Bab I Teknik Mesin
Bab I Teknik Mesin
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia teknik tidak dapat lepas dari teknik pengelasan. Teknik las menjadi
hal yang sangat penting dalam konstruksi mesin. Lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan,
rangka baja, bejana tekan, pipa saluran dan sebagainya.
Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan
umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik
atom, mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material
baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya. (Ridwan, 2008).
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
di dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu di
dalam pemotongan dengan menggunakan LAS, pengetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, baik dalam proses pemotongan dan pengelasan
maupun peralatan yang mendukung pengelasan itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas mengenai perlunya pengetahuan yang lebih
dalam bidang pengelasan, maka dalam makalah ini akan diuraikan mengenai
cara dan proses pemotongan dengan LAS.
1.3 Tujuan
Mengetahui cara pemotongan logam dengan menggunakan LAS.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemotongan:
1. Alat
Tabung gas oksigen
Tabung gas acetylene
Regulator oksigen
Regulator acetylene
Slang gas oksigen dan acetylene
Brander
Lighter (pemantik api)
3
b. Tabung Acetylene
Tabung gas acetylene mempunyai kapasitas isi 5000, 6000 atau 7500
liter dimana pada bagian bawah tabung biasanya dipasang sumbat pengaman
yang akan melebur pada temperature 1000 C. bila temperature di dalam
tabung terlalu panas sumbat akan melebur sehingga gas acetylene keluar dari
lubang. Hal ini guna menghindari tekanan tabung meningkat yang dapat
menyebabkan tabung meledak.
Katup tabung dibuka dan ditutup dengan menggunakan kunci sock atau
kunci botol, dimana katup dibuka kira-kira ¼ – 1 ½ putaran dan kunci tersebut
tetap dibiarkan menempel pada katup selama katup terbuka. Lepaskan kunci
bila katup tertutup atau tidak terpakai. Tabung gas acetylene dicat dengan
warna merah tua untuk membedakannya dengan tabung gas yang lain.
4
c. Alat Pemotong (Brander Potong)
Bagian-bagian utama brander potong manual
d. Regulator
Regulator berfungsi sebagai alat penurun tekanan isi menjadi tekanan
kerja yang tetap besarnya sesuai dengan kebutuhan tekanan pemotongan.
Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan (manometer), yaitu
manometer tekanan isi tabung dan manometer tekanan kerja.
5
Perbedaan regulator oksigen dengan regulator acetylene:
1. Regulator oksigen
Tekanan isi sampai 250 Kg/cm2
Tekanan kerja sampai 12 Kg/cm2
2. Regulator acetylene
Tekanan isi sampai 30 Kg/cm2
Tekanan kerja sampai 3 Kg/cm2
3. Baut dan mur pengikat
Oksigen : Ulir kanan
Acetylene : Ulir kiri
4. Warna
Oksigen : biru / hijau
Acetylene : merah
e. Selang Gas
Selang gas digunakan untuk menyalurkan gas acetylene dan gas
oksigen ke brander. Selang gas terbuat dari karet. Sebagaimana tabung gas
dan regulator gas, selang gas juga dibedakan dengan perbedaan warna yaitu
warna merah untuk gas acetylene dan warna hijau untuk gas oksigen.
Kriteria selang gas harus kuat tapi lemas tidak kaku serta tahan terhadap
tekanan tinggi hingga 10 Kg/cm2. Diameter selang gas 5 mm, 6 mm atau 7
6
mm. selang ditempelkan menjadi satu untuk memudahkan dalam penggunaan
dan juga memudahkan digulung untuk menyimpan. Sebelum digunakan
sebaiknya selang diperiksa kebocoran terlebih dahulu untuk menghindari
bahaya pada saat penggunaan.
f. Lighter (Pemantik Api)
Lighter atau pemantik api atau korek api digunakan untuk menyalakan
gas campuran acetylene dan oksigen yang dipakai sebagai pemanas awal
pada proses pemotongan dengan gas. Lighter yang digunakan adalah lighter
khusus untuk menyalakan brander. Lighter harus bergagang panjang untuk
menghindari terbakarnya tangan pada saat menyalakan brander.
