Anda di halaman 1dari 33

A.

Judul
Urine
B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi zat-zat yang terkandung didalam urine dan untuk membedakan
kandungan urine normal dan urine abnormal
C. Dasar Teori
Cairan tubuh dibedakan atas cairan intrasel (CTS), yaitu cairan yang terdapat di
dalam sel, dan cairan ektrasel (CES), yaitu cairan yang berada di luar sel. Sekitar 70%
cairan tubuh adalah cairan intrasel dan sisanya adalah cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel
antara lain cairan (a) interstisial, yang berada di antara sel jaringan; (b) intravaskuler,
yang berada dalam pembuluh darah; (c) limfe, yang berada dalam pembuluh limfe; dan
(d) transseluler, yang berada di tempat-tempat khusus. Cairan intraokuler (terdapat
dalam bola mata), cairan serebrospinalis, dan cairan dalam persendian adalah contoh
cairan transseluler.Cairan tubuh banyak mengandung zat nonelektrolit dan elektrolit
terlarut.Zat nonelektrolit adalah zat yang lidak terurai menjadi ion-ion yang bermuatan
listrik, sedangkan elektrolit adalah zat yang dapat terurai menjadi ion-ion yang
bermuatan listrik. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian lain. Dalam keadaan sehat, elektrolit berada pada bagian yang tepat dan
dalam jumlah yang tepat pula (Sumardjo, 2009: 17).
Pekerjaan ginjal adalah menyaring.Ginjal sangat jauh dengan pekerjaan mekanis
yang dilakukan alat-alat penyaringan buatan manusia. Ginjal adalah penyaring hidup
yang memiliki emampuan menyaring dengan sangat baik dengan meninggalkan
materimateri dan mengambil materi-materi lain. Hal ini megingatkan kita pada
penyaringan yang dilakukan oleh serat usus dan semua dinding sel. Urine terakhir
terkumpul di dua penampungan gijal, kemudian ia berjalan melalui saluran kencing
(ureter) yang berakhir pada kandng kemih, urine terkumpul. Setiap ada jumlah urine
yang datang, rongga kandung kemih bertambah panjang.Ketika tekanan bagian dalam
telah menyentuh 18 cm air, timbullah keinginan untuk kencing.Hikmah terkumpulnya
urine sebelum dikeluarkan, seperti hikmah terkumpulnya kotoran perut sebelum keluar.
Setelah terkumpul, urine akan keluar dengan mudah dan deras. Jumlah pengeluaran
urine tidak tetap, hal itu diatur oleeh hormone resopresin yang dinamakan
ADH(antidiuretic hormone). Hormone ini berfungsi menjaga keseimbangan kadar
tubuh demi kelangsungan proses metabolisme (Taufiq, 2006: 180).
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air, berbagai
jenis garam, senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam urat sebagai
hasil metabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 1-1,5 liter dengan
kadar zat kering 40-50 gram. BD urine adalah 1,003-1,025. Untuk mempelajari urine,
urine harus dikumpulkan selama 24 jam. Caranya: mulai pukul 07:00 pagi, pengeluaran
untuk pertama harus dibuang, tetapi urine berikutnya harus dikumpulkan sampai pukul
07:00 hari berikutnya (Tim Dosen, 2017: 18).
Sistem urinal adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan
saluran keluarnya yang berdungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak
diperlukan. zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam air.
Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal dengan saluran keluar urine berupa ureter dari
setiap ginjal. Dalam waktu 1 menit sekitar 20% darah manusia mengalid melewati
ginjal untuk dibersihkan. Di bagian tubulus terjadi penyerapan ulang lebih dari 90%
cairan dari saluran itu ke darah. Cairan yang diserap kembali mengandung unsur yang
dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan 10% yang tetap berada di saluran itu selanjutnya
menjadi air seni (urine). Karena urine dibentuk dari cairan yang berasal dari darah, jika
darah mengandung mineral atau zat tertentu dalam konsentrasi yang tinggi, juga dapat
terjadi gangguan kualitas urine. Salah satu zat tertentu di dalam urine, misalnya
calcium dapat meninggi. Salah satu resiko yang ditimbulkannya dalah penimbunan
calcium tersebut setelah melalui proses pembetnukan urine di ginjal, sehingga terentuk
batu ginjal (Wibowo, 2008: 98-100).
Kreatinin adalah produk sisa metabolisme yang dihasilkan oleh pemecahan kreatin
otot.Kadar kreatinin serum menunjukkan keseimbangan antara prokduksi dan ekskresi
oleh ginjal. Karena ini dihasilkan pada kecepatan mantap tergantung pada massa otot
dan tidak dipengaruhi oleh diet, hidrasi, atau katabolisme jaringan, kadar kreatinin
merupakan indikator fungsi ginjal yang lebih akurat darípada BUN. Kadar kreatinin
serum akanmeningkat sesuai penurunan fungsi ginjal (Horne, 2000: 46).
Kreatinin merupakan hasil pemecahan dari kreatini fosfat. Kreatinin tidak
mengalami metabolisme lebih lanjut dan diekskresikan lewat urin. Kreatinin akan
difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak mengalami reabsorpsi yang berarti di tubulus
ginjal sehingga hampir seluruhnya diekskresikan lewat urin. Jumlah kreatinin yang
diekskresikan dalam urin relatif konstan sepanjang hari sehingga kreatinin dapat
digunakan sebagai patokan untuk penentuan jumlah zat-zat lain yang diekskresikan
lewat urin termasuk albumin. Dengan demikian bila konsentrasi zat dalm urin
dirasiokan dengan konsentrasi kreatinin urin akan memberikan gambaran yang lebih
baik tentang ekskresi dalam urin 24 jam (Syuhada, 2012: 221).
Menurut Svehla (1985: 300-378) percobaan untuk mengidentifikasi berbagai zat-zat
organik yang terkandung dalam urin dilakukan melalui reaksi. Adapun reaksi tersebut
ialah :
1. Cl-
Kebanyakan klorida larut didalam air. Untuk identifikasi adanya ion Cl-
dalam urin, digunakan pereaksi berupa perak nitrat (AgNO3). Reaksi antara ion Cl-
dengan larutan perak nitrat (AgNO3), akan menghasilkan endapan perak klorida,
AgCl yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer,
tapi larut dalam amonia encerdan dalam larutan-larutan kalium sianida. Reaksinya
yaitu :
Cl- +Ag+ → AgCl↓
Jika endapan perklorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu
dikocok dengan larutan natrium arsenit endapan diubah menjadi perak arsenit yang
berwarna kuning.
2. PO43-
Untuk analisis adanya kandungan PO43- dalam urine, maka digunakan
pereaksi amonium molibdat. Penambahan reagensia ini dengan sangat berlebih
menghasilkan endapan amonium fosfomolibdat yang kuning kristalin, dimana
rumusnya dinyatakan dengan (NH4)3[PMo12O40]. Larutan yang dihasilkan harus
bersifat asam kuat dengan asam nitrat. Pengendapan dipercepat dengan
memanaskan sampai suhu yang tak melampaui 400 dan dengan penambahan larutan
amonium nitrat.
3. SO42-
Untuk analisis dari kandungan SO42- digunakan reaksi dengan larutan BaCl2
5%. Reaksi antara ion SO42- dengan larutan BaCl2 akan menghasilkan endapan
putih barium sulfat yang tak larut dalam asam klorida encer panas dan asam nitrat
encer, tapi larut didalam asam klorida pekat.
SO42- +Ba2+→ BaSO4↓
Uji ini biasanya dilakukan dengan menambahkan reagensia kepada larutan
yang diasamkan dengan asam klorida encer, karbonat, sulfit dan fosfor tidak
diendapkan pada kondisi ini. Asam klorida pekat atau asan nitrat pekat tidak boleh
digunakan kerena akan menghasilkan endapan barium klorida atau barium nitrat.
4. NH4+
Ion-ion amonium dirurunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Garam-
garam amonium biasanya adalah senyawa-senyawa yang larut didalam air dengan
membentuk larutan yang tak berwarna. Dengan pemanasan semua garam amonium
terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai. Reaksi antara ion amonium dengan
reagensia berupa natrium hidroksida akan menghasilkan gas amonia, yang
dilepaskan ketika dipanaskan. Reaksinya yaitu :
NH4+ + OH- → NH3 + H2O

