD ditetapkan menjadi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan akan dibangun RSUD pada Lahan milik
pemerintah yang terletak di Ngipang, Kadipiro, Surakarta Melalui Keputusan
Walikota Surakarta Nomor : 445/84-D/1/2008 tanggal 25 September
2008. Pada tahun 2009, RSUD mulai membangun infrastruktur dan sistem
pelayanan rumah sakit. Bangunan RSUD Surakarta yang terletak di Jl. Lettu
Sumarto No. 1 desa Ngipang, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari
Surakarta mulai digunakan pada tanggal 12 oktober 2012. Pada tahun 2013,
RSUD Surakarta menjadi BLUD RSUD Kota Surakarta.
Akreditasi belum dilaksanakan karena mempertimbangkan RSUD
Surakarta dipindahkan ke tempat baru di Ngipang pada tahun 2012 dan RSUD
menunggu akreditasi baru versi 2012. KARS menyarankan untuk mengikuti
akreditasi program khusus melalui Keputusan KARS nomor :
1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014 tentang penetapan status
akreditasi rumah sakit, terdapat program khusus dengan sertifikat kelulusan
PERDANA. Dari seluruh 16 BAB penilaian yang terdapat dalam KARS versi
2012 terdapat empat bab utama yang dinilai pada KARS Program Khusus
meliputi Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Hak Pasien dan Keluarga (HPK),
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), serta Kualifikasi dan pendidikan
staff (KPS). Standard penilaian untuk akreditasi program khusus
mengharuskan keempat bab diatas mendapatkan skor diatas 60 poin
sedangkan untuk bab lain diharuskan mendapatkan skor diatas 20 poin.

24
Kegiatan akreditasi di RSUD Kota Surakarta dimulai dari kegiatan
persiapan pra akreditasi. Selain itu juga mulai dilakukan penyusunan dokumen
terkait, pengiriman delegasi untuk kegiatan training, serta perencanaan dan
realisasi pembenahan sarana dan prasarana.
Untuk mengkoordinasikan kemajuan akreditasi dan memperbaharui
pengetahuan terkait akreditasi maka dilakukan rapat koordinasi. Selain itu,
untuk menuju akreditasi ini, dilakukan kegiatan – kegiatan penunjang yang
mendukung persiapan antara lain yaitu dengan studi banding, workshop, dan
sosialisasi. Workshop yang diselenggakan antara lain adalah workshop patient
safety dan PPI. Sosialisasinya antara lain adalah sosialisasi dokumen dan
observasi akreditasi. Terdapat juga beberapa bimbingan seperti bimbingan
KARS, self-assesment dokumen dimana bimbingan – bimbingan tersebut
termasuk dalam fase pre akreditasi.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh RSUD Surakarta mengacu pada
Matriks Jadwal akreditasi rumah sakit versi 2012 pada tahun 2016 yaitu Rakor
Tim, rapat pokja, perencanaan komitmen akreditasi, penyusunan SPO,
pelatihan dan workshop TOT PPI, pelatihan dan workshop TOT K3RS dan
patient safety, Pelatihan dan workshop TOT code blue dan BHD, pelatihan
assesor internal, workshop APAR, Penyusunan dan sosialisasi dokumen, self
assement dokumen, pembenahan sarana dan prasarana, evaluasi awal assesor
internal, evaluasi tengah asessor internal, bimbingan KARS, pembahasan
dokumen, survey internal, evaluasi akhir assesor internal, pits stop, dan
simulasi survey KARS sudah terlaksana sejak Januari-November 2016.
Target akreditasi mengacu pada program khusus akreditasi 2012, sudah
mencakup 80 poin pada 4 pokja utama. Pokja tersebut adalah Pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) sudah dilaksanakan dan mencakup seluruh civitas
rumah sakit, sasaran Keselamatan Pasien (SKP) sudah dilaksanakan dengan
mengirimkan trainer serta pelatihan di tingkat perawat dan bidan, Hak pasien
dan keluarga (HPK) difasilitasi oleh kegiatan-kegiatan rekam medis dan
kualifikasi pegawai dan staff (KPS) meliputi verifikasi berkas, perijinan