Macam-macam nyala api
1. Nyala Api normal/netral, nyala inti api berwarna biru keputihan, atau
putih kehijauan, ujung api bulat (tumpul) dan tidak bersuara.
3. Nyala api karburasi, nyala inti api berwarna kuning atau kemerahan,
nyala luar kehitaman serta berasap kehitaman. Hal ini terjadi jika
kelebihan gas acetylene.
7
Cara menyetel api potong
Pertama-tama buka katup tabung gas acetylene kira-kira ¼ putaran dan
katup tabung gas oksigen kira-kira ½ – 1 putaran.
Buka katup pengatur tekanan kerja pada regulator acetylene hingga
mencapai ± 0,3 Kg/cm2.
Buka katup pengatur tekanan kerja pada regulator oksigen hingga
mencapai ± 2,5 Kg/cm2.
Buka kran/valve acetylene para brander kira-kira ¼ putara, kemudian
nyalakan api brander dengan lighter. Ingat jangan menggunakan korek api
biasa.
Buka kran oksigen pada brander secara perlahan hingga mencapai nyala
api normal/netral.
Untuk mengecek apakah nyala api sudah netral atau belum, buka
kran/tuas oksigen pemotong secara cepat kemudian tutup. Apabila inti api
tidak berubah, berarti nyala api sudah netral, jika nyala api berubah berarti
belum netral, aturlah lagi hingga meencapai nyala api netral.
2. Bahan
Gas oksigen (O2)
Gas acetylene (C2H2)
Benda kerja
8
ialah campuran ketiga jenis oksida tersebut dan sisa logam Fe yang belum
beraksi.
Pada pengamatan terhadap slang yang terjadi didapat hasil adanya campuran
FeO dan Fe3 O4 dan Fe O dan Fe 2 O3 dan logam ( Fe ) yang belum
teroksidasi .
9
Suhu lebur oksida logam yang dipotong harus lebih rendah dari suhu
lebur logam, dan juga lebih rendah dari suhu yang dihasilkan oleh
reaksinya. bila suhu oksida logam ternyata lebih tinggi dari suhu lebur
logam maupun suhu yang dihasilkan pada reaksi, maka akan
menyulitkan proses pemotongan. misalnya pada baja paduan Chrom(
Cr2 O3 ) yang mempunyai suhu lebur 2.000 º C , atau aluminium
paduan yang mengandung oksida alumunium ( Al2 O3 ) dengan suhu
lebur 2. 050 º C akan sulit untuk dipotong.
Koefisien konduksi panas logam yang dipotong tidak boleh tinggi
(besar) logam – logam yang mempunyai koefisien konduksi panas
besar akan mudah merambatkan panas kebagian lain dari logam,
sehingga akan susah memanaskan logam setempat misalnya tembaga
atau aluminium.
Oksidasi yang terbentuk pada proses pemotongan harus cukup encer
(cair), untuk mempermudah pengaliran cairan keluar dari celah ( Kerf ).
Pada pemotongan besi tuang karena adanya cairan oksida silicon
(SiO2) yang cukup banyak dan kental, maka pemotongan logam akan
lebih sulit. Catability suatu logam juga sangat dipengaruhi oleh ketidak
murnian dari unsur–unsur lain.(C, Cr, Si) yang juga dapat meningkatkan
kekerasan ( hardenability ) misalnya Mo dan W.
10
7. Fe3 O4 1527
8. Tembaga 1083
9. Brass 850 – 900
10. Tin Bronze 850 – 950
11. Oksida tembaga 1236
12. Alumunium 657
13. Oksida Alumunium 2020 – 2050
14. Zinc 419
15. Oksida Zinc 1800
c. Fungsi Pemanasan
Fungsi nyala pemanasan pada proses pemotongan logam dengan oksigen
adalah :
1. Untuk menaikan suhu logam yang akan dipotong sampai suhu nyala
oksigen untuk memulai melanjutkan reaksi kimia pemotongan.