Reaksi ini dapat diidentifikasi (a) dari baunya; (b) dari terbentuknya uap
putih amonium klorida; (c) dari fakta bahwa gas ini menyebabkan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru.
5. Ca2+
Identifikasi ion Ca+ digunakan reagensia berupa amonium oksalat, dimana
reaksi antara ion Ca+ denganamonium oksalat akan menghasilkan endapan putih
kalsium oksalat.
Ca+ + (NH4)2C2O4→ CaC2O4↓ + 2NH4+

Pengendapan dipermudah dengan menjadikan larutan bersifat basa dengan amonia.


6. Mg2+
Magnesium adalah logam putih yang dapat ditempadan liat. Ia melebur
pada suhu 6500C. Reaksi antara ion magnesium dengan larutan natrium hidroksida
akan menghasilkan endapan putih magnesium hidroksida, yang tak larut dalam
reagensia berlebih, tetapi mudah larut dalam garam-garam amonium. Reaksinya
yaitu :
Mg2+ + 2OH-→ Mg(OH)2↓
Dari uraian tentang metabolisme asam amino telah diketahui bahwa NH3
dapat dilepaskan dari asam amino melalui reaksi transminasi dan deaminasi. Pada
reaksi transminasi gugus –NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto lain,
sedangkan pada reaksi yang dilepaskan diterima oleh suatu asam kleo, sehingga
terbentuk asam amino baru dan asam keto lain, sedangkan pada reaksi deaminasi,
gugus –NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh dalam bentuk urea dalam urine. Urea adalah suatu jenis senyawa yang
mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari
dalam tubuh. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh melalui urine.
Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah :
2NH3 + CO2 + 3ATP 2H2O → Urea + 2ADP + AMP + 2Pi + Ppi
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reaski ini (PPi) terhidrolisis
lebih lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan
empat ikatan fosfat berenergi tinggi. Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi
dalam hati karena enzimenzim yang bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada
mitokondria dalam sel hati (Poedjiadi, 1994 : 321-325).
Pengujian Cl- dalam sampel urin dapat dilakukan dengan uji pengendapan
perak klorida, AgCl menggunakan larutan perak nitrat yang seperti dadih dan putih
yang tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan
amonia encer dan dalam larutan kalium sianida dan tiosulfat. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
Cl-+ Ag+→ AgCl↓
Pengujian urin terhadap adanya ion SO42- dengan barium klorida
menghasilkan endapan putih barium sulfat yang tidak larut dalam asam klorida
encer tetapi larut sedang dalam dalam asam klorida pekat yang mendidih.
SO42-+ Ba2+→ BaSO4 ↓
Untuk menguji adanya ion PO43- dapat digunakan pereaksi ammonium
molibdat.Penambahan regenesia berlebih menghasilkan endapan amonium
fosfomolibdat yang berwana kuning kristalin.Larutan yang dihasilkan harus bersifat
asam kuat dengan asam nitrat.Pengendapan dipercepat dengan pemanasan sampai
suhu tidak lebih 40℃ dan dengan menambahkan larutan amonium nitrat (Svehla,
1985: 346-378).
Aplikasi SI-VM pada penentuan kreatinin dalam sampel urin dilakukan pada
beberapa sampel urin yang telah diperoleh. Seluruh sampel urin yang diperoleh
terlebih dahulu dilakukan pengenceran sebanyak 30 kali dengan menggunakan
akuades. Volume sampel optimum yang dipilih adalah 100 mL dikarenakan pada
penggunaan volume sampel 100 mL seluruh kreatin yang ada tepat berikatan
dengan sejumlah reagen yang telah disediakan. Pengaruh konsentrasi NaOH sebagai
reagen untuk pembentuk suasana basa dalam pembentukan senyawa kreatin-pikat.
Konsentrasi NaOH optimum yaitu 3% karena pada konsentrasi tersebut sensitifitas
pengukuran lebih tinggi. Pengaruh konsentrasi asam pikrat yaitu sebagai reagen
untuk pembentuk senyawa dengan kreatin. Absorbansi akan semakin meningkat
dengan bertambahnya konsentrasi asam pikrat. Dari hasil uji analisa kadar kreatinin
dalam urin diperoleh nilai absorbansi yang kemudian diplotkan dengan
menggunakan kurva baku kreatinin dengan persamaan garis lurus yang diperoleh
yaitu y = 0,00016x + 0,00670, sehingga akan diperoleh besarnya konsentrasi
kreatinin yang terdapat dalam masing-masing urin. Berdasarkan hasil uji sampel
urin pada kondisi optimumnya diketahui bahwa konsentrasi kreatinin yang terdapat
pada masing-masing urin berbeda-beda pada pada berbagai individu tergantung dari
berbagai faktor seperti jenis kelamin, berat badan, kebiasaan hidup sehari-hari
misalnya banyak konsumsi air putih serta macam makanan yang berbeda-beda yang
dikonsumsi pada setiap individu (Sulistyarti, 2011: 165).
Pemeriksaan kadar protein urin sebelum sprint 19 subjek mendapatkan nilai
0-15 mg/dl dan 9 subjek mendapatkan nilai 15-30 mg/dl. Hasil ini menunjukkan
bahwa pada usia 17-19 tahun fungsi ginjal masih bekerja dengan baik sehingga
kadar protein urin yang didapat sebelum melakukan sprint cenderung normal. Sel-
sel ginjal mulai mati sejak usia mencapai 20 tahun, namun penyusutan secara
bertahap umumnya tidak terlihat sampai usia mencapai 40 tahun. Penelitian lain
juga dilakukan oleh Arabpourian yang melakukan penelitian terhadap 15 atlet
wanita dan 30 subjek bukan atlet. Jenis latihan yang diberikan adalah latihan fisik
kronis jenis aerobik yaitu jogging 1600 m. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan latihan fisik. Arabpourian mendapati peningkatan protein urin
pada kedua kelompok subjek setelah melakukan latihan fisik kronis. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan fisik akut dan kronis terhadap kadar
protein urin,tetapi peningkatan yang terjadi tergantung dari intensitas latihan yang
diberikan (Limuria, 2016: 66-67).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1. Gelas Ukur 1 Untuk mengukur
volume larutan

