Hearing Impairment in Newborn with Risk Factor Low Birth Weight (LBW)
in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital
Gangguan Pendengaran pada Bayi Baru Lahir
dengan Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Lutfhi Arshaldo Cakranegara*, Asti Widuri**
Intisari
Latar Belakang: Gangguan pendengaran pada bayi baru lahir akan
menyebabkan gangguan berbicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial dan emosional. Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko gangguan pendengaran. Tujuan: Mengetahui BBLR sebagai salah satu faktor risiko terhadap gangguan fungsi pendengaran pada bayi baru lahir. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional . Subyek penelitian adalah neonatus yang telah dilakukan pemeriksaan OAE di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. didapatkan hasil “Refer” untuk kategori gangguan fungsi pendengaran dan “Pass” untuk kategori tidak terdapat gangguan fungsi pendengaran. Populasi telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Peneliti menggunakan analisis statistik chi-square .Hasil: Terdapat pengaruh yang bermakna antara gangguan pendegaran pada bayi baru lahir dengan faktor risiko berat badan lahir rendah (bblr). Berdasarkan hasil pemeriksaan OAE pada bayi normal didapatkan hasil “Pass” sebanyak 15 (37,5%) dan hasil “Refer” 5 (12,5%) dengan jumlah bayi normal 20 (50%) sedangkan pada bblr didapatkan hasil “Pass” sebanyak 4 (10%) dan hasil “Refer” 16 (40%) dengan jumlah bayi bblr 20 (50%) dengan nilai p=0,000 .Kesimpulan: Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah saktu faktor risiko dalam gangguan fungsi pendengaran pada bayi baru lahir.
Kata kunci: Gangguan pendegaran,BBLR,Faktor risiko .
Abstract
Background: Neonatus hearing impairment have the potential handicap in
later social life , such as speech, language, cognitive ,social function and emotion. Low birth weight (LBW) is one of several risk factors of hearing impairment.Objective: Know the role of low birth weight (LBW) as one of risk factor in neonatus hearing impairment.Methods: Research design was Cross Sectional .Subject of the research were neonatus in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital whom underwent OAE examination. Result: There was correlation between hearing impairment in newborn with risk factor low birth weight. Based on result OAE examination on normal infant shows 15 (37,5%) “Pass” and 5 (12,5%) “Refer” with total of 20 (50%) normal infant , while in low birth weight infant shows 4 (10%) “Pass” and 16 (40%) “Refer” with p=0,000 Conclusion: Low birth weight (LBW) proven to be one of risk factor for hearing impairment in newborn.
*Mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter - Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta **Staf Pengajar Prodi Pendidikan Dokter - Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pendahuluan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi
pendengaran bayi baru lahir4. Gangguan pendengaran pada Gangguan pendengaran tidak masa bayi akan menyebabkan gangguan jarang pada anak-anak. Menurut berbicara, berbahasa, kognitif, masalah perkiraan terakhir, 31,5 juta orang di sosial, dan emosional. Identifikasi Amerika Serikat mengalami gangguan gangguan pendengaran secara dini dan pendengaran. Sekitar 6 dari setiap intervensi yang sesuai sebelum usia 6 seribu anak-anak memiliki beberapa bulan terbukti dapat mencegah segala jenis gangguan pendengaran unilateral konsekuensi tersebut. The Joint atau bilateral1. Committee on Infant Hearing tahun Bahan dan Cara 2007 merekomendasikan skrining