Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

kelompok ini yang berjudul " TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RUBIK DAN

DIIRINGI DENGAN MUSIK TAHUN 2018”. Adapun tujuan dari pembuatan

makalah ini untuk mengetahui bagaimana teknik melakukan TAK di lapangan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penulisan terapi aktifitas

kelompok ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan proposal

ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung penyelesaian proposal TAK ini. Semoga bermanfaat untuk

menambah pengetahuan dan wawasan .

Pandan, 24 September 2018

Hormat,

Penulis
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi
yang terintegrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas. Perawatan ini termasuk intervensi yang behubungan dengan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik
dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial. Secara khusus dalam usaha
peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien yang kondisi fisik dan
fisiologis yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk berpartisipasi
aktif dalam pelayanan terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola
perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau
penderita dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan
manusia (Keliat, 2009).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
signifikan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari WHO dalam Yoseph 2013 ada sekitar
450 juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan,
setidaknya ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan
masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia suadah menjadi
masalah yang sangat serius. Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim
dalam Mubarta 2011 prevalensi masalah kesehatan jiwa di idonesia sebesar
6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lain.
Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini
jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah
penderita gangguan jiwa di Jawa Barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013
menyebutkan pasien gangguan jiwa ringan hingga berat di jawa barat
mencapai 465.975 orang naik signifikan dari tahun 2012 sebesar 296.943
orang, Konferensi Nasional psikiatrik Komunitas ke-3 mengungkapkan fakta
penting, ternyata jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat naik sekitar
63%. Penyebab terbesar gangguan jiwa di jawa barat adalah tingginya angka
pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit
dijangkau oleh masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien
dan keluarga tentang pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur.
Menurut data Riskesdas 201 ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami
oleh masyarakat yaitu yang ringan dan sedang seperti stress, cemas, gangguan
susah tidur (Insomnia), sedangkan yang berat meliputi skizofrenia, depresi
sampai pada penyakit psikologis dengan dorongan bunuh diri (Riskesdas,
2013).
Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi,
pikiran paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri
dari masyarakat/ social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema
dengan perhatian dan ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin
perbendaharaan kata dan proses pikir yang lambat) (Hawari, 2001).
Penatalaksanaan keperawatan dengan klien gangguan jiwa adalah
pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas
kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. TAK stimulasi
adalah TAK dengan fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar mampu
memberikan respon yang adekuat. TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk
pasien isolasi sosial, harga diri rendah, dan kurang komunikasi verbal (Keliat
& Akemat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi
semua panca indra (sensori) agar memberi respons yang asdekuat. TAK
stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus
tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku (Keliat & Akemat,
2005).

B. Topik
Puzzle gambar di iringi dengan musik

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien mampu memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan
Lagu
d. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar
e. Klien dapat memberi makna gambar.

D. Landasan Teoritis
1. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktifitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama.aktifitas yang digunakan sebagai terapi,dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan.didalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung,saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
2. Tahapan-tahapan dalam aktipitas kelompok (TAK)
Menurut Yalom, yang dikutip stuart dan sundeen, 2011.
Menggambarkan pase-pase dalam retapi aktivitas kelopok adalah sebagai
berikut :
a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang
menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok
akan dilaksanakan serta membuat proposal yang lengkap dengan
media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
1) Fase awal
Pada Fase ini terdpat 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi,
konflik atau kebersamaan.
a) Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial
masing-masing,leader mulai menunjukkan rencana terapi
dan mengambil kontrak dengan anggota.
b) Konflik :
Merupakan masa sulit dalamproses kelompok, anggota
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
c) Kebersamaan :
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
2) Fase kerja
Pada Fase tahapan ini kelompok sudah menjadi tim :
a) Merupakan Fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan
anggotanya.
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan
hubungan sling percaya yang telah terbina.
c) Semua anggota bekerja sama untk mencapai tujuan yang
telah disepakati.
d) Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok
lebih stabil dan realistis.
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan
tujuan dan tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f) Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif.
Petunjuk untuk leader dalam fase ini :
a) Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis,
pengalaman, personaliti dan kebutuhan kelompok serta
anggotanya.
b) Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan
pertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja
pada tugasnya.
c) Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok
mengatasi masalah khusus.
3) Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi
sementara.
Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi prematur,
tidak sukses atau sukses. Terminasi dapata menyebabkan
kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini,
terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap
betapa maknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota
untuk memberi umpan balik pada tiap anggota.
Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas di
diskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluai,
bisa melalui pre dan post test.