2. Pipet Tetes 1 Untuk mengambil


sampel larutan dalam
jumlah sedikit

3. Tabung Reaksi 1 Di gunakan untuk


mereaksikan sampel
pada saat uji kualitatif
4. Gelas Kimia 1 Untuk mereaksikan
larutan

5. Spatula 1 Untuk mengambil


bahan dalam wujud
padatan
6. Rak Tabung 1 Di gunakan sebagai
Reaksi tempat tabung reaksi

7. Kasa Asbes 1 Sebagai alas saat


melakukan
pemanasan dikaki tiga

8. Kaki Tiga 1 Sebagai penyangga


pembakat spritus

9. Pembakar 1 Sebagai sumber panas


Spritus saat melakukan
pemanasan

10. Penjepit tabung 1 Menjepit tabung


reaksi pada saat
dipanaskan pada
pembakar bunsen
11. Selang 1 Untuk mengalirkan
uap
12. Corong Biasa 1 Untuk menyaring
larutan

13. Neraca Analitik 2 Untuk mengukur beat


dari suatu zat

14. Kaca Arloji 1 Digunakan sebagai


wadah untuk
penimbangan
15. Lap 1 Untuk membersihkan
alat

2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
1. Amonium Khusus - Titik leleh 70oC - Terlarut dalam air
Oksalat - Titik didih 70oC - Pereaksi untuk
- Padatan berwarna identifikasi kation
putih Ca2+
2. Asam Asetat Khusus - Cairan tak - Bereaksi dengan
berwarna alcohol
- Berbau tajam menghasilkan ester.
- Titik lebur: 17 oC
- Titik didih: 116-
118
3. Asam Nitrat Khusus - Berbau tajam - Pada suhu biasa
Pekat - Wujud zat: cairan, akan terurai oleh
jernih-kuning sinar
- Titik didih 86 0C - Dapat bereaksi
dengan unsure-
unsur logam serta
dapat melarutkan
semua logam
kecuali emas (Au)
dan platina (Pt)
4. Barium Klorida Khusus - Massa molar - Larut dalam air dan
3.856 g/cm3 alcohol
- Padatan putih - Struktur kristal
orthogonal
5. Asam Klorida Khusus - Massa atom 36,45 - Racun bagi
- Massa jenis 3,21 pernapasan
gram/cm3 - Merupakan
- Titik leleh -10100C oksidator kuat
- Energi ionisasi - Berasap tebal di
1250 kJ/mol udara lembab
- Berbau tajam - Gasnya berwarna
kuning kehijauan
dan berbau
merangsang
6. Natrium Khusus - Titik lebur 3180C - Mudah larut dalam
Hidroksida - Tidak berwarna air dan ethanol
- Tidak berbau
7. Barium Khusus - Berbentuk kristal - Merupakan larutan
Hidroksida - Berwarna putih basa
- Tidak berbau - Larutan anorganik
- Tidak beracun
8. Amonium Khusus - Berbentuk cair - Tidak dapat
Hidroksida - Berbau tidak sedap diisolasi
- Tidak berwarna - Tidak stabil
- Merupakan larutan
basa
9. Natrium Nitro Khusus - Berupa serbuk atau - Mudah larut dalam
Prusid Kristal air
- Berwarna coklat - Sedikit larut dalam
kemerahan alcohol
- Tidak berbau - Tidak larut dalam
benzene
10. Asam Oksalat Khusus - Berupa kristal - Larut dalam air
putih - Merupakan agen
pereduktor
11. Tembaga Sulfat Khusus - Berwarna biru - Larut dalam air
terang dalam - Beracun
bentuk pentahidrat - Irritant
- Berwarna abu –
abu putih dalam
bentuk anhidrat
12. Aquadest Umum - Cairan bening tak - Pelarut polar
berwarna - Merupakan ion H+
0
- Titik didih 100 C yang berasosiasi
dengan OH-
13. Urea Khusus - Titik leleh 132 oC - Mudah larut dalam
- Berat molekul air
60,056 - Tidak mudah
terbakar
14. Glukosa Khusus - Berupa padatan - Rumus molekul
- Berwarna putih (C6H12O6)
kristal - Mudah larut dalam
- Tidak berbau air
15. Perak Nitrat Khusus - Padatan kristal - Larut dalam air
- Tidak berwarna - Merupakan garam
- Tidak berbau - Oksidator kuat
16. Amonium Khusus - Berupa kristal - Berbahaya
Molibdat - Biasanya tidak menyebabkan
berwarna atau iritasi
berwarna agak - Beracun
kehijauan atau - Tidak mudah
kekuningan terbakar
17. Pereaksi Khusus - Berupa kristal - Larut dalam air
Nessler yang berwarna - Larut dalam
kuning alcohol, eter dan
- Tidak berbau aseton
18. Pereaksi Khusus - Cairan - Cairan korosif
Benedict - Tidak berbau - Tidak muda
terbakar
