Judul
Urine
B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi zat-zat yang terkandung didalam urine dan untuk membedakan
kandungan urine normal dan urine abnormal
C. Dasar Teori
Cairan tubuh dibedakan atas cairan intrasel (CTS), yaitu cairan yang terdapat di
dalam sel, dan cairan ektrasel (CES), yaitu cairan yang berada di luar sel. Sekitar 70%
cairan tubuh adalah cairan intrasel dan sisanya adalah cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel
antara lain cairan (a) interstisial, yang berada di antara sel jaringan; (b) intravaskuler,
yang berada dalam pembuluh darah; (c) limfe, yang berada dalam pembuluh limfe; dan
(d) transseluler, yang berada di tempat-tempat khusus. Cairan intraokuler (terdapat
dalam bola mata), cairan serebrospinalis, dan cairan dalam persendian adalah contoh
cairan transseluler.Cairan tubuh banyak mengandung zat nonelektrolit dan elektrolit
terlarut.Zat nonelektrolit adalah zat yang lidak terurai menjadi ion-ion yang bermuatan
listrik, sedangkan elektrolit adalah zat yang dapat terurai menjadi ion-ion yang
bermuatan listrik. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian lain. Dalam keadaan sehat, elektrolit berada pada bagian yang tepat dan
dalam jumlah yang tepat pula (Sumardjo, 2009: 17).
Pekerjaan ginjal adalah menyaring.Ginjal sangat jauh dengan pekerjaan mekanis
yang dilakukan alat-alat penyaringan buatan manusia. Ginjal adalah penyaring hidup
yang memiliki emampuan menyaring dengan sangat baik dengan meninggalkan
materimateri dan mengambil materi-materi lain. Hal ini megingatkan kita pada
penyaringan yang dilakukan oleh serat usus dan semua dinding sel. Urine terakhir
terkumpul di dua penampungan gijal, kemudian ia berjalan melalui saluran kencing
(ureter) yang berakhir pada kandng kemih, urine terkumpul. Setiap ada jumlah urine
yang datang, rongga kandung kemih bertambah panjang.Ketika tekanan bagian dalam
telah menyentuh 18 cm air, timbullah keinginan untuk kencing.Hikmah terkumpulnya
urine sebelum dikeluarkan, seperti hikmah terkumpulnya kotoran perut sebelum keluar.
Setelah terkumpul, urine akan keluar dengan mudah dan deras. Jumlah pengeluaran
urine tidak tetap, hal itu diatur oleeh hormone resopresin yang dinamakan
ADH(antidiuretic hormone). Hormone ini berfungsi menjaga keseimbangan kadar
tubuh demi kelangsungan proses metabolisme (Taufiq, 2006: 180).
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air, berbagai
jenis garam, senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam urat sebagai
hasil metabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 1-1,5 liter dengan
kadar zat kering 40-50 gram. BD urine adalah 1,003-1,025. Untuk mempelajari urine,
urine harus dikumpulkan selama 24 jam. Caranya: mulai pukul 07:00 pagi, pengeluaran
untuk pertama harus dibuang, tetapi urine berikutnya harus dikumpulkan sampai pukul
07:00 hari berikutnya (Tim Dosen, 2017: 18).
Sistem urinal adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan
saluran keluarnya yang berdungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak
diperlukan. zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam air.
Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal dengan saluran keluar urine berupa ureter dari
setiap ginjal. Dalam waktu 1 menit sekitar 20% darah manusia mengalid melewati
ginjal untuk dibersihkan. Di bagian tubulus terjadi penyerapan ulang lebih dari 90%
cairan dari saluran itu ke darah. Cairan yang diserap kembali mengandung unsur yang
dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan 10% yang tetap berada di saluran itu selanjutnya
menjadi air seni (urine). Karena urine dibentuk dari cairan yang berasal dari darah, jika
darah mengandung mineral atau zat tertentu dalam konsentrasi yang tinggi, juga dapat
terjadi gangguan kualitas urine. Salah satu zat tertentu di dalam urine, misalnya
calcium dapat meninggi. Salah satu resiko yang ditimbulkannya dalah penimbunan
calcium tersebut setelah melalui proses pembetnukan urine di ginjal, sehingga terentuk
batu ginjal (Wibowo, 2008: 98-100).
