Pendahuluan
1. Latar Belakang
KONTRASEPSI mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya,
wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual.
Menurut sebuah studi baru yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah menjalani
sterilisasi untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi seksual setelah itu.
Para peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan
prosedur tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap masalah-masalah seksual tertentu.
Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks daripada wanita lain.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pelayanan KB
4. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memperluas pengetahuan kita semua (pembaca) mengenai KB
tubektomi yang merupakan metode kotrasepsi mantap wanita. Sehingga diharapkan,dengan
makalah ini, para pembaca dapat mengerti dan paham mengenai metode kontrasepsi ini.
5. Metode
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode deskripsi, eksposisi, argumentasi dan kajian
pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Sterisilisasi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi
namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali
menyambung setelah dipotong atau ditutup.
A. PENGERTIAN
B. CARA
Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi kemudian
menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
C. JENIS
Minilaparotomi
D. MEKANISME KERJA
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
E. KEUNTUNGAN
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
F. KERUGIAN
Kerugiannya, bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat
kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan
memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis. Bila Anda memiliki keraguan, diskusikan
dengan dokter dan pasangan Anda.
G. KETERBATASAN
Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan rekanalisasi
Klien dapat menyesal di kemudian hari
Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses
laparoskopi)
Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
H. ISU-ISU KLIEN
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani
oleh klien sebelum prosedur dilakukan
I. EFEK SAMPING
Penanggulangan KIE:
Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar
atau kecil.
Penanggulangan KIE:
Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan
ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka
pasca operasi
3) Perforasi rahim
Penanggulangan KIE :
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
Penanggulangan KIE :
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
5) Perlukaan usus
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik
operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan
anatomi tubuh yang rumit
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia
6) Perdarahan mesosalping
Penanggulangan KIE :
Hamil
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan
paru yang berat
Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu
atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
L. WAKTU DILAKUKAN
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak
hamil
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua
(minilap saja)
Prosedur Kerja
a. Tubektomy
1. Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
2. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi
kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
3. Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
4. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat menggunakan alat
bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya
dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan
lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat
pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan
membutuhkan sayatan yang lebih besar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang
disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi
wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan kategori ;
Keuntungan tubektomi :
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
Kontraindikasi :
Hamil
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
Laparoskopi juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan
paru yang berat
Jika ada permintaan sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi pada ibu
atau janin maka permintaan tersebut bisa di tolak
DAFTAR PUSTAKA
Arjoso, S. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi Jawa
Timur. Surabaya : BKKBN.
Joewono, HT. 1995. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: NRC-POGI-
Depkes-BKKBN-YBPSP-JHPEIGO.