- Bersifat basa lemah
- Irritant
19. Pereaksi Khusus - Berupa cairan - Mudah larut dalam
Fehling - Titik didih air
dikenal terendah - Tidak larut dalam
adalah 100oC n-oktanol
20. Fenol Merah Khusus - Titik didih 182oC - Iritasi dengan
- Titik leleh 41oC aldehid-keton
- Korosif dan
beracun
21. Serbuk Kedelai Umum - Berupa padatan - Mudah larut dalam
dalam bentk air
serbuk
E. Prosedur Kerja
 Penentuan zat – zat organik
1. Cl-

Urine

- Memasukkan sebanyak 3 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 5 tetes HNO3 encer
- Mengamati

2. PO43-

Urine

- Memasukkan sebanyak 3 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 1 mL ammonium molibdat
- Menambahkan 3 HNO3 pekat
- Mengamati

3. SO42-

Urine

- Memasukkan sebanyak 3 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 1 mL BaCl2 0,1 M
- Menambahkan 5 tetes HCl 0,1 M
- Mengamati
4. NH4+

Urine

- Memasukkan sebanyak 3 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 5 tetes NaOH 0,1 M sampai suasana basa
- Menguji dengan kertas lakmus
- Membagi kedalam dua tabung

Tabung 1 Tabung 2

- Memanaskan sambil - Memanaskan sambil


mengalirkan gas mengalirkan gas
sebanyak 2 mL larutan sebanyak 2 mL
Ba(OH)2 pereaksi nessler
- mengamati - mengamati

5. Ca2+

Urine

- Memasukkan sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 1 mL ammonium oksalat jenih
- Menambahkan 5 tetes asam asetat pekat
- Mengamati
6. Mg2+

Urine

- Memasukkan sebanyak 10 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan beberapa tetes NaOH 0,1 M sampai suasana basa
- Menambahkan beberapa tetes asam asetat 0,1 M sampai suasana
asam
- Menambahkan beberapa tetes ammonium oksalat jenuh sampai
terbentuk endapan
- Menyaring filtrate lalu menambahkan 2 mL NH4OH 6 M
- Menutup larutan dengan kapas
- Mengamati

7. Tes Nitropusit Kreatin

Urine

- Memasukkan sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 5 tetes Natrium nitropusit 0,1 M
- Menambahkan 5 tetes NaOH 0,5 M sampai warne merah
terbentuk
- Memanaskan sampai mendidih
- Mengasamkan dengan asam asetat
- Memanaskan selama 1 menit
- Mengamati
8. Tes gula – gula pereduksi

Urine

- Memasukkan kedalam 3 tabung reaksi masing – masing


sebanyak 5 tetes

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- Menambhakan 5 mL - Menambhakan 5 mL - Menambhakan 5 mL


pereaksi benedict pereaksi fehling pereaksi tollens
- Memasukkan kedalam - Memasukkan kedalam - Memasukkan kedalam
gelas kimia yang gelas kimia yang gelas kimia yang
berisi air mendidih berisi air mendidih berisi air mendidih
- mengamati - mengamati - mengamati

Urine

- Memasukkan kedalam 3 tabung reaksi masing – masing


sebanyak 5 tetes

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- Menambhakan 5 mL - Menambhakan 5 mL - Menambhakan 5 mL


pereaksi fehling pereaksi benedict pereaksi tollens
- Memasukkan kedalam - Memasukkan kedalam - Memasukkan kedalam
gelas kimia yang gelas kimia yang gelas kimia yang
berisi air mendidih berisi air mendidih berisi air mendidih
- mengamati - mengamati - mengamati
9. Tes koagulasi protein

Urine

- Memasukkan sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi


- Memanaskan selama 5 menit
- Menambahkan 10 mL asam asetat 0,1 M dalam keadaan panas
- Mengamati perubahan
- Menambahkan kembali asam asetat setetes demi setetes hingga
berlebih
- Mengamati dan mencatat perubahan

10. Reaksi penguraian urea dan urease

Urine

- Memasukkan sebanyak 3 mL kedalam tabung reaksi


- Menambahkan 4 tetes fenol merah 0,04%
- Menambahkan 4 tetes NaOH sampai terbentuk warna merah
jambu
- Menambahkan 0,5 gram serbuk kedelai
- Mengocok dan mengamati

