Anda di halaman 1dari 21

Vol.

1, Nomor 1, Januari-Juni 2016


ISSN: 2527-8118 (p); 2527-8126 (e)
LP2M IAIN Surakarta

Aswaja NU Center dan Perannya sebagai Benteng


Aqidah

Munawir
Institut Agama Islam Darussalam, Banyuwangi

Abstract
One of the phenomena experienced recently by the Islamic community is the incomprehension
in the aqidah and other conviction problems, and the community incomprehension on the
Islamic methods and practices.This phenomenon draws the researcher’s attention to conduct
study on the role of ASWAJA NU CENTER Banyuwangi in fortifying Aqidah Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah. The result showed that ASWAJA NU CENTER could give the best service to
the Muslim society in facilitating the comprehension of truthful aqidah correspond to the
lesson of the Prophet SAW which is called Ahlus Sunnah Wal Jama’ah by giving motivation
in constructing a more qualified and noble education, giving speeches in mushollas and
mosques, and conducting trainings on Aswaja.

Keywords: Aswaja NU Center, Aqidah, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Abstrak
Salah satu fenomena yang dialami umat Islam sekarang ini adalah ketidakpahaman dalam
masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta ketidakpahaman umat akan
metodologi dan pengamalan Islam. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Peran ASWAJA NU CENTER Banyuwangi dalam Membentengi Aqidah Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah. Hasil penelitian adalah ASWAJA NU CENTER mampu memberikan pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat muslim dalam membantu tentang pemahaman aqidah yang
benar sesuai ajaran Rasulullah SAW yang disebut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan cara
memberikan motivasi dalam membangun pendidikan yang lebih berkualitas dan berakhlaq,
memberikan ceramah di mushola dan masjid, mengadakan pelatihan tentang Aswaja

Kata Kunci: Aswaja, NU Center, Aqidah

Coressponding author
Email: 2016munawir@gmail.com
62 SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016

Pendahuluan
Aswaja kepanjangan dari “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”. Artinya orang-orang yang
menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal Jama’ah berarti mayoritas
umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
yaitu: “Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat
(maa ana alaihi wa ashabii), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun aqidah dan
tasawuf.”
Untuk menegakkan prinsip-prinsip ajaran ahlu sunnah wal jama’ah dan prinsip dasar
organisasi, maka KH. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), dan
juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Kedua kitab tersebut, kemudian
diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukan sebagai warga NU
dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan po1itik.
Khusus untuk membentengi keyakinan warga NU agar tidak terkontaminasi oleh
paham-paham sesat yang dikampanyekan oleh kalangan modernis, KH. Hasyim Asy’ari
menulis kitab risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang secara khusus menjelaskan soal bid’ah
dan sunah. Sikap lentur NU sebagai titik pertemuan pemahaman aqidah, fikih, dan tasawuf
versi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang
fleksibel, mapan, dan mudah diamalkan pengikutnya.
Dalam perkembangannya kemudian para ulama’ NU di Indonesia menganggap
bahwa Aswaja yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai upaya membumikan atau
menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun
(seimbang) serta ta’addul (keadilan). Prinsip-prinsip tersebut merupakan landasan dasar
dalam mengimplimentasikan Aswaja.
Seiring dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang
menuntut kita agar terus memacu diri mengkaji Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dari berbagai
aspeknya, agar warga nahdliyin dapat memahami dan memperdalam, menghayati dan
mengejawantahkan warisan ulama al salaf al salih yang berserakan dalam tumpukan
kutub al turast, maka PWNU Jawa Timur terinspirasi membentuk lembaga yang diberi
nama ASWAJA NU CENTER. Keberadaaan Aswaja NU Center ini tidak hannya ditingkat
wilayah/propinsi akan tetapi juga di tingkat Kabupaten hususnya Aswaja NU Center Kab.
Banyuwangi. Lembaga ini memiliki visi untuk membentuk masyarakat NU yang mampu
membentengi diri dari faham-faham lain serta dapat meyakinkan orang lain atas kebenaran
faham ASWAJA NU dan memiliki misi mengaktualisasi pemahaman umat tentang keislaman
ASWAJA NU, meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengalaman (menginternalisasi)
Islam. Secara tidak langsung ASWAJA NU center Kab. Banyuwangi mampu membentengi
aqidah warga nahdliyin dalam bermasyarakat dengan orang yang mempunyai paham yang
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 63

berbeda. Lembaga ini sudah membuktikan keberhasilannya berdakwah di tingkat nasional


maupun internasional. Seperti yang telah dilakukan di Batam dan Malaysia. Seminar nasional
”Menyikapi konflik Sunni-Syi’ah dalam bingkai NKRI” Seminar tentang Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah dan debat terbuka dengan orang wahabi. Ini membuktikan bahwa ASWAJA NU
CENTER mampu memperkokoh aqidah umat islam hususnya warga nahdiyyin.
Seperti halnya yang ada di Dusun jalen desa Setail Kec. Genteng Kab. Banyuwangi
sudah terdapat beberapa media yang mempunyai target memudarkan aqidah Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah yang ada di masyarakat. Bahkan sudah ada beberapa keluarga yang mengikuti
faham faham tersebut. Untuk itu sebelum aqidah masyarakat semakin diobok-obok. Maka
ASWAJA NU CENTER Banyuwangi anak cabang dari ASWAJA NU Jawa Timur harus
meningkatakan usaha dalam rangka membentengi dengan kokoh aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah khususnya masyarakat Dusun Jalen Desa Setail Kec. Genteng Kab. Banyuwangi.
Dari paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana
Peran ASWAJA NU CENTER Banyuwangi dalam Membentengi Aqidah Ahlus sunnah Wal
Jama’ah Dusun Jalen Desa Setail Kec. Genteng Kab. Banyuwangi Tahun 2015”
Istilah Aswaja dalam masyarakat indonesia adalah Ahlus sunnah wal-jama’ah. Ahlus
Sunnah Wal-jama’ah terdiri dari tiga kata yakni: 1). Ahl, berarti keluarga, golongan atau
pengikut, 2). Al-sunnah, berarti segala sesuatu yang telah diajarkan oleh rosulullah baik
berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan, 3). Al- Jama’ah berarti apa yang telah disepakati
oleh para shohabat Rosulullah SAW.
Menurut KH.M.Hasyim Asy’ari, Ahlus Sunnah Wl-jama’ah adalah kelompok ahli
tafsir, ahli hadist dan ahli fiqih, yang selalu mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah
Nabi dan Sunnah Khulafa’urrosyidin, Muhyidin Abdusshomad (2008, 6)
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa Ah-lussunnah wa-jama’ah bukanlah aliran
baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran islam
yang hakiki, tetapi Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah islam yang murni sebagaimana yang
diajarkan oleh Rosulullah dan para shohabatnya. Oleh karena itu ada seorangpun yang
menjadi pendiri ajaran Ahlussunnah Wal-jama’ah yang ada hanyalah ulama’ yang telah
merumuskan kembali ajaran islam tersebut setelah lahirnya beberapa faham dan aliran
keagamaan yang berusaha mengkaburkan ajaran rosulullah dan para shohabatnya. Tim
Aswaja NU Center PWNU, (2015,7 )
Paham ahlussunnah Wal-jama’ah mecakup aspek aqidah, syari’ah dan akhlak /tasyawuf.
Dalam bidang aqidah/tauhid mengikuti pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan al-maturidi.
Dalam Masalah Syari’ah/Fiqih mengikuti mdzhab empat yakni imam syafi’i. iamam Hanafi,
imam maliki dan imam Hanbali. Dalam bidang tasyawuf mengikuti pendapat imam Al-
Ghozali dan imam Al-junaidi.
‫ ‪64‬‬ ‫‪SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016‬‬

‫‪Adapun ciri-ciri ajaran Ahlussunnah Wal-jama’ah yang diajarkan oleh Rosulullah dan‬‬
‫‪para shohabat adalah:‬‬
‫‪1. At-Tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun‬‬
‫‪ekstrim kanan. firman Allah SWT:‬‬

‫ﻮل‬ ‫ﻚ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄﺎً ﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِ‬


