Anda di halaman 1dari 4

UJIAN SEMESTER GASAL 2018/2019

MATAKULIAH : KAPITA SELEKTA HEWAN (Hari Selasa)


NAMA / NIM : ARISTA NOVIHANA PRATIWI / 0402518007
1. Tema : Sistem Gerak Aktif, Judul makalah : Pengaruh Pelatihan Kekuatan Otot Pada Atlet
Terhadap Hipertrofi. Keterkaitan Hipertrofi dengan sistem gerak aktif adalah berpengaruh
positif terhadap pembentukan kekuatan otot pada atlet, karena hipertrofi adalah pembesaran
atau pertambahan massa total suatu otot (otot merupakan sistem gerak aktif yang dapat
menggerakakan tulang) sehingga terjadi peningkatan jumlah filamen aktif dan miosin dalam
setiap otot. Otot merupakan jaringan yang tersusun dari serabut-serabut halus yang disebut
miofibril. Miofibril dapat berkontraksi (dengan cara memendek dan menebal) dan
berelaksasi (dengan cara kembali pada keadaan semula). Sehingga pelatihan kekuatan otot
pada atlet yang dilakukan secara terus – menerus akan menyebabkan hipertrofi.
2. Perbedaan gangguan sistem gerak pasif ditinjau dari faktor penyebab (etiologi):
a. Skoliosis
Etiologi : Penyebab pertama adalah genetik, pola pewarisan dominan autosomal,
mulfifaktorial, atau X-linked. Penyebab kedua adalah postur, yang mempengaruhi
terjadinya skoliosis postural kongenital. Penyebab ketiga adalah abnormalitas anomali
vertebra, lempeng epifisis pada sisi kurvatural yang cekung menerima tekanan tinggi
yang abnormal sehingga mempengaruhi pertumbuhan, sementara pada sisi yang
cembung menerima tekanan lebih sedikit yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang
lebih cepet. (Sumber: Jurnal Biomedik Rehabilitasi Medik pada Skoliosis
Organ/jaringan/sel yang menjadi sasaran : kelainan tulang belakang yang berupa
lengkungan ke samping (lateral).
Mekanisme : kebiasaan duduk menimbulkan nyeri pinggang dan akan menyebabkan otot
punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan disekitarnya terutama bila duduk
dengan posisi terus membungkuk atau menyandarkan tubuh ke salah satu sisi tubuh.
Posisi itu menimbulkan tekanan tinggi pada saraf tulang dan ketidak seimbangan tonus
otot setelah duduk selama 15-20 menit yang akan menyebabkan skoliosis. (Sumber:
Jurnal Sport and Fitness Journal Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak Terbukti
Lebih Baik dalam Memperkecil Derajat Skoliosis .... )
b. Calcanus spur
Etiologi : trauma atau benturan, berdiri terlalu lama atau pemberian beban yang berlebih,
terjadi pergesertan atau atropi bantalan lemak di tumit, terjadi kekakuan pergelangan
kaki atau terjadi ketegangan calf muscle yang mengakibatkan fasia plantaris terulur
berulang-ulang selama berjalan, terjadi posisi kaki pronalis pada fase heel stike dan mid
stance saat berjalan atau berlari, terjadi strain pada saat olahraga, terjadi manifestasi
rheumatism. (Sumber: Makalah Managemen Fisioterapi pada Kasus Calcaneus spur)
Organ/jaringan/sel yang menjadi
sasaran : pertumbuhan tulang yang
tidak semestinya di daerah tuber
calcaneus yang bentuknya seperti
jalu ayam. Gambar. Calcaneus spur
Mekanisme : terjadi planter fascialitis karena adanya pembebanan yang berlebih
mengalama degenerasi terjadi penarikan tulang sehingga menyebabkan micro injury.
Adanya gaya regangan yang konstran dan berulang menyebabkan fascia yang
merupakan lapisan luar arcus plantaris mengalami penekanan pada origonya atau
kerobekan pada tempat perlekatannya. Kerobekan memicu tipe saraf A delta yang
bermielin tipis menjadi aktif sehingga timbul rasa nyeri, kemudian impuls merangsang
pelepasan P substance ke struktur fascia sehingga memacu reaksi radang di lokasi
tersebut. adanya peradangan mempengaruhi sejumlah jaringan spesifik yang terlibat.
Bila terus-menerus maka terjadi trauma berulang sehingga menimbulkan inflamasi
klonik yang memperlambat proses penyembuhan jaringan. Proses inflamasi
mempengaruhi sistem sirkulasi akan menurunkan suplai gizi pada jaringan. Ketika
plantar fascilitis menjadi kronik seiring kali berkembang menjadi Calcaneus spur.
c. Osteosarcoma
Etiologi : penyebab radiasi, ekstrinsik karsinogen, karsinogenik kimia, virus.
Organ/jaringan/sel yang menjadi sasaran : lutut pada anak-anak dan dewasa muda
terbanyak pada distal dan femur. Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi, pelebaran
pembuluh darah pada kulit dipermukaannya, ditemukan patah tulang patologis.
Mekanisme : penelitian Endo-Munoz menemukan bahwa didapatkan jumlah osteoklas
yang menurun pada osteosarkoma. Keadaan ini dapat terlibat pada metastasis
osteosarkoma.
d. Osteogenesis imperfecta
Etiologi : mutasi gen yang mengatur procolagen (gen COL1A2) hal ini mngakibatkan
maturitas dari kolagen menjadi terganggu dan osteoblas tidak mampu berdiferensiasi
dengan baik sehinga terjadi gangguan skeletal.
Organ/jaringan/sel yang menjadi sasaran : tulang rapuh
Mekanisme : penderita mengalami patah tulang sampai masa dewasa, sedangkan pada
bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus atau prenatal.

