Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkoba sendiri merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya bagi tubuh dan
membuat tubuh kecanduan sehingga sangat sulit untuk berhenti dari kecanduan tersebut,
Berhenti menggunakan narkoba bukanlah perkara yang mudah apalagi bagi mereka yang
sudah kecanduan atau ketagihan. Salah satu faktor kendala pengguna narkoba untuk berhenti
tidak mengkonsumsi narkoba kembali adalah adanya craving, yaitu perasaan ingin kembali
menggunakannarkoba.

Untuk dapat sembuh dari pengaruh narkotika dan zat adiktif faktor perawat adalah
salah satu faktor yang cukup penting dalam proses penyembuhan para pecandu narkotika dan
zat adiktif tersebut, karena keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan
keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan antar persona serta
menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan
optimal.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan


dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Teknik komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian
informasi dan pertukaran perasaan danpikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang
lain. Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untukmenciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian psikotropika?
2. Apa macam-macam psikotropika?
3. Apa faktor penyebab seseorang mengonsumsi psikotropika?
4. Apa bahaya dari penggunaan psikotropika?
5. Bagaimana proses keperawatan bagi penggguna psikotropika?
6. Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi terapeutik pada pasien masalah psikotropika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psikotropika
2. Untuk mengetahui macam-macam psikotropika
3. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang mengonsumsi psikotropika
4. Untuk mengetahui dampak penggunaan psikotropika
5. Untuk mengetahui proses keperawatan bagi pengguna keperawatan
6. Untuk mengetahui prinsip dan teknik komunikasi terapeutik pada pasien masalah
psikotropika

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikotropika

2
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, yang dimaksud
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

B. Macam-Macam Psikotropika

1. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk


kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : ekstasi, shabu,
LSD

a. Ekstasi

Ekstasi adalah salah satu obat bius yang di buat secara ilegal di sebuah
laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul. Ekstasi dapat membuat tubuh si
pemakai memiliki energi yang lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi yang
tinggi.

b. Shabu

Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau


bumbu penyedap masakan. Obat ini juga mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap syaraf. Si pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius
itu dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau
bahkan kematian.

c. LSD

LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi


(persepsi semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini
dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan

3
jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otot-otot yang
semula tegang menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini biasanya dilakukan oleh
orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan jiwa.

2. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.( Contoh: amfetamin, metilfenidat atau
ritalin)

a. Amphetamin merupakan stimulan yang biasanya diminum secara oral,


walaupun dapat juga dilarutkan dalam air, dihirup, atau disuntikkan.
Amphetamin menyebabkan meningkatnya detak jantung, berkurangnya nafsu
makan, memperbaiki suasana hati, dan membesarnya pupil mata. Pengguna
amphetamin menyebutkan adanya "rush" rasa percaya diri. Ekstasi dan shabu
adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin.

3. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam.

4. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK,
pil Koplo, Rohip,morfin, barbiturat dan Dum, MG).

C. Faktor Penyebab Seseorang Mengkonsumsi Psikotropika

Faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :

1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan

4
penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang ini.
Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk
menjadi penyalahguna narkoba.

2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan.

Faktor-faktor diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi


penyalahgunaan obat terlarang. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin
besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahgunaan narkoba. Hal ini harus dipelajari
Kasus demi kasus.

Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak


selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan narkoba.
Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang
harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahgunaan narkoba.

D. Bahaya Penggunaan Psikotropika

Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan


gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan terganggunya sistem neuro-
transmitter pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neuro-transmitter
akan mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan,
mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.