2. Dapat melindungi semburan gas oksigen terhadap pengaruh atmosfer
yang Mungkin dapat Menyebabkan tercampurnya gas oksigen dengan
gas – gas lain dari udara luar diisamping itu gas oksigen yang
disemburkan melalui nosel telah mendapat enersi panas mula dari nyala
yang dapat membantu menyalakan proses pemotongan.
3. Dapat membantu membersihkan kotoran – kotoran ringan pada
permukaaan baja bagian atas seperti karat, scale , cat maupun kotoran
ringan lain yang dapat menghambat proses Pemotongan.
Intensitas pemanasan yang tinggi yang dapat menaikan suhu logam
dengan cepat sampai suhu nyala oksigen dapat menguntungkan dari segi
ekonomis. Tetapi mutu hasil potong yang baik dengan tingkat ekonomi yang
tinggi dapat juga diperoleh bila intensitas pemanasan lebih rendah .
Intensitas pemanasan yang tinggi diperlukan pada saat pemotongan akan
dimulai, tetapi penggunaan intensitas pemanasan yang lebih rendah dapat
dipakai bila pemotongan telah berlangsung. Dari beberapa data pencatatan
11
pemanasan dengan api Oksi Asetelin untuk mencapai suhu nyala oksigen
pada beberapa ketebalan pelat baja dapat dilihat pada table 2.
Dibawah ini.
Tabel 2
Tabel baja ( mm ) Waktu pemanasan (detik )
10 – 20
20 – 100 5 – 10
100 – 200 7 – 25
25 – 40
d. Bahan bakar Gas
Ada beberapa macam bahan bakar gas yang umum dipakai untuk
pemanasan pada proses memotong logam dengan oksigen, beberapa faktor
yang merupakan pertimbangan dalam memilih penggunaan bahan bakar gas
untuk pemanasan pada proses memotong antara lain :
1. Pengaruh pada kecepatan potong
2. Waktu yang diperlukan untuk pemanasan sebelum memotong
3. Harga bahan bakar gas
4. Biaya penggunaan oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran
bahan Bakar Gas secara efisien, misalnya 1 volume asetelin
memerlukan 1,5 volume Oksigen, 1 volume propane membutuhkan 2
volume oksigen.
5. Kemampuan bahan bakar gas dalam melayani beberapa proses
operasi misalnya untuk pemanasan , pengelasan, brazing,
scuting, membuat groove dan memotong.
6. Kesiap sediaan bahan bakar gas dipasaran local dan
mudah dipindahkan untuk keperluan pekejaan.
Gas Asetelin banyak dipakai orang sebagai bahan bakar gas untuk
memotong dengan oksigen, karena mudah didapat dan temperatur nyalanya
tinggi. Perbandingan volume Asetelin dan oksigen untuk nyala pemanasan
adalah 1 : 1,2 – 1,5.
12
Gas Propan juga sudah banyak dipasaran yang disuplai oleh
pertamina. Gas ini banyak dipakai untuk pemanasan pada proses memotong
dengan oksigen. Untuk pembakaran gas tersebut membutuhkan perbandingan
volume dengan oksigen 1 : 4 – 4½ .
Sedangkan gas alam atau natural gas hanya terdapat ditempat tempat
tertentu di Indonesia terutama didekat daerah pengeboran minyak atau gas.
Gas ini dapat dipakai sebagai pemanas pada proses potong dengan oksigen
.Perbandingan volume bahan bakar dengan gas oksigen untuk mula
pemanasan pada pemotongan adalah 1 : 13/4 – 2.
Bahan bakar gas lain dapat dipakai sebagai pemanasan awal pada proses
potong oksigen antara lain gas kota dan gas hydrogen .
Gas kota karena rendahnya nilai kalor dan tekanan kerja maka gas ini
sangat jarang dipergunakan .
