Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

HIDROKEL
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Penyakit Dalam RSUD Saras Husada Purworejo

Disusun Oleh :

Lutfhi Arshaldo Cakranegara

20110310202

Pembimbing :
dr. Syamsul Burhan, Sp. B

SMF BEDAH
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

HIDROKEL

Telah disetujui pada tanggal Juni 2016

Oleh :

Pembimbing Kepaniteraan Klinik Bedah

dr. Syamsul Burhan, Sp. B

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,


yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum
sehingga skrotum membengkak.

Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel
dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun
dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang
dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang
yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
B. Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan
parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel
spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,
sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam

4
menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli
seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu
setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
serta cairan prostat menbentuk cairan semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.

5
C. Etiologi Hidrokel
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan
yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus.

Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. Hidrokel Primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang
melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini
tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan
cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel Sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat
disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang
atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang
keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1. Hidrokel Akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel Kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan
nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel Testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.
Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel Funikulus.

6
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis.
Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam
rongga abdomen

D. Patogenesis Hidrokel
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan
peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.
Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut
tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan
di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan
Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar
testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal
sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi
dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap
sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis.
Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen.
Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk

7
ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup,
dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot
polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat
patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar
terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian
terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus
vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan
yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen.
Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang
dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.

E. Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang

8
sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus,
dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan
metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga


testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
F. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan

9
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.

G. Pemeriksaan Penunjang
1.Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa
skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak
dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
2.Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan
kemungkinan adanya tumor.
H. Diferential Diagnosis
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama
dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis
banding hidrokel adalah :
Hernia Ingunalis:

10
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah
testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul,
sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes
transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia
inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan
dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang
dapat terjadi.

Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung,
yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak
hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.

Torsio Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan
vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah
daripada testis.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi

11
testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus
terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal
jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus
- Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya
reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau
mencubit paha bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster
yang akan mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis
bergerak ke arah atas minimal 0.5 cm.
- Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan “blue
dot sign”.
- Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan
pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan
operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.

Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
-Transiluminasi (-)

Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan Fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
I. Penatalaksanaan
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-24 bulan
dengan harapan prosesus vaginalis dapat menutup, dan hidrokel akan sembuh dengan

12
sendirinya. Jika hidrokel masih ada atau bertambah besar, disebut juga dengan
hidrokel persisten, maka perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi penyebab
yang mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi dilakukannya intervensi: ukuran
hidrokel yang semakin membesar dan dapat menekan pembuluh darah, adanya tanda-
tanda infeksi, adanya keluhan tidak nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik.
Berbagai macam tindakan intervensi digunakan untuk mengobati penyakit hidrokel,
baik invasif maupun minimal invasif.
Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode aspirasi-
skleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan hidrokel dan disuntikkan zat
sklerotik (tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering
dan terjadi perlengketan. Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas
dan kepuasan pasien terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan.
Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel.

Pada tindakan pembedahan dengan pendekatan skrotum, insisi dapat dilakukan


di samping mediana raphe secara vertikal (pararaphe) atau insisi transversal. Teknik
hidrokeletomi memiliki berbagai macam variasi dan nama, secara garis besar
hidrokeletomi dibagi menjadi dua teknik yaitu dengan teknik eksisi dan teknik dengan

13
plikasi. Teknik-teknik hidrokelektomi tersebut yang populer dilakukan adalah teknik
Jaboulay (eksisi) dan teknik plikasi Lord.
Pada teknik Jaboulay, dilakukan eksisi pada kantong hidrokel secara tipis
dengan meninggalkan sisa lapisan kantong yang cukup banyak sehingga dapat dijahit
bersamaan setelah dlakukan eversi kantong kebelakang testis dan funikulus
spermatikus. Teknik ini sangat berguna untuk kantong hidrokel yang lebar, berat dan
tipis.
Teknik plikasi Lord dapat digunakan pada dinding hidrokel yang tipis namun
tidak dianjurkan untuk digunakan pada kantong yang lebar, panjang dan tebal karena
teknik ini akan meninggalkan ikatan-ikatan lipatan dari jaringan yang diplikasi pada
skrotum. Prinsip teknik Lord dilakukan dengan membuka kantong hidrokel,
mengeluarkan testis dari kantong, menjahit tepi kantong hidrokel dan dengan
menggunakan jahitan interrupted, secara radial dijahit untuk plikasi kantong.