11. Pembentukan urea oksalat

Urea

- Memasukkan sebanyak 2 tetes ke kaca arloji


- Menambahkan 2 tetes oksalat 0,1 M
- Mengaduk dan mengamati perubahan
Urine

- Memasukkan sebanyak 2 tetes ke kaca arloji


- Menambahkan 2 tetes oksalat 0,1 M
- Mengaduk dan mengamati perubahan

12. Pembentukan biuret

Urea

- Memasukkan sebanyak 1 gram kedalam tabung reaksi


- Memanaskan sampai meleleh
- Mencium bau yang timbul
- Mendinginkan sampai beku
- Menambahkan 2 mL aquadest
- Mengocok
- Menambahkan 1 mL NaOH 2,5 M
- Menambahkan beberapa tetes CuSO4 0,01 M sampai terjadi
perubahan warna
- mengamati
F. Hasil Pengamatan

No Aktivitas Hasil Uji


1 Cl-
3mL urine + 5 tetes AgNO3 0,1 Larutan berwarna kuning +
M→ keruh dan ada endapan

2 PO43-
3 mL urine + 1mL
(NH)4MO7O24 1 M → Larutan berwarna kuning +
+ 3 tetes HNO3 pekat → Larutan berwarna hijau dan
terdapat endapan hijau

3 SO42-
3 mL urine + 1mL BaCl2 0,1 M
→ Larutan kuning keruh
+5 tetes HCl pekat, dikocok → Larutan kuning keruh dan +
terdapat endapan putih

4 NH4+
3mL urine + 5 tetes NaOH
0,1M → Larutan berwarna kuning

Diuji dengan lakmus biru Lakmus tetap berwarna biru +

Larutan dibagi dua:


 Larutan I dipanaskan dan
gas yang terbentuk di
alirkan ke larutan
Ba(OH)2→ Larutan keruh
 Larutan II dipanaskan dan
gas yang terbentuk di
alirkan kelarutan pereaksi
Nessler→ Larutan berwarna jingga
5 Ca2+
5 mL urine + 1 mL
(NH)4C2O4 jenuh → Larutan berwarna kuning

+ 3 tetes CH3COOH pekat→ Terdapat endapan putih +

6 Mg2+
10 mL urine + beberapa tetes
NaOH 0,1 M→ Berwarna kuning dengan
suasana basa
Uji lakmus merah→ Lakmus merah menjadi biru +
+ CH3COOH beberapa tetes ,
uji lakmus biru→ Lakmus biru menjadi merah
+(NH4)2C2O4 jenuh → dan terdapat endapan
Larutan disaring→ Filtrat: larutan kuning
filtrat+ NH4OH 6M dan tutup Terdapat endapan putih
dengan kapas. Biarkan
semalaman →

7 Tes nitroprusid kreatinin


 5 mL urine + 5 tetes
natrium nitroprusid 0,1 M
→ Larutan berwarna jingga
+ 5 tetes NaOH 0,5M
didihkan→ Larutan berwarna merah _
+ CH3COOH 0,1 M
dipanaskan → Larutan berwarna jingga tua
 5 mL urine + 5 tetes (berbusa)
natrium nitroprusid 0,1 M
→ Larutan berwarna jingga _
+ 5 tetes NaOH 0,5 M → Larutan berwarna merah
Didihkan→ Larutan berwarna jingga
+Ba(OH)2 0,1M
dipanaskan → Larutan berwrna jingga dan
terdapat endapan putih (keruh)
8 Tes gula-gula pereduksi
 Pereaksi fehling
5 tetes urine + 5 mL
pereaksi fehling → Larutan berwarna biru tua
Dipanaskan→ Terbentuk endapan merah bata +
5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi fehling→ Larutan berwarna biru tua
Dipanaskan → Endapan merah bata

 Pereaksi benedict
5 tetes Urine + 5 mL Larutan berwarna biru muda

pereaksi Benedict → Terbentuk endapan merah bata

dipanaskan→ Larutan berwarna biru muda +

5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi Benedict → Terbentuk endapan merah bata

Dipanaskan→ Larutan berwarna coklat dan


terdapat endapan

 Pereaksi tollens
Pembuatan
5mL AgNO3 5 % +
+ 5 mL NaOH 5 %→ Larutan berwarna coklat

 5 tetes urine + 5 mL
pereaksi tollens, → Larutan berwarna cokelat
dipanaskan→ kehitaman dan tidak ada
endapan

 5 tetes glukosa 1 % + 5
mL pereaksi tollens→ Larutan berwarna cokelat

dipanaskan→ larutan berwarna coklat dan


tidak terbentuk endapan

9 Tes koagulasi protein


5 mL urine dididihkan→ Larutan keruh dan terbentuk -
endapan putih
+10 ml CH3COOH 0,1M
sampai berlebih→ Larutan bening

10 Penguraian urea
 3 mL urea 0,1 M + 4 tetes
fenol merah→ Larutan tidak berwarna
+ 4 tetes NaOH 0,1M→ Larutan tidak berwarna

+0,5 gram kedelai dikocok Larutan tidak berwarna dan


→ ada endapan kuning +

 3 mL urine + 4 tetes fenol Berwarna kuning


merah 0,004 %→ Berwarna kuning

+ 4 tetes NaOH 0,1 M → Endapan kuning dan ada

0,5 gr kedelai dikocok→ endapan +


11 Pembuatan urea oksalat
 2 tetes urea 0,1 M pada
kaca objek + 2 tetes H2C2O4
0,1 M→ Bening
 2 tetes urine 0,1 M pada +
kaca objek + 1 tetes
H2C2O4 0,1 M→ Agak kuning

12 Pembentukan biuret
 1,0071 gram urea
dipanaskan → Uap berbau ammonia
didinginkan Larutan membeku
+ 2 mL aquades→ Tidak larut
+ 1 NaOH 2,5M 1mL → Larut
+ setetesdemi setetes
CuSO4 0,01 M→ Larutan berwarna ungu
1 mL urine dipanaskan→ Berbau ammonia
+ 2 mL aquades→ Berwarna keruh