Gas hydrogen dapat disuplai pada tekanan tinggi dan dapat dipakai untuk
memotong dalam air.
e. Pengaruh Kemurnian Oksigen
Oksigen yang dipakai untuk memotong harus mempunyai tingkat
kemurnian 99,5 % atau lebih. Bila tingkat kemurniaanya lebih rendah dapat
mengurangi efisiensi operasi pemotongan.
Misalnya lebih rendah 1 % dapat mengurangi kecepatan pemotongan rata –
rata 25 % dan menambah pemakaian oksigen rata – rata 25 % lebih tinggi
kalau kemurnian oksigen yang dipakai lebih rendah dari 95 % maka peroses
pemotongan sudah sangat kurang baik karena yang akan terjadi adalah
pelelehan logam dengan bentuk hasil potong tidak rata atau bentuk sela
potong sangat jelek.
f. Pengaruh Metalurgi
Panas yang dihasilkan oleh reaksi kimia oksigen dengan logam
menimbulkan panas yang cukup tinggi yang dirambatkan melalui sisi sela
potong ke logam yang dipotong, panas yang diterima sisi sela potong demikian
tingginya dan dapat menaikan suhu daerah sela potong sampai suhu kritis dari
13
baja. perpindahan panas dari daerah sisi potong kemassa benda kerja yang
cepat dapat mengakibatkan tingginya laju pendinginan daerah terpengaruh
panas tersebut. Sedang torch berjalan secara kontonnyu . kekerasan dari baja
yang dipotong adalah tergantung dari jumlah kadar karbon dan paduan lainnya
serta tebal dan besar benda yang dipotong. Makin tebal dan besar kerja akan
makin besar perpindahan panas ke massa benda kerja yang berfungsi sebagai
media quench.
Dalamnya daerah terpengaruh oleh panas tidak hanya tergantung
pada jumlah kadar Karbon dan panduannya, tetapi juga tebal dan besar benda
Yang dipotong ( Tabel 3 ).
Baja kontruksi dengan kadar karbon tidak melebihi 0,25 % biasanya
kekerasannya tidak banyak berubah pada daerah terpengaruh panas ( HAZ ).
Pengaruh pengerasan pada daerah terpengaruh panas akan makin
berkurang Pada tempat yang makin jauh dari sela potong.
Tabel 3
Dalamnya H.A.Z. (mm )
Tebal Baja karbon rendah Baja karbon tinggi
12 mm 0,8 mm 0,8 mm
12mm 0,8 mm 0,8 – 1,6 mm
150 mm 3,2 mm 3,2 – 6,3 mm
Biasanya pada pekerjaan kontruksi baja yang mengunakan bahan baja
karbon rendah, daerah terpengaruh panas karena pemotongan dengan
oksigen tidak perlu dibuang untuk proses penyambung berikutnya misalnya
sambung las. Hanya disini disarankan agar bekas pemotongan dibersihkan
terlebih dahulu dengan gerinda agar bebas dari oksida – oksida besi yang
menempel dan scale yang dapat mempengaruhi mutu pengelasan .
Dari beberapa percobaan uji mekanik didapatkan sifat mekanik yang
mendekati bahan yang tidak dipotong dengan bahan yang dipotong dengan
oksigen. Kuat tariknya bisa sedikit lebih tinggi tapi kekenyalan ( ductility ) sedikit
menurun, pada peraturan ASMe boiler and pressure vessel tidak dibolehkan
14
baja dengan karbon lebih besar 0,35 % dilas dengan persiapan kampuh las
dengan potong oksigen.