A B
A. Teknik Jaboulay (Eksisi) B.Teknik Plikasi Lord
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat, pasien dapat dilakukan
rawat jalan 4-6 jam pasca operasi. Namun beberapa kondisi tertentu dapat dilakukan
observasi di rawat inap 1-2 hari. Analgetik lini pertama dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri post operasi. Antibiotik diindikasikan pada kasus hidrokel yang
disertai infeksi.
Apabila menggunakan drainase, dapat dilepas 48-72 jam pasca operasi karena
angka kejadian hematom pasca operasi rata-rata akan munculi pada 48 jam pasca
operasi. Pasca operasi, dapat digunakan scrotal support untuk melindungi skrotum
dari mobilisasi yang berlebihan.
Pada prinsipnya, hidrokelektomi dapat dilakukan tanpa rawat inap, pasien
dapat kembali bekerja setelah tingkat kenyamanan memungkinkan (biasanya 1-3 hari
post-operasi). Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda)

14
harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum,
dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder.
Pada dewasa, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu.
J. Komplikasi
Komplikasi tersering pada operasi hidrokelektomi adalah hematoma.
Komplikasi pada hidrokeletomi terjadi pada 19% kasus. Komplikasi yang dapat
terjadi selain hematoma adalah infeksi, bengkak yang persisten, rekurensi dan nyeri
kronik. Tindakan skleroterapi dapat berdampak negatif fertilitas sehingga
pemilihannya harus dihindari pada pasien yang masih produktif secara seksual.

15
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS

Nama : Tn.Sudarman

Usia : 71th

Tanggal masuk RS : 12 Mei 2016

Diagnosa masuk : Hidrokel

KELUHAN UTAMA

- Pasien datang dengan keluhan benjolan pada skrotum

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

- Pasien mengeluhkan benjolan pada skrotum kiri, tidak nyeri, benjolan dirasakan
semakin lama semakin membesar, keluhan dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Tidak
ada keluhan dalam BAK, Bak Darah (-), BAK nanah (-).

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Pasien belum pernah merasakan keluhan yang serupa sebelumnya.


- Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-), dan Jantung (-).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama


- Riwayat keluarga tidak ada penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
jantung.

ANAMNESIS SISTEMIK

a. Sistem saraf pusat : penurunan kesadaran (-)


b. Sistem integumentum : ascites (-), perut distended (-), udema ekstremitas bawah
D/S (-).
c. Sistem muskuloskeletal : nyeri (-), pegal (-)

16
d. Sistem gastrointestinal : nyeri perut kanan atas (-), mual (-), muntah (-), BAB
lembek warna putih seperti dempul (-)
e. Sistem urinaria : BAK berwarna coklat pekat seperti teh (-), BAK darah (-
)
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (-).
g. Sistem cardiovascular : bunyi jantung abnormal (-)

PEMERIKSAAN

Kesan umum : cukup, dapat berkomunikasi dengan baik

Kesadaran : compos mentis

Vital sign :

- Tekanan darah : 120/70


- Nadi : 76x/menit
- Pernafasan : 16x/menit
- Suhu badan : 36,4oC

Pemeriksaan kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam, distribusi merata

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), dan sklera ikterik(-/-)


- Telinga : secret (-), perdarahan (-)
- Hidung : secret (-), epistaksis (-), tidak ada deviasi septum
- Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), pharing hiperemis (-)
- Bibir : kering (-), sianosis (-)

Pemeriksaan leher :

- Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan


- Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
- Vena jugular : meningkat (-)

Pemeriksaan jantung :

Bentuk dada : simetris (+)

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

17
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga ke 5 line midclaviclaris.

Perkusi : Batas jantung

Kanan atas : SIC II linea para sternalis kanan

Kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri

Kanan bawah : SIV IV linea para sternalis kanan

Kiri bawah : SIC V linea midclavicularis kiri

Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-),irama derap(-).