E. Klien
Kriteria pasien yang diikutsetakan dalam TAK, adalah sebagai berikut:
1. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi,waham,ilusi
2. Klien dengan gangguan stimulasi persepsi:halusinasi sudaah dapaat
berinteraksi dengan oranglain
3. Klien sehat secara fisik dan bertoleransi terahadaap aktivitas
4. Bicara jelas
5. Waham atau halusinasi terkontrol
6. Mau mengikuti kegiatan
F. Pengorganisasian
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 24 September 2018
Tempat : Ruang makan kamboja
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
2. Tim Terapis
Leader : Ignasius Simanullang
Co-Leader : Rahmad Sidic Hutabarat
Fasilitator : Meilisa Zebua
: Welieli Mendrofa
Observer : Masfriadi Hutagalung
: Awal ardianto Tampubolon
3. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK adalah
a. Diskusi
b. Sharing persepsi
c. Tanya jawab
d. Dinamika Kelompok
4. Setting tempat
Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Fasilitator

= Klien

= Observer

G. Alat
1. Laptop/handphone
2. Rubik
3. Speaker
4. Kartu tanda pengenal

H. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan
indikasi: menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau
bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
(10 menit) 1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyusun
rubik.
2. Terapis membacakan tata tertib TAK
a) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
b) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
c) Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
d) Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok
selama kegiatam TAK berlangsung.
e) Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan
peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara
setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f) Peserta yang mengacau jalannya acara akan
dikeluarkan.
g) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK
selesai.
h) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah
habis namun TAK belum selesai makan pemimpin
akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK pada anggota.
Tahap Kerja a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan,
(30 menit) yaitu menyusun rubik
b. Terapis membagikan rubik.
c. Terapis meminta klien melakukan penyusunan apa saja
sesuai dengan yang diinginkan saat ini.
d. Sementara klien mulai Menyusun, terapi keliling, dan
memberi penguatan kepada klien untuk terus
menggambar.
e. Setelah semua klien selesai menyusun, terapis meminta
masing masing klien untuk memperlihatkan dan
memnceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada klien
lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa
makna gambar tersebut menurut klien.
f. Kegiatan point e dilakukan sampai semua klien mendapat
giliran.
g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya terapis
mengajak klien lain bertepuk tangan.
Terminasi a. Evaluasi
(10 menit) 1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan
perasaan melalui gambar.

I. Program Antisipasi
1. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
2. Penganan pada klien yang diam saat TAK berlangsung
a. Fasilitator membujuk klien untuk berbicara
b. Jika klien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader
meningkatkan motivasi klien
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya
setelah TAK
4. Bila ada klien yang ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat
diikuti klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut
5. Bila ada klien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan
(mengamuk, ribut, dan mengganggu klien lain), terapis atau leader
mengingatkan tentang tata tertib TAK

J. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulus sensori menggambar dan
memberikan makna gambar. Hal-hal yang perlu dievaluasi, antara lain:
a. Evaluasi struktur
1) Tim berjumlah 8 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2
orang fasilitator dan 2 observer
2) Lingkungan tenang
3) Peralatan
b. Evaluasi proses
1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengkuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c. Evaluasi akhir
1) Minimal 75% mampu memahami gambar yang dibuat.
2) Minimal 75% mampu memberi makna terhadap gambar.
3) Minimal 75% mampu menceritakan perasaannya setelah
menggambar.
4) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
5) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAK.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir, namun belum mampu memberi pendapat dan
perasaan tentang gambar. Latih klien menggambar di ruang rawat.

Nama Klien Yang Mengikuti TAK


NO Nama Pasien Ruangan Keterangan
Halusinasi
1 Nur Azmi Ruang Kelas
Pendengaran
Halusinasi
2 Hotdiana Ruang Kelas
Pendengaran
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Keliat, B. A. 2005. Proses Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B. A. & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Keliat, B. A. & Akemat. 2014. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas kelompok
Edisi 2. Jakarta: EGC
Dokumentasi Hasil Terapi Aktivitas Kelompok
Di Rumah Sakit Jiwa Prof, M. Ildrem Medan

Anda mungkin juga menyukai