Pada daerah sisi potong biasanya terjadi perubahan komposisi Kimia
setelah proses pemotongan dengan oksigen. Tetapi makin dalam dari sisi
potong perubahan komposisi kimia ini makin kecil. Umumnya kadar karbon
akan bertambah pada daerah sisi potong. Diduga kejadian ini karena adanya
unsur karbon pula bahan bakar gas untuk nyala pemanasan misalnya asetilin
( C2 H2 ) ataupun karbon bebas hasil pembakaran yang terkait pada daerah
sisi potong pada saat. Kejadian lain dapat juga yaitu adanya perpindahan
karbon dari logam yang dingin ke logam yang panas. penyerapan karbon dari
cairan logam yang terpotong dan lain sebagainya. Nickel seperti halnya karbon
akan juga terkonsentrasi pada daerah sisi potong, sedangkan unsur-unsur lain
pengaruhnya sangat kecil. Baja dan baja paduan yang dipotong mempunyai
beberapa unsur-unsur paduan. Beberapa unsur – unsur panduan ada
beberapa tendensi sukar untuk dipotong karena pengaruh panas dan laju
pendinginan yang cepat. Beberapa unsur kimia paduan yang berpengaruh
antara lain dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Unsur Pengaruh pada proses memotong dengan oksigen
KarbonMangan Baja dengan kadar karbon sampai 0,25 % dapat dipotong tanpa
kesulitan . tetapi baja dengan kadar karbon lebih tinggi harus
Silikon diusahakan pemanasan awal untuk mencegah pengerasan sisi potong
Chrom ataupun retak.Baja dengan kadar 14 % mangan dan 1,5 % karbon
sukar dipotong, dan untuk hasil yang agak baik diperlukan pemanasan
awal yang cukup.
Silikon biasanya tidak banyak mempengaruhi catability dari baja
Nikel Chrom murni hanya dapat bereaksi dengan oksigen pada temperature
yang sangat tinggi baja denagan kadar 5 % chrom dapat dipotong
Molybden tanpa kesukaran bila permukaan bersih. Baja dengan kadar chrom
Alumunium tinggi sampai 10 % ( baja chrom ) berfungsi sebagai axidation resistant
15
Sulphur material dan hasil sisi potong biasanya sangat kasar bila digunakan
cara potong oksiatelin biasa dapat dipotong dengan tambahan serbuk
serbuk besi atau flux.
Nikel sampai 3 % dan kadar karbon tidak terlalu tinggi masih dapat
dipotong dengan cara potong Oksiasetelin biasa danm untuk baja
chrom nikel 18 – 8 dapat dipotong dengan penambahan serbuk besi
atau fluk untuk memudahkan reaksi kimia oksidasi.
Pengaruhnya sama dengan chrome molybden murni sangat sukar
dipotong dengan oksigen
Sampai dengan prosentase kecil tridak banyak mempengaruhi
catability.
Sampai dengan prosentase kecil tidak banyak berpengaruh.
Adakalanya untuk memudahkan proses memotong logam dengan
oksigen diperlukan pemanasan awal pada seluruh benda kerja untuk
menurunkan laju pendinginan(terutama pada baja paduan hardenable )
atau meningkatkan efisiensi pemotongan karena meningkatnya heat
input.
16
pemanas awal bergantung pada komposisi , tebal dan besar benda yang akan
dipotong . Biasanya berkisar antara 100 º C sampai 700 º C kebanyakan baja
karbon dan panduan membutuhkan suhu pemanas awal antara 200 º C – 300
º C Makin tinggi suhu pemanasan awal makin tinggi pula proses reaksi oksigen
dengan baja dalam hal ini perlu diketahui bahwa suhu pemanasan awal
harus merata Sampai bagian pada logam. Sebab kalau hanya bagian luar saja
maka proses reaksi kimia antara bagian luar dan dalam tidak seimbang
kecepatannya . Semburan terak dan aliran gas oksigen akan terlambat, dan
proses pemotongan akan gagal. Untuk mengurangi internal stress pada benda
kerja dapat pula dilakukan proses pemanasan lanjut berupa annealing, atau
stress relieve setelah proses pemotongan selesai. Sebaiknya pemanasan
lanjut untuk tujuan annealing dan stress relieve dilakukan pada dapur pemanas
tapi bila tidak mungkin karena bentuk dan beratnya maka dapat pula
menggunakan alat pemanas lain.
g. Mutu Hasil Potong
Mutu hasil pemotongan dengan oksigen tergantung pada beberapa
factor antara lain :
Metalurgi
Sifat Mekanik
Dimensi
Kekerasan permukaan potong.