‫ﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن اﻟﱠﺮ ُﺳ ُ‬ ‫ِ‬
‫َوَﻛ َﺬﻟ َ‬
‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﺷ ِﻬﻴﺪاً‬
‫ﱠﺎس‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫)‪Islam‬ﺑِﺎﻟْﺒَـﻴﱢـﻨَﺎت‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪Artinya : Dan demikianlah‬‬ ‫‪kami‬اﻟﻨ ُ‬
‫ﻮم‬
‫‪jadikan‬ن ﻟﻴَـ ُﻘ َ‬
‫ﺎب َواﻟْﻤ َﻴﺰا َ‬ ‫‪ُ sekalian‬ﻢ اﻟْﻜﺘَ‬
‫‪َ kamu‬‬ ‫َﻧﺰﻟْﻨَﺎ َﻣ َﻌ ُﻬ‬
‫‪َ (umat‬وأ َ‬ ‫‪umat‬ﻨَﺎ ُر ُﺳﻠَﻨَﺎ‬
‫ﻟََﻘ ْﺪ أ َْر َﺳ ْﻠ‬
‫‪pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran‬‬
‫‪penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya‬‬
‫)‪Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan‬‬
‫ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ‬
‫ُﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ ا‬ ‫‪ْkamu‬ﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄﺎً ﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ‬ ‫ِ‬
‫‪َsekalian.‬ﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ‬
‫ﻚ‬‫‪َ (QS al-Baqarah:‬وَﻛ َﺬﻟ َ‬
‫ِ ِ ِ ‪ِ ِ 143).‬‬
‫ﲔ ﻟﻠّﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْﻘ ْﺴﻂ َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ِ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ َ‬ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ َ‬
‫ﻴﺪاً‪2. At-Tawazun‬‬ ‫ﻮلَﺷ ِﻬ‬ ‫‪ُ dalam‬ﻜﻮنَﻋﻠَاﻟْﻴﺮُﻜﺳ ْﻢ‬ ‫‪dalam‬ﺎً ﻟﱢاﻋﺘَ ِﺪُﻜﻟُﻮﻮاْﻧُﻮاْﻫﻮُﺷ‬ ‫‪‘aqli‬وَﻛ َﺬﻟِ‬
‫‪atau‬‬
‫ﱠﺎسﺗﱠـ ُﻘَوﻳَﻮاْ اﻟﻠَّﻪَ ﱠ ُ‬
‫‪ُseimbang‬‬ ‫‪segala‬اﻟﻨى َِوا‬
‫ب ﻟَﻋِﻠﻠَﺘﱠـ ْﻰﻘ َﻮ‬ ‫‪hal,‬اء‬
‫‪terrnasuk‬أَﻬﻗْـَﺪ‬
‫ﺮ‬
‫‪ُ َ َ ُ dan ْdalil naqli‬‬ ‫ْ‬ ‫ﻻ‬
‫‪ْ (bersumber‬‬
‫ﻚ ﻗَـ َﻮﺟٍمَﻌ ْﻠﻨَﻋﺎﻠَ ُﻛﻰْﻢ أَأُ‬
‫‪penggunaan‬ﻣﱠﺔًﺗَـﻌَو ِﺪَﺳﻟُﻮاﻄ‬
‫‪َ ْ dari‬‬ ‫َ‬
‫ن‬‫ُ‬
‫‪dalil‬‬
‫ﺂ‬ ‫‪َ َ Al-‬ﺷﻨَ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫)‪(dalilِ yangِ bersumber dari akal pikiran rasional‬‬
‫ﺎب َواﻟْﻤ َﻴﺰا َن‬
‫َﻧﺰﻟْﻨَﺎ َﻣ َﻌ ُﻬ ُﻢ اﻟْﻜﺘَ َ‬
‫‪dan‬ـﻨَﺎت َوأ َ‬ ‫ﻟََﻘ ْﺪ أ َْر َﺳ ْﻠﻨَﺎ ُر ُﺳﻠَﻨَﺎ ﺑﺎﻟْﺒَـﻴﱢ‬
‫‪Qur’an‬‬ ‫‪Hadits). Firman Allah SWT:‬‬ ‫إَِﻋﱠﻠَنْﻴ اﻟُﻜﻠّ ْﻢﻪَ ََﺷﺧﺒِِﻬﲑٌﻴﺪاًِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬
‫ﺎت وأَﻧﺰﻟْﻨَﺎ ﻣﻌﻬﻢ اﻟْ ِﻜﺘَﺎب واﻟْ ِﻤﻴﺰا َن ﻟِﻴـ ُﻘﻮم اﻟﻨ ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ﱠﺎسﻮ َنﺑﺎﻟْاﻟﻘﱠﺮ ُْﺴﺳﻂُ‬
‫ﻮل‬ ‫ﱠﺎسَ َوﻳَ ُﻜ ُ‬ ‫ﻚْﻠﻪُﻨَﺎﻗَـﺟُْرَﻌﻮْﻠُﺳﻻًﻨَﻠَﺎﻨَﻟﱠﺎُﻴﱢﻛﻨﺑِْﺎﺎﻢًﻟْﺒَـﻟأﱠُﻴﱢـَﻌﱠﻣﻨَﻠﱠﺔًﻪُ َوﻳـَﺘََﺳَﺬﻄﱠَﻛﺎًُﺮ ﻟﱢﺘأَََْوَُﻜ ُﻮَﻧُﳜُْﻮاَْﺸ ُﻰﺷ َﻬ َﺪَاءَ َﻋﻠَ َﻰ اﻟﻨَ ِ‬ ‫ﻮﻻَْر ﻟَﺳ‬
‫ﻟَﻓََـوَﻘَﻛُﻘْﺪَﺬَﻟأِ َ‬
‫ﲔ ﻟِﻠّ ِﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ‬ ‫‪Sunguh‬آﻣﻨُ ‪:‬ﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ِ‬
‫‪Artinya‬ﱠﻮاﻣ َ‬ ‫ﻳﻦ َ‬ ‫َ‬ ‫‪kami‬ﺎ اﻟﱠ ِﺬ‬
‫‪ telah mengutus rasul-rasul kami dengan‬ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬ‬ ‫ﺑﻚ‬ ‫ر‬‫ا‬ ‫ﻴﺪ‬ ‫وﻳﺒﻘﻰِﻂ َﺷ ِ‬
‫‪membawa‬‬
‫وﺟﻪ‬
‫ﻬ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻜ‬
‫ُ‬ ‫ِﺑِ◌ﻋﺎﻟْﻠَﻴِ‬
‫ﻘ‬
‫‪bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka‬‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى‬ ‫‪ Al-Kitab‬أَﻻﱠ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮاْ ْاﻋﺪﻟُﻮاْ ُﻫ َﻮ أَﻗْـَﺮ ُ‬ ‫‪ُdan‬ن ﻗَـ ْﻮم َﻋﻠَﻰ‬ ‫‪neraca‬ﻨﱠ ُﻜَﺷﻨَﻢﺂ‬
‫‪ْ keadilan.‬‬ ‫ﻣ‬
‫ﱠﺎس‬‫ِ‬
‫ﺮ‬ ‫ﳚ‬‫ﻨ‬
‫َ‬ ‫اﻟ‬
‫‪َُ ْ َ (QS‬‬‫ﻻ‬
‫َ‬ ‫َ‬‫و‬
‫ﻮم‬ ‫ﻘ‬
‫ُ‬ ‫ـ‬‫ﻴ‬
‫َ‬
‫ﺎباءَواﻟْﺑِﺎِﻤﻟْ ِﻘَﻴﺰا َنﺴ ﻟِ‬
‫‪(penimbang‬‬
‫ﻂ‬ ‫‪ْ al-Hadid:‬‬ ‫ﺪ‬
‫َ‬
‫َ‬ ‫ﻬ‬ ‫َ‬‫ﺘ‬‫ﺷ‬
‫ُ‬
‫ﲔﻬﻟِﻢﻠّ ِﻪاﻟْ ِ‬
‫)‪keadilan‬‬
‫ﻜ‬
‫‪َ 25).‬‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ﻌ‬
‫َ‬ ‫ﻣ‬ ‫َ‬
‫َﻧﺰﻟْﱠﻨَﻮﺎِ‬
‫اﻣ‬ ‫‪supaya‬‬
‫ـ‬
‫َ‬ ‫ﻗ‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫ا‬
‫ْ‬
‫َ‬‫ﻮ‬ ‫ﻧ‬
‫ﺎت‬
‫ُ‬
‫‪manusia‬ﻴﱢـﻨَﻛ ِ‬
‫ﻮ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬
‫ـ‬
‫ْ‬‫ﺒ‬
‫َ‬‫ﻮ‬ ‫ﻟ‬
‫ْ‬ ‫ﺎ‬
‫ُ‬‫ﻨ‬‫ﻳﻦﻠَﻨَﺎآﻣﺑِ‬ ‫ﺳ‬
‫ُ‬ ‫ر‬
‫ُ‬
‫‪dapat‬ﻨَﻟﱠﺎ ِ‬
‫ﻳﺪاﷲَْﻬَرﺎَﺳْﻠاﻓﻮق َ َ‬
‫ﺬ‬ ‫ﻟَﻳََﺎﻘ ْﺪأَﻳـﱡأ‬
‫‪melaksanakan‬‬ ‫اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫ﺷﻨِﺂن ِﻗـﻮٍم ﻋﻠَﻰ أَﻻﱠ ﺗـﻌ ِﺪﻟُﻮا اﻋ ِﺪﻟُﻮا ﻫﻮ أَﻗـﺮب ﻟِﻠﺘﱠـﻘﻮى واﺗﱠـﻘﻮا اﻟﻠّﻪإِ ﱠن اﻟﻠّﻪَ َﺧﺒِﲑٌ ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬
‫‪3. Al-I’tidal atau tegak lurus.‬‬ ‫‪َ Dalam‬‬ ‫‪ْ ُ َ Al-Qur’an‬‬ ‫‪َ ْ ُ َAllah‬‬ ‫‪ْ َ ُ SWT‬‬ ‫‪ْ ْ berfirman:‬‬ ‫َْ ْ‬ ‫ﺑِﺎَﻟَْﻘ ُْﺴ َﻂْ َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟ ُﻖ ُﻛﻓَـﱢﻞُﻘ ََﺷ‬ ‫ِ‬
‫ب اﻟ ِﱠﺴ َﻤ َﺎوات َو ْاﻷ َْر ِ‬ ‫ﻗُإِْﻞﱠن َﻣاﻟْﻠﻦﻪ َر ِﺧﱡ‬
‫ﻮﻻ ْﻟﻲَﻪُء ﻗَـ ْﻮﻻً ﻟﱠﻴﱢﻨﺎً ﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ن‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ـ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﲟ‬ ‫ﲑ‬ ‫ِ‬
‫ﺒ‬
‫ﲔ ﻟﻠّﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑﺎﻟْﻘ ْﺴﻂ َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ِ‬ ‫آﻣﻨُﻮَاْ ْ َُﻛﻮﻧُ َﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ َ‬‫ُ‬ ‫ﻳﻦٌ ََ‬ ‫َ‬ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎّ َاﻟﱠﺬَ‬
‫ِ◌وﻳﺒﻘﻰ وﺟﻪ رﺑﻚ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﳜ‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﺘ‬ ‫ـ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫اﺣمْﻮُﺪﻻًﻋاﻠﱠﻟْﻴﱢَﻘﻨﻰﺎًﱠﻬأَﻟﱠُﺎرَﻻﻌﱠﻠﱠ‬‫ٍ‬ ‫ﻮﻻ اَﻟْﻪﻮ ﻗَـِ‬ ‫ﻓـﻘوﻫﻮ‬
‫ب ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮاْ اﻟﻠّ َﻪ‬ ‫ﺮ‬ ‫ـ‬ ‫ﻗ‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ﻮ‬‫َ‬
‫َ ْ ْ ْ ْ ُ َ َْ ُ‬‫ﻫ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ا‬‫ﻮ‬ ‫ُ‬‫ﻟ‬ ‫ِ‬
‫ﺪ‬
‫ْ‬ ‫اﻋ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬‫ﻮ‬ ‫َ‬
‫ُ‬‫ﻟ‬ ‫َ‬
‫ﺪ‬‫ِ‬‫َ‬ ‫ﻌ‬ ‫ـ‬
‫ُ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫َََُﺷُﻨَََﺂ ُن َُﻗـ ْﻮ َ‬
‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬ ‫ﺑﻚَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬ ‫وﺟﻪﲑٌاﻵ ِرِﲟﺧَﺎﺮ ﺗ‬ ‫ِ‬
‫ﺒ‬ ‫ﺧ‬ ‫وﻳﺒﻘﻰ‬
‫ﻪ‬ ‫ّ‬‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ن‬ ‫ﱠ‬ ‫ِإِ◌‬
‫ُﻫ َﻮ ْاﻷَﱠَو ُل َ َو ْ ُ‬
‫‪Wahai‬ﻤ ‪:‬ﺎو ِ‬ ‫اﻹ َْﻛﳜْﺮَِﺸامﻰ‬ ‫‪kamu‬لُﺮ َأو َْوِ‬‫اﳉﺘَََﺬﻼﱠِﻛ‬ ‫اﻳﺪﻳﻬﻢﻟﱠذَُﻌوﻠﱠ‬
‫‪sekalian‬ﻪُ ﻳْـ‬ ‫ﻚﺎً‬ ‫‪menjadi‬ﻪﻮﻻًرﺑﱢﻟﱠﻴﱢﻨ‬ ‫ﻳﺪاﷲﻰﻟَﻪَُو ﻗَْـﺟ‬
‫ﻓﻮق‬ ‫ﻓَـوﻳـُﻘﺒـ ََﻘﻮﻻ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟ‬ ‫‪َْArtinya‬ر ِ‬
‫ات َو ْاﻷ‬ ‫ﺴ‬
‫ﱠ‬
‫‪َ َorang-orang‬‬ ‫اﻟ‬ ‫ب‬‫ﱡ‬ ‫ر‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫‪orang-orang‬‬ ‫ﻞ‬ ‫ُ‬‫ﻗ‬
‫َ َْ‪َ ْ َ ْyang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi‬‬
‫‪yang beriman hendaklah‬‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬‫ْ‬
‫‪saksi (pengukur kebenaran) yang adil.‬‬ ‫ﲑ‬ ‫‪ janganlah‬اﻟْﺒ ِ‬
‫ﺼ‬
‫‪Dan‬‬ ‫ﻴﻊ‬ ‫ﻤ‬‫‪kebencian‬وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِ‬ ‫ﺑﻚ‬‫ء‬ ‫ﻲ‬ ‫وﺟﻪ َﺷر‬ ‫‪ِkamu‬ﻤﺜْﻠِ ِ‬
‫ﻪ‬ ‫وﻳﺒﻘﻰ‬
‫ﻛ‬‫َ‬ ‫ﺲ‬ ‫ﻟَﻴِ◌‬
‫ٍ‬
‫‪َkaum‬ﺷﻮ اﻲﻟْءﻮ ِ‬ ‫‪kamu‬ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ‬
‫‪ُ menjadikan‬ﻛ ﱢَﻞوُﻫ‬ ‫ض ﻗَُِﻞ اﻟﻠﱠُ‬ ‫‪ُِtidak‬‬
‫‪َadil.‬و ْاﻷ َْر‬ ‫ات‬ ‫ُ‬
‫‪Berbuat‬ﺎوَ َِ‬ ‫‪ adillah‬ﱡ ْ ٌ‬ ‫ﻗُْ ْﻞ ََﻣ ْﻦ َر‬
‫‪pada‬ﱠﻬ ُﺎر‬ ‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ‬‫‪suatu‬‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫‪berlaku‬ﻪُ …‬ ‫ب اﻟ ﱠﺴ َﻤ َ‬
‫‪karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah‬‬
‫‪kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha‬‬ ‫‪Melihat‬ﳌﲔ‬ ‫اﻳﺪﻳﻬﻢاﻟﻌﺎ‬ ‫‪apa‬ﻋﻦ‬ ‫ﻟﻐﲎ‬ ‫‪yang‬ﻓﻮق‬
‫ِ‬ ‫ﻳﺪاﷲﷲ‬ ‫إن ا‬
‫ِ‬
‫‪ُkamu‬ﺮ‬ ‫)‪ُ (QS al-Maidah: 8‬ﻫ َﻮ ْاﻷ ﱠَو ُل‬
‫‪َ kerjakan.‬و ْاﻵﺧ‬ ‫ﺎر‬
‫َوُﻫ َ َ ُ َ ﱠ ُ‬
‫ﻬ‬ ‫ﻘ‬ ‫ْ‬‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﺪ‬ ‫اﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻟ‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ﻮ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟِﻖ ُﻛﻞ ﺷﻲ ٍ‬
‫ء‬ ‫ات َو ْاﻷ َْر ِ‬ ‫َﺣﱠﺴٌﺪﻤﺎو ِ‬ ‫َ‬ ‫اﻟ‬ ‫بأ‬ ‫ُ‬‫ﻗﻗُُ ْﻞﻞ ﻣُﻫ َﻮﻦ اﻟرﻠﱠ ﱡﻪ‬
‫اﳉَ َﻼ ِل َو ِْ‬
‫اﻹ ْﻛﺮامِ‬ ‫ﻚ ذُو ْ‬ ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰْ َو ْﺟﻪُ َرﺑﱢ َ‬‫َ‬ ‫ﱢ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫اﻷَﱠوَُل َو ْاﻵ ِﺧ ُﺮ‬
‫َ‬ ‫ﻫ ْﻮ َ ْ‬
‫َ‬ ‫َُ ْ‬
‫ﻟَﻴﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ َﺷﻲء وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ ِ‬ ‫ﻳﺮ‬ ‫ﻗﺪ‬ ‫ﺷﻴﻰ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﷲ‬ ‫إن ا‬
‫ﺼ ُﲑ‬ ‫ِ‬
‫ُ َ‬ ‫ْ ٌ ََُ‬ ‫ْ َ‬ ‫اﻹ ْﻛَﺮِام‬ ‫اﳉَ َﻼ ِل َو ِْ‬ ‫ﻚﱠﻬ ذُﺎرو ْ‬ ‫َوﻳََـوْﺒـُﻫﻘَﻮﻰاﻟْ ََﻮو ْﺟاﺣﻪُُﺪَرﺑاﱢﻟْ َﻘَ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ان رﺑﻚ‬
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬ ‫ﺲ ْاﻷََﻛﱠو ُلْ َو ْاﻵَﺧُْﺮٌ َ ُ َ ﱠ ُ َ ُ‬
‫ﲑ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﺒ‬‫ْ‬‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ﻲ‬ ‫ِ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺜ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟَُْﻴﻫ َﻮ َ‬
ً‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﺷ ِﻬﻴﺪا‬
ِ ِ ِ ِ
‫ﱠﺎس‬
ُ ‫ﻮم اﻟﻨ‬
َ ‫ﺎب َواﻟْﻤ َﻴﺰا َن ﻟﻴَـ ُﻘ‬ َ ‫ﻟََﻘ ْﺪ أ َْر َﺳ ْﻠﻨَﺎ ُر ُﺳﻠَﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﺒَـﻴﱢـﻨَﺎت َوأ‬
َ َ‫َﻧﺰﻟْﻨَﺎ َﻣ َﻌ ُﻬ ُﻢ اﻟْﻜﺘ‬
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center ‫ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ‬ 65