Kreatinin adalah produk sisa metabolisme yang dihasilkan oleh pemecahan kreatin
otot.Kadar kreatinin serum menunjukkan keseimbangan antara prokduksi dan ekskresi
oleh ginjal. Karena ini dihasilkan pada kecepatan mantap tergantung pada massa otot
dan tidak dipengaruhi oleh diet, hidrasi, atau katabolisme jaringan, kadar kreatinin
merupakan indikator fungsi ginjal yang lebih akurat darípada BUN. Kadar kreatinin
serum akanmeningkat sesuai penurunan fungsi ginjal (Horne, 2000: 46).
Kreatinin merupakan hasil pemecahan dari kreatini fosfat. Kreatinin tidak
mengalami metabolisme lebih lanjut dan diekskresikan lewat urin. Kreatinin akan
difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak mengalami reabsorpsi yang berarti di tubulus
ginjal sehingga hampir seluruhnya diekskresikan lewat urin. Jumlah kreatinin yang
diekskresikan dalam urin relatif konstan sepanjang hari sehingga kreatinin dapat
digunakan sebagai patokan untuk penentuan jumlah zat-zat lain yang diekskresikan
lewat urin termasuk albumin. Dengan demikian bila konsentrasi zat dalm urin
dirasiokan dengan konsentrasi kreatinin urin akan memberikan gambaran yang lebih
baik tentang ekskresi dalam urin 24 jam (Syuhada, 2012: 221).
Menurut Svehla (1985: 300-378) percobaan untuk mengidentifikasi berbagai zat-zat
organik yang terkandung dalam urin dilakukan melalui reaksi. Adapun reaksi tersebut
ialah :
1. Cl-
Kebanyakan klorida larut didalam air. Untuk identifikasi adanya ion Cl-
dalam urin, digunakan pereaksi berupa perak nitrat (AgNO3). Reaksi antara ion Cl-
dengan larutan perak nitrat (AgNO3), akan menghasilkan endapan perak klorida,
AgCl yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer,
tapi larut dalam amonia encerdan dalam larutan-larutan kalium sianida. Reaksinya
yaitu :
Cl- +Ag+ → AgCl↓
Jika endapan perklorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu
dikocok dengan larutan natrium arsenit endapan diubah menjadi perak arsenit yang
berwarna kuning.
2. PO43-
Untuk analisis adanya kandungan PO43- dalam urine, maka digunakan
pereaksi amonium molibdat. Penambahan reagensia ini dengan sangat berlebih
menghasilkan endapan amonium fosfomolibdat yang kuning kristalin, dimana
rumusnya dinyatakan dengan (NH4)3[PMo12O40]. Larutan yang dihasilkan harus
bersifat asam kuat dengan asam nitrat. Pengendapan dipercepat dengan
memanaskan sampai suhu yang tak melampaui 400 dan dengan penambahan larutan
amonium nitrat.
3. SO42-
Untuk analisis dari kandungan SO42- digunakan reaksi dengan larutan BaCl2
5%. Reaksi antara ion SO42- dengan larutan BaCl2 akan menghasilkan endapan
putih barium sulfat yang tak larut dalam asam klorida encer panas dan asam nitrat
encer, tapi larut didalam asam klorida pekat.
SO42- +Ba2+→ BaSO4↓
Uji ini biasanya dilakukan dengan menambahkan reagensia kepada larutan
yang diasamkan dengan asam klorida encer, karbonat, sulfit dan fosfor tidak
diendapkan pada kondisi ini. Asam klorida pekat atau asan nitrat pekat tidak boleh
digunakan kerena akan menghasilkan endapan barium klorida atau barium nitrat.
4. NH4+
Ion-ion amonium dirurunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Garam-
garam amonium biasanya adalah senyawa-senyawa yang larut didalam air dengan
membentuk larutan yang tak berwarna. Dengan pemanasan semua garam amonium
terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai. Reaksi antara ion amonium dengan
reagensia berupa natrium hidroksida akan menghasilkan gas amonia, yang
dilepaskan ketika dipanaskan. Reaksinya yaitu :
NH4+ + OH- → NH3 + H2O
Reaksi ini dapat diidentifikasi (a) dari baunya; (b) dari terbentuknya uap
putih amonium klorida; (c) dari fakta bahwa gas ini menyebabkan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru.
5. Ca2+
Identifikasi ion Ca+ digunakan reagensia berupa amonium oksalat, dimana
reaksi antara ion Ca+ denganamonium oksalat akan menghasilkan endapan putih
kalsium oksalat.