1. Bahaya bagi diri pemakai


a. Merubah kepribadian si pemakai
b. Merubah perilaku menjadi masa bodoh, pemurung, pemarah dan meawan
terhadap spapun
c. Semangat kerja atau semangatbelajar menurun, bersikap seperti gangguan jiwa
d. Tidak ragu dalam melanggar norma masyarakat
e. Tidak segan menyiksa diri
2. Bahaya terhadap keluarga
5
a. Tidak segan mencuri uang dan barang keuarga untuk membeli psikotropika
b. Tidak sopan dan meawan orangtua
c. Tidak menghargai harta untuk keluarga
d. Mencemarkan nama baik keluarga
3. Bahaya Terhadap Lingkungan Masyarakat
a. Berbuat tidak senonoh dengan orang lain

E. Proses Keperawatan Penyalahgunaan dan Ketergantungan Psikotropika


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan berdasarkan keluhan klien. Setelah ditemukan tanda-tanda
yang menonjol yang mendukung adanya penyalagunaan dan ketergantungan
psikotropika. Data yang dikumpulkan mencakup: keluhan utama, riwayat kesehatan,
pengkajian psikososial dan pengkajian. Teknik pengumpulan data dapat diakukan
melalui wawancara dengan klien dan keluarga, pengamatan langsung tentang kondisi
klien serta melalui pemeriksaan.
2. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik
masalah yang bersifaat akual maupun yang beresiko mengalai gangguan.
3. Perencanaan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar dengan standar
asuhan keperawatan penyalahgunaan dan ketergantungan psikotropika yang
mencakup tindakan psikoterapeutik.

Tindakan psikoterapeutik yaitu


a. Teknik kounikasi teraupeutik dalam membina hubungan dengan klien
b. Pendidikan kesehaktan tentang prinsip-prinsip kesehatan
c. Perwtan mandiri meliputi tindakan kegawatdaruratan, intensif care, detoksifikasi,
aktivitas kehidupan sehari-hari, terapi modalitas.
d. Tindakan kolaborsi seperti pemberian obat-obatan dan monitor efek samping,
pemasangan alat-alat
Dalam rencana tindakan keperawatan harus dipertimbangan bahwa untuk
mengatasi satu diagnose diperukan beberapa kai pertemuan hingga tercapai
kemampuan atauhasil yang diharapkan baik untuk klien maupun keluarga.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang teah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk meniai perkembangan klien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.

6
F. Prinsip dan Tahapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Masalah Psikotropika
1. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik :
a. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang
keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan
harga diri klien.
d. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan
masalahnya.
2. Tahapan komunikasi teapeutik
a. Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri,
menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri, mengumpulkan data
tentang klien , merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Contoh
merencanaka sbelum bertemu dengan pasien yaitu:
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
b. Meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan.
d. Membuat jadwal latihan

b. Tahap Perkenalan/orientasi
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini
tugas perawat : Membina hubungan saling percaya, Merumuskan kontrak bersama
klien, Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien,
Merumuskan tujuan dengan klien. Contohnya :

Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat M. Nama adik siapa?Lebih


senang dipanggil apa ? Bagaimana keadaan adik pagi ini? Kalau A tidak
keberatan, selama 20 menit kedepan kita akan bercakap-cakap tentang kesehatan
A? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras depan ruangan A?

c. Tahap Kerja
7
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW.,
1998). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan.

Contoh : Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?
Shabu?Apakah ada keluhan dengan kesehatan A?Bagaimana hubungan A dengan
teman-teman A?Bagaimana dengan sekolah A?Sejak kapan A menggunakan
shabu?Pada situasi yang bagaimana timbul keinginan A menghisap shabu?Apa
saja akibat yang A rasakan kalau menghisap shabu? Apakah A ingin berhenti?
Bagus!Berapa kali A mencoba berhenti? Bagaimana perasaan A ketika tidak
menghisap shabu?” “Apa yang menyebabkan A memakai shabulagi?” “Baiklah
kalau begitu, perawat akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (Jelaskan
sesuai jenis psikotropika yang dipakai). Yang mana yang sudah A alami? Jadi A
ingin coba berhenti? Sekarang mari kita bicarakan apa-apa saja yang masih dapat
dibanggakan dari A, kita mulai dari:

* Diri A: “Coba A lihat aspek positif yang masih A miliki.” “Betul A masih sangat
muda, punya pendidikan, sehat, dan masa depan yang cerah sedang menunggu
kamu, bagus sekali.”