‫ﲔ ﻟِﻠّ ِﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ َ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮ ِاﻣ‬ َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬ‬
4. At-Tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang
‫ب ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮ‬
‫ى َواﺗﱠـ‬tidak
َ‫ُﻘﻮاْ اﻟﻠّﻪ‬yang
yang memiliki prinsip hidup ‫ ْاﻋ ِﺪﻟُﻮاْ ُﻫ‬bukan
ُ ‫َﻮ أَﻗْـَﺮ‬Namun
sama. ْ‫ ﺗَـ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا‬berarti ‫ َﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ ْﻮٍم‬atau
‫ َﻋﻠَﻰ أَﻻﱠ‬mengakui
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini.
Firman Allah SWT: ‫إِ ﱠن اﻟﻠّﻪَ َﺧﺒِﲑٌ ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬
‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪُ ﻗَـ ْﻮﻻً ﻟﱠﻴﱢﻨﺎً ﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬
Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi ‫رﺑﻚ‬Harun ‫وﻳﺒﻘﻰ وﺟﻪ‬ AS) ◌ ِ
kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)
‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun
‫ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬baik
AS agar berkata dan bersikap
ِ‫ اﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟ‬Fir’aun.
‫ ُﻖ ُﻛ‬kepada ُ‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪ‬
َ ُ ‫ … ﻗُ ِﻞ‬Al-Hafizh ِ ‫َر‬Ibnu ِ ‫(ﱠﺴﻤﺎو‬701-774
‫ات‬ َ َ ‫ب اﻟ‬
ْ ‫ َو ْاﻷ‬Katsir ‫ ْﻦ َر ﱡ‬H/1302-
‫ﻗُ ْﻞ َﻣ‬
1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, “Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS
dan Nabi Harun AS kepada Fir’aun adalah menggunakan perkataan yang ‫َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬penuh ِ ‫ﻮ‬belas
ْ‫اﺣ ُﺪ اﻟ‬ ْ‫وُﻫ َﻮ اﻟ‬kasih,
lembut, mudah, dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat
َ َ
diterima dan lebih berfaedah”. (Tafsir al-Qur’anil ‘Azhim, juz III hal 206). ِ
ُ program َ guna ‫ُﻫﻮ ْاﻷَﱠو ُل َو ْاﻵﺧﺮ‬
ASWAJA NU CENTER merupakan sebuah perangkat pelaksana
untuk membentengi masyarakat yang beraqidah ahlus ِْ ‫ِل َو‬Sunnah
‫َﺮِام‬Ahlus
‫اﻹ ْﻛ‬ ‫اﳉَ َﻼ‬
ْ ‫ذُو‬Wal‫ﻚ‬َ ‫َرﺑﱢ‬Jama’ah
ُ‫َﻘﻰ َو ْﺟﻪ‬ala
‫ َوﻳَـْﺒـ‬NU
dari faham-faham Islam garis keras atau radikal baik melalui dakwah secara langsung atau
ِ ِ ِِ ِ
melalui media cetak dan elektronik. ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫ﺲ َﻛﻤﺜْﻠﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬ َ ‫ﻟَْﻴ‬
ASWAJA NU CENTER, kemunculannya diawali dari kajian Islam yang memfokuskan
‫اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬dengan
materi bahasannya pada bidang keaswajaan. Kajian tersebut dikenal ‫ﻟﻐﲎ ﻋﻦ‬ ‫إن اﷲ‬Islam
kajian
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau disingkat Kiswah. kajian Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
(Kiswah) ini diprakarsai oleh para pembesar NU di PWNU Jawa Timur,
‫َﺣ ٌﺪ‬‫َﻮ اﻟﻠﱠﻪُ أ‬dari
َ mulai ‫ﻗُ ْﻞ ُﻫ‬Rais
Syuriah hingga katib Syuriah dan telah dibahas pada saat‫ﻳﺮ‬rapat
‫ﺷﻴﻰ ﻗﺪ‬ ‫ﻛﻞ‬di‫ﻋﻠﻰ‬
harian PWNU ‫إن اﷲ‬Jawa
Timur. Sehingga sesuai amanat Konperwil pada tanggal 31 Januari 2011 bertepatan dengan
peringatan Harlah NU ke-85 di PWNU Jawa Timur dilaksanakan launching perangkat
‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
pelaksana program yang  berisikan tentang kajian Islam keaswajaan yang diberi nama
ASWAJA NU CENTER Jawa Timur oleh wakil ketua umum Pengurus ‫ﻋﻠﻴﻢ‬Besar
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ‬Nahdhatul
Ulama : Drs H. As’ad Said Ali.
Aswaja NU Center mempunyai lima divisi, yakni divisi Kiswah (Kajian Islam ala Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah), Dakwah (Dauroh dan kaderisasi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah), Makwah
(maktabah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah), Uswah (usaha sosialisasi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah),
dan Biswah (Bimbingan dan Solusi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).
Adapun Tujuan, Visi, Dan Misi Aswaja Center Sebagai Berikut :
a. Tujuan : Membentuk masyarakat NU yang mampu membentengi diri dari faham-
66 SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016

faham lain serta dapat meyakinkan orang lain atas kebenaran faham ASWAJA NU.
b. Visi : Terwujudnya wawasan keislaman yang bermanhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
ala NU, sesuai dengan keberagamaan Rasulullah SAW bersama para sahabat.
c. Misi :
1) Mengaktualisasikan pemahaman ummat tentang keislaman ASWAJA NU
2) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan nilai Islam pada manhaj
ASWAJA NU sebagai perilaku umat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah


a. Pengertian Aqidah/Akhlak
Di bidang aqidah atau tauhid dalam memurnikan imam umat muslim agar
sesuai dengan ajaran Rosul dan para sahabat, kita harus mengikuti rumusan dari 2
Ulama Salaf :
1) Al-Asy’ari (Abu Hasan Ali Bin Isma’il Al-Asy’ari) lahir di Basrah 260 H/ 874 M
Wafat 324 H/ 936 M, Beliau masih dzuriah sahabat Rosul, Abu Musa Al-Asy’ari
2) Al-Maturidi (Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud Al-Maturidi)
Lahir di Maturid dan wafat di Samarkand 333H/ 944 M.
Di bidang fiqih dalam memurnikan syari’at Islam umat muslim agar sesuai ajaran
Rosulullah dan para sahabat, kita harus mengikuti rumusan dari 4 ulama salaf :
1) Al-Hanafi : (Abu Hanifah Annu’man Bin Tsabit Bin Zauti) lahir di Kuffah 80 H -
Wafat 150 H.
2) Al-Maliki : (Malik Bin Anas Bin Amar Al-Asbahi Al-Yamani) lahir di Madinah 93
H - Wafat 179 H.
3) As-Syafi’i : (Muhammad Bin Idris Bin Abbas Bin Ustman Bin Syafi’i Bin Sa’ib Bin
Abu Yazid Bin Hasyim Bin Abd Mutolib Abd Manaf) lahir di Ghuzzah Palestina
Jum’at akhir bulan Rojab 150 H - Wafat 204 H.
4) Al-Hambali : (Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal Bin Hilal Bin Asad Bin Idris
Bin Abdullah Bin Hasan Assyaibani Al-Marwadzi Al-Baghdadi ) lahir di Baghdad
Rabi’ul Awal 164 H – Wafat 241 H.
Di bidang akhlaq dalam rangka memurnikan ajaran tasawuf agar sesuai dengan
ajaran Rosul dan para sahabat kita harus mengikuti rumusan 2 ulama salaf :
1) Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi Wafat 297 H/ 910 M.
2) Imam Al-Ghozali : Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-
Ghozali. Lahir di Thus tahun 450 H.
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 67

Kenapa demikian, alasannya adalah sebagai berikut :


1) Karena dari keenam ulama’ tersebutlah yang diakui oleh mayoritas ulama’ Islam dunia
memiliki keilmuan yang sangat mumpuni dan telah mampu merumuskan ajaran Nabi
dan jalan para sahabatnya sehingga bagi orang secara umum dapat tercapailah tujuan
mengikuti seluruh ajaran Nabi dan para sahabatnya secara menyeluruh tanpa ada
ketimpangan.
2) Enam ulama’ tersebut memiliki kitab induk yang termodifikasi dan memiliki murid
atau kader secara terus menerus atau bersambung tanpa terputus yang mampu
mengembangkan ilmunya ke seluruh penjuru dunia sampai hari ini, sehingga rumusan
mereka tidak pernah rapuh dan musnah ditelan masa.
3) Bagi orang secara umum tidaklah mampu bila harus mengembalikan seluruh hukum
masalah agama langsung kepada Al-Qur’an, Hadist dan jalan para sahabatnya yang
jumlahnya mencapai ratusan ribu dalil, sehingga dicukupkanlah bagi orang jaman
sekarang untuk mengikuti apa yang sudah mereka rumuskan. Dengan artian bagi
orang yang menyelisihi rumusan mereka dapat dikatakan keluar dari sebuah jalan
kebenaran Islam.

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH. Ahmad Shiddiq bahwa prinsip
prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Khitthah Nahdliyah,
40-44)
1) Aqidah
a) Keseimbangan dalam penggunaan dalil ‘aqli dan dalil naqli.
b) Memurnikan aqidah dari pengaruh luar Islam.
c) Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid’ah, apalagi kafir.
2) Syari’ah
a) Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang
dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.
b) Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as
(sharih/qotht’i).
c) Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil
yang multi-interpretatif (zhanni).
3) Tashawwuf/ Akhlaq
a) Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran
Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip hukum Islam.
b) Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
c) Berpedoman kepada akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara
68 SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016

penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu’ (antara sombong dan rendah
diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).
4) Pergaulan antar golongan
a) Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan
unsur pengikatnya masing-masing.
b) Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c) Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d) Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.
5) Kehidupan bernegara
a) NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena
merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.
b) Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama
tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c) Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
d) Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan
cara yang baik.
6) Kebudayaan
a) Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur
dengan norma dan hukum agama.
b) Kebudayaan yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari
manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c) Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih
relevan (al-­muhafazhatu ‘alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).
7) Dakwah
a) Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi
mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b) Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c) Berdakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas,
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

3. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah


a. Dzat dan sifat Allah
Dzat Tuhan tidak dapat dan tidak boleh disamakan dengan (esensi) makhluk.
Apabila dalam Al-qur’an disebutkan kata wajah (muka), yad (tangan), dan ‘ain (mata)
yang dinisbatkan dengan Tuhan aka harus dita’wil seperti ayat di bawah ini
‫ْ َ َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ‬
‫ىﻂ َواوﺗﱠـﻻَُﻘﻮَاْْﳚ ِﺮاﻟَﻣﻠّﻨﱠﻪ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬٍﻳﻦ آﻣﻨُﻮاْ ﱠ ُﻛﻮﻧُ ِﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮ ِاﻣ ِﲔ ﻟِﻠّ ِﻪ ُﺷﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْ ِﻘﺴ ِ‬
‫َ‬ ‫ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َْﻮ َ‬ ‫َ َﺷﻨَﺂَُن ﻗَـ ْﻮم ََﻋﻠَ َﻰ أَﻻ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮاْ ْاﻋﺪَﻟُﻮاْ ُﻫ َﻮ أَﻗْـَﺮ ُ‬
‫ِﺷﻨﺂ ُن ﻗَـﻮٍمِ ﻋﻠَِﻰ أَﻻﱠ ﺗَـﻌ ِﺪﻟُﻮاْ اﻋ ِﺪﻟُﻮاْ ﻫﻮ أَﻗْـﺮ ِ‬
‫ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮاْ اﻟﻠّﻪَ‬ ‫إ َﱠنَ اﻟﻠّﻪَ َْﺧﺒﲑٌَ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُْﻮ َن ْ ُ َ َ ُ‬
‫ ‪Samidi - Munawir - Aswaja NU Center‬‬ ‫‪69‬‬
‫ن‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ـ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﲟ‬ ‫ِ‬ ‫ﲑ‬ ‫ِ‬‫ﺒ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﱠ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫إ‬
‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ّﻟََﻪُ ﻗَـَْﻮﻻًٌ ﻟﱠﻴﱢَﻨﺎً َﻟﱠَْﻌﻠﱠَﻪُُ ﻳـَﺘََ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬
‫ﺑﻚﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬ ‫وﺟﻪﻻً ﻟﱠرﻴﱢﻨﺎً‬ ‫وﻳﺒﻘﻰﻪُ ﻗَـ ْﻮ‬ ‫ﻓَـِ◌ُﻘ َﻮﻻ ﻟَ‬
‫‪Artinya: Dan tataplah kekal wajah Tuhanmu‬‬ ‫ِ◌وﻳﺒﻘﻰ وﺟﻪ رﺑﻚ‬
‫“ ‪Lafad “wajhu” dita’wil menjadi “ dzat Allah‬‬ ‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟِﻖ ُﻛﻞ ﺷﻲءٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب اﻟ ﱠﺴ َﻤ َﺎوات َو ْاﻷ َْر‬ ‫ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ َر ﱡ‬
‫‪Artinya‬‬‫‪tangan‬ﱢ‪ْ َ :‬‬ ‫‪ُ َTuhan‬‬ ‫‪ُ di atas ُtangan manusia‬‬
‫‪ُta’wil‬ﻖ‪ُ di‬ﻛ“ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬
‫‪Lafad” yatullah‬‬
‫‪menjadi‬ﻪ ﺧﺎﻟِ‬
‫‪ …“ kekuasaan‬ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠ ُ َ‬ ‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ‬ ‫‪َAllah‬ر ِ‬
‫ات َو ْاﻷ ْ‬
‫ب اﻟ ﱠﺴﻤﺎو “ِ‬
‫اﺣﺪ اﻟْﻘ َﻬﺎرَ‬ ‫ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ َر ِﱡ‬
‫ِ وﻫﻮ اﻟﻮ‬
‫ﻮل‬‫ﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن اﻟﱠﺮ ُﺳ ُ‬ ‫ﻚ َﺟ َﻌَْﻠُﻨَﺎَ ُﻛ ْْﻢَ أُﱠﻣﺔًُ َو َﺳَ ﱠﻄﺎًُﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِ‬ ‫َووََﻛﻛ ََﺬﺬﻟﻟِ‬
‫‪َSifat-sifat‬‬
‫‪Sifat-sifat Allah adalah‬‬ ‫ﻮل‬‫‪ sifat‬اﻟﱠﺮ ُﺳ ُ‬ ‫‪ُ sempurna‬ﻜﻮ َن‬
‫ﱠﺎس َوَﻳ‬‫‪yang‬ﻰ اﻟﻨ ِ‬ ‫‪َyang‬ﺪاء َﻋﻠَ‬ ‫‪tidak‬ﻮاْ ُﺷ َﻬ‬ ‫‪terhingga‬ﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُ‬
‫اﺣﺔًُﺪ َواﻟَْﺳَﻘ ﱠﻄﻬﺎ ُﺎرً‬ ‫‪bagi‬أُﱠِﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻛ‬‫ُ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬
‫َ َ َ ََوَُﻫ َﻮ اﻟْﻮ‬
‫‪Allah.‬‬ ‫ﻠ‬
‫ْ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻚ‬
‫‪Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa‬‬ ‫‪َsifat‬وَُل َو ْاﻵ ِﺧ ُﺮ‬ ‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜﻢ َﺷُﻫِ‬
‫‪kesempurnaan‬ﻬَﻮﻴﺪاًْاﻷ ﱠ‬
‫ا‬‫ﻴﺪ‬
‫‪ً yang‬‬ ‫ﻬ‬ ‫‪ْdua‬ﻢ َﺷ ِ‬ ‫‪َpuluh‬ﻋﻠَْﻴ ُﻜ‬
‫‪yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akanِ sifat Allah‬‬
‫اﻷﺑِﺎﱠَوﻟْﺒوُـلﻴﱢـﺟﻨَﻪَو ِْ‬ ‫ْ‬
‫‪dan Arperlu diketahui juga sifat‬‬
‫ﱠﺎس‬ ‫ﻮم اﻟﻨ‬
‫‪yang‬ﱠﺎسُ‬ ‫َ‬ ‫ﺎب ْﻛَواﺮﻟِْامِِﻤ َﻴﺰا َن ﻟِِﻴَـ‬
‫‪ُ mustahil‬ﻘ‬
‫َ‬ ‫َ‬‫‪Allah.‬ﻟِْل ِِﻜﺘََو ِْ‬
‫اﻹ‬
‫‪bagi‬‬
‫اﳉَ َُﻢﻼا‬
‫‪Sifat‬وَﻣ َﻌ ُْﻬ‬ ‫َ‬
‫ﻚُﺮ‬
‫َﻧﺰﻟْﻨَذُﺎ‬ ‫ﺧأ‬
‫َ‬ ‫‪yang‬ﱢ َو‬‫اﻵﺑ‬
‫ﺎتر‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬‫‪ْbagi‬ﻠﻨَﺎ َُُوﻫرﻳَـَُْﺒﻮﺳـﻠَﻘﻨَﺎْﻰ‬
‫‪mustahil‬‬
‫‪ْ Allah‬ﺪ أ َْر َﺳ‬ ‫ﻟََﻘ‬
‫ﻨ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻮم‬ ‫ﻘ‬‫ُ‬ ‫ـ‬
‫‪ُ َ َ َ ِ َ terbagi‬‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ا‬
‫ﻴﺰ‬ ‫ﻤ‬ ‫ْ‬‫ﻟ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ﺎب‬ ‫ﺘ‬ ‫ﻜ‬
‫‪َ َ ِ ُempat‬‬ ‫ْ‬‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬
‫َ َ ََُ‬ ‫ﺎ‬ ‫َ‬‫ﻨ‬ ‫ﻟ‬
‫َﻧﺰ‬
‫ْ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ﺎت‬ ‫ﻨ‬
‫َ‬ ‫ـ‬‫ﻴ‬
‫ﱢ‬ ‫ـ‬ ‫ﺒ‬‫ْ‬‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺑ‬
‫‪َ nafsiah,‬‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬
‫َ‬‫َ‬‫ﻠ‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ﺎ‬ ‫َ‬
‫‪ُ ُ َ ْ salbiah,‬‬‫ﻨ‬‫ﻠ‬‫ْ‬ ‫ﺳ‬ ‫َر‬ ‫أ‬ ‫ﺪ‬
‫ْ‬ ‫ﻟََﻘ‬
‫‪merupakan lawan kepada sifat wajib. Sifat wajib‬‬ ‫ِ‬
‫اﳉَاﻟَﻼﱠﺴلِﻤ َو ْاﻹ ْﻛﺮِام‬ ‫ﻚءذُووُﻫﻮ ْ‬ ‫‪bagian‬‬ ‫ِ‬
‫ﺑِﺎﻟْ ِﻘﺴ ِﻂ ﻟَْوﻴﻳَـْﺒـ َﻘﻰ ِوﺟﻪِ رﺑﱢ‬
‫‪yaitu‬‬
‫‪ma’ani atau ma’nawiah.‬‬ ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَ َﺼﲑُ‬ ‫ُ‬ ‫ﺲ َﻛ َﻤﺜْﻠ ُﻪ َ َﺷ َْﻲ ٌ َ َ‬ ‫ﺑِﺎﻟ ِﻘ ْﺴ ِﻂ َ‬
‫ﲑ‬ ‫ﺼ‬‫ِ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬ ‫ﻤ‬‫ِ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺷ‬ ‫ِ‬
‫ﻪ‬ ‫ِ‬
‫ﻠ‬ ‫ﺜ‬ ‫ﻤ‬ ‫ِ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺲ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ْ‬ ‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﳌﲔِِﻠّ ِِﻪ ُﺷ َﻬُ َﺪ َاء ﺑِِﺎﻟُِِْﻘ ْﺴ ِِﻂ َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﲔﻟ‬ ‫اﻟﻌﺎِاﻣُ َ‬
‫َ‬ ‫ﻋﻦْ ﻗَـٌﱠﻮَ‬ ‫ﻳﻦَاﷲَآﻣﻨُﻮاْﻟﻐﲎُﻛﻮﻧُﻮاْ‬ ‫إن‬
‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬْ‬
‫ﻢ‪b. Sifat-sifat wajib Allah‬‬ ‫ِ‬
‫ﲔ ﻟﻠّﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْﻘ ْﺴﻂ َوﻻَ َْﳚﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْ‬
‫ِ‬
‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ َ‬
‫َ‬
‫َ‬ ‫ﻳََﺎ أَﻳـﱡ ََﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬ‬
‫‪Sifat wajib Allah adalah‬‬
‫َ‬‫‪sifat‬اﺗﱠـ ُﻘﻮاْ اﻟﻠّﻪ‬
‫‪َyang‬ﻮى َو‬ ‫ب ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ‬ ‫ُ‬ ‫‪َada‬ﻮ أَﻗْـَﺮ‬
‫‪pasti‬‬ ‫ﳌﲔ ُﻫ‬ ‫ْ‬ ‫‪Allah.‬ﺪﻮاْاﻟﻌﺎْاﻋ ِِﺪ‬
‫‪pada‬ﻟُﻮا‬ ‫ﻋﻦﻟٌُ‬‫ﻟﻐﲎﺗَـأْﻌَﺣِِﺪ‬
‫ﻪ‬ ‫‪ْdibawah‬ﻮٍٍﻗُمإنﻞ َﻋاﻠَﻫﷲﻰﻮ أ‬
‫‪َBerikut‬اﻟﻠﱠﻻﱠ‬ ‫‪َ ini‬ﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ‬
‫‪adalah sifat-sifat allah yang‬‬ ‫ﱠ‬
‫ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى‪َ :‬واﺗـ ُﻘﻮا‬
‫‪ ْwajib‬اﻟﻠّﻪَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ ْﻮم ْ َﻋﻠَِ َﻰ أﻻ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮاْ ْاﻋﺪﻟُﻮاْ ُﻫ َﻮ أﻗْـَﺮ ُ‬ ‫ُ‬‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬ ‫َﺣَنٌﺪ‬ ‫إِِ ﱠن اﻟﻠّﻪَ َﻗﺧُﺒِِإنْﻞﲑٌاُﻫِﲟَﷲﻮﺎ ﺗَـاﻟﻠﱠْﻌﻪَُﻤﻠُأﻮ‬
‫)‪1) Wujud (ada‬‬
‫ﻋﻠﻰﻠُﻮََن‬ ‫إ ﱠن اﻟﻠّﻪَ َﺧﺒﲑٌ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤ‬
‫‪Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan‬‬ ‫‪atau menciptakan,‬‬
‫ﻳﺮ‬
‫ﺷﻴﻰ َﳜْﻗﺪَﺸﻰ‬ ‫ﻛﻞﱠﻛ ُﺮ أ َْو‬ ‫ﻋﻠﻰُ ﻳـَﺘَ َﺬ‬ ‫ﷲﺎً ﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪ‬ ‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪُ ﻗَـ ْﻮإنﻻً اﻟﱠﻴﱢﻨ‬
‫ﻛﺮ أَو َﳜﺸﻰ‪tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.‬‬
‫ﻓﻌﺎلﻳـَﺘَ َﺬﳌﺎﻳﱠﺮُﻳﺪ ْ ْ َ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺑﻚ ﻟ َﻌﻠﻪُ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪُ ﻗَـ ْﻮانﻻًرﻟﱠﻴﱢﻨﺎً‬
‫‪a) Dalil aqli sifat wujud‬‬ ‫ِِ◌وﻳﺒﻘﻰ وﺟﻪ رﺑﻚ‬
‫‪Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan‬‬
‫ﻋﻠﻴﻢﻳﺪ‬ ‫ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮ‬ ‫ﺑﻚ ﺷﲕ‬ ‫وﺟﻪررﺑﻚ‬
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ‬ ‫◌وﻳﺒﻘﻰ ان‬
‫اﻳﺪﻳﻬﻢ ﺷﲕ ﻋﻠﻴﻢ‬
‫‪adanya Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu‬‬ ‫ﻓﻮق‪yang‬‬
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ‬ ‫‪tanpa‬ﻳﺪاﷲ‬
‫‪dibuat‬‬
‫‪ada yang membuatnya.‬‬ ‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫ٍ‬
‫‪b) Dalil naqli sifat wujud‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬ ‫ات َو ْاﻷ َْر ِ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲء‬ ‫ات َو ْاﻷ َْر ِ‬‫ﺎو ِ‬ ‫ب اﻟﺴﻤ‬
‫ب اﻟ ﱠﱠﺴ ََﻤ ََﺎو‬
‫ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ َر ﱡ‬
‫ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ َر ﱡ‬
‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬ ‫وﻫﻮ اﻟْﻮ ِ‬
‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟْ َﻮ ِ‬
‫ََُ َ‬
‫‪Artinya : Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?”ِ Jawabnya:‬‬
‫‪“Allah”.…..” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala‬‬ ‫ُﻫ َﻮ ْاﻷَﱠو ُل‬
‫‪َ sesuatu‬و ْاﻵ ِﺧ ُﺮ‬
‫‪dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.‬‬
‫ﺮ‬‫ُ‬ ‫ﺧ‬ ‫اﻵ‬
‫ْ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪(QS.‬‬
‫ل‬‫ُﻫ َﻮ‪ْAr‬اﻷ ﱠَو ُ‬
‫اﻹ ْﻛﺮِام‬ ‫اﳉﻼ ِل و ِ‬ ‫ﻚ ذُو ْ‬ ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪُ َرﺑﱢ َ‬
‫)‪Ra’du: 16‬‬
‫اﻹ ْﻛََﺮِام‬ ‫اﳉََََﻼ ِل ََو ِْْ‬
‫ﻚ ذُو ْ‬ ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪُ َرﺑﱢ َ‬
‫ﻟَﻴﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ َﺷﻲء وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ ِ‬
‫)‪2) Qidam (dahulu/awal‬‬ ‫ﺼﲑﲑُ‬‫ﺼ‬
‫ﻴﻊ ااﻟﻟْْﺒﺒَ ِ‬‫ﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ ﺷ ْﻲءٌ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤ ُ‬
‫َ‬ ‫ﻟَْْﻴ َ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫‪Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai pencipta lebih dulu ada‬‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬
‫َﺣﺪ‬ ‫ﻗﻗُُ ْﻞﻞ ُﻫﻫ َﻮﻮ اﻟاﻟﻠﻠﱠﱠﻪﻪُ أأ َ‬
‫َﺣ ٌٌﺪ‬
‫ْ َُ ُ َ‬
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
‫ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ‬
‫ﲔ ﻟِﻠّ ِﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ ِ
َ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ‬
ِ‫ﱠ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
SHAHIH - Vol. 1, Nomorٍ 1, Januari – Juni 2016
‫ب ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮاْ اﻟﻠّ َﻪ‬ ِ ِ
70
ُ َ َ ‫َﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ ْﻮم َﻋﻠَﻰ أَﻻﱠ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮاْ ْاﻋﺪﻟُﻮاْ ُﻫ‬
‫ﺮ‬ ‫ـ‬ْ‫ﻗ‬َ ‫أ‬ ‫ﻮ‬
‫ﻮل‬
ُ ‫ﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن اﻟﱠﺮ ُﺳ‬ ِ ‫ﻚ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُِﻛ ْﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄﺎً ﻟﱢﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ‬ ِ‫وَﻛ َﺬﻟ‬
daripada semesta alam dan isinya yang ia ciptakan. ‫َإِ ﱠن اﻟﻠّﻪَ َﺧﺒِﲑٌ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬ َ
a) Dalil aqli sifat qidam
‫ﻰ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﳜ‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻛ‬‫ﱠ‬ ‫ﺬ‬
َ ‫ﺘ‬ ‫ـ‬‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻠ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻴ‬ً‫ﻓـﻘَﻋﻠَْﻴﻮﻻُﻜﻟْﻢﻪ ﻗـَﺷﻮِﻬﻻﻴﺪﻟﱠا‬
Seandainya Allah tidak qodim, mesti َ ْ ُhadits,
َ ْAllah ََ ُ sebab َ ً ‫ ﱢ‬tidak ً ْ َ ُada َ َpenengah َُ antara
‫ﱠﺎس‬ ‫ﻨ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻮم‬ ‫ﻘ‬
ُ ‫ـ‬‫ﻴ‬ِ
‫ﻟ‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬
‫ﻴﺰ‬ ‫ﻤ‬ِ ‫ﻟ‬
ْ ‫ا‬
‫و‬ ‫ﺎب‬ ‫ﺘ‬‫ﻜ‬ِ ‫ﻟ‬
ْ ‫ا‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻟ‬
ْ‫َﻧﺰ‬‫أ‬‫و‬ ِ
‫ﺎت‬ ‫ﻨ‬ ‫ـ‬‫ﻴ‬
‫ﱢ‬‫ـ‬‫ﺒ‬‫ﻟ‬
ْ ‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬َ‫ﻠ‬‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻠ‬ْ ‫ﺳ‬ ‫َر‬ ‫أ‬ ‫ﺪ‬ْ ‫ﻘ‬
َ ‫ﻟ‬
َ
qodim danُhadits. َ َ Allah
َ Apabila َ َ َ hadits ُ ُ َ َmaka َ َ َmesti َ‫ﺑﻚ‬ َ َ ُ ُ ‫وﻳﺒﻘﻰ‬َ َ ْ ◌muhdits ِ
‫وﺟﻪ ر‬
membutuhkan (yang
membuat) mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang
lain, misalnya B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan ‫ْﺴ ِﻂ‬muhdits ‫ ﺑِﺎﻟْ ِﻘ‬yang lain
‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
juga, misalnya ِ ِ
C. Begitulah ِ ِ
‫ﲔ ﻟﻠّﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاء ﺑﺎﻟْﻘ ْﺴﻂ َوﻻَ َْﳚﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬ seterusnya.Apabilaِ ِ ِ tiada ujungnya,
‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ‬ ‫ﺬ‬ِ ‫ﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ‬maka َ ‫أ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻳ‬ dikatakan
tasalsul (peristiwa berantai), dan apabila yang ujung membutuhkan َ َ َ َ kepada Allah
ٍ ِ
‫… ﻟِﻗُﻠﺘﱠِـﻞْﻘﻮاﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟ‬ ِ
maka‫َﺷ ْﻲء‬dikatan
‫ﻮُاﻖْ اﻟُﻛﻠّﻪﱢﻞ‬daur
َ ‫(ىُ َواَﺗﱠـ ُﻘ‬peristiwa َ ‫ب‬ ُ‫ضِﺪﻟُﻗُﻮاِْﻞ ُﻫ َاﻟﻮﻠﱠﻪأ‬
ُ ‫َﻗْـَﺮ‬berputar).
ِ‫َْراﻋ‬Masing-masing
‫ ُْنﻦ ﻗـَرﻮٍب اﻟﺴﻤﺎوات ِواﻷ‬tasalsul
ْ ْ‫ﱡم َﻋﻠَ ﱠﻰَ أَ َﻻﱠ ﺗَـ ْﻌ َﺪﻟُْﻮا‬dari ْ
‫ ﻗُ ْﻞﺷﻨ َﺂﻣ‬dan daur
ََ
adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan
daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil,‫ن‬ ‫ﺎرﻌ َﻤﻠُﻮ‬
َ maka ‫اﺣﺒُِﺪﲑٌ اﻟِْﲟََﻘﺎ‬
ُْ‫ﱠﻬﺗَـ‬Allah ‫ﺧ‬wajib ‫ إَِوﱠُنﻫ‬Qidam.
َِ ‫َﻮاﻟﻠاّﻟْﻪََﻮ‬bersifat
b) Dalil naqli sifat qidam
‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪُ ﻗَـ ْﻮﻻً ﻟﱠﻴﱢﻨﺎً ﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬
‫ُﻫ َﻮ ْاﻷَﱠو ُل َو ْاﻵ ِﺧ ُﺮ‬
‫ِ◌وﻳﺒﻘﻰ وﺟﻪ رﺑﻚ‬
Artinya : Dialah yang awal dan yang ‫اﻹ ْﻛَﺮِام‬akhir. ِ
ِْ ‫اﳉَ َﻼل َو‬ (QS. ْ ‫ ذُو‬Hadid:
Al ‫ﻚ‬ َ ‫ْﺟﻪُ َرﺑﱢ‬3)‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو‬
ِ ِ ‫ﻓﻮقِ ِاﻳﺪﻳﻬﻢ‬ ِ ‫ﻟَﻴﻳﺪاﷲ‬
3) Baqa’ (kekal)
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫ﺲ َﻛﻤﺜْﻠﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬ َ ْ
Allah akan kekal dan abadi selamanya, kekalnya Allah SWT tidak
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬
berkesudahan. ِ ‫ب اﻟ ﱠﺴﻤﺎو‬
ِ ‫اتﳌﲔَو ْاﻷ َْر‬‫اﻟﻌﺎ‬
َ َ ‫ﻟﻐﲎ ﻋﻦ‬ ‫ﻗُإنْﻞ اَﻣﷲْﻦ َر ﱡ‬
a) Dalil aqli sifat baqa’
Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang‫ﺎر‬Allah ‫َﺣﻟْ ٌَﻘﺪ ﱠﻬ‬ ‫ﻮُﻫ َاﻮﻟْﻮاﻟﻠﱠِﻪ‬maka
َ‫ُﺪأ ا‬Tiada,
ُ‫اﺣ‬ ‫ ﻗَُوْﻞُﻫ‬tidak akan
ُ
disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan
َ َ
dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.‫ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬ ِ
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ‬
b) Dalil naqli sifat baqa’
‫ُﻫ َﻮ ْاﻷَﱠو ُل َو ْاﻵﺧ ُﺮ‬
ْ ‫ﳌﺎﻳﺮذُﻳﺪو‬
ِْ ‫اﳉَ َﻼ ِل َو‬
‫اﻹ ْﻛَﺮِام‬ ‫ﻚ‬َ ‫ﻓﻌﺎلرﺑﱢ‬ ‫ان رﺑﻚ‬
َ ُ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪ‬
‫ﲑ‬ ‫ﺼ‬ِ ‫ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬yang
Artinya : Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
‫ﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫ﻟ‬‫ا‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬‫ﻋﻠﻴﻢ‬
mempunyai
‫ء‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺷ‬
َ ‫ﺷﲕ‬ِ ِ‫ِﻤﺜْﻠ‬kebesaran
‫ﻪ‬ ‫وﻫﻮﺑﻜﻞ‬
‫ﻛ‬
َ ‫ﺲ‬ ‫ﻴ‬َ‫ﻟ‬ dan
ُ َ ُ 27) َ َ ٌ ْ
kemuliaan. (QS. Ar Rahman: ُ َ ْ
‫ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬makhluk-Nya)
4) Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan ciptaannya/ ‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ‬
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya.
‫َﺣ ٌﺪ‬ ُ‫ﻞ ُﻫ َﻮ اﻟﻠﱠﻪ‬tidak
َ ‫ أ‬sendiri
Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit ْ ُ‫ ﻗ‬mungkin
sama dengan baju yang dibuat orang lain. ‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
a) Dalil aqli sifat mukhalafah lil hawadits
Apabila diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah dalah
‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
baru (Hadits), sedangkan Allah baru adalah mustahil
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ ﻋﻠﻴﻢ‬
َْ ‫ُ َ ُ ﱢ‬ ُ ْ َ َ َ‫ﱠ‬ َ َْ ْ
ِ ‫وﻫﻮ اﻟْﻮ‬
‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬َ ََُ
‫ُﻫ َﻮ ِْاﻷ ﱠَو ُل َو ْاﻵ ِﺧ ُﺮ‬
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 71
ِ ‫ﱢ‬
ُ ‫ﻚ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ أُﱠﻣﺔً َو َﺳﻄﺎً ﻟﺘَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن اﻟﱠﺮ ُﺳ‬
‫ﻮل‬ َ ‫َوَﻛ َﺬﻟ‬
b) Dalil naqli sifat mukhalafah lil hawadits ‫اﻹ ْﻛَﺮِام‬ِْ ‫اﳉَ َﻼ ِل َو‬ ْ ‫ﻚ ذُو‬ ‫َوﻳَـﻋْﺒـﻠَﻴَﻘ ُﻜﻰﻢَو ْﺟﺷﻪُِﻬ َرﺑﱢ‬
َ ً‫ﻴﺪا‬
َ ْ َْ
ِ ِ ‫ﻟَﻴﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠﻪ َﺷﻲء وﻫ ِﻮ‬ ِ ِ
‫ﺼﻟْﲑُِﻜﺘﺎب واﻟْ ِﻤﻴﺰان ﻟِﻴـﻘﻮم اﻟﻨﱠﺎس‬
ُ َ َُ َ َ َ َ َ ‫ﻴﻊﻣﻌاﻟْﻬﺒَﻢ ا‬
ُ ‫ﺎت اﻟوأ ﱠﺴَﻧﺰﻟْﻨﻤﺎ‬
َ ُ ‫ﻟَْﻘﺪَأَرﺳْﻠﻨﺎ رﺳﻠﻨﺎ ْﺑِﺎﻟٌْﺒـﻴـَﻨ‬
ُ ََُ َ َ َ َ ‫َ ْ ْ َ َ ُ ُ ََ َ ﱢ‬
Artinya : Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah
‫( اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬QS.
yang maha mendengar lagi maha melihat. ‫ﻟﻐﲎ ﻋﻦ‬‫ﺑِإنﺎﻟْاِﻘﷲﺴ ِﻂ‬11)
Asyura:
ْ
‫ﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ‬berdiri
‫( َوﻻَ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ‬Allah ِ ِ ‫َﺣ ٌآﻣﺪﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮ ِاﻣ‬
ِ‫ُﺷﻬ َﺪاء ﺑ‬sendiri) ‫ﻗﻞ ﻫﻮ اﻟﱠﻠﱠِﻪ أ‬
5) Qiyamuhu‫ﻢ‬ ْ ‫ُﻜ‬Binafsihi َ ‫ﲔ ﻟﻠّﻪ‬ َ َ َ ‫ﻳﻦ‬ َ ُ‫ﻳَُﺎ ْأَﻳـﱡَُﻬَﺎ اﻟﺬ‬
ِ‫ـﺮب ﻟ‬itu ِ ‫ﻳﺮاﻋ‬denganِ ‫ﺷﻴﻰﻌ‬ zat sendiriٍ tanpa membutuhkan
Artinya bahwa Allah SWT
‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
ّ ‫اﻟ‬ ‫ا‬
ْ‫ﻮ‬‫ﻘ‬ُ ‫ﱠ‬
‫ـ‬ ‫ﺗ‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ى‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻘ‬ْ ‫ـ‬‫ﱠ‬‫ﺘ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻗ‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ﻮ‬
berdiri
‫ﻫ‬ ‫ا‬
ْ‫ﻮ‬‫ﻟ‬
ُ ‫ﺪ‬ ْ‫ا‬
‫ﻮ‬‫ﻗﺪ‬
‫ﻟ‬
ُ ‫ﺪ‬ ‫ـ‬
َ ‫ﺗ‬ ‫ﻛﻞ أَﻻﱠ‬ ‫ﻰ‬itu َ‫ﻋﻠﻰ َﻋﻠ‬‫ﷲ ﻗَـ ْﻮ‬
‫م‬ada ُ ‫ إنَﺷﻨَاﺂ‬sendirinya
‫ن‬dengan
bantuan yang َ lain. Maksudnya, َ َ ُ َkeberadaan َ ُ ْ Allahْ SWT
tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, ‫ﻓﻌﺎل ِﲟَﺎﳌﺎﻳ ﺗَـﺮ ْﻌﻳﺪَﻤﻠُﻮ َن‬ِ َ‫ﻠّﻪ‬SWT
ٌ‫ﺑﻚ َﺧﺒﲑ‬
Allah ‫ إِانﱠنراﻟ‬menciptakan
alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
a) Dalil aqli sifat qiyamuhu binafsihi ‫ﺷﲕ ﻟﱠﻴﱢﻨﺎً ﻟﱠ‬
‫ﻋﻠﻴﻢَﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أ َْو َﳜْ َﺸﻰ‬ ً‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﻗَـ ْﻮﻻ‬
ُ‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪ‬
Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya
sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan ‫وﺟﻪ رﺑﻚ‬ dzat ‫وﻳﺒﻘﻰ‬ ◌ِ
selamanya tidak
membutuhkan dzat lain untuk berdirinya. Dan apabila Allah “Sifat” adalah
mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak ‫اﻳﺪﻳﻬﻢ‬ akan‫ﻓﻮق‬disifati ‫ ﻳﺪاﷲ‬dengan sifat
Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat
yang‫ْﻲ ٍء‬wajib ‫ﺎﻟِ ُﻖ‬Allah
‫ُﻛ ﱢﻞ َﺷ‬bagi ‫اﻟﻠﱠﻪُ َﺧ‬berdasarkan
‫ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ‬dalil-dalil
‫ض ﻗُ ِﻞ‬ ِ ‫ ﱠﺴﻤﺎو‬Berarti
ِ ‫َو ْاﻷ َْر‬tertentu.
‫ات‬ َ َ ‫ب اﻟ‬‫ﻦ َر ﱡ‬apabila
ْ ‫ ﻗُ ْﻞ َﻣ‬Allah tidak
disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan batal pula
sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada
‫ﺎر‬ ‫ﻬ‬
‫ﱠ‬ ‫ﻘ‬
َ ‫ﻟ‬
ْ ‫ا‬ ‫ﺪ‬
ُ ِ ‫اﻟْﻮ‬dzat.
‫اﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬‫و‬
Apabila batal
butuhnya Allah kepada dzat maka tetap maha kayaُ (istighna)nya َ َ ُAllah َ dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang pencipta, niscaya Allah baru (Hadats),
sebab yang membutuhkan pencipta hanyalah yang ‫ُﺮ‬baru ‫َو ْاﻵ ِﺧ‬sedangkan
‫ ُﻫ َﻮ ْاﻷ ﱠَو ُل‬dzat qodim
tidak membutuhkannya. Dan mustahil Allah
ِْ ‫اﳉَ َﻼ ِل َو‬
ِ‫اﻹ ْﻛﺮ‬
‫ام‬ ْ
Hadits, karena segala sesuatu yang
‫ﻚ ذُو‬ ‫َو ْﺟﻪُ َرﺑ‬kelanjutannya
َ ‫ﱢ‬yang ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ‬
hadits harus membutuhkan sang َpencipta (mujid) akan
mengakibatkan daur atau tasalul. ‫ﺼﲑ‬ ِ ‫ﻟَﻴﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ َﺷﻲء وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
b) Dalil naqli sifat qiamuhu binafsihi
ُ َ ُ ََُ ٌ ْ َ ْ
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬
Artinya : Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak
‫ﺪ‬ ‫َﺣ‬‫أ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ memerlukan
‫ﻮ‬
ٌ َ
sesuatu) dari alam semesta. (QS. Al Ankabut:6) ُ َ ‫ﻗُ ْﻞ ُﻫ‬
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
6) Wahdaniyyah (tunggal/Esa)
Artinya adalah bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu
‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah
SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ ﻋﻠﻴﻢ‬
unsur dengan unsur yang lain menjadi satu. Berbeda dengan makhluk, makhluk
‫ﻮل‬ ِ ‫ﻟﻚﻪ ﻗَـﺟ َﻌﻮ ْﻠﻻﻨَﺎﻟﱠُﻴﻛﻨْﺎﻢ ﻟﱠأُﻌﱠﻣﻠﱠﺔًﻪ َوﻳـﺘَﺳﺬﻄﱠﻛﺎًﺮ ﻟﱢﺘأََوُﻜﻮﻧُﳜﻮاْﺸ ُﻰﺷ َﻬ َﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ‬
ُ ‫ﱠﺎس َوﻳَ ُﻜﻮ َن اﻟﱠﺮ ُﺳ‬ ‫وﻛ َﺬ‬
َ ْ َ ْ ُ َ ََ ُ َ ً ‫ﻓَـَُﻘ َﻮﻻ َﻟَ ُ َ ْ ً ﱢ‬
‫وﺟﻪﻴﺪاًرﺑﻚ‬ ‫وﻳﺒﻘﻰ َﺷ ِﻬ‬‫ِ◌َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ‬
‫ﱠﺎس‬ ِ ِ ِ ْ‫ﻟََﻘ ْﺪ أَرﺳ ْﻠﻨَﺎ رﺳﻠَﻨَﺎ ﺑِﺎﻟ‬
ِ ‫ﺎت وأَﻧﺰﻟْﻨَﺎ ﻣﻌﻬﻢ ا‬
72 ُ ‫ﻮم اﻟﻨ‬
َ ‫ﺎب َواﻟْﻤ َﻴﺰا َن ﻟﻴَـ ُﻘ‬
َ َ‫ﻟْﻜﺘ‬SHAHIH
ُ ُ َ َ َ - َVol. 1,َ‫ﺒَـﻴﱢـﻨ‬Nomor ْ
ُ ُ 1, َJanuari – Juni 2016
‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ‬
‫ َﺷ ْﻲ ٍء‬dari
diciptakan
‫اﻟﻠﱠِﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ‬unsur,
‫ ِ ُﻛ ﱢﻞ‬berbagai ‫… ِﻗُ ِِﻞ‬seperti‫ِِﻞِ اﻟﻠﱠﻪ‬wujudnya
ُ ‫ضﻗ‬
ُ ِ ِ ‫ات َو ْاﻷ َْر‬ ِ ‫ اﻟ ﱠﺴﻤﺎو‬ada
manusia,
َ َ ‫ب‬ ‫ﱡ‬ِ ‫ر‬
َ
‫ﱠ‬
tulang, daging, kulit
‫ﻗُ ْﻞَ َﻣ ْﻦ‬
dan seterusnya.‫َْﳚﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬Esa َ‫ َوﻻ‬sifat-Nya
‫اء ﺑﺎﻟْﻘ ْﺴﻂ‬artinya
‫ﻟﻠّﻪ ُﺷ َﻬ َﺪ‬semua ‫ﲔ‬
َ ‫اﻣ‬ ‫ﻮ‬
‫ﱠ‬ ‫ـ‬
َ ‫ﻗ‬ ‫ا‬
ْ‫ﻮ‬ ُ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻛ‬ُ
sifat-sifat ‫ا‬
ْ‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬
ُ ‫آﻣ‬
َ َ ‫ ﻳَﺎ أﻳـﱡ َﻬﺎ‬bagi Allah
‫ﻳﻦ‬ ‫ﺬ‬
kesempurnaan ‫ﻟ‬ ‫ا‬
SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada makhluk-Nya, seperti marah, malas, dan
ْ‫ب ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا‬ ْ‫ ْاﻋ ِﺪﻟُﻮا‬SWT
‫ ُﻫ َﻮ أَﻗْـَﺮ‬Allah ْ‫َـ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا‬berbuat ٍِ‫وﺷﻫﻨﺂﻮ ُناﻟْ ﻗَـﻮﻮ‬
‫َﻋاﻠَﻟْ َﻘﻰﱠﻬأَ ُﺎرﻻﱠ ﺗ‬sesuatu
‫اﺣم ُﺪ‬
sombong. Esa َ‫اﻟﻠّﻪ‬perbuatan-Nya ُberarti ْ َ ََtidak ََُ dicampuri
oleh perbuatan makhluk apapun dan tanpa membutuhkan
‫َﺧﺒِﲑٌ ِِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬proses ‫إِ ﱠن اﻟﻠّﻪ‬atau tenggang
َ
waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri ‫ﺧ ُﺮ‬tanpa‫و ُل َو ْاﻵ‬ada ‫ ْاﻷَﱠ‬yang‫ ُﻫ َﻮ‬menyuruh
dan melarang. ‫ﻓَـ ُﻘ َﻮﻻ ﻟَﻪُ ﻗَـ ْﻮﻻً ﻟﱠﻴﱢﻨﺎً ﻟﱠ َﻌﻠﱠﻪُ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠِﻛ ُﺮ أ َْوِ َﳜْ َِﺸﻰ‬
a) Dalil aqli sifat wahdaniyyah ‫اﳉَ َﻼل َو ْاﻹ ْﻛَﺮام‬ ْ ‫ﻚ ذُو‬ َ ‫َوﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪُ َرﺑﱢ‬
maka ‫ﺑﻚ‬ ‫وﺟﻪ ر‬ ‫وﻳﺒﻘﻰ‬ ِ
ada◌ciptaan-Nya,
Seandainya Allah ta’addud (tidakِ tunggal) ِ tidak ِ ِ
akan ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan berbagi pendapat, dan itu ُ ‫ﺲ َﻛﻤﺜْﻠﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬ َ ‫ﻟَْﻴ‬
mustahil. Maka  tidak mungkin Allah ta’addud. ‫ﻳﺪاﷲ ﻓﻮق اﻳﺪﻳﻬﻢ‬
b) Dalil naqli sifat wahdaniyyah ‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬ ِ ‫ب أاﻟَﺣ ﱠﺴٌﺪﻤﺎو‬
ِ ‫ات َو ْاﻷ َْر‬ َ َ َ ُ‫ﻗُ ْﻞ َﻣُﻫ َْﻮﻦ َاﻟرﻠﱠﻪﱡ‬
‫ﻗﺪ ﻳﺮ‬
Artinya : Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang ‫ﺷﻴﻰ‬Esa.‫(ﻛﻞ‬QS.
Maha ‫ﻋﻠﻰ‬Al‫ﷲ‬Ikhlas:
‫ إن ا‬1)ِ ‫وﻫﻮ اﻟْﻮ‬
‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬ َ ََُ
7) Qudrat (berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu ‫ﳌﺎﻳﺮﺮﻳﺪ‬ ‫ﺧ‬ ِ ‫اﻵ‬
mutlak,‫ﻓﻌﺎل‬
‫و‬ ‫ل‬ ‫ﺑﻚ‬
‫و‬ ‫اﻷ‬
َ
tidak‫ﻫانﻮ ر‬ada batasnya
ُ sendiriْ ُ ‫ﱠ‬
َ maupun ْ َ ُ terhadap
dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya
‫اﻹ ْﻛَﺮِام‬ ِ ‫اﳉ َﻼ‬
ِْ ‫ل َو‬manusia ‫ﻋﻠﻴﻢ‬ ‫ﺷﲕ‬ ‫ ووﻫﻮﺑﻜﻞ‬ada yang
makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan َْ ‫ ذُو‬ada‫ﻚ‬َ ‫ َرﺑﱢ‬batasnya
ُ‫ﻳَـْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪ‬dan
َ
membatasi.
ِ ِ ِِ ِ
a) Dalil aqli sifat qudrot ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫ﺲ َﻛﻤﺜْﻠﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬ َ ‫ﻟَْﻴ‬
Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalilnya, jika Allah
tidak berkemampuan niscaya Allah lemah ‫ﳌﲔ‬ ‫ﻋﻦ اﻟﻌﺎ‬dan‫ﻟﻐﲎ‬apabila
(‘Ajzun), ‫ إن اﷲ‬Allah lemah
maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun.
b) Dalil naqli sifat qudrot َ ‫ﻗُ ْﻞ ُﻫ َﻮ اﻟﻠﱠﻪُ أ‬
‫َﺣ ٌﺪ‬
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
Artinya : Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-
Baqarah:20) ‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬

8) Iradah (berkehendak)
‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ ﻋﻠﻴﻢ‬
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri,
tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapapun. Apapun
yang Allah SWT kehendaki pasti terjadi, begitu juga setiap sesuatu yang Allah
SWT tidak menghendaki pasti tidak akan terjadi. Manusia mempunyai keinginan,
tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa
‫ض ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ … ﻗُ ِﻞ اﻟﻠﱠﻪُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬ ِ ‫ب اﻟ ﱠﺴﻤﺎو‬
ِ ‫ات َو ْاﻷ َْر‬ َ َ ‫ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ َر ﱡ‬
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center ِ ‫وﻫﻮ اﻟْﻮ‬
‫اﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ ﱠﻬ ُﺎر‬
73
َ ََُ
disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan
‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ِ ‫ ْاﻵ‬itu
‫و‬ ‫ل‬ُ
tidak terwujud. Hal
‫ ُﻫ َﻮ ْاﻷ ﱠَو‬Allah SWT
ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, ُ َsedangkan
memiliki kehendak yang tidak ‫ام‬ ِْ ‫ِل َو‬Jadi
ِ‫اﻹ ْﻛﺮ‬
terbatas. ‫اﳉَ َﻼ‬ ‫ﻚ ذُو‬
ْ berbeda
َ ‫ َرﺑﱢ‬dengan
‫ْﺒـ َﻘﻰ َو ْﺟﻪ‬kehendak
ُ ‫َوﻳَـ‬ atau
kemauan manusia. َ
a) Dalil aqli sifat irodat ‫ﺼﲑ‬ ِ ‫ﻟَﻴﺲ َﻛ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ َﺷﻲء وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
ُ َ ُ ََُ ٌ ْ
Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya
َ ْ
allah tidak bersifat berkehendak, niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan Allah
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬
bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot. Akan tetapi
tidak disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil,‫ ﱠ‬sebab akan berakibat
‫َﺣ ٌﺪ‬
َ ‫ﻫ َﻮ اﻟﻠﻪُ أ‬karena
ُ ‫ ﻗُ ْﻞ‬tidak akan
lemahnya Allah, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil,
mampu membuat makhluk barang sedikitpun. ‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
b) Dalil naqli sifat irodat

‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬


‫ﻋﻠﻴﻢ‬terhadap
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana ‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ‬
apa yang dia
kehendaki. (QS. Hud:107)