Ca+ + (NH4)2C2O4→ CaC2O4↓ + 2NH4+
2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
1. Amonium Khusus - Titik leleh 70oC - Terlarut dalam air
Oksalat - Titik didih 70oC - Pereaksi untuk
- Padatan berwarna identifikasi kation
putih Ca2+
2. Asam Asetat Khusus - Cairan tak - Bereaksi dengan
berwarna alcohol
- Berbau tajam menghasilkan ester.
- Titik lebur: 17 oC
- Titik didih: 116-
118
3. Asam Nitrat Khusus - Berbau tajam - Pada suhu biasa
Pekat - Wujud zat: cairan, akan terurai oleh
jernih-kuning sinar
- Titik didih 86 0C - Dapat bereaksi
dengan unsure-
unsur logam serta
dapat melarutkan
semua logam
kecuali emas (Au)
dan platina (Pt)
4. Barium Klorida Khusus - Massa molar - Larut dalam air dan
3.856 g/cm3 alcohol
- Padatan putih - Struktur kristal
orthogonal
5. Asam Klorida Khusus - Massa atom 36,45 - Racun bagi
- Massa jenis 3,21 pernapasan
gram/cm3 - Merupakan
- Titik leleh -10100C oksidator kuat
- Energi ionisasi - Berasap tebal di
1250 kJ/mol udara lembab
- Berbau tajam - Gasnya berwarna
kuning kehijauan
dan berbau
merangsang
6. Natrium Khusus - Titik lebur 3180C - Mudah larut dalam
Hidroksida - Tidak berwarna air dan ethanol
- Tidak berbau
7. Barium Khusus - Berbentuk kristal - Merupakan larutan
Hidroksida - Berwarna putih basa
- Tidak berbau - Larutan anorganik
- Tidak beracun
8. Amonium Khusus - Berbentuk cair - Tidak dapat
Hidroksida - Berbau tidak sedap diisolasi
- Tidak berwarna - Tidak stabil
- Merupakan larutan
basa
9. Natrium Nitro Khusus - Berupa serbuk atau - Mudah larut dalam
Prusid Kristal air
- Berwarna coklat - Sedikit larut dalam
kemerahan alcohol
- Tidak berbau - Tidak larut dalam
benzene
10. Asam Oksalat Khusus - Berupa kristal - Larut dalam air
putih - Merupakan agen
pereduktor
11. Tembaga Sulfat Khusus - Berwarna biru - Larut dalam air
terang dalam - Beracun
bentuk pentahidrat - Irritant
- Berwarna abu –
abu putih dalam
bentuk anhidrat
12. Aquadest Umum - Cairan bening tak - Pelarut polar
berwarna - Merupakan ion H+
0
- Titik didih 100 C yang berasosiasi
dengan OH-
13. Urea Khusus - Titik leleh 132 oC - Mudah larut dalam
- Berat molekul air
60,056 - Tidak mudah
terbakar
14. Glukosa Khusus - Berupa padatan - Rumus molekul
- Berwarna putih (C6H12O6)
kristal - Mudah larut dalam
- Tidak berbau air
15. Perak Nitrat Khusus - Padatan kristal - Larut dalam air
- Tidak berwarna - Merupakan garam
- Tidak berbau - Oksidator kuat
16. Amonium Khusus - Berupa kristal - Berbahaya
Molibdat - Biasanya tidak menyebabkan
berwarna atau iritasi
berwarna agak - Beracun
kehijauan atau - Tidak mudah
kekuningan terbakar
17. Pereaksi Khusus - Berupa kristal - Larut dalam air
Nessler yang berwarna - Larut dalam
kuning alcohol, eter dan
- Tidak berbau aseton
18. Pereaksi Khusus - Cairan - Cairan korosif
Benedict - Tidak berbau - Tidak muda
terbakar
- Bersifat basa lemah
- Irritant
19. Pereaksi Khusus - Berupa cairan - Mudah larut dalam
Fehling - Titik didih air
dikenal terendah - Tidak larut dalam
adalah 100oC n-oktanol
20. Fenol Merah Khusus - Titik didih 182oC - Iritasi dengan
- Titik leleh 41oC aldehid-keton
- Korosif dan
beracun
21. Serbuk Kedelai Umum - Berupa padatan - Mudah larut dalam
dalam bentk air
serbuk
E. Prosedur Kerja
Penentuan zat – zat organik
1. Cl-
Urine
2. PO43-
Urine
3. SO42-
Urine
Urine
Tabung 1 Tabung 2
5. Ca2+
Urine
Urine
Urine
Urine
Urine
Urine
Urine