* Keluarga A: “A masih punya ayah, ibu, dan saudara-saudara kamu yang begitu
perhatian dengan kamu”. “Ternyata banyak sekali hal positif yang ada pada A”
“Sekarang bagaimana kalau A berlatih mensyukuri hal positif yang ada pada A”
“Katakan saya masih muda, saya harus berhenti!” “Bagaimana kalau kita teruskan
diskusi tentang cara-cara menghindaripenggunaan shabu.” “Ada beberapa cara
yaitu:

1. Hindari teman-teman A yang menawarkan shabu

2. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan

3. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti

4. Kalau pergi keluar dari rumah sebaiknya ditemani keluarga


8
“Selain itu lakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.” “Apa contohnya A?”

“Bagus!” “Mari kita buat jadwal kegiatannya.”

d. Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi
dua, yaitu tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas
perawat adalah :
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan,
Melakukan evaluasi subyektif, Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang
telah dilakukan, Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap?” “Bagus sekali.” “Nah,


Perawat mau tanya lagi: Coba A sebutkan kembali hal-hal positif yang masih A
miliki! Bagus sekali, yang mana yang mau dilatih? Saya bisa berhenti. Sekarang
coba sebutkan kembali cara menghindari penggunaan ganja! Benar,Yang mana
yang mau dilatih. Nah, masukkan dalam jadwal latihannya dan dicoba. Besok
pagi saya akan datang kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya dan kita
latih cara yang lain.” “Bagaimana A,baiklah kalau begitu besok jam 11.00 kita
ketemu ya. Sampai jumpa

3. Hal yang Dilakukan Perawat untuk mencegah craving

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien
mengatasi craving/nagih (keinginan untuk menggunakan kembalipsikotropika)
adalah sebagai berikut:

Identifikasi rasa nagih muncul, ingat diri sendiri, rasa nagih normal
muncul saat kita berhenti. ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar,
semakin diberi makan semakin sering muncul, cari seseorang yang dapat
mengalihkan dari rasa nagih, coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating,
tundalah penggunaan sampai beberapa saat, kunjungi teman-teman yang tidak
9
menggunakan narkoba, tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat
membuat rileks, dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir
dengan menggunakan lagi, bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti ,
bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau
rilekslah untuk dapat banyak ide.

4. Tujuan dilakukan komunikasi terapeutik pada pasien pecandu

a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti


menggunakan psikotropika
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien psikotropika
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

5. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain:

a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien

b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan/ketergantungan zat (tanda,


gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi).

c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti:

intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan


penglihatan (persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan,
melakukan kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang
perlu mendapat perhatian keluarga adalah gejala putus zat seperti nyeri (sakau),
mual sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).

d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien psikotropika dengan cara:


menganjurkan keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau
menghindari sikap-sikap yang dapat mendorong klien untuk memakai
psikotropika lagi (misalnya menuduh klien sembarangan atau terus menerus
mencurigai klien memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien

10
memakai psikotropika lagi (misalnya memaksa minta uang, ketahuan berbohong,
ada tanda dan gejalaintoksikasi); ajarkan keluarga untuk membantu klien
menghindaratau mengalihkan perhatian dari keinginan untuk memakai
psikotropika lagi; anjurkan keluarga memberikan pujian bila klien dapat berhenti.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif.

2. Psikotropika golongan I yaitu esktasi, shabu dan LCD, psikotropika golongan II yaitu
Amphetamin dan medilfedinat, psikotropika golongan III yaitu Pentobarbital dan
Flunitrazepam, sedangkan psikotropika golongan IV yaitu diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,
Rohip,morfin, barbiturat dan Dum, MG

3. Faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika dapat dibagi menjadi faktor internal


dan eksternal. Semakin banyak faktor-faktornya maka semakin besar kemungkinan
penyalahgunaan psikotropika

4. Penggunaan narkoba dapat terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf


pusat di otak yang akan mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam pikiran),
afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.

5. Proses keperawatan penyalahgunaan psikotropika meliputi pengkajian, diagnose,


intervensi, implementasi dan evaluasi.

6. Tahap komunikasi terapeutik yaitu tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan
tahap terminasi.

B. SARAN

1. Jangan pernah mencoba psikotropika walaupun itu hanya sedikit


2. Pemerintah harus memberantas peredaran psikotropika di Indonesia
3. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak menggunakan psikotropika.

12
4. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan psikotropika

13

Anda mungkin juga menyukai