Penelitian ini menggunakan pendengaran neonatus harus dilakukan metode cross sectional yang bertujuan sebelum usia 3 bulan.dan intervensi untuk mengetahui BBLR sebagai faktor telah diberikan sebelum usia 6 bulan1. risiko terhadap gangguan pendengaran Menurut WHO tahun 2012 prevalensi menggunakan Otoacoustic Emission . gangguan pendengaran pada anak 9% Populasi yang digunakan dalam populasi dunia2. penelitian ini adalah bayi dengan faktor Salah satu faktor risiko risiko berat badan lahir rendah (BBLR) gangguan pendengaran adalah BBLR. dan bayi tanpa faktor risiko di Rumah Tuli pada bayi baru lahir dapat Sakit PKU Muhammadiyah disebabkan oleh berbagai kondisi. Yogyakarta. Sampel yang diuji Faktor risikonya antara lain adalah sebanyak 40 dengan 20 bayi dengan kadar bilirubin yang tinggi faktor risiko berat badan lahir rendah (jaundice),prematuritas atau bayi berat (BBLR) dan 20 bayi tanpa faktor risiko. lahir rendah (BBLR), obat-obat Kriteria inklusi pada penelitian ototoksik, ventilasi mekanik yang lama, ini adalah bayi dengan berat badan lahir apgar score rendah dan kurang dari 2500gram dengan variabel 3 meningitis .WHO mendefinisikan Berat bebas berat badan lahir rendah dan Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah variabel terikat/tergantung berupa bayi dengan berat badan lahir kurang gangguan fungsi pendengaran. dari 2500 gram tanpa memandang usia Instrumen pada penelitian ini gestasi. Joint Committee of Infant menggunakan data sekunder berupa Hearing menyatakan bahwa berat badan lahir < 1500 gram merupakan hasil pemeriksaan Otoacoustic Emission Kanan 22 55 (OAE) pada pasien bayi baru lahir . Pass 18 45 Penelitian ini dilaksanakan di Refer Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Dari hasil pemeriksaan OAE Yogyakarta pada bulan Mei 2014 pada telinga kiri bayi dengan faktor sampai Desember 2014 . risiko BBLR dan bayi normal Pelaksaanannya diawali dengan mencari didapatkan hasil “Pass” sebanyak 23 data sekunder bayi baru lahir yang dengan persentasi 57.5% dan hasil sesuai dengan kriteria inklusi . Melihat “Refer” sebanyak 17 dengan persentase data hasil pemeriksaan OAE pada bayi 42.5%. BBLR dan bayi normal lalu dilakukan Dari hasil pemeriksaan OAE pengolahan data menggunakan analisis pada telinga kanan bayi dengan faktor statistik chi square untuk mengetahui risiko BBLR dan bayi normal BBLR sebagai faktor risiko gangguan didapatkan hasil “Pass” sebanyak 22 fungsi pendengaran. dengan persentasi 55% dan hasil Hasil Penelitian “Refer” sebanyak 18 dengan persentase Karakteristik subyek pada 45%. penelitian ini dapat dilihat pada tabel.1 Untuk memperoleh hubungan Tabel 1. Karakteristik Subyek antar 2 variabel yang berkaitan, Jenis Kelamin Jumlah Persentase digunakan analisis bivariat. Analisis (%) bivariat digunakan untuk mengetahui Laki-Laki 25 62.5 gangguan fungsi pendengaran dengan Perempuan 15 37.5 faktor risiko BBLR (Berat Badan Lahir Jenis Partus Rendah) di Rumah Sakit PKU Spontan 22 55 Muhammadiyah Yogyakarta. (Pervaginam) Dikarenakan pada pemeriksaan Sectio 18 45 OAE didapatkan dua hasil yaitu telinga Caesaria (SC) kanan dan telinga kiri maka hasil Berdasarkan tabel.1 terlihat pemeriksaan akan dinyatakan “Refer” frekuensi jenis kelamin bayi terdapat 25 apabila terdapat satu atau kedua hasil bayi laki-laki dengan persentase sebesar menyatakan “Refer” .Dan dinyatakan 62.5% dan bayi perempuan sebanyak 15 “Pass” apabila kedua hasil menyatakan dengan persentase sebesar 37.5% dari “Pass”. total keseluruan bayi. Tabel 3.Analisis Data Pemeriksaan Pada sample yang diteliti Faktor Risiko Berat Badan Lahir terdapat 22 bayi yang dilahirkan secara Rendah Spontan (Pervaginam) dengan Faktor Risiko Pass Refer Jumlah p Odds Ratio(95% persentasi 55% dan 18 pada bayi yang interval kepercayaan) dilahirkan secara Sectio Caesaria Normal 15(37,5%) 5(12,5%) 20(50%) dengan persentasi 45%. BBLR 4(10%) 16(40%) 20(50%) 0,000 2,98 (0,99- 3,97) Tabel 2. Hasil OAE Total 19( 21 40(100%)