Faktor metalurgi dan sifat mekanik telah disinggung diatas dan factor untuk
dimensi dan kekerasan permukaan potong tergantung pula pada cara
pengoperasian atau pelaksanaan pemotongan. Mutu potong yang disetujui,
tentu tergantung pada persyaratan yang diberlakukan untuk setiap pekerjaan.
Kekerasan permukaan potong pada beberapa ketebalan baja tergantung pada
beberapa variable misalnya :
Bentuk dan ukuran Nosel
Debit gas oksigen
Kemurnian dari gas oksigen yang dipakai untuk memotong
17
Intesitas dari nyala pemanasan dan “Oxy fuel gas ratio”
Kebersihan dari lubang nosel pemotong
Kondisi permukaan baja yang dipotong
Mutu dari baja yang dipotong
18
Pemotongan dengan nyala api oksidasi dilakukan pada logam dengan
mengarahkan nyala api oksidasi tersebut di titik logam yang akan dipotong
kemudian mendorongnya ke arah maju atau ergeser kesamping (sesuai
dengan yang dikehendaki).
Untuk menghasilkan potongan logam yang baik dengan menggunakan nyala
api dari las karbit maka harus memenuhi beberapa syarat diantaranya :
Logam induk (yang akan dipakai) harus memiliki titik cair yang lebih
dari temperatur dari nyala api oksidasi dari las karbit. Bila logam yang
akan dipotong memiliki titik cair yang rendah maka akibatnya ketika
logam tersebut akan dipotong maka permukaan logam yang mencair
akan lebih luas (permukaan potongan logam menjadi luas) sehingga
hasil potongan menjadi tidak sesuai yang diinginkan.
Koefisien konduksi panas pada logam yang akan dipotong tidak boleh
besar (tinggi). Logam yang memiliki nilai konduksi panas yang tinggi
maka logam tersebut akan mudah merambatkan panas pada bagian-
bagian logam yang lain, sehingga panas yang terjadi pada logam akan
lebih luas tidak bisa fokus ke satu titik.
Oksidasi yang terbentuk ketika proses pemotongan logam dengan
nyala api oksidasi ini harus cukup cair. Hal ini dimaksudkan agar
cairan logam mudah untuk keluar dari celah yang dipotong.
Titik cair oksida pada logam yang akan dipotong harus lebih rendah
daripada titik cair pada logam yang akan dipotong dan juga harus lebih
rendah dari pada temperatur yang dihasilkan dari nyala api. Jika titik cair
oksida ini lebih tinggi dari pada titik cair dari logam yang akan dipotong
maupun lebih tinggi dari temperatur yang dihasilkan oleh nyala api maka
akibatnya akan susah terjadi proses pemotongan. Contohnya saja pada
logam dengan paduan chrome yang tinggi maka akibat adanya kancungan
oksida chrome yang memiliki titik cair oksidanya mencapai 2.000o C maka
akan sulit untuk dipotong.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi para pembaca setelah membaca makalah ini semoga dapat berguna,
karena suatu saat nanti kita akan mempraktekannya, sehingga kita harus
mempelajari seluk-beluk dari pemotongan logam dengan menggunakan LAS.
Ketika kita mengaplikasikannya akan meminimalisir kesalahan dalam
pengelasan.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/24952382/MAKALAH_LAS_OXY-ACETYLENE
https://technopress80.wordpress.com/2012/06/11/memotong-dengan-gas-
oxy-acetylene/
https://technopress80.wordpress.com/2013/11/27/memotong-dengan-gas-
oxy-acetylene-2/
http://www.teknik-otomotif.com/2017/05/pemotongan-logam-dengan-
menggunakan-las.html
21