Pemeriksaan paru-paru :

Paru-paru
Kanan Kiri
Inspeksi Tampak simetris, retraksi subcostalis (-), Tampak simetris, retraksi subcostalis (-),
retraksi supraclavicularis (-), retraksi retraksi supraclavicularis (-), retraksi
intercostalis (-), ketinggalan gerak (-) intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)

Palpasi Ketinggalan gerak (-), deformitas (-) Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)

Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru Sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi Suara dasar vesicular, ronkhi basah kasar Suara dasar vesicular, ronkhi basah kasar
(-), rhonki basah halus (-), rhonki kering (-), rhonki basah halus (-), rhonki kering
(-), wheezing ekpiratory (-), wheezing (-), wheezing ekpiratory (-), wheezing
inspirator (-), stridor inspiratory (-), inspirator (-), stridor inspiratory(-),
ekspiratory diperpanjang (-) ekspiratory diperpanjang (-)

Pemeriksaan abdomen :

Inspeksi : flat (+), sikatrik (-), ascites (-) , distended (-)

Auskultasi : peristaltik (+)

Perkusi : Timpani (+), pekak beralih (-)

18
Palpasi : Supel (+),defans muskular (-), massa (-), turgor cukup, hepar dan
lien tidak teraba.

Pemeriksaan Genital :

Pembesaran scrotum sinistra (+), Benjolan teraba kenyal, Transluminasi (+) , Nyeri
Tekan (-)

Pemeriksaan ekstremitas :

- Superior : oedem (-/-), tremor (-/-), sianosis (-/-), capillary refill <2 detik, akral
hangat, tonus otot cukup
- Inferior : oedem (-/-), tremor (-/-), sianosis (-/-), capillary refill <2 detik, akral
hangat, tonus otot cukup

Kesimpulan anamesis dan diagnosa fisik :

- KU : cukup, Compos Mentis


- Vital Sign : TD: 120/70 mmHg; HR : 76x/m; RR : 16x/m; S : 36,4oC
- Kepala : mata CA (-/-) SI (-/-)
- Paru : wheezing (-/-) RB (-/-) simetris (+/+) vesikuler (+/+)
- Abdomen : flat (+)
- Ekstremitas : udem (-)
- Genitalia : Pembesaran scrotum sinistra (+), Teraba kenyal (+), Transluminasi (+) ,
Nyeri Tekan (-)

Pemeriksaan EKG :

Normo Sinus Rhytm

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

Tanggal: 12 Mei 2016

NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
HB 12,9 gr % 13,2 – 17,2
AL (Angka Leukosit) 7,5 ribu/ul 3,8 – 10,6
AE (Angka Eritrosit) 4,3 juta/ul 4,40 – 5,90
AT (Angka Trombosit) 238 ribu/ul 150-450

19
HMT (Hematokrit) 38 % 40 -52
MCV 89 80 – 100
MCH 30 26 – 34
MCHC 34 32 - 36
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 54,6
Limfosit 34,5
Monosit 7,5
Eosinofil 2,9
Basofil 0,5
Masa pendarahan/BT 2,3
Masa pembekuan/CT 3,35
Kimia klinik
Gula Darah sewaktu 96
Sero Imunologi
HBsAg Negatif

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Ureum 28,2 mg/dL 10 - 50


Creatinin 1,04 mg/dL 0,6 – 1,1

PENATALAKSANAAN

- IVFD Futrolit 20 tpm


- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 3x30mg
- Inj. Ranitidin 2x1A

Tanggal : 13 Januari 2016

- Pro Hidrokelectomy

20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas, berdasar hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan, didapatkan tanda dan gejala yang mengarah pada keluhan yang sering
didapat pada hidrokel yaitu adanya benjolan pada skrotum yang tidak nyeri dengan
konsistensi kistik dan pada pemeriksaan penerawangan ditemukan adanya
transluminasi.

21
BAB V
KESIMPULAN
1. Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis.
2. Penyebab hidrokel antara lain belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis
sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.
3. Penatalaksanaan kasus hidrokel dapat dengan terapi medis (non-operatif) maupun
pembedahan (operatif).

22
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta : EGC
2. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
3. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
4. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
5. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview
6. http://generalsurgery-fkui.blogspot.co.id/2015/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

23

Anda mungkin juga menyukai