9) Ilmu (mengetahui)
Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat
sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah
SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak
maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan di dalam hati manusia sekalipun.
Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun
mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula. Kita sering kagum atas
kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub
akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah
kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT
kepada kita.
a) Dalil aqli sifat ilmu
Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah
tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedangkan allah tidak berkehendak
adalah mustahil, karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati
dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah. Sedangkan
lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat barang
makhluk sedikitpun.
‫إن اﷲ ﻟﻐﲎ ﻋﻦ اﻟﻌﺎ ﳌﲔ‬

َ ‫ﻗُ ْﻞ ُﻫ َﻮ اﻟﻠﱠﻪُ أ‬
‫َﺣ ٌﺪ‬
74 ‫ﻗﺪ ﻳﺮ‬
SHAHIH ‫ﺷﻴﻰ‬
- Vol. ‫ﻋﻠﻰ ﻛﻞ‬1, ‫ﷲ‬
1, Nomor ‫ – إن ا‬Juni 2016
Januari

b) Dalil Naqli sifat Ilmu ‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬


‫وﻫﻮﺑﻜﻞ ﺷﲕ ﻋﻠﻴﻢ‬
Artinya : Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid:3)

10) Hayat (hidup)


Artinya hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya. Melainkan hidup
dengan zat-Nya sendiri, karena Allah Maha Sempurna. Berbeda dengan makhluk
yang diciptakan-Nya. Contohnya: Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu,
mereka juga membutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya.
Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup
selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
a) Dalil aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak
hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan
Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, sedangkan
lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam
semesta.
b) Dalil naqli sifat hayat

‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬


‫ﲑ‬
Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup ‫ﺼ‬ِ ‫ﺒ‬yang
ْ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬ ِtidak
‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬
‫ﱠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬
mati. (QS.
Al-Furqon:58) ُ َ ُ َ ُ َ
‫ﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
11) Sama’ (mendengar)
ُ َ ُ ََُ
ِ‫ﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬di‫ﻮﺳ‬alam
Allah SWT mendengar setiap suara yang ‫ﻴﻤﺎ‬
ً ada َ ‫اﻟﻠﱠﻪُ ُﻣ‬semesta
‫ َوَﻛﻠﱠ َﻢ‬ini. Tidak
ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah
dan pelan. Seperti suara bisikan hati dan ‫ﻳﺮ‬ ‫ﻗﺪ‬manusia.
jiwa ‫ﻛﻞ ﺷﻴﻰ‬Pendengaran
‫ إن اﷲ ﻋﻠﻰ‬Allah SWT
berbeda dengan pendengaran makhluk-Nya, karena tidak terhalang oleh suatu
apapun, sedangkan pendengaran makhluk-Nya dibatasi ruang dan waktu. Sesuai
dengan ayat Al Qur’an, yaitu : ‫اﳊﻰﻳﺪاﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬
‫ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮ‬ ‫وﺗﻮرﺑﻚ‬
‫ﻛﻞ ﻋﻠﻰ‬ ‫ان‬
‫ﻴﻢ‬ِ ٍ ِِ‫َووﻫْاﻋﻠﻮَ ُﻤاﻟﻮا ﱠﺴأَِﻤﱠنﻴﻊاﻟﻠﱠاﻟْﻪَﺒ ﺑ‬
ٌ ‫ﺼُﻜﲑُﱢﻞ َﺷ ْﻲء َﻋﻠ‬ َ ُ ََُ
Artinya : Dan Allah-lah Yang Maha‫ت‬Mendengar
‫اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ‬lagi ‫اﳊﻰ‬ِMaha ِ ‫( وﺗﻮ ﻛﻞ‬QS
‫ﻤﻋﻠﻰ‬Mengetahui
Al Maidah :76) ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴ‬
‫ﻴﻤﺎ‬ ِ ‫ﺼﲑ‬ ِ ‫وﻛﻫﻠﱠﻮﻢ اﻟاﻟﻠﱠﺴﻪِﻤﻣﻴﻊ اﻟْﺒ‬
ً ‫ﻮﺳ َﻰ ﺗَ ُْﻜﻠ‬ َ ُ ُ ُ َ َ َُ ََ
‫ﺼﲑُﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬ ِ‫ﻛﻞ‬ ِ
َ‫ﻴﻊ اﻟْﺒ‬ ُ ‫إن َﻮا اﻟﷲ ﱠﺴﻤ‬
‫ﻋﻠﻰ‬ ‫َوُﻫ‬

‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬


Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 75

12) Bashar (melihat)


Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Penglihatan
Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak (jauh atau dekat) dan tidak
dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat
oleh Allah SWT. Sesuai dengan ayat Al ‫ت‬Qur’an
‫ى ﻻﳝﻮ‬yaitu
‫اﳊﻰ اﻟﺬ‬
: ‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِMaha ‫ﻤ‬Mengetahui
ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴ‬
Artinya : Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi (QS
Al Maidah :76)
‫ﻴﻤﺎ‬ِ‫وَﻛﻠﱠﻢ اﻟﻠﱠﻪ ﻣﻮﺳﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬
ً
Dengan memahami sifat bashar Allah SWT hendaknya َ ُ ُ kitaَ selalu
َ berhati-
hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang
‫ﻗﺪ ﻳﺮ‬akan
tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak ‫ﺷﻴﻰ‬bisa
‫ ﻛﻞ‬berbohong
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ‬kepada Allah
SWT.
‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
13) Kalam (berbicara/berfirman)
‫ﻴﻢ‬ِ‫واﻋﻠَﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ ﺑِ ُﻜﻞ ﺷﻲ ٍء ﻋﻠ‬
Allah SWT bersifat kalam artinya َ ْ َSWT
ٌ Allah ‫ ﱢ‬berfirman
َ ْ َ kitab-Nya
ُ dalam
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu
‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬
tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca
indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh ‫ﲑ‬ ‫ﺼ‬ِ ‫ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬Allah
ُ َ ُ ‫ُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴ‬SWT
manusia. ‫ َو‬berbicara
tanpa menggunakan alat bantu yang ‫ت‬berbentuk
‫اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ‬apapun,
‫ﻋﻠﻰ اﳊﻰ‬ sebab‫ﻛﻞ‬sifat
‫ وﺗﻮ‬kalam Allah
SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya ِِ ‫ﺒ‬wahyu
‫ﺼﲑﲑ‬ ْ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬ ِ ‫ ﱠﺴ‬Allah
‫ﻤ‬
ِ ‫اﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬ SWT berupa
ُ َ ُ َ ُ َ
Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ُ ‫ﺒَﺼ‬SAW
ْ‫ﻴﻊ اﻟ‬
ُ ‫ﻤ‬dan
‫ اﻟ ﱠﺴ‬kitab-kitab
‫َوُﻫ َﻮ‬ Allah
yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan
ِ ِ
ayat Al Qur’an yaitu : ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ
‫ﻴﻤﺎ‬ َ ‫َوَﻛﻠﱠ َﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ُﻣ‬
ً ‫ﻮﺳﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬
Artinya : “Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang
jelas” (QS An-Nisa’ :164) ‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri
mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya‫ﺮﻳﺪ‬kata-kata
‫ﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳ‬ ‫ان ر‬mulia, seperti
yang
ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.
ِ ٍ ِ
ٌ ‫َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﺑ ُﻜ ﱢﻞ َﺷ ْﻲء َﻋﻠ‬
‫ﻴﻢ‬
14) Kaunuhu qadiron
‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang berkuasa mengadakan dan meniadakan.
ِ ِ
Sesuai dengan ayat Al Qur’an yaitu :
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
76
‫ت‬SHAHIH
‫ ى ﻻﳝﻮ‬-‫اﻟﺬ‬ ِ‫اﳊﻰﻠ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫وﺗﻮ‬
Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016
‫ﻴﻤﺎ‬
ً ‫ﻜ‬
ْ َ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬ َ ُ َ ‫َوَﻛﻠﱠ‬
‫ﻮﺳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬
ُ ‫ﱠ‬
‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻢ‬
‫ﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
ُ َ ُ
‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
ََُ
‫ﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
ُ َ ُ (QS.َ Al-Baqarah
Artinya : Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
َُ :20)
‫ﻴﻤﺎ‬ ِ ‫ﻳﺪ‬‫ﺮ‬ ‫ﳌﺎﻳ‬
‫ﻮﺳﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬ ‫ﻓﻌﺎل‬ ‫ﺑﻚ‬ ‫ر‬ ‫ان‬
‫َوَﻛﻠﱠ َﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ُﻣ‬
ً َ
15) Kaunuhu muridan ِ ٍ ‫و ْاﻋﻠَﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ ﺑِ ُﻜ ﱢﻞ َﺷﻲء ﻋﻠﻴﻢ‬
َ ْ
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yangٌ menghendaki َdan menentukan
ُ َ tiap-tiap
‫ت‬ ‫ﻻﳝﻮ‬ ‫ى‬ ‫إن اﷲ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬
sesuatu, Ia berkehendak atas nasib
‫ت‬dan ‫اﻟﺬ ى‬
‫ﻻﳝﻮ‬takdir ‫اﳊﻰ‬
‫ﻋﻠﻰ اﳊﻰ‬
‫اﻟﺬ‬manusia. ‫ﻛﻞ‬
‫وﺗﻮ ﻛﻞ‬
‫ﻋﻠﻰ‬Sesuai dengan ayat Al
‫وﺗﻮ‬
Qur’an yaitu :
ِ ِ
‫ﺼ‬ِ َ‫ﻓﻌﺎلﺒﺒ‬
‫ﺼﳌﺎﻳﲑﲑُُﺮﻳﺪ‬َْ‫ﻴﻊ اﻟ‬ُُ ‫ﺑﻚ ِﻤﻤ‬
ْ‫ﻴﻊ اﻟ‬ ‫ﺴ‬
‫انََﻮﻮراﻟاﻟ ﱠﱠﺴ‬
‫َووُﻫﻫ‬
َُ
ِ ٍ ِِ َ‫ﻴﻊ ااﻟﻟْْﺒﺒ‬
ِ ‫ﺴ ِِﻤ‬
ٌ ‫َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﺑ ُﻜ ﱢﻞ َﺷ ْﻲء َﻋﻠ‬
ُُ‫ﺼﲑﲑ‬
‫ﻴﻢ‬ ‫ﺼ‬
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana ‫ﻴﻊ‬
ُ ‫َووُﻫﻫ َﻮﻮ اﻟاﻟ ﱠﱠﺴ‬apa yang dia
terhadap
‫ﻤ‬
kehendaki. (QS. Hud:107) َ ُ ََُ
‫ﻴﻤﺎ‬ ِ‫وَﻛﻠﱠﻢ اﻟﻠﱠﻪ ﻣﻮﺳﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬
16) Kaunuhu ‘aliman
‫ت‬ ‫ﻻﳝﻮ‬ ‫ى‬ ‫اﻟﺬ‬
ً ‫ﻋﻠﻰ اﳊﻰ‬ َ ُ ُ‫َوﺗﻮَ ﻛﻞ‬
Yaitu keadaan Allah Ta’ala‫ت‬yang ‫ ﻻﳝﻮ‬mengetahui
‫ﺼﲑاﻟﺬ ى‬ ِ‫اﳊﻰ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ِ ‫ﻛﻞﱠﺴ‬ ‫وﺗﻮ‬
‫ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬ُ ‫ﺒ‬
َْ
‫ﻛﻞ‬‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬
ُ ‫ﻤ‬
akan
‫ﻋﻠﻰ‬ ‫اﻟ‬
‫ﷲ‬ ‫ﻮ‬
‫ا‬
َ ‫ َوإنُﻫ‬sesuatu,
tiap-tiap
mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun
ِ ِ
dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.ُ‫ﲑ‬Sesuai
‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼ‬ ‫ُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬ayat
ُ dengan ‫ َو‬Al Qur’an
ِ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴ ِﻤ‬
yaitu : ‫ان رﺑﻚ ِﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳِﺮﻳﺪ‬ُ‫ﻴﻊاﻟْاﺒَﻟْﺒَﺼﺼﲑُﲑ‬
ُ ‫ﻴﻊ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ‫واﻋﻠَﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ ﺑِ ُﻜﻞ ﺷﻲ ٍء ﻋﻠ‬
ٌ َ ْ ‫َوَﻛ ْﻠﱠﻢُ اﻟﻠﱠﻪ ﻣﻮﺳَﻰ ﺗَ ْﻜﱢﻠِﻴﻤَﺎ‬
ُ ُ َ َ segala
ً Maha َ mengetahui
Artinya : Dan ketahuilah bahwasanya‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬
Allah
sesuatu. (QS. Al Baqoroh : 231)
‫ﺷﻴﻰ ﻗﺪ ﻳﺮ‬‫ﻻﳝﻮ ت‬ ‫ﻋﻠﻰىﻛﻞ‬ ‫اﳊﻰﷲ اﻟﺬ‬ ‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰإن ا‬
ِ
‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ِ
‫ِ َوُﻫ َﻮِ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ُ ُ
17) Kaunuhu hayyan
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang hidup, Allah ‫ﺮﻳﺪ‬adalah
ِ‫ﻓﻌﺎلاﻟْﺒﳌﺎﻳ‬ ِ ‫ﺑﻚﱠﺴ‬
Dzat ‫ر‬yang
ِ ‫ ان‬hidup,
ِ Allah
‫ﲑ‬
tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidurُataupun
‫ﺼ‬ ‫ﻴﻊ‬ ‫ﻤ‬
َ ُ lengah. ‫ﲑ‬‫اﻟ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬‫ﺒ‬ ‫و‬
‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻴﻊ‬
َ َُْSesuai ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬ ‫اﻟ‬
َ ُ ‫ ﱠ‬dengan‫َوُﻫ َﻮ‬
ِ ٍ ِ ُ
ٌ ‫ﻮﺳو ْاﻋﻰﻠَ ﺗُﻤ ْﻜﻮاﻠِ أَﻴﻤﱠنﺎ اﻟﻠﱠﻪَ ﺑ ُﻜ ﱢﻞ َﺷ ْﻲء َﻋﻠ‬
‫ﻴﻢ‬ َ
ً َ َ ‫َوَﻛﻠﱠ َﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ُﻣ‬
ayat Al Qur’an yaitu :

‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬


Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup ‫ﺼﲑ‬ِ‫ﺒﻳﺮ‬yang
ْ‫ﻴﻊﻗﺪاﻟ‬ ‫ﺷﻴﻰﻤ‬‫ﻛﻞ اﻟ ﱠﺴ‬
ِtidak ‫ﻋﻠﻰ َوُﻫ‬
‫َﻮ‬mati. ‫إن اﷲ‬
(QS.
Al-Furqon:58) ُ َ ُ
ِ ِ ‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
18) Kaunuhu sami’an ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ ٍ ‫ﻜﻞ ﺷﻲ‬selalu ِ ‫و ْاﻋﻠَﻤﻮا أَ ﱠن ﱠ‬
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang mendengar,
ٌ ‫ء َﻋﻠ‬Allahْ َ ‫ اﻟﻠﻪَ ﺑ ُ ﱢ‬mendengar ُ َ
pembicaraan manusia, permintaan atau doa hamba-Nya. Sesuai dengan ayat Al
Qur’an, yaitu : ‫وﺗﻮ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ اﳊﻰ اﻟﺬ ى ﻻﳝﻮ ت‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬ ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center
‫ﻴﻤﺎ‬ِ‫وَﻛﻠﱠﻢ اﻟﻠﱠﻪ ﻣﻮﺳﻰ ﺗَ ْﻜﻠ‬77
ً َ ُُ َ َ

Artinya : Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi ‫ﻳﺮ‬ ‫ﺷﻴﻰ ﻗﺪ‬
Maha ‫(ﻋﻠﻰ ﻛﻞ‬QS‫اﷲ‬
Mengetahui ‫إن‬
Al Maidah :76)
‫ان رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﳌﺎﻳﺮﻳﺪ‬
19) Kaunuhu basiron
ِ‫ٍء ﻋﻠ‬tiap-tiap
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang melihat ‫ﻴﻢ‬
ٌakanَ ‫ ﺑِ ُﻜ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ‬yang
َ‫أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ‬maujudat
‫َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮا‬
(benda yang ada). Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu,
‫ﻻﳝﻮ ت‬
hendaknya kita selalu berbuat baik. Sesuai dengan ayat‫ى‬ Al‫اﻟﺬ‬ ‫ﻋﻠﻰ اﳊﻰ‬
Qur’an, yaitu‫ﻛﻞ‬ : ‫وﺗﻮ‬
ِ ِ
ُ‫ﻴﻊ اﻟْﺒَﺼﲑ‬
ُ ‫َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤ‬
Artinya : Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS
ِ ‫اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﺒ‬
‫ﺼﲑ‬ ‫َوُﻫ َﻮ‬
Al Maidah :76) َ ُ ُ
20) Kaunuhu mutakalliman
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara
atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi pedoman
hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah SWT.

c. Sifat-sifat mustahil Allah


Sifat mustahil bagi Allah artinya sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT.
Sifat mustahil Allah merupakan lawan kata/kebalikan dari sifat wajib Allah. Berikut di
bawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT.
1) Adam, artinya tiada (bisa mati)
2) Huduts, artinya baharu (bisa di perbaharui)
3) Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
4) Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhluk-Nya
5) Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
6) Ta’addud, artinya berbilang-bilang (lebih dari satu)
7) Ajz, artinya lemah (tidak kuat)
8) Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
9) Jahl, artinya jahil (bodoh)
10) Maut, artinya mati (bisa mati)
11) Syamam, artinya tuli
12) Umy, artinya buta
13) Bukm, artinya bisu
14) Kaunuhu ‘ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya)
15) Kaunuhu karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya)
16) Kaunuhu jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya)
78 SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016

17) Kaunuhu mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya)


18) Kaunuhu asam, artinya tuli (dalam keadaannya)
19) Kaunuhu a’ma, artinya buta (dalam keadaannya)
20) Kaunuhu abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)

d. Sifat ja’iz Allah


Sifat Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah SWT mengadakan sesuatu atau
tidak mengadakan sesuatu atau disebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah sesuatu
yang boleh ada dan tiada. Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah SWT
menciptakan segala sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga,
sebab Allah SWT bersifat qudrat (kuasa) dan iradat (kehendak), juga boleh-boleh saja
bagi Allah SWT meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau.

Pembahasan
Dusun Jalen Desa Setail Kec. Genteng mempunyai penduduk yang mayoritas NU
atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah memiliki beberapa kegiatan rutinan dan terdapat beberapa
organisasi yang sifatnya berbaur dengan masyarakat. Di tengah-tengah organisasi dan
kegiatan rutinan tersebut dari pihak ASWAJA NU CENTER ikut membantu baik dalam segi,
materi, fikiran bahkan tenaga.
ASWAJA NU CENTER mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat dalam membantu tentang pemahaman aqidah yang benar sesuai ajaran
Rasulullah SAW yang disebut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Selain itu, ASWAJA NU CENTER
juga sering memberikan motivasi dalam membangun pendidikan yang lebih berkualitas dan
berakhlaq. Masyarakatpun sangat antusias dan berterima kasih banyak dengan apa yang
sudah diberikan oleh
Dari beberapa hasil laporan dari informan, ASWAJA NU CENTER mempunyai
beberapa langkah di antaranya sebagai berikut: mewujudkan wawasan aqidah keislaman
ASWAJA sesuai keberagamaan Rasulullah SAW bersama para sahabat. Mengaktualisasi
pemahaman umat tentang aqidah keislaman ASWAJA NU, meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengalaman (menginternalisasi) aqidah Islam ASWAJA NU sebagai perilaku
umat dalam kehidupan sehari-hari, dan menyinergikan antara ajaran agama Islam dengan
negara.
Kita bisa menyimpulkan peranan penting ASWAJA NU CENTER dalam membentengi
aqidah manusia di berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :
1. Program Uswah (Usaha Sosialisasi Ahlussunnah Waljamaah)
Mensosialisasikan faham ASWAJA ke berbagai elemin masyarakat dengan berbagai cara
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 79

danλ usaha, baik itu melalui lailatul ijtima’, pengajian umum, khutbah jumat, penerbitan,
media cetak dan elektronik, program Uswah ini juga ditrapkan di Desa jalen melalui
kegiatan yang sama yakni materi khutbah dibuat oleh pengurus ranting bekerja sama
dengan MWC NU kecamatan Genteng yang isinya di sesuikan dengan situasi yang ada
dan lebih ditekankan pada penguatan aqidah ahlus sunnah waljama’ah dan yang menarik
lagi setiap juma’at pengurus MWC NU membuat buletein NU yang disebar di masjid se
Desa Setail
2. Biswah (Bimbingan Dan Solusi Ahlussunnah Waljamaah)
Menjadwal pengurus syuriyah NU secara berkala untuk membimbing dan memberikan
solusiλ kepada masyarakat yang mau bertanya tentan faham ASWAJA, baik langsung
atau, telphon atau media lain. Program Biswah ini juga dilakukan oleh oleh pengurus NU
Setail, yang sasarannya adalah pengurus Banom NU yakni Fatayat, muslimat, IPNU dan
IPPNU dengan cara membuat buku rangkuman hasil bahsul masil yang perna diusulkan
oleh masyarakat Desa Setail, kemudian dibagikan kepada anggota
3. Dakwah (Daurah Kader Ahlussunnah Waljamaah)
Mengadakan pelatihan kader ASWAJA secara berkala untuk mencetak kader militan
pembelaλ faham ASWAJA dengan materi pokok: a. qonun asasi NU b. fikrah Nahdliyah
c. Pendalam pengertian ASWAJA NU d. Memahami dalil dan hujah amaliyah NU seperti
tahlil, istighotsah, tawassul dll. e. Memahami firqah2 diluar NU
4. Kiswah (Kajian Islam Ahlussunnah Waljamaah)
Mengadakan kajian islam aswaja ditinjau dari berbagia disiplin ilmu dalam bentuk
halaqah,λ seminar atau forum ilmiyah lain dengan menghadirkan nara sumber dari
berbagai ahli. Diadakan secara berkala dan terprogram.
Program Aswaja NU Center tersebut sudah di respon oleh masyarakat, lebih lebih
pengurus NU Desa Jalen, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh NU Desa
Jalen yang intinya dalam rangka membentengi ajaran Aswaja NU dengan berbagai cara yaitu:
1. Membentengi aqidah masyarakat Setail melaui organisasi yang ada di masyarakat
seperti Remas, IPNU, IPPNU, Muslimat, Fatayat, dan lain-lain. Dari beberapa organisasi
tersebut bisa memperkokoh aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sehinnga bisa menjaga
Agama Islam dengan basis Ahlus Sunnah Wal jama’ah.
2. Mengoptimalisasikan kegiatan keislaman yang berbau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
yang tujuannya untuk membentengi aqidah masyarakat yang ada di di Desa Setail
3. Mengadakan pelatihan atau workshop tentang aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah yang
diikuti oleh Pengurus Ranting, Banom NU termasuk imam masjid dan mushola
4. Mengadakan peringatan Hari Besar Islam seperti Mauludan, Isro’ Mi’roj, Tahun Baru
Islam yang ceramahnya di isi oleh Kiyai atau pengurus ASWAJA NU CENTER yang
memberikan ceramah agama demi meningkatkan ketahanan aqidah Aswaja
80 SHAHIH - Vol. 1, Nomor 1, Januari – Juni 2016

5. Memberikan pelatihan seputar ASWAJA di setiap jam’iyyah, mushola dan masjid di


bidang Ubudiyah, Muamalah/perekonomian dll.agar masyarakat Nu hususnya Desa
Jalen tidak ketinggalan informasi

Kesimpulan
Pertama, Program Uswah (Usaha Sosialisasi Ahlussunnah Waljamaah), melalui
sosialisasikan faham ASWAJA ke berbagai elemin masyarakat dengan berbagai cara danλ
usaha, baik itu melalui lailatul ijtima’, pengajian umum, khutbah jumat, penerbitan, media
cetak dan elektronik
Kedua, Biswah (Bimbingan Dan Solusi Ahlussunnah Waljamaah) Menjadwal pengurus
syuriyah NU secara berkala untuk membimbing dan memberikan solusiλ kepada masyarakat
yang mau bertanya tentan faham ASWAJA, baik langsung atau, telphon atau media lain.
Ketiga, Dakwah (Daurah Kader Ahlussunnah Waljamaah) Mengadakan pelatihan kader
ASWAJA secara berkala untuk mencetak kader militan pembelaλ faham ASWAJA dengan
materi pokok: a. qonun asasi NU b. fikrah Nahdliyah c. Pendalam pengertian ASWAJA
NU d. Memahami dalil dan hujah amaliyah NU seperti tahlil, istighotsah, tawassul dll. e.
Memahami firqah2 diluar NU
Kempat, Kiswah (Kajian Islam Ahlussunnah Waljamaah) Mengadakan kajian islam
aswaja ditinjau dari berbagia disiplin ilmu dalam bentuk halaqah,λ seminar atau forum
ilmiyah lain dengan menghadirkan nara sumber dari berbagai ahli. Diadakan secara berkala
dan terprogram.

Referensi
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta
Asy’ari, Hasyim, 1415 H. Risalah Ahl al-sunnah wal Jama’ah fi Hadithal-Mawta wa Ashrat
al-Sa ah wa Bayan Mafhum al-Sunna wa al-Bid ah. Jombang: Maktabah al-Turath
al-Islami.
Baehaqi, Imam, 2000. Kontroversi Aswaja, Aula Perdebatan dan Interpretasi. Yogyakarta:
LkiS.
Chalim, Asep Saifuddin, 2012. Membumikan Aswaja Pegangan Guru NU. Surabaya: Khalista.
Fadeli, Soeleiman dkk. 2012. Antologi NU Buku I, Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah. Surabaya:
Khalista
Fadeli, Soeleiman dkk. 2014. Antologi NU Buku II, Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah. Surabaya:
Khalista
Hadi, Sutrisno. 2008. Metode penelitian suatu pendekatan proposal, Jakarta: Gramedia
Samidi - Munawir - Aswaja NU Center 81

Jum’ah, Ali. 2012. Bukan Bid’ah, Menimbang Jalan Pikiran Orang-Orang yang Bersikap Keras
dalam Beragama. Tangerang Selatan: Lentera Hati
Mastuki, Kiai. 1999. Menggugat, Mengadili Pemikiran Kang Said. Jakarta: Fatma Press
Mustamar, Marzuqi. 2007. Terjemah Kitab Al Muqtatofat Li Ahlil Bidayat. Terjemahan oleh
Tim Aswaja Center Darussalam. 2013. Banyuwangi: Yayasan Pondok Pesantren
Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi
Rifai, Muhammad. 2009. KH. M. Hasyi Asy’ari Biografi Singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi
Siradj, Said Agil. 1997. Ahlussunnah Waljamaah dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: LKPSM
Siradj, Said Agil. 2006. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam Sebagai Inspiras
Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan
Tim Aswaja NU Center PWNU Banyuwangi. 2015. Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Surabaya: Khalista
Zuhri, Achmad Muhibbin. 2010. Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl Al-Sunnah
Wa Al-Jama’ah. Surabaya: Khalista

Anda mungkin juga menyukai