+ 2 mL NaOH 2,5M → Berbentuk suspensi +

+ Setetes demi setetes


CuSO4 0,01M→ Larutan berwarna biru
G. Pembahasan
Percobaan ini berjudul urine, dimana urine yaitu cairan yang dibuang dari dalam tubuh
melalui sistem saluran kencing yang teridiri dari atas ginjal, ureter, kandung kencing,
uretra, mengandung berbagai bahan yang berlebihan dan tidak diperlukan lagi oleh
tubuh, air kencing (Sari, 2010:326). Urin itu terdiri dari urea, asam urat, vitamin,
mineral, antibody, antialergen, asam amino esensial dan non-esensial, hormone, enzim,
dan zat-zat nutrien lain yang sangat berharga bagi tubuh (Budiarso, 2002: 11). Urine
yang digunakan sebagai sampel adalah urine laki-laki, karena pada urine laki-laki lebih
banyak mengandung kreatinin, urine laki-laki juga tidak sekompleks urine wanita.Urine
laki-laki memiliki volume yang lebih banyak dari pada wanita.Sampel urine yang
digunakan diambil setelah tidur atau di pagi hari, hal tersebut disebabkan karena urine
tersebut lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan pada siang hari, urine pada siang
hari cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dan tes
kehamilan.Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi zat-zat yang terkandung di
dalam urine, dan untuk membedakan antara kandungan urin normal dan urine
abnormal. Ada beberapa pengujian yang dilakukan pada percobaan ini yaitu:
1. Cl-
Pengujian ion klorida dilakukan dengan mereaksikannyaAgNO3, dimana
urine ditambahkan dengan AgNO3 0,1 M, perlakuan ini menghasilkan larutan yang
berwarna kuning. Hasil yang diperoleh ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakanbahwa bila larutan perak nitrat bereaksi dengan ion klorida akan
menghasilkan endapan perak klorida yang berwarna putih (Svehla, 1990: 346).
Adapun reaksi yang terjadi:
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
(endapan putih)
Percobaan ini ion Cl- berfungsi untuk menjaga kesetimbangan asam basa
dalam tubuh. Adanya kandungan Cl- pada urine merupakan hal yang baik karena
apabila Cl- tidak terdapat dalam tubuh ataupun tidak dikeluarkan oleh tubuh maka
akan menimbulkan penyakit.
2. PO43-
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan urine dengan ammonium
molibdat 1 M serta HNO3pekat. HNO3 pekat berfungsi untuk mengasamkan larutan.
Sedangkan Ammonium molibdat berfungsi untuk menghasilkan endapan berwarna
putih yang menandakan bahwa urine mengandung fosfat. Pada percobaan ini
endapan yang diperoleh berwarna hijau dan larutan yang berwarna hijau. Hal ini
sesuai dengan teori di mana penambahan reagensia ammonium molibdat terhadap
larutan phospat menghasilkan endapan fosfomolibdat yang kuning keristalan
(Svehla, 1990: 378). Adapun reaksi yang terjadi :
HPO42- + 3NH4+ + 12MoO42- + 23H+ → (NH4)3[P(Mo3O10)4]↓ + 12 H2O
(endapan kuning)
3. SO42-
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan adanya ion SO42- pada urine,
yaitu dilakukan dengan mencampurkan urine dan BaCl2 0,01 M dan HCl 0,1 M, dan
menghasilkan larutan keruh. Fungsi dari HCl yaitu untuk memberi suasana asam
pada larutan.Selain itu, HCl berfungsi untuk memutus ikatan pada BaCl2 dan
mempercepat reaksi dan sebagai pemberi suasana asam.BaCl2 untuk mengikat sulfat
menjadi BaSO4 yang mengendap. Percobaan ini menunjukkan uji positif yaitu
dengan terbentuknya endapan putih dan larutan yang berwarna kuning keruh.Hal ini
sesuai dengan teori bahwa penambahan BaCl2 dan ion SO42- akan menghasilkan
endapan putih BaSO4 dan diendapkan oleh asam klorida (Svehla, 1985 : 369-370).
Adapun persamaan reaksinya yaitu:
SO42- + BaCl2 + HCl  BaSO4 + 3Cl- + H+
4. Uji NH4+
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya ion NH4+
pada urine. Percobaan ini dilakukan dengan cara urine ditambahkan NaOH 0,1
M.Penambahan NaOH bertujuan untuk memperoleh larutan yang bersifat basaagar
terbentuk ion NH3 dalam urin. Percobaan ini dihasilkan larutan kuning kemudian
campuran dibagi dua yaitu pada perlakuan larutan dipanaskan dan gasnya dialirkan
melalui selang karet ketabung yang berisi larutan Ba(OH)2 dan menghasilkan
larutan berwarna keruh. Hal ini telah sesuai dengan yaitu jika ion NH4+ direaksikan
dengan Ba(OH)2 akan membentuk endapan putih (Ba2+) (Svehla, 1985: 378).
Selanjutnya pada perlakuan ke dua larutan dipanaskan dan gas yang terbentuk
dialirkan ke tabung yang berisi pereaksi Nessler dan menghasilkan larutan yang
berwarna jingga hal ini menandakan adanya ion NH4+ pada urine.Fungsi pereaksi
Nessler dan Ba(OH)2 yaitu untuk membebaskan ion (HgI4) da ion Ba2+. Adapun
reaksinya yang terjadi yaitu:
Perlakuan pada tabung I :
NH4 + OH- NH3 (s) + H2O
NH4+ + Ba(OH)2 NH4OH + Ba2+
Perlakuan pada tabung II:
NH3 + 2HgI42- + 4OH- → HgO.Hg(NH2)I + 7I- + 3H2O
5. Uji Ca2+
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya Ca2+ pada urin. Pengujian ini
dilakukan dengan cara urine ditambah dengan amonium oksalat sehingga
menghasilkan larutan kuning, kemudian ditambahkan dengan asam asetat 0,1 M,
sehingga menghasilkan endapan putih, hal ini menandakan bahwaurine negatif
mengandung Ca2+. Amonium oksalat berfungsi sebagai penyedia ion oksalat yang
akan berikatan dengan ion kalsium menghasilkan endapan putih.Asam asetat
berfungsi sebagai pencegah kelarutan endapan dari kalsium oksalat agar dapat
diidentifikasi.Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa jika ion kalsium Ca2+
ditambahkan ammonium oksalat maka akan terbentuk endapan putih kalsium
oksalat (Svehla, 1985 : 302). Adapun reaksinya yaitu:

Ca2+ + (NH4)2C2O4 CaC2O4 + 2NH4+


6. Uji Mg2+
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya Mg2+ pada urine. Pada
percobaan ini dilakukan dengan cara urine ditambahkan dengan NaOH 0,1 M untuk
menghasilkan larutan kuning.Larutan bersifat basa di tandai dengan kertas lakmus
merah berubah menjadi biru dan biru tetap berwarna biru. Penambahan NaOH 0,1
M untuk memberi suasana basa. Selain itu, fungsi NaOH yaitu sebagai pereaksi
yang mengikat Mg2+ membentuk Mg(OH)2.Kemudian di tambahkan CH3COOH
0,1 M, menghasilkan larutan kuning jernih, penambahan CH3COOH 0,1 M untuk
memberi suasana asamdan mengurai Mg(OH)2 menjadi Mg2+ dan menghasilkan
larutan berwarna kuning. Kemudian ditambahkan lagi NH4OH 6 M sampai
terbentuk endapan putih. Fungsi NH4OH untuk mengendapkan ion Mg2+ dan
menghasilkan endapan putih MgC2O4.Hal ini sesuai dengan teori dimana urin
mengandung ion Mg2+ (Sumardjo, 2006 : 19).Adapun reaksinya yaitu :
Mg2+ + 2NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
Mg(OH)2 + CH3COOH CH3COO- + Mg2+ + H2O
Mg2+ + (NH4)2 C2O4 MgC2O4 + 2NH4+
7. Tes Nitroprusid Kreatinin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya nitroprusid kreatinin pada
urine. Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan natrium
nitroprusid 0,1M menghasilkan larutan berwarna jingga jika ditambahkandengan
NaOH 0,1 M, kemudian didihkan, lalu ditambahkan CH3COOH, dan dipanaskan
dan menghasilkan campuran yangberwarna jingga tua. Fungsi CH3COOHuntuk
mengasamkan larutan dan dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi.NaOH
berfungsi sebagai pemberi suasana basa. Dimana hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwa jika kreatinin ditambahkan nitroprusid dalam larutan basa akan dihasilkan
warna merah delima, warna merah berubah menjadi kuning jika diasamkan dengan
asam asetat glasial dan berubah menjadi hijau kemudian berubah lagi menjadi biru
karena terbentuknya biru prusian (Tim Dosen Biokimia, 2017: 21-22).Adapun
persamaan reaksinya yaitu:
Na[Fe(CN)5NO] + NaOH + 2CH3COOH → [Fe(CN)5NO5]2+ + OH-
8. Tes-Tes Gula Pereduksi
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah urine mengandung gula-
gula pereduksi atau gula-gula sederhana yang mempunyai gugus di akhir bebas,
dapat mereduksi eksidator lemah seperti Fehling, Benedict dan Tollens. Percobaan
ini dilakukan dengan cara:
a. Uji Benedict (Urine dan Glukosa)
Urine ditambahkan pereaksi Benedict dan dipanaskan sehingga
menghasilkan larutan berwarna biru muda. Sedangkan glukosa 1% yang
ditambahkan pereaksi Benedict menghasilkan warna merah bata,hal ini sudah
sesuai karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna merah bata.Hal ini
telah sesuai dengan teori karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna
merah bata (Tim Dosen, 2016: 21-22). Adapun persamaan reaksi untuk uji
benedict:
CH2OH CH2OH CH2OH
o OH
-H2O
OH OH C O C O
HO
2+ - OH
HO OH + 2Cu + 5OH HO O-
+ Cu2O + 3H2O
OH OH (pereaksi benedict) OH merah bata
(D-Glukosa)
( asam glukonat)

b. Uji Fehling (Urine dan Glukosa)


Urine dicampurkan pereaksi Fehling lalu dipanaskan sehingga larutan
berwarna biru, sedangkan pada glukosa 1% yang dicampurkan dengan pereaksi
Fehling menghasilkan larutan biru tua dan terdapat endapan merah bata.Hal ini
telah sesuai dengan teori karena ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarna
merah bata (Tim Dosen, 2016: 21-22). Adapun persamaan reaksi untuk uji uji
fehling yaitu:

CH2OH CH2OH CH2OH


o OH
-H2O
OH OH C O C O
2+ - OH
HO HO OH + 2Cu + 5OH + Cu2O + 3H2O
HO O-
OH OH
(D-glukosa)
(pereaksi fehling) OH merah bata

(asam glukonat)

c. Uji Tollens (Urine dan Glukosa)


Urine dicampurkan dengan pereaksi tollens menghasilkan larutan larutan
berwarna coklat kehitaman dan tidak ada endapan ketika dipanaskan, kemudian
untuk glukosa 1% yang dicampurkan dengan pereaksi tollens menghasilkan
cermin perak, hal ini telah sesuai karena pereaksi tollens (Ag+) akan direduksi
menjadi (Ag) yang menghasilkan cermin perak. Tujuan dipanaskan untuk
mempercepat jalannya reaksi. Percobaan dengan menggunakan glukosa 1%
yang kemudian ditambahkan dengan pereaksi Tollens dan dipanaskan terdapat
gula pereduksi. Identifikasi adanya gula perduksi dalam urin dengan
menggunakan pereaksi Tollens dapat diketahui dengan terbentuknya cermin
perak yang terlihat pada dinding tabung reaksi, dimana cermin perak yang
terbentuk merupkan hasil reaksi reduksi ion Ag+ menjadi Ag (Tim Dosen
Biokimia, 2017: 21). Adapun persamaan reaksinya yaitu :

