Portugis
Spanyol
Belanda
Inggris
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi
kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan,
mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang
dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak,
memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun memiliki
beberapa kebijakan, yaitu:
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang
melakukan korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan
moral para pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di
Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang
saat itu dikuasai Perancis.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak
tahun 1830. Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan,
seperti waktu tanam yang melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya
bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat harus menyediakan sampai
setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak positif
karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan
mengetahui cara tanam yang baik.
Pada tahun 1870 Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka
yang tertuang dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan
tanah pribumi dan pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik pintu
terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi pengembangan usaha
perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja
bebas.
Perkembangan Agama Kristen
Agama Katolik dibawa oleh kaum misionaris Portugis, salah satunya St.
Fransiskus Xaverius (1506-1552) yang mengunjungi Ambon, Ternate dan
Halmahera pada tahun 1546-1547. Selain Portugis, Belanda juga
menyebarkan agama Protestan oleh Ludwig Ingwer Nommensen. Ia berhasil
melakukan kristenisasi di Sumatera Utara. Hingga kini, Protestan
merupakan agama yang dominan di Provinsi Sumatera Utara.