Hasil OAE Jumlah Persentase Berdasarkan data diatas, pada
(%) pemeriksaan OAE pada bayi berat lahir Telinga Kiri normal didapatkan hasil “Pass” Pass 23 57.5 sebanyak 15 (37,5%) dan hasil “Refer” Refer 17 42.5 sebanyak 5 (12,5%) dengan jumlah bayi Telinga lahir normal 20 bayi (50%) sedangkan pada bayi berat badan lahir rendah terjadinya gangguan fungsi didapaykan hasil “Pass” sebanyak 4 pendengaran6. (10%) dan hasil “Refer” sebanyak 16 Kesimpulan (40%) dengan jumlah bayi berat lahir Berat Badan Lahir Rendah rendah sebanyak 20 bayi (50%). berperan sebagai salah satu faktor risiko Dengan menggunakan uji terhadap gangguan fungsi pendengaran . stastistik chi-square diperoleh nilai p Saran signifikasi sebesar 0,000 ( <0,05 )yang Diperlukan penelitian lebuh berarti ada pengaruh yang bermakna lanjut dengan mengikut sertakan faktor antara gangguan fungsi pendengaran risiko yang lain seperti TORCH , bayi baru lahir dengan faktor risiko penggunaan obat ototoksik, dan berat badan lahir rendah. hiperbilirubin. Diperlukan juga sampel Diskusi dengan jumlah yang lebih banyak. Dari 40 bayi yang diperiksa dan Daftar Pustaka memenuhi kriteria dalam penelitian 1. Joint Committee on Infant Hearing. didapatkan 20 bayi normal (50%) dan (2007). Principles and Guidelines 20 bayi BBLR (50%). Pada for Early Hearing Detection and pemeriksaan OAE pada bayi normal Intervention Programs. Pediatrics . didapatkan hasil “Pass” sebanyak 15 2. World Health Organization. (2007). bayi dan hasil “Refer” sebanyak 5 bayi, situation review and update on sedangkan pada bayi berat badan lahir deafness, hearing loss and rendah didapatkan hasil “Pass” intervention programs : proposed sebanyak 4 bayi dan hasil “Refer” plans of action for prevention and sebanyak 16 bayi . Dengan alleviation of hearing impairment menggunakan metode potong lintang in countries of the south-east asia didapatkan hasil chi-square p=0,000 (p region. < 0,05) menunjukkam hasil bermakna 3. Bashirudin, J. (2009). Newborn bahwa berat badan lahir rendah Hearing Screening in Six Hospital merupakan faktor risiko gangguan in Jakarta and Surroundings. fungsi pendengaran. Indonesia Digital Journal , 51-54. Bayi prematur dan BBLR 4. Perkins, N. &. (2005). Early beresiko mengalami peningkatan detection and diagnosis of infant gangguan pendengaran sensori neural hearing impairment dalam CW .ABR adalah metode efektif untuk Cummings, PW Flint, BH mendeteksi defisit ringan pada konduksi Haughey, KT Robbins, JR Thomas, impuls di jaras pendengaran . Lebih dari LA Harker & MA Richardson ,eds. 27% BBLR mengalami peningkatan Philadelphia: Otolaryngology: head latensi dan interfal ABR yang & neck surgery, Mosby, Inc. menunjukkan adanya gangguan 5. Reiman dkk. (2009). Diffusion tensor pendengaran perifer atau sentral5. imaging of the inferior colliculus Insiden gangguan fungsi and brainstem auditory-evoked pendengaran meningkat pada bayi berat potentialisin preterm infant. badan lahir rendah atau usia ibu yang Pediatric Radiology vol 39. rendah. Semakin bertambah usia ibu 6. Baron et all. (2010). Extremely atau semakin bertambah berat badan preterm birth outcome: A Review bayi menurunkan kemungkinan of Four Decades of Cognitive Research,. Neuropsychol Rev, vol 20, hal 430–452.