CH2OH CH2OH CH2OH

O O AgNO3 O
-H2O OH + Ag
OH C=O OH C= O
OH OH OH
OH
OH cermin perak
OH OH
(D-glukosa)
(asam glukonat)

9. Test koagulasi protein


Percobaan ini untuk menguji adanya protein dalam urine dengan cara urine
disaring dahulu untuk memisahkan filtrat dan residu, lalu dipanaskan. Lalu
ditambahkan asam asetat 0,1 M menghasilkan larutan kuning keruh dan terdapat
endapan putih. Fungsi asam asetat yaitu untuk mengetahui adanya protein yang
mengendap.Hal ini telah sesuai dengan teori karena seharusnya pada saat
penambahkan asam asetat berlebih akan terbentuk endapan, akan tetapi hasilnya
negatif, hal ini berarti urine tersebut tidak mengandung protein dan adanya
kesalahan dan kurang telitinya praktikan pada saat percobaan dilakukan. Adapun
persamaan reaksinya:
COO- COOH

H3N+ - C - H + H+ H3N+ - C - H

R R

(asam-α amino) (ion zwitter)

10. Tes Penguraian Urea oleh Urease


Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan urea dengan fenol
merah 0,04% maka dihasilkan larutan tidak berwarna, lalu ditambahkan NaOH 0,1
M menghasilkan larutan tidak berwarna. Fungsi fenol merah yaitu sebagai indikaor
asam basa, jika larutan berwarna kuning (asam) dan basa (merah-merah jambu)
(Yasin, 2013). Lalu ditambahkan dengan serbuk kedelai larutan berubah menjadi
larutan tidak berwarna danada endapan kuning. Fungsi serbuk kedelai yanitu sebgai
sumber urease (suatu enzim engurai urea). Adapun persamaan reaksinya yaitu :
O
Urease
NH2 CO2 + 2NH
H2O
H2N

11. Pembentukan Urea-Oksalat


Percobaan ini dilakukan dengan cara untuk perlakuan pertama urea 0,1 M
ditambah asam oksalat 0,1 M menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Hal ini
tidak sesuai yang menandakan urine negatif tidak ada mengandung urea.Sedangkan
perlakuan kedua dilakukan dengan mereaksikan urin dengan asam oksalat
berfungsi untuk mengidentifikasi adanya urea. Menghasilkan larutan bening. Hal ini
menandakan bahwa urin mengandung urea.Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan
teori (Halimah, 2016) yang menyatakan bahwa urin mengandung urea yang jika
direaksikan dengan asam oksalat akan menghasilkan endapan urea oksalat. Adapun
reaksi yang terjadi yaitu:
O
NH2 + H2C2O4 O=C=C2O4 + 2NH3
H2N
12. Pembentukan Biuret
Percobaan bertujuan untuk mengidentifikasi adanya urea pada urin, pada
percobaan ini urea dipanaskan sehingga menghasilkan bau tengik, dan padatan
putih, kemudian didinginkan lalu ditambahkan aquades kemudian dikocok agar
tercampur secara homogen. Fungsi aquades yaitu untuk melarutkan urea. Lalu
ditambahkan dengan NaOH 2,5 M, kemudian ditambahkan CuSO4 0,01 M sehingga
terbentuk larutan yang berwarna ungu.Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika urea
dipanaskan maka akan terbentuk amoniak yang berbau tengik, asam sianurat dan
biuret (Tim Dosen, 2016 : 23).Adapun reaksi yang terjadi yaitu:

H2N C NH2 + 2Cu2+ + OH


- H2N C NH2 + Cu2O + H2O

O O

H2N C NH2 + H2N C NH2 H2N C NH C NH2 + NH2

O O
Urea Biuret
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Zat-zat yang terkandung didalam urine berupa zat anorganik diantaranya yaitu
berupa kation, seperti Ca2+, Mg2+, dan NH4+ dan yang berupa anion seperti Cl-, PO4-
dan SO42-. Sedangkan zat organic berupa urea, asam urat dan kreatinin.
b. Kandungan urin yang normal berbeda dengan kandungan urin abnormal. Dimana
hasil percobaan yang telah dilakukan urin tersebut termasuk urin abnormal karena
ditemukan adanya zat-zat yang berupa protein maupun glukosa.
DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M dan Pamela L. Swearingen. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam
Basa. Jakarta: EGC.

Limuria, Paul Y. 2016. Pengaruh latihan fisik akut terhadap kadar protein urin pada
mahasiswa angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol. 4, No. 1.

Poedjiadi anna, dan titin supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta. UI. Press.

Sulistyarti, Hermin., Akhmad Sabarudin., Yudha Ikoma Istanti dan Eka Ratri Noor
Wulandari. 2011. Penentuan Kreatinin dalam Urin Secara Kolorimetri dengan
Sequential Injection-Flow Reversal Mixing (SI-FRM). Sains dan Terapan Kimia.
Vol. 5, No.2.

Sumardjo, D. 2008. Pengantar kimia. Jakarta : EGC.

Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Syuhada, Noormartani, Muhammad alamsyah, dan nina susanna dewi. 2012. Korelasi
proteinuria metode rasio albumin kreatinin urin dengan metode nomatografi pada
preklamsi. Micro. Vol. 44.No.4.

Taufiq , Muhammad Izzuddin. 2006. Al-Qur’an dan Embriologi. Solo: Penerbit Tiga
Serangkai.

Tim Dosen Biokimia. 2017. Penuntun praktikum Biokimia. Makassar. Penerbit UNM.

Anda mungkin juga menyukai