e. Osteomilitis
Etiologi : penyebab bakteri Staphylococcus.
Sumber infeksi: berbagai infeksi yang dapat menjadi sumber infeksi atau menjadi infeksi
primer bagi osteomielitis adalah: Infeksi Odontogenik yang meliputi infeksi periapikal,
marginal dan perikoronal, infeksi soket pasca ekstrasi, infeksi kista dan tumor
odontogenik. Infeksi Non odontogenik meliputi fraktur rahang (Compound fracture)
yang diikuti infeksi mikroorganisme, tonsilitis dengna penyebaran ke ramus ascendens.
Mikroba penyebab ostoemielitis rahang adalah streptokokus anaerob, streptokokus aerob
(a-hemolytic streptococcus) dan mikroba anaerob lainya terutama Peptostreptococcus,
Fusobacterium dan Bacteroides. (Sumber: Osteomielitis Usep Saepul Imam, 2012)
Organ/jaringan/sel yang menjadi sasaran : tulang atau sumsum tulang belakang.
Mekanisme : mikroorganisme, infiltrasi neutrofil dan kengesti (tersumbatnya)
pembuluh darah merupakan histolgois utama osteomielitis akut. Fitur yang membedakan
dari osteomielitis kronis yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh tidak adanya osteosit
yang hidup. Terdapat sel mononuklear yang dominan pada infeksi kronis, granulas, dan
jaringan fibrosa menggantikan tulang yang telah diserap kembali oleh osteoklas. Tulang
terinfeksi oleh mikroorganisme melalui hematogen, melalui infeksi dekatnya atau secara
langsung selama pembedahan.
3. Gangguan pernafasan baik disebabkan oleh virus, bakteri atau alergi, umumnya
menimbulkan efek mengeluarkan lendir atau cairan karena: terjadi penyumbatan pada
saluran pernafasan (bagian tenggorokan, bronkus, bronkiolus, atau alvolus) sehingga tubuh
merespon pada sistem imun sehingga lendir yang dikerluarkan sebagai pertahanan tubuh.
4. Kategori reversible: kandidiasis vulvovaginitis, sifilis, herpes genetalis, kanker serviks,
gonore (kencing nanah). Kategori irreversible: HIV/ AIDS
Dianggap bersifat reversible apabila belum merusak struktur dan fungsi sel. Sehingga
perubahan yang terjadi didalam organel masih bisa diperbaiki (bisa diperbaiki dalam jangka
waktu sel tersebut kembali normal tergantung pada tingkat keparahannya, jika ringan akan
membutuhkan waktu yang lebih cepat). Dianggap bersifat irreverisble apabila menyebabkan
karsinoma yang tidak dapat ditanggulangi dan tidak dapat dikembalikan seperti semula,
sehingga sel tidak kembali normal seperti karsinoma.
5. Manfaat dari materi diskusi Kapita Selekta Hewan menurut Arista adalah: dapat memahami sistem
yang ada dalam tubuh sehingga bila berperilaku dipertimbangkan terlebih dahulu, contoh ketika akan
menggunakan sabun pembersih area kewanitaan maka akan memperhatikan kondisi pH sabun
tersebut, dan menjaga kebersihan organ tubuh yang lain karena dari diskusi sering dijelaskan bahwa
bakteri atau virus mudah menginfeksi manusia yang tidak menjaga kebersiah atau higenis rendah.

Anda mungkin juga menyukai