25
tenaga kesehatan, ijazah dan penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya. Pokja-pokja yang lainnya sudah mencakup poin lebih dari 20.
Dalam proses akreditasi ini RSUD Kota Surakarta memiliki beberapa
kendala atau hambatan yaitu:
1. Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Surakarta yang minim
SDM RSUD Surakarta yang masih minim menjadi salah satu
kendala. Setiap individu memilki job desk masing-masing sehingga akan
mengutamakan job desk untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, perihal akreditasi akan sedikit terkesampingkan. SDM
yang minim juga akan berdampak pada minimnya SDM yang sudah
mengikuti pelatihan akreditasi.
2. Waktu yang terbatas untuk persiapan dokumen
Rumah Sakit tentu saja mengutamakan mutu pelayanan terhadap
konsumen. Sehingga, waktu untuk mempersiapkan dokumen terkait
keperluan akreditasi sangat terbatas. Setiap individu fokus terhadap
tugasnya di pelayanan. Maka, dibutuhkan SDM dan waktu yang lebih
khusus untuk mempersiapkan dokumen akreditasi.
3. Kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap seluruh civitas hospitalia
Sosialisasi berkenaan dengan akreditasi masih kurang dan belum
menyeluruh. Terutama terhadap pasien yang juga termasuk dalam civitas
hospitalia. Sosialisasi akreditasi harus diberikan secara merata agar
masing-masing individu dapat berperan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan sebagai start point untuk mencapai keberhasilan akreditasi.
4. Sulitnya menyamakan persepsi terhadap prioritas pemenuhan standar
Karena akreditasi ini merupakan pengalaman baru bagi RSUD
Surakarta, menyamakan persepsi dalam hal prioritas merupakan hal yang
sulit. Diperlukan rapat dan bimbingan untuk mensinkronisasi kesenjangan
persepsi tersebut.
Untuk membantu mengatasi kendala yang timbul, terdapat beberapa
persiapan yang dapat dilakukan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit,
diantaranya:

26
1. Persiapan organisasi
a. Membentuk tim khusus akreditasi yang akan bertanggung jawab atas
terlaksananya akreditasi rumah sakit dan bertugas bertanggung jawab
terhadap direktur serta membawahi civitas hospitalia.
b. Tim akreditasi terbagi menjadi beberapa koordinator sesuai dengan
pembagian hal-hal terkait persiapan dan pelaksanaan akreditasi
c. Diperlukan tim yang berdedikasi tinggi, yang kreatif dan mampu
membimbing civitas hospitalia dalam mensukseskan akreditasi. Bila
perlu tidak terikat dengan bidang pelayanan agar dapat fokus dan
bekerja maksimal terhadap keperluan akreditasi.
2. Persiapan bahan
a. Mempersiapkan instrumen akreditasi, sebaiknya berpedoman pada
edisi terakhir.
b. Mempersiapkan dokumen-dokumen terkait Rumah Sakit tentang
Standar, sesuai Bidang Pelayanan masing-masing.
c. Tim Akreditasi dan Pokja mempelajari, memahami & menguasai
secara rinci Instrumen Akreditasi, Dokumen standar & dokumen
penting lainnya, agar tercapai persepsi yang tersinkronisasi.
3. Penyusunan SOP
a. Bentuk Tim Inti ( 1- 3 orang) sebagai Penyusun SOP.
b. Penyusunan SOP dilakukan oleh Tim Inti dibantu Staf Pokja/ Unit
terkait
c. Gunakan format SOP yang standar.
d. Penomoran SOP sebaiknya sentral.
e. Sebaiknya dibuat daftar SOP secara sentral, dikelola oleh Tim
Akreditasi / Staf yang ditunjuk

4. Perbaikan Struktur Proses Hasil (Outcome)


a. Pembenahan & perbaikan struktur / proses / hasil dilakukan oleh
Pokja & unit yang bersangkutan sesuai dengan pemahaman atas
standar, instrumen akreditasi, SOP dan sebagainya.

27
b. Setelah survei akreditasi, kegiatan ini tetap berjalan secara kontinyu &
adekuat sesuai dengan kekurangan & kelemahan yang ada, serta
sesuai dengan rekomendasi surveyor
5. Self Assesment
a. Pembenahan & perbaikan yang dilakukan dievaluasi secara periodik
secara self assessment.
b. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi.
c. Hasil : Skor dan Nilai ( % ) dilaporkan secara periodik kepada
Direktur dan Self Assesment final dilaporkan ke KARS.
d. Penilaian dilakukan oleh Pokja yang bersangkutan dengan supervisi
Panitia Akreditasi.
e. Cara lain : dilakukan penilaian secara silang, sesuatu Pokja menilai
Bidang Pelayanan Pokja yang lain.
f. Bila Skor & Nilai tidak mencapai target, dapat dimintakan Bimbingan
Akreditasi kepada KARS
6. Persiapan Hari-H Survei
a. Permintaan tanggal survei kepada KARS, hari I survei agar dimulai
sesudah hari Senin.
b. Pada hari H-1 (Senin) dilakukan Gladi Bersih secara teliti
c. Persiapkan ruangan :ruang pertemuan surveyor & pokja, 1 surveyor 1
ruangan, ruang surveyor untuk rapat tim surveyor, ruangan2 / lokasi di
unit2 pelayanan dan siapkan para staf /petugasnya, ruang pertemuan
pleno, + alat audiovisual.
d. Persiapkan usulan Jadwal Survei selama 3 hari / 4 hari, diajukan
kepada Ketua Tim Surveyor pada hari H survey.
e. Persiapan Pokja : Petugas Presentan : 1-2 orang bertugas menjawab,
menerangkan, mempresentasi hal-hal yang diminta Surveyor. Petugas
ini harus menguasai seluruh konteks Bidang Pelayanan yang
bersangkutan.
7. Kegiatan 3-4 hari Survei

