BAB I - BAB III Oke
BAB I - BAB III Oke
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan prosedur kesehatan dalam upaya mengatasi
masalah pengetahuan tentang pengobatan pada pasien TB Paru sesuai jadwal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
B. Konsep Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Menurut (Smet, 1994 dam Ritonga, 2015) kepatuhan adalah tingkatan
pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokter atau tenaga kesehatan. Sedangkan menurut Sachet menyatakan
kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh profesional kesehatan, menurut Kaplan kepatuhan adalah
derajat pasien dimana mengikuti ajaran klinis dari dokter yang mengobatinya.
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.
Menurut Niven (2008) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
3) Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis menjadi kebiasaan.
4) Adaptasi
Suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan :
a. Pemahaman tentang instruksi
Tak seorangpun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya.
b. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
c. Isolasi social dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
menetukan program pengobatan yang dapat mereka terima.
d. Keyakinan sikap dan kepribadian
Model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan ada
tidaknya kepatuhan Niven (2008).
c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat
tuberculosis paru
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :
pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau
penyakit. Kedua faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya
masalah.Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau menghilangkan
15
masalah.Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang sering muncul pada kasus
tuberculosis paru adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau
secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
b. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan
jaringan/ tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.
c. Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan
secret kental, tebal.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan,
sering batuk/ produksi sputum, dispnea dan anorexia.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan kurang informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan
tak akurat / tak lengkap informasi yang ada.
3. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perncanaan
keperawatan atau intervensi keperawatan.Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah maslah keperawatan klien. Tahap
perencanaan adalah penentuan prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan
tujuan , penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.(Nursalam, 2013)
Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa
keperawatan yang muncul pada Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges
, 1999 : hal 244).
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau
secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas
Kriteria Hasil : Mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukan perilaku
mempertahankan jalan napas.
Rencana Tindakan:
- Kaji pungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman.
16
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien tujuan yang
diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
klien mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan
data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.Semua tindakan keperawatan di catat dalam format yang telah ditetapkan oleh
semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis
Paru yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap
penularan karena penyakit ini sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain
melalui udara ( born I nfection), bebas dari gejala distress pernapasan, nyeri
berkurang / hilang, mempertahankan berat badan ideal dan menunjukan perubaha
perilau dalam meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mampu bekerja sama
dengan klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang
diberikan dapat optimal dan komprehensif. (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan
dan pelaksanaan tindakan.
21
BAB III
METODE STUDI KASUS
C. Fokus Studi
Fokus dari studi kasus ini adalah Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Jernih Kecamatan Tabir Ulu
Kabupaten Merangin Tahun 2018.
22
23
2. Pengukuran
Pada hari pertama melakukan asuhan keperawatan, didapatkan hasil pengukuran
pada kedua partisipan. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran tekanan
darah, nadi, pernapasan, suhu, pemeriksaan pupil, pemeriksaan nervus cranial,
pemeriksaan reflek fisiologis, reflek patologis serta penilaian kekuatan otot.
3. Wawancara
Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas
terpimpin. Caranya adalah dengan menanyakan kepada pasien dan keluarga perihal
kejadian yang sebenarnya terjadi pada partisipan dan riwayat kesehatan sebelumnya
yang berkaitan dengan penyakit yang dialami partisipan saat ini.
4. Dokumentasi
Dokumen berbentuk status pasien serta cacatan keperawatan yang didokumentasikan
ulang menggunakan gambar serta buku kegiatan penelitian.
kasus TB Paru. Kemudian penulis menunggu balasan izin studi kasus dari tempat
studi kasus tersebut. Dalam melaksanakan studi kasus maka beberapa hal yang
diperlukan antara lain :
I.1 Informed concent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan dilakukan studi
kasus. Studi kasus ini menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan serta
dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah studi kasus. Jika bersedia
dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Dan jika mereka menolak untuk dijadikan responden, maka
penulis tidak memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.
I.2 Anominity (Tanpa Nama)
Menjelaskan bentuk penulisan Asuhan keperawatan dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya penulisan kode pada
lembar pengumpulan data.
I.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan menjelaskan masalah – masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam studi kasus. Kerahasiaaan informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh penulis, kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
dalam hasil studi kasus.
I.4 Privacy dan Dignity (Menghargai)
Hak ini menjelaskan tentang hak untuk dihargai tentang apa yang mereka
lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan
bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.
I.5 Self Determination (otonomi)
Hak dalam hal ini , klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat
keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi atau tidak dalam studi kasus ini atau untuk mengundurkan diri dari
studi kasus ini.