Urea
Urea
2 PO43-
3 mL urine + 1mL
(NH)4MO7O24 1 M → Larutan berwarna kuning +
+ 3 tetes HNO3 pekat → Larutan berwarna hijau dan
terdapat endapan hijau
3 SO42-
3 mL urine + 1mL BaCl2 0,1 M
→ Larutan kuning keruh
+5 tetes HCl pekat, dikocok → Larutan kuning keruh dan +
terdapat endapan putih
4 NH4+
3mL urine + 5 tetes NaOH
0,1M → Larutan berwarna kuning
6 Mg2+
10 mL urine + beberapa tetes
NaOH 0,1 M→ Berwarna kuning dengan
suasana basa
Uji lakmus merah→ Lakmus merah menjadi biru +
+ CH3COOH beberapa tetes ,
uji lakmus biru→ Lakmus biru menjadi merah
+(NH4)2C2O4 jenuh → dan terdapat endapan
Larutan disaring→ Filtrat: larutan kuning
filtrat+ NH4OH 6M dan tutup Terdapat endapan putih
dengan kapas. Biarkan
semalaman →
Pereaksi benedict
5 tetes Urine + 5 mL Larutan berwarna biru muda
5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi Benedict → Terbentuk endapan merah bata
Pereaksi tollens
Pembuatan
5mL AgNO3 5 % +
+ 5 mL NaOH 5 %→ Larutan berwarna coklat
5 tetes urine + 5 mL
pereaksi tollens, → Larutan berwarna cokelat
dipanaskan→ kehitaman dan tidak ada
endapan
5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi tollens→ Larutan berwarna cokelat
10 Penguraian urea
3 mL urea 0,1 M + 4 tetes
fenol merah→ Larutan tidak berwarna
+ 4 tetes NaOH 0,1M→ Larutan tidak berwarna
12 Pembentukan biuret
1,0071 gram urea
dipanaskan → Uap berbau ammonia
didinginkan Larutan membeku
+ 2 mL aquades→ Tidak larut
+ 1 NaOH 2,5M 1mL → Larut
+ setetesdemi setetes
CuSO4 0,01 M→ Larutan berwarna ungu
1 mL urine dipanaskan→ Berbau ammonia
+ 2 mL aquades→ Berwarna keruh
(asam glukonat)
O O AgNO3 O
-H2O OH + Ag
OH C=O OH C= O
OH OH OH
OH
OH cermin perak
OH OH
(D-glukosa)
(asam glukonat)
H3N+ - C - H + H+ H3N+ - C - H
R R
O O
O O
Urea Biuret
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Zat-zat yang terkandung didalam urine berupa zat anorganik diantaranya yaitu
berupa kation, seperti Ca2+, Mg2+, dan NH4+ dan yang berupa anion seperti Cl-, PO4-
dan SO42-. Sedangkan zat organic berupa urea, asam urat dan kreatinin.
b. Kandungan urin yang normal berbeda dengan kandungan urin abnormal. Dimana
hasil percobaan yang telah dilakukan urin tersebut termasuk urin abnormal karena
ditemukan adanya zat-zat yang berupa protein maupun glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Horne, Mima M dan Pamela L. Swearingen. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam
Basa. Jakarta: EGC.
Limuria, Paul Y. 2016. Pengaruh latihan fisik akut terhadap kadar protein urin pada
mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol. 4, No. 1.
Poedjiadi anna, dan titin supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta. UI. Press.
Sulistyarti, Hermin., Akhmad Sabarudin., Yudha Ikoma Istanti dan Eka Ratri Noor
Wulandari. 2011. Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara Kolorimetri dengan
Sequential Injection-Flow Reversal Mixing (SI-FRM). Sains dan Terapan Kimia.
Vol. 5, No.2.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Syuhada, Noormartani, Muhammad alamsyah, dan nina susanna dewi. 2012. Korelasi
proteinuria metode rasio albumin kreatinin urin dengan metode nomatografi pada
preklamsi. Micro. Vol. 44.No.4.
Taufiq , Muhammad Izzuddin. 2006. Al-Qur’an dan Embriologi. Solo: Penerbit Tiga
Serangkai.
Tim Dosen Biokimia. 2017. Penuntun praktikum Biokimia. Makassar. Penerbit UNM.