28
a. Setiap hari : segera sesudah survei selesai, lakukan rapat koordinasi,
kumpulkan semua Pokja.
b. Tiap Pokja melaporkan :Hasil suvei, berbagai kekurangan yang
ditemukan Surveyor, PR yang harus diselesaikan (data-data yang
harus dilengkapi, dan sebagainya), Gambaran tentang Surveyor
(kritikan maupun pujian), Sore / Malam hari itu juga selesaikan hal-
hal yang didiskusikan pada RapatKoordinasi tersebut. Hal tersebut
dilakukan tiap hari (Rustiyanto, 2010).

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akreditasi Rumah Sakit merupakan suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah kepada manajemen rumah sakit karena telah memenuhi
standar yang ditetapkan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, yaitu meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan
meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
2. Penilaian akreditasi di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi rumah sakit bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan yaitu KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit), KARS
mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,
pembimbingan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi dalam bidang
akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan perkembangan akreditasi rumah sakit secara
internasional.
3. RSUD Kota Surakarta sampai dengan saat ini berada pada tahap pra
akreditasi yaitu persiapan untuk mencapai akreditasi dimana terdapat
beberapa kendala seperti: belum adanya pengalaman akreditasi RSUD
Kota Surakarta, SDM yang minim, waktu yang terbatas untuk
mempersiapkan dokumen yang diperlukan, kurangnya sosialisasi
akreditasi terhadap seluruh civitas hospitalia serta sulitnya menyamakan
persepsi terhadap prioritas pemenuhan standar

B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi yang menyeluruh yang bertujuan untuk
menyamakan persepsi terhadap civitas hospitalia hingga pasien agar
semua dapat berperan dalam mencapai keberhasilan akreditasi yang
maksimal.

30
2. Diperlukan kegiatan studi banding ke rumah sakit yang lebih
berpengalaman dalam hal akreditasi serta mengundang trainer untuk
dilakukan pelatihan dan bimbingan terkait persiapan dan kegiatan
akreditasi.
3. RSUD Kota Surakarta harus tetap terus mengembangkan diri demi
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, meningkatkan mutu
pelayanan dengan menambahkan sumber daya atau penambahan sarana-
prasarana penunjang baik medis maupun non-medis.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi RP. 2010. Hubungan Pengetahuan Mengenai Akreditasi Rumah Sakit dan
Karakteristik Individu dengan Kinerja Perawat Rumah Sakit Zahirah Tahun
2010. Universitas Indonesia. Thesis.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/PER/II/2011 tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit. h http://ngada.org/bn124-2011.htm. Diakses pada
11 Desember 2016.

31
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Standar Akreditasi Rumah
Sakit.
http://elearning.mmr.umy.ac.id/file.php/1/STANDAR_AKREDITASI_RS_E
disi_1_-_FINAL_-_Okt_2011.pdf. Diakses pada 11 Desember 2016.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Standar Akreditasi Rumah
Sakit.
http://elearning.mmr.umy.ac.id/file.php/1/STANDAR_AKREDITASI_RS_E
disi_1_-_FINAL_-_Okt_2011.pdf. Diakses pada 11 Desember 2016.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah
Sakit. http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/122029-
%5B_Konten_%5D-Permenkes%20No%2012%2020120001.pdf. Diakses
pada 11 Desember 2016.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit,
Standar Akreditasi Rumah Sakit, ed.1. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.
Komite Akreditasi Rumah Sakit. 2014. Keputusan KARS nomor:
1666/KARS/X/2014 tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Luwinarsih. 2012. Bimbingan Akreditasi Rumah Sakit.
www.pelkesi.or.id/index.php?option=com_jotloader&section=files...41.
Diakses pada 11 Desember 2016.
Rustiyanto, E. 2010. Stastistik rumah sakit untuk pengambilan keputusan.
Yogyakarta: Cetakan Pertama Graha Ilmu.
Sutoto, 2012. Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012.
Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai